Noah duduk tepat di samping pusaran ayahnya. Dia hanya terdiam seribu bahasa dengan menatap pusaran yang ada bungan kering di tengahnya. Tidak ada seorangpun yang datang di sana selain Noah.
Sekilas Noah teringat tentang bayangan masa lalunya. Di mana dia yang masih remaja sedang marah dan memukuli secara tidak terkendali kepada pria yang dia panggil ayah.
"Ayah keterlalua! Aku membenci ayah, bahkan aku tidak mau menyebut kamu sebagai ayah, kamu orang yang menjijikan bagiku," ujar kemarahan Noah dia lontarkan tanda hormat pada ayahnya.
Pria paruh baya itu tersungkur di lantai, dan dia hanya terdiam tidak mau mengatakan sepatah katapun.
"Noah, kenapa kamu memukuli ayah? Dia ayah kita," ucap perempuan cantik yang duduk di lantai dengan memeluk ayahnya.
"Kakak tidak tau, ayahlah penyebab semua ini.
Ayah berselingkuh dengan sahabatnya, dan hal itu yang membuat mama kita pergi dari rumah dan memilih berpisah dari ayah. Bahkan membuat kamu ingLana bingung tidak bisa menjawab pertanyaan Mara. Dia akhirnya mengatakan jika dia mungkin tidak akan melihat Noah balapan motor. Mara yang agak kecewa, sadar jika hal itu tidak akan bisa di lakukan oleh Lana.Lana merebahkan tubuhnya di ataa tempat tidur sambil membayangkan wajah Noah. "Dia suka sekali balapan motor? Apa dia tidak takut jika dia mengalami kecelakaan?"Gadis cantik itu berpindah posisi, sekarang dia duduk tepat di depan jendela kamarnya yang masih terbuka, dia menatap langit yang tampak gelap, dan tidak ada sama sekali bintang di sana. "Apa aku kabur saja lewat jendela seperti Noah yang biasa keluar masuk lewat jendela kamarku?" Lana melihat ke arah bawah jendela. Seketika Nala tampak takut. "Ini tinggi sekali."Waktu tepat menunjukkan pukul sebelas malam. Di area balapan motor di dekat pelabuhan yang ada di kota Pure Line sudah di penuhi oleh banyak sekali orang-orang yang menyaksikan pertandingan balap motor kali ini yang taruhannya lebi
Noah masih mencari keberadaan di mana Lana. Dia berjalan menelusuri kerumunan para orang-orang yang menyaksikan balapan motor. "Di mana Lana?" Noah berpikir sejenak.Tidak lama Daniel menghampiri Noah dan menepuk pundak Noah. "Noah, kamu di tunggu di sana, Bruno akan memberikan uang kekalahannya sama kamu. Kamu sedang mencari siapa?""Lana, tadi Mara bilang Lana ada di sini? Aku sempat tidak percaya, tapi Mara bilang dia datang bersama Lana. Ke mana dia?""Sudahlah! Kita ke sana dulu, bukannya kamu sedang membutuhkan uang itu." Daniel memeluk pundak Noah dan mengajak Noah untuk menerima uang pemberian Bruno.Bruno dan Hugo serta temannya memberikan uang itu dengan muka marah. Noah menerimanya dengan biasa, karena dia sedang memikirkan tentang Lana, apa benar tadi Lana ada di sana? Tapi kenapa Lana tidak menemuinya."Sayang, bagaimana jika kita bersenang-senang dengan uang kamu." Cilla membelai lembut pipi Noah."Dan, bawa uang in
