Beranda / Romansa / Wonderstruck / Out of The Blue [5]

Share

Out of The Blue [5]

Penulis: Indah Hanaco
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-01 11:30:12

Aku nyaris pingsan!

Betapa tidak? Ini benar-benar tak terduga. Selama ini, aku dan Marco tak pernah membahas tentang rencana untuk menikah. Rasanya, itu adalah hal yang masih jauh dari hidup kami. Selain karena usia yang masih kuanggap muda, kami sedang menikmati kesibukan setelah tak lagi berkuliah. Apalagi Marco baru saja membangun karier sebagai pengacara meski selalu menghabiskan akhir pekan di Puan Derana saat tak terhalang pekerjaan.

“Nef, kamu belum jawab pertanyaanku,” kata Marco lagi, mengingatkan.

Suara cowok itu membuat aku kembali pada kekinian. Tersadar bahwa kami sedang berada di restoran Hotel Simalungun, dikeliling keluarga dan para sahabat. Terjawab sudah keheranan yang kusuarakan sejak tadi pada Marco.

Aku agak mendongak untuk menatap Marco. Cowok itu tampak serius dan ... sepertinya sedikit tegang. Aku mengerjap dengan kepala terasa penuh dengan tiba-tiba. Aku tak tahu apa yang harus kuucapkan untuk merespons pertanyaan Marc

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wonderstruck   Out of The Blue [6]

    “Kalian kenapa bisa pada ngumpul di sini?” tanyaku sembari menatap teman-temanku satu per satu. Saat berpandangan dengan Joyce, mau tak mau aku pun teringat perbincangan kami kemarin.“Dikabarin pagi-pagi sama Marco. Alhasil, Yuma dan Cliff harus bolos ngantor. Joyce juga. Sementara aku lebih beruntung karena cuma ada kuliah siang,” sahut Levi. “Kalau Vicky, untungnya jadi bos. Nggak ada yang berani protes kalau datang telat ke toko.” Levi menatap pacarnya sambil tersenyum lembut. Meski Levi nyaris setipe dengan Marco, artinya tak suka mengumbar perasaannya pada Vicky di depan umum, tapi aku tahu bahwa dia begitu mencintai sang pacar.Yuma menukas, “Udah, nggak usah pandang-pandangan genit gitu. Belum tiba giliran kalian berdua. Sekarang masih jatahnya Nef dan Marco untuk pamer.” Lalu, Yuma mendorong Marco sehingga berdiri tepat di sebelah kiriku. “Kalian berdua, tolong tampil lebih mesra, ya? Tadi pas Marco mau nge

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-02
  • Wonderstruck   Out of The Blue [7]

    Marco menatapku dengan intens. “Kamu tetap mau nikah sama aku kan, Nef? Walau mungkin umur kita masih lumayan muda dan aku belum punya banyak uang?”Mataku berkaca-kaca. Kali ini, aku yang berinisiatif untuk maju dan memeluk Marco. Efek serudukan banteng itu masih tetap kurasa. “Pertanyaan apa itu? Tentu aja aku mau nikah sama kamu. Memangnya siapa lagi yang lebih tepat untuk jadi suamiku selain kamu?”Dilamar dengan tiba-tiba, disaksikan Mama yang datang jauh-jauh dari Perth dan Papa yang secara khusus diminta Marco untuk datang, sudah membuatku kehilangan kata-kata. Butuh waktu untuk meyakinkan diriku bahwa ini memang nyata dan bukan cuma halusinasiku. Namun ternyata itu cuma semacam menu pembuka. Karena kejutan lain sudah menunggu saat aku dan Marco memasuki ruang kerja Tante Danty yang lumayan luas itu.“Apa? Mama pengin aku dan Marco nikah satu bulan lagi sebelum Mama balik ke Perth?” aku balik bertanya pada Mama dengan j

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-03
  • Wonderstruck   Out of The Blue [8]

    Selama lima minggu berada di Pematangsiantar, ternyata Mama bukan cuma membantu menyiapkan pesta pernikahanku dengan Marco. Mama yang bersikeras tetap mengingap di hotel karena tak mau menyusahkan siapa pun, juga memberiku dan Marco hadiah pernikahan yang tak kuduga. Bisa menebak? Sebuah rumah untuk kutinggali bersama suamiku nantinya.Selama dua minggu penuh, di sela-sela urusan kebaya yang akan kukenakan saat menikah, aku menemani Mama berkeliling Pematangsiantar untuk mencari rumah yang diinginkannya. Alhasil, aku terpaksa meminta izin pada Tante Danty. Sesekali Nilla menemani jika dia tak ada jadwal kuliah. Sementara kakakku sudah kembali ke Medan untuk bekerja.Awalnya, kukira Mama berniat membeli rumah sebagai investasi belaka. Makanya aku cukup heran karena Mama justru cerewet sekali saat meminta opiniku. Ada rumah yang begitu bagus dan Mama tampak menyukainya setengah mati, tapi batal dibeli karena aku kurang menyukai halamannya yang disemen seluruhnya. Tak ada

