Share

Skyfall [2]

Penulis: Indah Hanaco
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-28 17:30:01

Mbak Titiek berdiri sambil memandang kami semua. Aku merinding melihat lap di tangan kanannya yang memerah oleh darah Thea. Ada tetesan yang jatuh ke lantai.

“Thea itu memang suka bikin ulah. Pasti banyak di antara kalian yang nggak suka sama dia. Tapi, jangan sampai kalian nyebarin fitnah. Orang lagi kesusahan, jangan ditambahin. Jangan sampai anaknya jadi betul-betul pengin bunuh diri,” Mbak Titiek mengingatkan. “Jangan ngomong apa-apa dulu di luar sana. Nanti malah jadi makin heboh padahal kenyataannya nggak separah gosip.”

Aku seolah baru saja ditonjok. Ucapan Mbak Titiek sangat benar. Karena itu, aku pun membalikkan tubuh untuk kembali ke dapur. Meski tak berselera, aku harus segera menuntaskan sarapan sebelum berangkat ke kampus. Teman-temanku pun memilih kembali ke dapur. Kali ini, tak ada yang bicara. Semua tampaknya terlalu kaget dengan apa yang baru saja terjadi. Entah apa yang terjadi pada Thea. Untuk saat ini, kami semua terpaksa men

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wonderstruck   Skyfall [3]

    Meski tak menyukai Thea, aku kurang setuju dengan dugaan Susi untuk beberapa alasan. Jika kuingat lagi, Redho dan Thea baru berpacaran selama lima atau enam minggu. Apakah mereka setuju untuk segera melangkah pada aktivitas fisik paling intim begitu berpacaran? Aku agak ragu. Karena Thea adalah tipikal orang yang suka mempermainkan para pria, bukan sebaliknya. Dia takkan sebodoh itu menyerahkan diri pada pacarnya. Karena Thea hanya ingin kaum adam bersimpuh di kakinya, memuja, dan mengejar-ngejarnya.Aku menghela napas, berjuang membuang aneka pikiran di kepalaku. Apa pun yang dilakukan Thea dan Redho selama berpacaran, sama sekali bukan urusanku. Seharusnya, aku tidak membuang energi begitu banyak untuk memikirkan masalah mereka.Ketika baru meninggalkan kamar, aku sempat berpapasan dengan Chicha dan Esther di halaman rumah Borju. Trudy dan Raisa pun bersiap meninggalkan Rumah Borju.“Thea di mana?” tanyaku sembari memandang Chicha dan Esther bergan

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-29
  • Wonderstruck   King of Pain [1]

    Usai makan siang, Levi menemaniku untuk menemui Bu Tiur. Tidak ada masalah berarti dalam skripsiku. Bab dua sudah disetujui dosenku itu. Meski ada beberapa poin yang harus kulengkapi, tapi pengerjaannya takkan lama. Asal aku tak menunda-nunda dan tetap fokus, tugas revisi itu akan selesai dalam waktu beberapa jam.Setelah itu, aku dan Levi menunggu Marco menyelesaikan kuliahnya. Kami duduk di bangku yang ada di koridor, tepat di seberang ruang kelas pacarku. Topik obrolan kami masih menyangkut Thea. Rasa penasaranku berlipat ganda karena belum ada yang bisa mengonfirmasi berita heboh yang dibawa Levi tadi.“Aku sendiri nggak tau asal mula beritanya, Nef. Cuma, tadi sempat dengar kalau ada polisi yang datang ke kampus pagi-pagi, nyari Bang Redho. Padahal, dia kan udah lama nggak jadi asisten. Trus nggak lama ada yang bilang, Bang Redho udah ditangkap di rumah temannya.” Itu detail yang kudapat dari Levi saat kami makan siang di kantin.“Kamu yak

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-29
  • Wonderstruck   King of Pain [2]

    “Aku lagi serius, malah sempat-sempatnya bikin fitnah,” gerutuku. “Aku betul-betul nggak nyangka Bang Redho kayak gitu. Ini masih dalam tahap denial karena nggak pernah ngeliat tanda-tanda kalau dia pemangsa cewek.”“Wahai Nefertiti belahan jiwanya Marco, kenapa kamu sekejam ini. Kakiku masih dipakai.” Levi agak membungkuk sembari mengusap-usap tulang kering kaki kanannya. “Soal Bang Redho, memang bikin kaget, kok! Banyak yang nggak percaya. Apalagi kayak kubilang tadi, kasusnya ditutupin. Jadinya, makin banyak yang yakin kalau itu cuma gosip doang.”“Kamu percaya, Lev?”“Percaya, karena pernah ngobrol sama dua orang korbannya.”Aku bergidik. “Tampang alim, orangnya pun selalu sopan, nggak....”“Jangan selalu terpesona sama bungkusnya,” sela Levi. “Nggak belajar dari pengalaman sendiri, Nef? Masih ingat pertemuan bersejarah antara kamu dan

