Home / Horor / YOU AND US / Hari kesebelas

Share

Hari kesebelas

Author: Nyaon
last update Last Updated: 2021-05-19 15:48:56

"Hantu .. ? Hmm gak tau juga, antara percaya gak percaya sih," ucap Riski tak menoleh sama sekali, bahkan nada bicaranya jadi berbeda.

Delna hanya ber-oh ria, lalu mulai menceritakan kejadian yang ia dan temannya alami akhir akhir ini.

Riski terlihat serius saat mendengarkan cerita Delna, Riski bahkan melambatkan laju motornya agar Delna bisa leluasa bercerita.

"Pokoknya kejadian aneh selalu menimpa kami kak, dan sosok sosok yang kami jumpa selalu menyebut kata 'mati' dan 'Dion'," jelas Delna melihat kearah gedung putih, apalagi jika bukan apotik satu, tempatnya PKL.

"Lanjut cerita didalam ya? Mumpung ada Diego hari ini," ujar Riski turun dari motor setelah Delna turun terlebih dahulu.

"Diego?" tanya Delna bingung karna merasa asing dengan nama tersebut.

Riski mengangguk, "iya, karyawan baru, aku dengar dia tau soal dunia perhantuan gitu."

Lagi lagi Delna hanya ber-oh ria, semangatnya hilang entah kemana.

"Memang sejak awal aku semanga

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • YOU AND US   Hari keduabelas

    Delna langsung terdiam begitu mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Nissa, raut wajah Delna langsung berubah drastis."Del?" panggil Nissa merasa heran dengan perubahan Delna."Ceritanya panjang sih Nis. Tapi intinya mereka diganggu?" jelas Riski menggunakan nada tanya, toh dirinya juga masih tidak terlalu percaya dengan Delna."Ian hilang, Dion kaya orang gila," lanjut Riski setengah berbisik karna tiba tiba saja bu Salma lewat, Riski langsung memasang tubuh didepan Delna agar bu Salma tak melihatnya."Riski? Anak PKL belum berangkat?" tanya bu Salma sedikit merapikan rambut, kentara sekali kalau wanita itu baru saja bangun dari dunia mimpi."Sepertinya mereka terlambat bu, kalau satu jam juga mereka gak dateng saya bakal jemput," ujar Riski sembari memberi isyarat pada Delna untuk tidak keluar dari balik tubuh Riski.Bu Salma menggeleng heran, "baru beberapa hari saja mereka terlambat," gumamnya kemudian berjalan kembali ke ruangan bu Salma

    Last Updated : 2021-05-20
  • YOU AND US   Hari Ketigabelas

    "Kenapa Del .. kenapa?" Disana, Dion terduduk lemah diatas kasur, kulitnya pucat, rambut hitam berantakan. Penampilan Dion benar benar kacau saat ini. "Astaga .. Dion?" panggil Nissa merasa prihatin dengan keadaan Dion, lagipula siapa yang tak tega melihat seseorang dalam keadaan mengenaskan seperti itu? Nissa kemudian segera berlari kearah Dion, tak peduli dengan seruan yang dilontarkan Delna. "Kak Nissa! Jangan! Bahaya!" seru Delna memperingati, namun Nissa tampak tak peduli, toh Dion lebih membutuhkan pertolongan. "Kak Nissa!" seru Delna lagi ketika melihat Dion menunduk lesu, ia takut Dion akan berteriak marah atau melakukan hal yang ekstrim. Setelah sampai didepan Dion, Nissa segera mengelus pucuk kepala Dion dan bertanya apakah Dion baik baik saja atau tidak. Dion menggeleng sebagai jawaban, tanda jika dirinya sedang tidak baik baik saja. Nissa kemudian mengangguk pelan lalu mengamit pergelangan tangan Dion. Lilitan tali

    Last Updated : 2021-05-27
  • YOU AND US   Petunjuk

    Orang itu menatap Delna intens, matanya bergerak dari atas turun kebawah, memperhatikan Delna secara detail. "Maksudnya?" Suara Delna memecah keheningan, membuyarkan fokus orang itu. Namun sepertinya pria didepan Delna lebih memilih untuk tak menjawab. Kerutan didahi sang pria sudah menjadi bukti untuk Delna bahwa ia sedang berfikir keras. Hening tiba tiba menyergap membuat Delna merasa tak nyaman sekaligus risih, "saya permisi kalau memang Anda tak memiliki urusan dengan saya," ujar Delna sopan dan berniat pergi sebelum pria itu menghentikannya. "Oh! Kamu Delna?" tanya orang itu dengan wajah riang, tak mempedulikan semua perkataan yang Delna lontarkan sebelumnya. Walaupun sedikit sebal, Delna tetap mengangguk sebagai jawaban. "Ini aku Henri!" ungkapnya sembari menunjuk diri sendiri. Tiba tiba saja memori beberapa minggu lalu terputar bagai rewind dikepala Delna. Terdiam sesaat karna otak Delna masih memproses informasi