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-04
  • Wonderstruck   Out of The Blue [9]

    Nike menawari paket bulan madu ke Maladewa. Destinasi yang menggiurkan, tapi belum bisa kami manfaatkan secepat mungkin. Pasalnya, hanya berselang empat hari dari pesta pernikahanku dan Marco, aku sudah harus bertolak ke Medan.Kami semua disibukkan dengan acara yang telah disiapkan jauh-jauh hari. Tepatnya acara bincang-bincang tentang kekerasan pada anak dan perempuan. Ibu mertuaku yang akan menjadi salah satu narasumber pada acara yang digagas oleh sebuah BUMN ini. Sepak terjang pemilik Puan Derana ini sedang mendapat sorotan dari media. Sayang, Marco tak bisa ikut karena memiliki pekerjaan yang tak bisa ditinggal.Efek dari kian dikenalnya nama Puan Derana, Mama Danty pun mendapat banyak undangan wawancara atau menjadi narasumber yang diterima dengan selektif. Hanya tawaran yang kira-kira akan memberi efek menguntungkan bagi Puan Derana saja yang disanggupi.Sebelum Mama dan Uncle Eddie meninggalkan Pematangsiantar untuk terbang ke Bali dan melanjutkan perja

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-05
  • Wonderstruck   Amara Izabel [1]

    Seharusnya, hari itu Amara Izabel bunuh diri.Dia sedang berada di Medan untuk bertemu dengan ibunya yang baru datang dari Jakarta. Gadis berusia dua puluh satu tahun itu berangkat sejak pagi dari Parapat. Dia diantar oleh sopir pribadi dan asisten rumah tangga, Ika, yang selalu mendampinginya selama empat setengah bulan terakhir.Ibu kandung Amara, Merry, sudah memesan kamar di Hotel Medan Adiwangsa. Kemarin, Merry sudah memberi instruksi yang jelas. Bahwa Amara diminta menunggu di kamar mereka yang berada di lantai dua puluh empat. Sementara sopir disuruh menjemput Merry di bandara.Amara yakin, ibunya akan berteriak histeris saat melihat penampilannya nanti. Terakhir kali mereka bertemu bulan lalu, rambut tebal Amara yang lurus itu sudah melewati bahu. Namun sekitar tiga minggu silam, Amara nekat menggunduli rambutnya sendiri. Ika yang kemudian merapikan dengan terpaksa karena penampilan Amara yang acak-acakan.“Astaga, Mara! Kenapa kamu motong r

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-06
  • Wonderstruck   Amara Izabel [2]

    Sonya, Nefertiti, dan pendiri Puan Derana pasti tak mengira jika acara itu sudah membelokkan takdir Amara. Mendadak, semangat untuk terus hidup mulai mengaliri pembuluh darah Amara. Hal itu sempat membuatnya pusing. Dia tak mau terus-menerus menjadi korban. Ini saatnya untuk bangkit. Sonya saja bisa, padahal gadis itu mengalami cobaan yang lebih berat dibanding Amara. Jadi, mengapa dia harus menyerah? Seusai acara, Amara menemui Nefertiti. Mungkin karena perempuan itu menjadi orang pertama yang memberinya penjelasan tentang Puan Derana tanpa menunjukkan ekspresi heran karena rambut plontos Amara. Tanpa ragu, Amara mengutarakan keinginannya. Selama hampir lima bulan terakhir, ini kali pertama Amara tahu apa yang akan dilakukannya. “Mbak sampai kapan di hotel ini?” tanya Amara tanpa basa-basi. “Saya menginap di sini, besok pagi baru pulang ke Pematangsiantar. Kenapa, Amara?” tanya Nefertiti dengan penuh perhatian. “Mbak nginep di kamar berapa? Aku pengi

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • Wonderstruck   Amara Izabel [3]