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30
  • Wonderstruck   King of Pain [3]

    Kami masih mengobrol selama kurang lebih seperempat jam. Marco sempat bertanya tentang hasil pertemuanku dengan Bu Tiur. Cowok itu juga membahas tentang Nilla yang diminta pulang oleh orangtuanya. Padahal, gadis itu masih menjalani terapi dan rutin mengonsumsi obat dari psikiater untuk mengatasi traumanya. Pacarku juga menyebut Sonya yang makin dekat dengan Noni. Bahkan, sesekali Noni mulai tidur sekamar dengan ibunya.“Nilla bakalan sekolah lagi nggak, Co?” tanyaku dengan hati sedih.“Kalau dia tetap di sini, bisa sekolah. Tapi kalau pulang ke rumah orangtuanya, nggak yakin, sih,” ucap Marco. “Psikiaternya belum ngasih izin Nilla untuk ninggalin Puan Derana. Karena kalau balik ke Kisaran, pengobatannya pasti berhenti. PTSD kan nggak mungkin sembuh dalam hitungan hari, Nef. Beda sama flu atau batuk. Sementara Nilla masih jauh dari sembuh. Anaknya pun masih pengin di Puan Derana.”Obrolan tentang Nilla membuat suasana hatiku ki

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30
  • Wonderstruck   King of Pain [4]

    Namun, niat untuk mengerjakan revisi skripsi tidak berjalan dengan mulus karena aku kesulitan berkonsentrasi. Aku akhirnya memilih mandi dan menghabiskan waktu dengan berbaring di ranjang dengan pikiran memantul-mantul tak keruan. Aku bahkan tak berselera memeriksa ponselku. Kepalaku dipenuhi pikiran tentang Thea dan Nilla.Saat hendak makan malam di dapur, barulah aku bertemu dengan sesama penghuni Rumah Borju dan mendengar kabar yang mengerikan tentang Thea.Sekitar pukul sembilan pagi, Thea sudah kembali ke Rumah Borju. Kondisi fisiknya dinyatakan baik-baik saja. Tadi siang, orangtua Thea datang untuk menjemput gadis itu. Jadi, saat Vicky datang ke Rumah Borju, dia tak sempat bertemu Thea. Chicha bilang, rencananya Thea dibawa ke kantor polisi untuk memberikan keterangan. Bu Ridwan pun ikut menemani. Setelah itu, tidak ada yang tahu keberadaan gadis itu. Kemungkinan besar dibawa pulang ke Parapat.Ternyata, berita yang didengar Levi memang bukan sekadar gosip

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-01
  • Wonderstruck   Scream [1]

    Esther beristigfar berkali-kali. Raisa dan Mitha mengumpat, memaki mantan asisten dosenku. Trudy membuat tanda salib. Dinda tertunduk, mulutnya berkomat-kamit. Aku seperti Esther, beristigfar meski cuma dalam hati. Kata-kata Susi benar-benar tak terduga.Saat itu, jantungku berdegup tak keruan, seirama dengan ketukan kencang yang membuat lututku pun terasa melemah. Aku masih belum sepenuhnya bisa menerima kenyataan. Mungkin masih berada dalam fase setengah denial meski di sisi lain aku juga mulai menyadari bahwa Redho tak sebaik yang kukira.“Kenapa ada orang yang tega melakukan itu? Udah bukan kayak manusia beradab, tapi lebih hina dari binatang,” kata salah satu temanku. Gumaman setuju pun terdengar dari berbagai arah, termasuk dariku.“Apalagi, orang jahatnya adalah pacar sendiri,” imbuh Chicha. “Pastinya Thea nggak nyangka kalau Bang Redho tega sejahat itu sama dia, kan? Berarti, selama ini Bang Redho sialan itu cuma pu

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-02
  • Wonderstruck   Scream [2]