    Last Updated : 2021-06-03
  • YOU AND US   Kenapa?

    "Tunggu! Pak Hendra?" tanya Delna setengah terkejut, terlalu fokus dengan Dion membuatnya lupa untuk melaporkan hal ini pada kepala desa."Yap, aku mau kamu menebak, Del," ujar Henri melipat tangan didepan dada.Lagi, Delna mengernyit bingung. Ayolah, otaknya terlalu bodoh untuk memecahkan suatu teka teki."Aku malas berfikir, akan aku tanyakan hal ini pada Dion saja," ungkap Delna bangkit lalu berjalan kearah kamar Ian, Delna hendak membawa pemuda itu ke rumah."Ya sudah, lakukan hal seperti Dion, semoga beruntung gadis kecil."***Perkataan Henri terus saja berputar dikepala Delna, terngiang bagai sebuah musik.Nafas gadis itu terengah karna membawa beban dipunggungnya. Bulir bulir keringat memenuhi pelipis Delna. Sesekali Delna akan terpeleset ketika berjalan. Kepalanya sedikit berkunang-kunang akibat terlalu lelah membawa beban."Sedikit lagi .. " lirih Delna menatap jalanan didepannya."Kalau bukan karna aku p

    Last Updated : 2021-06-06
  • YOU AND US   Dunia astral

    Kegelapan dengan sinar warna biru merupakan pemandangan yang Delna lihat pertama kali. Pepohonan lebat menjadi pelengkap tempat Delna berada.Netra hitam menelisik sekitar, mencoba untuk mencari tau sedang dimana Delna berada sekarang. Terbangun dari posisi tidur hanya untuk melihat lebih luas, Delna bangkit berdiri, sedikit membersihkan debu yang menempel ditubuhnya.Otak gadis itu masih berusaha untuk mencerna kejadian hari ini, lagi lagi otaknya disuruh kembali untuk berfikir, pikir Delna kesal."Astaga .. padahal niatku kan hanya iseng," lirih Delna memijat pelipisnya setelah mengingat kejadian beberapa menit lalu.Delna sendiri yang memang kurang ajar, namun niatnya kan hanya ingin memastikan apakah teorinya benar atau tidak."Tidak kusangka hantu itu sensitif .. " gumam Delna sangat pelan mulai berjalan tanpa arah.Delna membiarkan sang kaki menjadi pemimpin kali ini, otaknya sudah terlalu lelah."Sekarang .. aku harus apa

    Last Updated : 2021-06-07
  • YOU AND US   Keluar?

    "Delna?" lirih Dion terus menatap sosok seorang gadis yang tengah menari seorang diri dipinggir panggung.Semua penonton semakin bersorak senang ketika Delna menaikkan tempo kecepatannya menarinya. Walau samar, Dion dapat melihat rasa lelah tampil diwajah Delna.Perasaan takut yang sebelumnya hinggap langsung tergantikan dengan perasaan iba. Entah kenapa firasatnya mengatakan jika Delna sedang meminta bantuan.Dengan perlahan Dion menuruni tanjakan. Pertunjukkan itu seperti berada ditengah lubang dalam."Aw!"Dion langsung menutup mulut rapat rapat, takut jika ia menjadi pusat perhatian. Namun sepertinya 'orang-orang' itu asik menonton pertunjukkan yang terpampang dihadapan mereka, Dion diam diam bersyukur akan hal itu."Gimana cara nyelamatin Delna tanpa memancing perhatian?" gumam Dion langsung menatap sekitar dengan hati hati.Otak Dion paksa untuk berfikir lebih, "bayangkan kalau ini game," batin Dion masih berusaha mencari cara.