    Kata-kata putrinya membuat Merry terbelalak. “Kamu serius pengin … bunuh diri? Tapi, kenapa, Mara? Mama kira kamu baik-baik aja. Sejak pindah ke Parapat, kamu pelan-pelan bisa lupa sama kejadian buruk itu, kan?”Amara pun meledak. Dia berdiri di sisi ranjang. Suaranya meninggi saat dia merespons ucapan ibunya. “Mana mungkin bisa lupa, Ma? Itu kejadian yang akan terus menghantuiku seumur hidup. Tiap malam aku mimpi buruk, sampai rasanya takut untuk tidur. Aku kesulitan untuk beraktivitas seperti biasa karena merasa nggak bisa ngapa-ngapain, nggak ada gunanya hidup. Makanya aku nekat botakin rambut. Bukan karena lagi kurang kerjaan. Tapi aku benci sama rambutku. Aku benci sama semua yang ada di tubuhku. Aku nggak baik-baik aja, aku menderita! Aku benci karena dulu nggak bisa bela diri. Makanya aku pengin mati aja. Itu jalan keluar yang terbaik.”“Mara....” Merry terpana. Perempuan itu mematung selama beberapa detik, menata

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-08
  • Wonderstruck   Amara Izabel [4]

    Setelah perbincangan panjang itu, Merry akhirnya mengizinkan Amara pindah ke Puan Derana. Esoknya, perempuan itu mengantar putrinya menuju Parapat untuk mengambil semua keperluan Amara. Setelah itu, mereka bertolak ke Pematangsiantar. Namun, Merry mensyaratkan satu hal. Ika akan tinggal di kota yang sama walau mustahil berada di Puan Derana juga. Ika akan indekos di sekitar tempat penampungan itu.“Ma, Mbak Ika nggak perlu ikut. Biar aja dia tetap tinggal di Parapat, ngurus vila Kakek,” tolak Amara awalnya.“Nggak apa-apa, Mara. Kalau kamu butuh sesuatu, Ika bisa bantuin. Lagian, di Parapat kerjaannya juga nggak banyak. Biarlah untuk sementara ini dia tinggal di dekat kamu. Supaya Mama juga nggak terlalu cemas.”Amara akhirnya mengalah. Paling tidak, restu dari Merry untuk tinggal di Puan Derana adalah dukungan luar biasa bagi gadis itu. Lagi pula, Pematangsiantar adalah kota yang sangat asing bagi Amara. Kehadiran Ika akan banyak membant

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09

Bab terbaru

  • Wonderstruck   Epilog

    Amara sering mendengar kalimat tentang cinta yang bisa mengubah hidup seseorang dengan drastis. Dan selama ini dia kerap mencibir, tidak memercayai hal itu sama sekali. Baginya, orang-orang yang sedang jatuh cinta itu cuma melebih-lebihkan saja.Akan tetapi, kini cibirannya itu justru berbalik menyerang Amara. Menjadi bumerang yang membuatnya jengah. Jika boleh jujur, Amara bahkan tidak tahu kalau efek cinta yang dirasakannya itu ternyata jauh lebih besar dibanding bayangan gadis itu. Amara mengira hidupnya sudah remuk dan takkan bisa lagi kembali normal. Bahagia itu cuma sebuah mimpi lancang yang terlarang untuknya.Hingga Seo Ji Hwan hadir dalam dunianya, memainkan sihir ajaib yang tidak pernah terduga.Membuka hatinya lagi untuk Ji Hwan setelah tahu siapa cowok itu, sama sekali tidak mudah. Akan tetapi, memaksa Ji Hwan menjauh dan membiarkan cowok itu lenyap dari hidup Amara selamanya, jauh lebih tidak tertanggungkan. Cinta Amara untuk cowok itu sudah bertumb

  • Wonderstruck   My Other Half [7]

    Kata-kata Ji Hwan itu mengejutkan Amara. Dia pun merespons. “Pasti itu melibatkan cewek yang namanya Rita tadi,” tebak Amara dengan perasaan terganggu. Cemburu.“Memang iya,” aku Ji Hwan dengan jujur. Pengakuan itu membuat Amara berjengit.“Dan tadi dia menggandengmu dengan mesra,” Amara menahan diri agar tidak mengomel panjang. “Aku dan Sophie ngeliat semuanya.”“Dia memang menggandengku, Mara. Tapi seingatku, buru-buru kulepaskan. Nggak ada yang bisa dianggap ‘mesra’ di situ,” ralat Ji Hwan. Kedua tangannya terangkat dan membuat tanda petik di udara. “Kalau memang kamu secemburu itu, seharusnya kamu nggak pernah ngelepasin aku,” dia menambahkan.Amara menoleh ke kanan, mengira akan melihat Ji Hwan tersenyum jail. Namun ternyata tidak. Ji Hwan terlihat sangat serius dengan kata-katanya. Matanya yang agak sipit itu menatap Amara dengan kesungguhan yang luar biasa.