    “Eh iya, ada yang perlu diluruskan supaya nggak jadi fitnah. Anak itu nggak berniat bunuh diri. Dokter bilang gitu, berdasarkan luka di tangannya. Thea sendiri pun ngakunya dia melempar ponsel ke arah kaca di kamar mandi setelah sempat ngobrol sama Redho. Itu gara-gara Redho ngirim salah satu video yang dia rekam dan ngancam bakalan disebarin. Entah bagaimana, ada pecahan kaca yang nancap di tangannya,” jelas Bu Ridwan.Hening lagi. Kami semua tahu video apa yang dimaksud Bu Ridwan. Semua berita ini sulit diterima sebagai kebenaran dan dialami oleh orang yang kami kenal. Bukan cuma kisah yang berasal entah dari mana dan seakan tidak benar-benar nyata. Tidak sekadar kabar yang viral di media. Ini nyata, terjadi di sekitar kami. Dengan korban yang menjadi bagian dari Rumah Borju.“Waktu nganterin Thea ke sini, Vicky sempat nyuruh saya nelepon Bang Redho. Tapi hapenya nggak aktif,” kataku setelah menimbang-nimbang.Tatapan Bu Ridwan tertuju

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-02
  • Wonderstruck   Scream [3]

    “Iya, Bu,” balas kami nyaris serempak. Namun pemilik tempat indekos yang biasanya tak banyak bicara itu, tampaknya belum selesai. Kami diberi wejangan panjang agar berhati-hati memilih teman bergaul atau pacar. Mulai hari ini, Bu Ridwan juga menegakkan aturan baru. Setiap orang yang ingin meninggalkan Rumah Borju, wajib melapor pada satpam. Jika dijemput orang asing, maka satpam harus mencatat nomor ponsel yang bisa dihubungi. Serta mengambil foto kartu identitas si tamu.“Seharusnya, sejak dulu aturan ini udah dibuat. Bukannya nggak kepikiran, tapi saya nggak mau dianggap berlebihan. Apalagi yang ngekos di sini udah dewasa, minimal berumur dua puluh tahun. Saya anggap, kalian semua bisa jaga diri dengan baik.” Bu Ridwan mengembuskan napas. “Saya minta maaf karena sampai ada kejadian ini. Saya pun benar-benar terpukul karena Thea ngalamin semuanya.”Beberapa detik berselang, Trudy bertanya, “Thea bakalan balik ke sini ngg

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-03

Bab terbaru

  • Wonderstruck   Epilog

    Amara sering mendengar kalimat tentang cinta yang bisa mengubah hidup seseorang dengan drastis. Dan selama ini dia kerap mencibir, tidak memercayai hal itu sama sekali. Baginya, orang-orang yang sedang jatuh cinta itu cuma melebih-lebihkan saja.Akan tetapi, kini cibirannya itu justru berbalik menyerang Amara. Menjadi bumerang yang membuatnya jengah. Jika boleh jujur, Amara bahkan tidak tahu kalau efek cinta yang dirasakannya itu ternyata jauh lebih besar dibanding bayangan gadis itu. Amara mengira hidupnya sudah remuk dan takkan bisa lagi kembali normal. Bahagia itu cuma sebuah mimpi lancang yang terlarang untuknya.Hingga Seo Ji Hwan hadir dalam dunianya, memainkan sihir ajaib yang tidak pernah terduga.Membuka hatinya lagi untuk Ji Hwan setelah tahu siapa cowok itu, sama sekali tidak mudah. Akan tetapi, memaksa Ji Hwan menjauh dan membiarkan cowok itu lenyap dari hidup Amara selamanya, jauh lebih tidak tertanggungkan. Cinta Amara untuk cowok itu sudah bertumb

  • Wonderstruck   My Other Half [7]

    Kata-kata Ji Hwan itu mengejutkan Amara. Dia pun merespons. “Pasti itu melibatkan cewek yang namanya Rita tadi,” tebak Amara dengan perasaan terganggu. Cemburu.“Memang iya,” aku Ji Hwan dengan jujur. Pengakuan itu membuat Amara berjengit.“Dan tadi dia menggandengmu dengan mesra,” Amara menahan diri agar tidak mengomel panjang. “Aku dan Sophie ngeliat semuanya.”“Dia memang menggandengku, Mara. Tapi seingatku, buru-buru kulepaskan. Nggak ada yang bisa dianggap ‘mesra’ di situ,” ralat Ji Hwan. Kedua tangannya terangkat dan membuat tanda petik di udara. “Kalau memang kamu secemburu itu, seharusnya kamu nggak pernah ngelepasin aku,” dia menambahkan.Amara menoleh ke kanan, mengira akan melihat Ji Hwan tersenyum jail. Namun ternyata tidak. Ji Hwan terlihat sangat serius dengan kata-katanya. Matanya yang agak sipit itu menatap Amara dengan kesungguhan yang luar biasa.