    Last Updated : 2021-06-09
  • YOU AND US   Perjanjian

    Delna dan Dion membulatkan kedua mata mereka, tak percaya dengan apa yang mereka lihat saat ini. Namun dari hati paling dalam Delna dan Dion juga bersyukur kepada Tuhan.Melupakan rasa syok, kini Dion tersenyum lebar, bahkan sangat lebar hingga menampilkan deretan gigi rapi milik Dion. Begitu juga dengan Delna, gadis itu tersenyum sesaat sebelum akhirnya berdiri dan menghampiri seseorang yang diam diam Delna rindukan."Ian!" sapa Delna sedikit keras, membuat sang empu nama menutup telinga rapat rapat."Baru juga dateng," lirih Ian menatap sebal kearah Delna sembari mengusap telinga sebelah kanan.Bukannya merasa bersalah Delna justru membalas tatapan Ian, Delna tidak mau mengakui rasa rindunya pada Ian."Ian!"Saat hendak kembali bicara, Dion memotong ucapan Delna dengan cara berseru memanggil Ia

    Last Updated : 2021-06-10
  • YOU AND US   Akhir dari segalanya

    "Setelah itu, tanpa fikir panjang aku langsung menerima tawaran dari sosok itu," jelas Ian mengakhiri ceritanya dengan suara serak, ia lelah bercerita panjang lebar, tenggorokannya terasa kering namun tak ada air yang bisa Ian minum. Ketika Ian sedang sibuk mengurusi tenggorokan, Dion tiba tiba saja menghambur kedalam pelukan Ian, Dion terharu karna Ian rela tersiksa demi dirinya. "Terima kasih sahabatku~" ungkap Dion sedikit berlebihan menurut Ian. Mengabaikan cerita Ian sesaat, Delna bertanya pada Dion, "setelah mendengar cerita tadi, apa kamu ingat .. semuanya?" Dion langsung melepas pelukannya dengan Ian. Termenung sebentar sebelum menjawab, "gak terlalu sih, cuman ingetlah dikit dikit," jawab Dion sembari menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Delna menghela nafas lelah mengetahui hal itu, bagaimana nanti ketika mereka pulang lalu diminta presentasi selama mereka PKL tetapi Dion hilang ingatan? Akan sangat tidak lucu jika Delna harus b

    Last Updated : 2021-06-11

Latest chapter

  • YOU AND US   Lembar Baru

    "Aku tau saat membuka grup sekolah tadi, saat aku mengirim pesan duka, kau melihat pesanku. Jadi aku buru buru kemari untuk memastikan," jelas Sintia sembari melepas pelukannya dari Delna.Delna menghela napas lega kemudian kembali berjalan menuju kamar mandi, ia sangat ingin terkena air sekarang."Kau mau ke mana?" tanya Sintia saat melihat sahabatnya itu pergi."Mandi, setelah mandi kita bicarakan banyak hal, oke?"Singkat cerita Delna selesai beberes rumah dan membersihkan diri, kini di ruang tamu ia tengah asik mengobrol dengan Sintia."Besok hari pemakaman Dion dan Ian kan? Nanti saat acara berlangsung jangan ikuti aku ya?" ujar Delna berusaha membujuk Sintia untuk tidak mengikutinya selama proses pemakaman berlangsung nanti."Kenapa?" tanya Sintia bingung, secara tidak langsung ia membuat ekspresi sedih.Delna menggaruk rambut yang tidak gatal lalu membuat wajah sendu agar lebih meyakinkan."Karena aku ingin sendiri saat proses pemakaman juga ketika acaranya berakhir," jelas Del

  • YOU AND US   Tenang

    Keheningan menyergap, cahaya matahari menyelimuti hutan tempat Henri tinggal, rasa hangat menjalar ke seluruh tubuh Delna."Bisa kau jelaskan perkara tadi?" tanya Delna berusaha mempertahankan kesadaran, kantuk sedang berusaha mengambil kesadarannya sekarang.Henri menoleh, menatap Delna sejenak sebelum tersenyum tipis, "aku hanya mau bilang kalau misi kita gagal total. Toh, yang rugi sebenarnya cuman kau Delna," jelas Henri kemudian bangkit berdiri."Kembalilah, tinggal jalan lurus dari sini, setelah itu langsung cari halte bus," lanjut Henri berjalan masuk ke dalam gubuk, menghiraukan teriakan Delna.Menghela napas panjang, Delna merebahkan dirinya di atas tanah, ia terlalu lelah untuk sekedar berjalan. Delna berniat istirahat sejenak sebelum menuruti perkataan Henri."Henri aneh," gumam Delna tersenyum tipis, "meski orangnya kaya gitu dia tetap baik," lanjut Delna memejamkan mata sesaat, menikmati ketenangan sebelum badai menghantam.Apalagi jika bukan badai mengenai respon orang t