  • Wonderstruck   My Other Half [6]

    Ji Hwan tertawa geli. Amara benar-benar merasa lega karena akhirnya bisa melihat cowok itu tergelak lagi. Lesung pipitnya begitu menyihir. Amara sekarang baru menyadari betapa dia sangat merindukan Ji Hwan. Dia tidak tahu bagaimana selama ini bisa bertahan, bahkan sampai bersikap memusuhi cowok itu. Amara pun tak sudi mendengar semua pembelaan diri dari Ji Hwan.“Sophie juga udah ngingetin aku tentang kamu yang gengsi banget untuk mengakui perasaanmu sama aku,” aku Ji Hwan.Amara mendesah tak berdaya. “Kalau nanti ketemu Sophie, aku akan menjahit mulutnya,” ucap gadis itu. “Dia sama sekali nggak bisa menjaga rahasia.”Ji Hwan tertawa kecil. “Sophie nggak punya maksud jelek. Dia cuma ingin membantu kita berdua,” katanya. “Heartling, bisa nggak sih, kita berhenti berantem dan ngucapin kata-kata yang nyakitin hati? Aku beneran jatuh cinta sama kamu. Aku menyesali semua yang harus kamu alami. Aku lebih nyesal lag

  • Wonderstruck   My Other Half [5]

    Wajah Amara menghangat. Kata-kata Ji Hwan itu membuatnya jengah. Dia sempat mengerjap sambil menatap sang mantan, tak yakin bagaimana Ji Hwan tampak berbeda dibanding kemarin. Hari ini, Ji Hwan tampak lebih santai dan bisa mengucapkan kata-kata yang mengejutkan. Meski tak terlihat lesung pipitnya yang begitu disukai Amara.“Kenapa aku harus cemburu?” Amara mengerutkan glabelanya. “Ji Hwan, kita beneran konyol banget karena ngebahas hal-hal yang nggak penting. Sekarang, balik ke masalah yang sebenarnya. Kamu ngajak aku ke sini untuk ngebahas apa?” tanya Amara. Dia berusaha bersikap setenang mungkin meski nyatanya jantung Amara terasa menggila lagi.“Bukannya kamu merindukanku?” Ji Hwan malah balas bertanya. Pertanyaan itu begitu mengejutkan, seperti bom yang dijatuhkan di keheningan malam.“Apa?” Amara yakin dia sudah salah dengar.Ji Hwan menjawab dengan sabar. Nada sinis yang tadi tertangkap di telinga Amar

  • Wonderstruck   My Other Half [4]

    “Kamu sakit ya, Mara? Wajahmu agak pucat,” cetus Ji Hwan dengan napas memburu. Menurut tebakan Amara, cowok itu pasti berlari saat kembali ke tempatnya menunggu.“Aku nggak sakit.” Seisi dada Amara dipenuhi permohonan, berharap Ji Hwan mau memanggilnya “Heartling” lagi. Permohonan yang tidak mampu dilisankan Amara di depan cowok itu. Sesaat kemudian, gadis itu memarahi dirinya sendiri. Memangnya apa yang diharapkannya? Ji Hwan sudah melakuakan segalanya untuk mempertahankan Amara. Akan tetapi, Amara sendiri yang menolak Ji Hwan berkali-kali.Ji Hwan melihat ke arah jam tangannya. “Kita bisa pergi sekarang? Atau kamu mau makan siang dulu?”Amara menggeleng. “Aku nggak lapar.”Setelahnya, gadis itu berjalan bersisian dengan Ji Hwan menuju tempat parkir motor di fakultas cowok itu. Tak ada yang membuka mulut. Amara pun sama sekali tidak berkomentar saat mantan pacarnya menyerahkan sebuah helm kepada

  • Wonderstruck   My Other Half [3]