  • Wonderstruck   My Other Half [6]

    Ji Hwan tertawa geli. Amara benar-benar merasa lega karena akhirnya bisa melihat cowok itu tergelak lagi. Lesung pipitnya begitu menyihir. Amara sekarang baru menyadari betapa dia sangat merindukan Ji Hwan. Dia tidak tahu bagaimana selama ini bisa bertahan, bahkan sampai bersikap memusuhi cowok itu. Amara pun tak sudi mendengar semua pembelaan diri dari Ji Hwan.“Sophie juga udah ngingetin aku tentang kamu yang gengsi banget untuk mengakui perasaanmu sama aku,” aku Ji Hwan.Amara mendesah tak berdaya. “Kalau nanti ketemu Sophie, aku akan menjahit mulutnya,” ucap gadis itu. “Dia sama sekali nggak bisa menjaga rahasia.”Ji Hwan tertawa kecil. “Sophie nggak punya maksud jelek. Dia cuma ingin membantu kita berdua,” katanya. “Heartling, bisa nggak sih, kita berhenti berantem dan ngucapin kata-kata yang nyakitin hati? Aku beneran jatuh cinta sama kamu. Aku menyesali semua yang harus kamu alami. Aku lebih nyesal lag

  • Wonderstruck   My Other Half [5]

    Wajah Amara menghangat. Kata-kata Ji Hwan itu membuatnya jengah. Dia sempat mengerjap sambil menatap sang mantan, tak yakin bagaimana Ji Hwan tampak berbeda dibanding kemarin. Hari ini, Ji Hwan tampak lebih santai dan bisa mengucapkan kata-kata yang mengejutkan. Meski tak terlihat lesung pipitnya yang begitu disukai Amara.“Kenapa aku harus cemburu?” Amara mengerutkan glabelanya. “Ji Hwan, kita beneran konyol banget karena ngebahas hal-hal yang nggak penting. Sekarang, balik ke masalah yang sebenarnya. Kamu ngajak aku ke sini untuk ngebahas apa?” tanya Amara. Dia berusaha bersikap setenang mungkin meski nyatanya jantung Amara terasa menggila lagi.“Bukannya kamu merindukanku?” Ji Hwan malah balas bertanya. Pertanyaan itu begitu mengejutkan, seperti bom yang dijatuhkan di keheningan malam.“Apa?” Amara yakin dia sudah salah dengar.Ji Hwan menjawab dengan sabar. Nada sinis yang tadi tertangkap di telinga Amar

  • Wonderstruck   My Other Half [4]

    “Kamu sakit ya, Mara? Wajahmu agak pucat,” cetus Ji Hwan dengan napas memburu. Menurut tebakan Amara, cowok itu pasti berlari saat kembali ke tempatnya menunggu.“Aku nggak sakit.” Seisi dada Amara dipenuhi permohonan, berharap Ji Hwan mau memanggilnya “Heartling” lagi. Permohonan yang tidak mampu dilisankan Amara di depan cowok itu. Sesaat kemudian, gadis itu memarahi dirinya sendiri. Memangnya apa yang diharapkannya? Ji Hwan sudah melakuakan segalanya untuk mempertahankan Amara. Akan tetapi, Amara sendiri yang menolak Ji Hwan berkali-kali.Ji Hwan melihat ke arah jam tangannya. “Kita bisa pergi sekarang? Atau kamu mau makan siang dulu?”Amara menggeleng. “Aku nggak lapar.”Setelahnya, gadis itu berjalan bersisian dengan Ji Hwan menuju tempat parkir motor di fakultas cowok itu. Tak ada yang membuka mulut. Amara pun sama sekali tidak berkomentar saat mantan pacarnya menyerahkan sebuah helm kepada

  • Wonderstruck   My Other Half [3]