  • YOU AND US   Kehancuran

    Delna tak menghiraukan ucapan Hendra sama sekali, ia fokus mencari jalan di tempat gelap ini.Sampai ketika gadis itu melihat sebuah gerbang besar di ujung jalan yang Delna tapaki."Semoga jalan keluar," batin Delna terus merapal kata kata itu dalam kepalanya, berharap ia bisa keluar dari sini hidup hidup.Namun tiba tiba langkah Delna terhenti, isi hati gadis itu mencegahnya berjalan menuju gerbang.Mengapa kau lari? Apa kau pantas hidup setelah melihat kedua temanmu dicincang begitu? Bukan kah tujuanmu kemari untuk menyelamatkan Dion dan Ian? Jika mereka berdua mati seharusnya kau juga mati Delna.Air mata tertumpuk dalam pelupuk dan perlahan membasahi kedua pipi Delna. Sehina ini kah dirinya sampai akhir pun tetap memilih egois? Pikir Delna jatuh ke tanah, tak menghiraukan Hendra yang semakin mendekat ke arahnya.Perasaan bersalah sekali lagi menyelimuti hati Delna dan ia seharusnya tidak memilih keluar dari tempat ini. Delna berpikir akan lebih baik jika dirinya mati di sini sebag

  • YOU AND US   Pembangkitan

    Delna terbangun dengan rasa sakit diseluruh tubuhnya. Rasa lelah yang ia rasakan sedari tadi tak kunjung hilang, entah apa yang terjadi pada tubuhnya."CK, sial, kalian tidak mati kan?" gumam Delna merasa perjuangannya kali ini akan berakhir sia-sia." .. aku ingin pulang," lirih Delna menenggelamkan kepalanya diantara kaki, perasaannya mulai membaur menjadi satu dan membentuk perasaan putus asa."Jangan menyerah dulu, kurasa mereka masih hidup walau ruhnya sempat dihancurkan tua bangka itu," ujar Henri tiba tiba mengagetkan Delna yang hampir tertidur kembali." .. Benarkah? Ayo temukan Ian dan Dion sebelum terlambat," ajak Delna langsung berdiri, mengabaikan rasa lelah dan sakit yang sebelumnya ia rasakan."Baiklah, semoga saja mereka berdua bisa bertahan," ujar Henri membersihkan debu yang ada dicelananya lalu menyusul langkah Delna.Suara daun daun kering terdengar nyaring, baik Henri maupun Delna tak ada yang mau berbicara, keduanya sama sama hening."Hei, kenapa arwah Dion dan Ia

  • YOU AND US   Belum Selesai

    Delna membuka mata cepat, nafasnya terengah engah, keringat membasahi hampir seluruh tubuhnya. Netra hitam dengan buru buru memeriksa sekitar, memastikan keberadaannya saat ini."Untuk sekarang kita aman," ujar Henri dari arah samping, kondisi pria itu juga tak jauh berbeda dari Delna.Keadaan hening, Delna masih berusaha menenangkan diri, begitu juga dengan Henri. Pria berambut hitam legam itu juga syok, ia tak pernah mengalami kejadian supernatural seperti ini."Ini kali pertama untukku," lirih Henri menutup sebagian wajahnya menggunakan tangan.Delna tak menyahut, tatapan matanya kosong, gadis itu merasa sedikit de'javu dengan keadaan ini. Seperti saat PKL dulu, pikirnya mulai meneteskan air mata. Dadanya terasa sesak sekarang, suara isakan kecil menyelimuti ruangan, membuat Henri menatap Delna bingung."Ada apa? Kenapa kau menangis?" tanya Henri mengelus kepala Delna, berniat menenangkan gadis itu."Aku gagal," lirih Delna memukul lantai dengan tangan kanan. "Aku gagal!" lanjut De