Lana mengikuti pelajaran seperti biasanya, hari Mara yang duduk di belakang Lana, menekatkan wajahnya ke depan, dia ingin berbisik pada Lana. "Lana, apa kamu sedang ada masalah dengan kekasih kamu itu?" bisiknya pelan."Dia bukan kekasihku, Mara. Aku tidak mau membahasnya lagi." Lana tidak mau menoleh ke arah sahabatnya itu."Dia menunggu kamu di depan sekolah sepertinya, kamu cemburu karena melihat dia berciuman dengan Cilla kemarin malam, Ya? Lana, hal itu sudah biasa, apalagi kamu dan Noah memang tidak memiliki hubungan. Jadi Noah bebas melakukan hal itu dengan gadis lain."Lana terdiam dan memikirkan kata-kata Mara. memang apa yang diucapkan Mara adalah hal yang benar, tapi kenapa Lana seolah tidak bisa menerima akan hal itu. Apa karena Lana sudah jatuh cinta pada Noah. Memang beberapa hari ini Noah telah membuat hari-hari Lana bahagia.Lana mendengarkan pelajaran dengan fokus, sampai saat bel istirahat dibunyikan. Beberapa anak-anak kelua
Noah mnegendarai motornya menuju ke rumah sakit bersama dengan Daniel. Sesampai di sana Noah bertemu dengan dokter Thomas."Dok ini uang yang waktu itu aku katakan" Noah memberikan amplop berwarna putih berukuran sedang kepada dokter Thomas."Noah, kenapa kamu membayarnya sekarang? Kami tetap akan menangani kakak kamu.""Tidak apa-apa, Dok. Aku semalam mendapatkan uang itu dan aku langsung ke sini, aku tidak mau nanti uang ini habis tidak bersisa untuk hal yang lain.""Noah, apa kamu semalam balapan lagi?" Tatap dokter yang memang sudah lama tau tentang Noah."Iya, Dok. Hanya itu yang bisa saya lakukan untuk mendapat uang untuk pengobatan kakakku. Kalau begitu saya permisi dulu. Terima kasih dokter sudah mau merawat Nathali selama ini, aku berharap dia bisa segera sembuh, aku merindukan dia."Noah berjalan di lorong rumah sakit, dia melewati taman dan melihat ada kakaknya di sana, Noah dan Daniel melihat dari kejauhan. Nathalia sedang
Leon tersenyum mendengar ucapan kakaknya yang polos itu, Lana memang masih menganggap kesetiaan adalah hal yang sangat penting. Padahal banyak di luaran pasangan yang tidak setia dengan kekasihnya, bahkan yang sudah menikah sekalipun. Makhlum saja, dia tidak pernah membina suatu hubungan."Memangnya kamu sudah berpacaran dengan dia?"Lana terdiam melihat ke arah Leon. "Kita sudah berkencan beberapa kali, bahkan dia sudah mencuri ciuman pertamaku, tapi ternyata di juga masih berciuman dengan gadis lain.""Kalian, kan, belum berpacaran, hanya kencan, jadi wajar dia bebas dengan wanita lain, karena saat dia menyatakan ingin menjadi kekasih kamu, kamu tidak menjawab, jadi kamu tidak perlu cemburu begitu."Lana mencerna kata-kata adiknya. Lana memang tidak seharusnya marah akan hal itu. "Apa hal seperti itu perlu diperjelas, Leon?""Ada hal yang membutuhkan kejelasan, Lana, tapi ada hal yang tidak perlu penjelasan yang sepasang kekasih itu b
Lana akhirnya tidak mau membahas lagi tentang pertanyaan yang dia lontarkan, dia malah malu sendiri."Tidak jadi.""Jangan begitu, coba ulangi apa pertanyaan yang ingin kamu tanyakan itu?" bisik Noah lembut pada telinga Lana.Tok ... tokLana mendelik kaget saat ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya. "Noah, ada yang datang, kamu sembunyi dulu." Lana tampak panik. Noah mengambil baju dan celana jeansnya, dan dia bersembunyi di bawah ranjang Lana."Lana, buka pintunya! Apa kamu sudsh tidur?" suara mamanya dari balik pintu."Oh my God! Itu mama." Lana terlihat sangat takut mendengar suara mamanya. Dia belum memakai bajunya, dan hanya menutupi dengan baju yang tadi dia lepaskan."Lana.""Ada apa, Ma?" Lana berbicara dengan mamanya hanya dari balik pintu yang dia buka sangat kecil."Kamu kenapa? Kenapa pintunya tidak dibuka semua?""Aku sedang ganti baju, Ma. Aku mau memakai piyama tidurku lalu tidur.