    Namun Amara tidak mampu mensterilkan diri dari perasaan senang saat melihat Rita menjadi salah tingkah dengan wajah agak pias. Mereka saling sapa dengan canggung. Amara juga merasa lega karena Ji Hwan tidak mengoreksi kata-kata Sophie tadi.Kurang dari tiga menit kemudian Rita pamit dengan alasan harus masuk kelas. Tak lama kemudian Sophie pun menyusul. Tidak ada tanda-tanda bahwa gadis itu menyesali caranya mengintimidasi Rita. Sophie malah terkesan puas dengan kelakuannya barusan. Kini, yang tinggal hanya Amara, berdiri berhadapan dengan mantan pacarnya dengan canggung. Gadis itu memindahkan berat badannya dari kaki kanan ke kaki kiri. Tidak ada yang bicara hingga berdetik-detik. Sementara mahasiswa berlalu-lalang di sekitar mereka.“Amara, kenapa belum pulang? Masih ada kuliah, ya?”Tanpa melihat pun Amara tahu bahwa Reuben yang barusan menyapanya. Dosennya itu berhenti sambil menatap Amara. Berdiri di depan dua pria yang pernah menjanjikan hati m

  • Wonderstruck   My Other Half [2]

    Amara belum pernah merasakan siksaan luar biasa saat mengikuti kuliah. Ji Hwan yang sudah memperkenalkannya pada perasaan asing yang membuatnya tak berdaya itu. Amara mengutuki waktu yang melamban dan jarum jam yang seakan tidak bergerak. Seolah-olah waltu membeku begitu saja.“Mara, bisa duduk diam nggak, sih?” protes Sophie. “Kalau kamu bergerak-gerak terus di kursimu, mungkin bakalan dikira kena wasir.”Kalimat seenaknya dari Sophie itu membuat Amara menendang kaki sahabatnya dengan gerakan pelan. Sophie malah terkikik geli dan buru-buru menundukkan wajah agar tak ketahuan dosen sedang tertawa.“Pasti kamu udah nggak sabar pengin buru-buru keluar dari sini, kan?” tebak Sophie ketika akhirnya kelas berakhir. Seringai jailnya tidak mampu membuat perasaan Amara membaik. “Tersiksa banget kan, Mara?”Amara mengabaikan gurauan sahabatnya. “Sophie, nanti kalau ketemu Ji Hwan, aku harus ngomong apa? Aku ben

  • Wonderstruck   My Other Half [1]

    Amara melangkah pelan dengan kepala tertunduk. Sophie menggandeng lengan kanannya. Setelah menghabiskan waktu di kantin, mereka akhirnya menuju ruang kelas. Perkuliahan akan dimulai sekitar sepuluh menit lagi. Perbincangan Amara dan Sophie tidak mendapat titik temu seputar jalan keluar untuk soal Ji Hwan. Amara sudah kehilangan semangat. Dia yakin, kini dia merasakan patah hati dalam arti sebenarnya.Amara tahu, rasa sakit yang harus ditanggungnya pasti tak akan ringan. Setelah semua kemarahannya mereda dan akal sehat yang berbicara, pastilah rasanya berbeda dibanding malam tahun baru itu. Saat dia memutuskan hubungan dengan Ji Hwan tanpa perasaan.“Kamu terlalu jauh dijajah gengsi. Itu kebiasaan jelek, Mara. Gengsi itu perlu tapi ya harus pada tempatnya. Kalau memang....” Sophie tidak melanjutkan kalimatnya.Heran karena Sophie tak lagi bicara, Amara berujar, “Silakan terus mengejek dan menceramahiku. Masa sih kamu udah capek? Kayaknya ini bar

  • Wonderstruck   Biar Hati Bicara [8]

    Sophie sudah digariskan menjadi orang yang tak mudah dipuaskan. Dan meski sudah ikut melihat adegan tadi, gadis itu merasa bahwa reaksi Amara terlalu berlebihan. Cemburu yang tidak pada tempatnya. Bagi Sophie, tak seharusnya semangat Amara melempem begitu saja. Gadis itu tanpa sungkan mengutarakan opininya.“Katanya rindu, tapi udah langsung nyerah cuma karena ngeliat ada pengagum Ji Hwan yang lagi usaha untuk narik perhatian,” sindirnya. Sophie tidak menyembunyikan rasa gelinya. Tawanya menyusul kemudian, membuat Amara merengut sekaligus kesal.“Aku nggak cemburu, kalau itu yang kamu maksud,” balas Amara, defensif.Sophie mengabaikan kata-kata Amara. “Kamu ingat nama cewek itu? Rita kan, ya?”Amara berusaha keras menggali memorinya tapi gagal total. “Entahlah, aku sama sekali nggak ingat. Cuma kenal mukanya doang.”“Hmmm, aku maklum, sih. Sebelum ini, kamu terlalu asyik berdua sama Ji Hwan, sih

DMCA.com Protection Status