    Namun Amara tidak mampu mensterilkan diri dari perasaan senang saat melihat Rita menjadi salah tingkah dengan wajah agak pias. Mereka saling sapa dengan canggung. Amara juga merasa lega karena Ji Hwan tidak mengoreksi kata-kata Sophie tadi.Kurang dari tiga menit kemudian Rita pamit dengan alasan harus masuk kelas. Tak lama kemudian Sophie pun menyusul. Tidak ada tanda-tanda bahwa gadis itu menyesali caranya mengintimidasi Rita. Sophie malah terkesan puas dengan kelakuannya barusan. Kini, yang tinggal hanya Amara, berdiri berhadapan dengan mantan pacarnya dengan canggung. Gadis itu memindahkan berat badannya dari kaki kanan ke kaki kiri. Tidak ada yang bicara hingga berdetik-detik. Sementara mahasiswa berlalu-lalang di sekitar mereka.“Amara, kenapa belum pulang? Masih ada kuliah, ya?”Tanpa melihat pun Amara tahu bahwa Reuben yang barusan menyapanya. Dosennya itu berhenti sambil menatap Amara. Berdiri di depan dua pria yang pernah menjanjikan hati m

  • Wonderstruck   My Other Half [2]

    Amara belum pernah merasakan siksaan luar biasa saat mengikuti kuliah. Ji Hwan yang sudah memperkenalkannya pada perasaan asing yang membuatnya tak berdaya itu. Amara mengutuki waktu yang melamban dan jarum jam yang seakan tidak bergerak. Seolah-olah waltu membeku begitu saja.“Mara, bisa duduk diam nggak, sih?” protes Sophie. “Kalau kamu bergerak-gerak terus di kursimu, mungkin bakalan dikira kena wasir.”Kalimat seenaknya dari Sophie itu membuat Amara menendang kaki sahabatnya dengan gerakan pelan. Sophie malah terkikik geli dan buru-buru menundukkan wajah agar tak ketahuan dosen sedang tertawa.“Pasti kamu udah nggak sabar pengin buru-buru keluar dari sini, kan?” tebak Sophie ketika akhirnya kelas berakhir. Seringai jailnya tidak mampu membuat perasaan Amara membaik. “Tersiksa banget kan, Mara?”Amara mengabaikan gurauan sahabatnya. “Sophie, nanti kalau ketemu Ji Hwan, aku harus ngomong apa? Aku ben

  • Wonderstruck   My Other Half [1]

    Amara melangkah pelan dengan kepala tertunduk. Sophie menggandeng lengan kanannya. Setelah menghabiskan waktu di kantin, mereka akhirnya menuju ruang kelas. Perkuliahan akan dimulai sekitar sepuluh menit lagi. Perbincangan Amara dan Sophie tidak mendapat titik temu seputar jalan keluar untuk soal Ji Hwan. Amara sudah kehilangan semangat. Dia yakin, kini dia merasakan patah hati dalam arti sebenarnya.Amara tahu, rasa sakit yang harus ditanggungnya pasti tak akan ringan. Setelah semua kemarahannya mereda dan akal sehat yang berbicara, pastilah rasanya berbeda dibanding malam tahun baru itu. Saat dia memutuskan hubungan dengan Ji Hwan tanpa perasaan.“Kamu terlalu jauh dijajah gengsi. Itu kebiasaan jelek, Mara. Gengsi itu perlu tapi ya harus pada tempatnya. Kalau memang....” Sophie tidak melanjutkan kalimatnya.Heran karena Sophie tak lagi bicara, Amara berujar, “Silakan terus mengejek dan menceramahiku. Masa sih kamu udah capek? Kayaknya ini bar

  • Wonderstruck   Biar Hati Bicara [8]

    Sophie sudah digariskan menjadi orang yang tak mudah dipuaskan. Dan meski sudah ikut melihat adegan tadi, gadis itu merasa bahwa reaksi Amara terlalu berlebihan. Cemburu yang tidak pada tempatnya. Bagi Sophie, tak seharusnya semangat Amara melempem begitu saja. Gadis itu tanpa sungkan mengutarakan opininya.“Katanya rindu, tapi udah langsung nyerah cuma karena ngeliat ada pengagum Ji Hwan yang lagi usaha untuk narik perhatian,” sindirnya. Sophie tidak menyembunyikan rasa gelinya. Tawanya menyusul kemudian, membuat Amara merengut sekaligus kesal.“Aku nggak cemburu, kalau itu yang kamu maksud,” balas Amara, defensif.Sophie mengabaikan kata-kata Amara. “Kamu ingat nama cewek itu? Rita kan, ya?”Amara berusaha keras menggali memorinya tapi gagal total. “Entahlah, aku sama sekali nggak ingat. Cuma kenal mukanya doang.”“Hmmm, aku maklum, sih. Sebelum ini, kamu terlalu asyik berdua sama Ji Hwan, sih

DMCA.com Protection Status