Lana melihat ada banguna flat yang sederhana di sana, dia mengedarkan pandangannya mencari nomor sembilan yang ada di depan pintu flat itu."Leon, itu nomor sembilan, di sana Noah tinggal." Lana menunjuk ke arah flat yang ada di lantai tiga. Leon dan Lana segera menaiki anak tangga."Lana, kamu yakin di sini Noah tinggal?" tanya Leon yang melihat bangunan dan tempat yang tidak pernah dia kunjungi. "Tempat ini terlihat tidak tertata dengan rapi dan agak kotor." Leon tampak agak jijik melihatnya."Kamu itu jangan seperti mama, semua orang itu sama, Noah juga sama seperti kita, hanya saja nasibnya yang kurang baik.""Kamu juga nasibnya kurang baik, kenapa kamu bisa berkenalan bahkan menyukai pria seperti Noah?" Leon memutar bola matanya jengah.Saat akan mengetuk pintu, tiba-tiba pintu sudah terbuka dari dalam, Lana sangat kaget saat dia melihat ada seorang gadis yang keluar dari Flat tempat Noah tinggal. Lana ingat siapa gadis itu, dia adalah g
Lana memasangkan gelang yang terbuat dari pilinan benang berwarna hitam dengan ada hiasan motor berwarna silver. "Aku yang membuatkannya sendiri, aku harap kamu menyukainya, Noah.""Tentu saja aku sangat menyukainya, ini indah sekali. Kamu tau, Lana? Seumur hidup aku tidak ada yang memberiku sesuatu yang sangat manis ini.""Kamu jangan pernah melepaskan gelang ini. Kamu harus terus memakainya. Aku juga akan menyimpan pemberian kamu."Noah kemudian mmeberikan ciumana pada Lana sebagai ucapan terima kasih. Mereka saling beradu ciumana di sana."Lana. kenapa kamu bisa sampai ke sini? Apa orang tua kamu tidak curiga sama kamu?""Aku mengatakan jika aku ingin lari pagi dengan Leon di taman, karena aku sudah lama tidak lari pagi di sini. Aku juga merindukan kamu Noah.""Merindukan aku? Apa kamu yakin?" Lana mengangguk perlahan. "Aku juga sangat merindukan kamu walaupun tadi malam kita baru saja bertemu." Noah sekarang malah membu
Noah yang mencoba menghapus air matanya datang ke kamar Daniel dan melihat sahabatnya itu membuka mata. Tangan Noah memegang erat tangan sahabatnya itu dan duduk di sebelah Daniel. “Hai, Dan, kenapa kamu sangat ceroboh dan bodoh mengikuti balapan motor itu?”“Maafkan aku, Noah,” suara Daniel terdengar lirih dan terbata.“Tidak apa-apa, aku memaafkan kamu. Daniel apa kamu sudah tau jika Mara sedang mengandung bayi kalian?”“Benarkah?” tampak air mata Daniel keluar dari tepi matanya. “Noah aku minta tolong sama kamu untuk menjaga Mara dan bayiku, mungkin aku tidak bisa menjaganya, aku sudah tidak kuat.”Seketika Noah menangis mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu. “Aku tidak mau, kamu yang akan menjaga Mara dan bayi kalian, Dan.”Daniel tersenyum kemudian dia menutup kedua matanya rapat dan tangannya terlepas dari genggaman Noah. Tangis Noah langsung pecah di sana, bah