  • YOU AND US   Bahaya

    Potongan tangan manusia tergeletak begitu saja dilantai, walau mengetahui itu bukan tubuh asli, Delna tetap saja merasa ketakutan saat melihatnya. Air mata memenuhi penglihatan si gadis hingga pandangannya memburam. Rasa mual terasa satu detik kemudian, membuat Delna tak nyaman."Hm .. ?"Sautan pelan dengan suara serak membuat Delna tersentak, buru buru ia melihat ke atas, tepat ke arah wajah yang menyahutinya.Sosok hitam besar itu menyeringai ketika melihat Delna ketakutan, tubuh manusia ditangannya ia jatuhkan, bagai mainan yang sudah tak berguna lagi. Sosok itu lalu berjalan mendekat ke arah Delna, menatap si gadis dengan pandangan mengejek."Kau terlambat, gadis kecil!"Si sosok tertawa keras, semakin menakuti Delna. Perlahan, Delna memundurkan tubuhnya, berusaha menjauhi sosok menyeramkan itu. Namun usahanya terhenti kala sosok hitam kembali berbicara."Sia sia saja kau kemari, tetapi apakah kau tidak ingin melihat temanmu untuk terak

  • YOU AND US   Terlambat

    "Tak bisa memantuku? Kenapa?" tanya Delna mulai merasa panik, jantungnya berdebar secara perlahan.Henri menghela nafas pelan, melipat kaki sebelum berbicara."Maksudku adalah, aku tak bisa membantu secara keseluruhan, aku hanya bisa membantumu sebisaku," jelas Henri langsung mendapat jitakan agak kuat dari Delna.Henri mengerang sedangkan Delna mendengus kesal, "ck! Harusnya kau bilang dari awal!""Maaf, maaf, kuakui kata kataku sulit dipahami," ujar Henri menggaruk tengkuk yang tidak gatal sembari tertawa canggung."Baiklah, sekarang langkah apa yang harus kuambil agar bisa menyelamatkan mereka?" Delna kembali membawa topik serius, ia tidak mau basa basi.Henri juga memasang tampang serius. Berbekal ilmu yang selama ini ia pelajari secara otodidak, pria itu mulai berfikir.Beberapa detik kemudian suara jentikan jari terdengar, wajah Delna langsung sumringah mendengar suara itu. Artinya Henri telah menemukan jalan yang akan mem

  • YOU AND US   Ian

    Ian menghembuskan nafas lelah, baru pertama kali ia meragasukma seperti ini, wajar jika lelaki itu merasa kelelahan.Adengan ini adalah saat dimana Ian menghilang tanpa kabar di desa, sudah pasti temannya khawatir, pikir Ian sembari menatap sekeliling."Jadi seperti ini tempat para arwah?" gumam Ian mengangguk kecil, menatap posisi kacamata kemudian mulai berjalan ke arah depan.Baru beberapa langkah, Ian terhenti. Manik hitam bergulir ke bawah, melihat tangan. Bercahaya merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan kondisi tangan remaja itu."Kenapa bercahaya? Aku sungguh tak mengerti," gumam Ian lagi tak menatap tangannya, ia lanjut berjalan.Berjalan setapak demi setapak, Ian mulai melihat cahaya kebiruan dari lebatnya daun pohon. Remaja itu langsung bernafas lega, setidaknya ia tak akan menatap kegelapan lagi.Tangan kanan Ian gunakan untuk menyingkirkan ranting serta daun pohon, penglihatan sang remaja langsung terasa jelas.

  • YOU AND US   Masih Bisa Selamat

    Sintia melepaskan kedua tangannya dari pundak Delna, menatap sahabatnya kosong kemudian berjalan pergi meninggalkan gadis itu."Sintia?" panggil Delna memiringkan kepala, pikirannya sedikit tenang setelah Sintia meninggalkannya."Tunggu!" seru Delna langsung mengejar Sintia sebelum perempuan itu berjalan lebih jauh.Sintia menoleh kebelakang, dimana Delna tengah mengejarnya sambil terengah. Keringat dingin terlihat mengucur dari dahi gadis itu, namun hal tersebut tak cukup untuk membuat Sintia simpatik."Sudah tenang?" tanya Sintia setelah melihat nafas Delna mulai terlihat tenang.Delna mengangguk, "kau mau pergi?" tanya Delna menegakkan tubuh setelah beberapa menit membungkukan badan."Menurutmu?" tanya Sintia dingin, ia benar benar sudah tak peduli pada Delna.Menurut Sintia, Delna terlalu berlebihan menanggapi suatu hal, dan itu membuat Sintia terganggu."Pantas saja kau dijauhi," batin Sintia masih menatap Delna, melihhat

DMCA.com Protection Status