Malam itu di arena balap motor terdengar suara yang sangat ramai, bahkan lebih ramai melebihi hari biasanya karena banyak sekali orang dari kota lain datang untuk memeberi dukungan kepada pembala motor idolanya. Di area itu sudah benar-benar dinyatakan aman dan tidak akan ada petugas yang akan membubarkan acara balap motor itu karena mereka telah memberi uang kepada beberapa petugas agar acara mereka bisa berlangsung dengan baik.Mara dan Cilla berada di rumah sakit untuk menjaga Daniel, dan Noah tidak mau kalau mereka berdua ada di sana. “Balapan motor kali ini agak berbeda dengan balapan motor seperti biasanya. Noah akan mendapatkan lawan yang sangat kuat, aku dengar orang yang di minta Bruno untuk mengikuti balap motor kali ini adalah pembalap motor yang tidak pernah kalah di kotanya, bahkan dia sering menjadi juara di kota lain. Dia juga terkenal kejam pada lawannya saat mereka bertanding,” jelas Cilla.Mara yang mendengarnya tampak sangat khawatir pada
Malam ini Noah dan Cilla menginap di rumah sakit karena malam ini juga dokter akan melakukan tindakan operasi pada Daniel. Beberapa jam mereka menunggu, tapi belum ada pemberitahuan tentang keadaan Daniel.“Noah, apa kamu tidak mau menghubungi Mara dan memberitahu tentang keadaan Daniel? Kamu harus memebritahunya bagaimanapun juga.”“Iya, aku akan segera menghubunginya.” Noah segera mengambil ponselnya. Mara tampak kaget dan shock mendengar apa yang terjadi dengan kekasihnya. Mara bergegas berangkat ke rumah sakit.Tidak lama dokter keluar dari dalam ruang operasi. Noah segera menemui dokter itu dan terlihat dari raut wajahnya tampak menyiratkan suatu kabar yang tidak baik.“Dok, bagaimana keadaannya?”Dokter itu menepuk pundak Noah. “Teman kalian mengalami koma, dan semoga saja dia bisa melewati masa kritisnya.Seketika tubuh Noah tampak gontai, dia hampir saja jatuh mendengar apa yang barusan dikat
“Halo, apa benar ini Noah?” suara seorang wanita yang terdengar sedih.“Iya, aku Noah. Ini siapa?”“Noah, perkenalkan aku Martha orang yang menjaga mama kamu selama ini. Mungkin kamu tidak mengenali, tapi mama kamu menyuruhku untuk meghubungin nomor kamu.”“Marta? Mamaku? Maaf, aku sudah tidak mau mengetahui hal apapun tentang mamaku.”“Jangan menutup teleponnya dulum Noah! Ada hal penting yang ingin aku bicarakan sama kamu.”“Aku sudah mengatakan jika aku tidak mau mendengkan hal apapun tentang mamaku. Aku sudah tidak peduli dengan apa yang dia lakukan.”“Mama kamu sedang sakit parah, Noah, dan dia dirawat di rumah sakit sudah beberapa bulan yang lalu,” ucap wanita itu cepat.Noah terdiam di tempatnya setelah mendengar apa yang dikatakan oleh wanita diseberang telepon itu. “Terima kasih sudah memberitahuku.” Noah langsung menutup panggilan
“Dia mengajak kamu bermain di mansionya?” Mara mengangguk perlahan dengan ragu-ragu. Lana menepuk jidatnya dengan malas.Mara memegang tangan Lana dengan menatapnya penuh harap. “Aku awalnya tidak menyerahkan diriku dengan begitu saja, Lana. Dia memaksaku dan ---.” Mara tertunduk diam.”“Dan apa, Mara?”“Dia orang pertama kali yang sudah mengambil hal berharga dalam hidupku, dan dari situlah aku merasa diriku sudah tidak berharga lagi. Kamu tidak tau betapa terpukulnya aku waktu itu, Lana, tapi aku tidak mau terpuruk terlalu lama. Om Max mengatakan akan mengatakan jika sebenarnya dia mencintaiku, dengan mamaku dia hanya kasihan dengan semua yang diceritakan oleh mamaku.”“Lalu dia memberitahu mama kamu?”“Awalnya aku melarangnya karena aku tidak mau membuat aku dan mamaku yang semula memiliki hubungan tidak baik menjadi tambah parah, jadi kita sembunyikan masalah ini.”
Acara pesta kelulusan malam itupun selesai. Kedua orang tua Lana pulang lebih dulu, di sana Noah dan Lana serta Mara dan kekasihnya Daniel masih berada di satu meja, mereka sedang saling bercerita satu sama lainnya.“Lana, kamu sendiri, setelah lulus ini mau kuliah atau akan menikah juga dengan Noah?” Mara menggoda Lana.Lana melihat ke arah kekasihnya yang tengah menghabiskan minumannya. “Aku sebenarnya ingin menikah dengan Noah, tapi sepertinya aku akan bersabar menunggu sampai Noah benar-benar siap segalanya untuk menikah denganku. Kamu tau sendiri, kan, jika Noah baru saja bekerja dan dia baru merintisnya, jadi kita tidak terlalu terburu-buru.” Lana memegang tangan Noah, Noah tersenyum pada kekasihnya itu.“Kalian mau minum lagi? Akan aku ambilkan minuman di sana. Dan, ayo ikut denganku mengambil minuman untuk para gadis kita.” Noah beranjak dan mengajak Daniel pergi ke stand minuman meninggalkan kedua gadis itu dudu
Beberapa bulan berlalu. Noah dan Lana menepati janjinya untuk tidak saling bertemu dulu sampai Lana lulus sekolah.Dan Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Lana, di mana dia akan menerima ijazah kelulusannya dan akan ada pesta di sekolah Lana.Kedua orang tua Lana sangat senang karena Lana lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Pada saat pulang ke rumah, Lana langsung mencoba menghubungi Noah untuk mengatakan kabar gembira ini dan akan mengundang Noah untuk hadir dalam acara pesta yang diadakan oleh sekolahnya."Noah, di mana? Apa dia sedang sibuk bekerja?" Lana berdialog sendiri karena panggilannya tidak di jawab oleh Noah. "Sebaiknya aku kirim pesan saja. Nanti pasti dia akan menghubungiku.Keesokan harinya, Lana melihat tidak ada telepon dari Noah ataupun balasan pesan yang dia kirimkan pada Noah. Lana memutuskan dia akan pergi ke flat di mana Noah tinggal.Lana izin pergi jogging seperti biasanya saat dia libur sekolah
"Noah!" Lana berlari kecil lalu dengan senangnya memeluk Noah bahkan mendaratkan ciumannya pada bibir Noah dengan sangat dalam. Pun dengan Noah dia membalas dengan malah mengeratkan pelukannya pada pinggang Lana."Maaf, ya, aku tadi tidak menjemput kamu di rumah. Aku hanya ingin menghormati apa yang kedua orang tua kamu inginkan untuk hubungan kita. Kita boleh berhubungan setelah kamu lulus sekolah, dan sebelum kamu lulus aku akan mencari pekerjaan yang benar dan menjadi pria yang pantas untuk kamu.""Aku benar-benar mencintai kamu, Noah. Sebentar lagi aku akan menerima ijazah kelulusan dan kita akan bebas bertemu tanpa rasa takut.""Aku juga sangat mencintai kamu, Lana." Sekarang gantian Noah yang mengecup bibir Lana.""Maaf, ya, aku harus menganggu kemesraan kalian karena Noah harus pergi ke tempat di mana dia akan aku kenalkan pada orang yang akan memberikan Noah pekerjaan," ujar Mara."Pekerjaan?"Noah kemudian menjelaskan bahwa dia akan
Noah melihat ke arah Daniel yang sedang menunggu jawaban dari Noah. “Aku akan berhenti mengikuti balap motor lagi dan mungkin aku akan mulai mencari pekerjaan atau apalah yang membuat aku terlihat baik di mata kedua orang tua Lana.”“Apa? Kamu mau berhenti balap motor? Lalu, tentang pengobatan kakak kamu bagaimana?”Noah masih terdiam mendengar pertanyaan Daniel, dia juga bingung tentang biaya pengobatan kakaknya,. Apa yang harus dia lakukan? Apa dia harus meminta bantuan kepada mamanya sekarang? Tapi dia tidak akan mau melihat bahkan menerima uang sepeserpun dari mamanya. “Nanti akan aku pikirkan,” jawab Noah rag-ragu. “Kalau begitu aku pergi dulu.” Noah beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju Flat tempat tinggalnya.Daniel dan Mara saling melihat. Daniel tampak menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. “Aku kasihan melihat keadaan Noah sekarang.”“Aku malah tidak yakin jika kedua or