Suara kicauan burung memenuhi pendengaran. Orang-orang itu mulai menyibukkan diri mereka sendiri. Di tengah hutan tanpa adanya orang lain selain mereka. Mereka semua mengandalkan satu sama lain dan saling membantu satu sama lain. Meskipun sibuk sendiri-sendiri mereka akan meminta bantuan orang yang ada di sekitarnya sesekali.
"Sarapan sudah jadi! Ayo makan sebelum berangkat," seru Darrel, lelaki itu menghampiri teman-temannya yang sibuk sendiri. Di tangan lelaki berambut pirang itu terdapat dua piring besar dengan asap yang mengepul di atasnya.
Mungkin untuk sebagian orang memakan daging adalah sesuatu yang mahal. Barang mahal yang hanya bisa di nikmati oleh kalangan atas yang mempunyai kedudukan tinggi. Masyarakat di sini sangat tidak maju dan tidak mencari solusi lain. Mereka hanya memanfaatkan apa yang ada di sekitar mereka untuk bertahan hidup. Mungkin ada beberapa orang yang
Eruza yang mendengarnya pun hanya menganggukkan kepalanya tanda ia paham apa yang di maksud Tanner, kemudian lelaki itu melilitkan kain di atas tongkat dan kemudian lelaki itu mulai menyalakan api dengan kekuatan sihirnya yang berelement api."Sudah selesai, ayo kita jalan lagi," kata Eruza, dia menyerahkan satu obor ke Wayne yang paling belakang, sehingga mereka dapat menjaga satu sama lain.Eruza mengarah api itu ke depan dan pemandangan di depannya benar-benar kosong, yang ada hanyalah jalan gua yang semakin mengecil, untuk saja gua itu masih cukup lebar untuk di lalui oleh semuanya. Jika tidak mungkin mereka tidak akan meneruskan perjalanan mereka lagi.Semuanya masih menggunakan perisai pelindung yang di buat oleh Aza. Mereka tidak menyadari jika udara di sekitar mereka semakin tinggi dan bahkan tercium aroma bau terbakar samar
Kedelapan pemuda dengan satu lelaki tua mulai berjalan menghampiri cahaya merah yang menyala. Mereka berjalan dengan langkah yang sangat waspada. Namun selama di perjalanan menuju ke arah cahaya merah itu, tidak terjadi apa-apa, bahkan terasa sangat mulus. Azareel tidak dapat mempercayai itu, karena dimanapun mereka pergi entah itu buah eksotis atau barang berharga lainnya, akan ada binatang penjaga yang menjaga benda-benda itu.Terasa aneh jika mereka tidak menemukan binatang penjaga atau susunan rune yang membentuk sebuah ilusi.Kini mereka tiba di area cahaya merah itu berasal. Mereka berada di ujung tebing dengan cahaya merah yang berasal dari bawah tebing. Mereka melihat cairan merah yang meletup-letup. Namun bukan itu yang menarik perhatian mereka. Mereka melihat sebuah batu berukuran sekitar dua meter dengan bunga berbentuk lotus yang melayang di atas batu itu. Bunga itu te
Melihat sembilan penyihir di hadapannya membuat naga itu membuka mulutnya dan monster itu mulai meraum.Hanya dengan suaranya membuat seisi gua terguncang hebat. Azareel tidak dapat membayangkan jika naga itu mulai menyerang mereka. Apakah itu cukup atau tidak?Apakah mereka akan terkubur di dalam gua yang runtuh ini?Kemudian, bagaimana dengan tanaman langka?Tanpa sadar Azareel mengutuk Chimera karena telah membuatnya penasaran akan Hidden World."Chimera sialan!" kata Azareel sambil memaki binatang tiga kepala itu. Kemudian dia bersiap dengan busur serta sihir airnya.Di sisi lain di waktu yang bersamaan."Dasar anak muda sialan!" kata b
"Apa yang kau pikirkan nak?" tanya sang naga, nafas yang sedikit bau membuat Eruza terbatuk-batuk dibuatnya."Tidak ada!" jawab Eruza tegas, dia sengaja berbohong kepada sang Naga.Sang Naga hanya diam menyaksikan Eruza yang siap mengayunkan bilah pedangnya.Di sisi lain di waktu yang sama."Ayo! Bunuh dia!" seru Singa yang sedang marah besar."Dasar bodoh! Jika dia mati siapa yang akan akan menyelamatkan Hidden World?" kata Ular.Si kambing hanya bisa diam sambil menggelengkan kepalanya, sedari tadi mereka selalu memperhatikan aksi dari orang-orang yang mereka pilih. Beruntunglah para pengikutnya Lucifer hanya mengawasi mereka dari jauh, sehingga apa yang mereka lihat saat ini tidak terlihat o
Ketika cahaya menghilang dari penglihatan mereka. Semua orang di sana kembali membuka mareka dan kemudian refleks memandang sekitar mereka. Namun mereka tidak mendapatkan apa-apa."Apa yang terjadi?" tanya Azareel."Mereka melakukan kontrak tuan dan majikan," jawab Old Edwin. Lelaki tua itu masih tercengang kemudian mencari sosok Eruza dengan panik.Namun dia mendapati Eruza berdiri diam dengan seekor binatang berwarna hitam dengan sinar merah di ujung sisiknya.Namun yang membuat semuanya diam adalah, binatang itu berukuran kecil dan mungil, terlihat sangat imut dan menggemaskan. Tetapi mengingat naga besar tadi, Azareel seakan tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.Kemudian lelaki bermata puppy itu melihat ke arah Old Edwin, dia ingin m
"Makan siang sudah, ngambil harta sudah," kata Leonard yang mulai menghitung-hitung kegiatan mereka."Sepertinya sudah waktunya untuk melanjutkan," kata Reymond yang mulai berdiri dan membersihkan barang-barangnya, diikuti dengan teman-teman lainnya."Kemana kita akan pergi selanjutnya?" tanya Eruza kepada anak buahnya."Karena peruntungan Tanner, Eruza dan Tanner mendapatkan apa yang mereka inginkan tanpa di duga, jadi ...." kata Reymond sambil menunjuk Tanner dengan hormat."Di persilakan kepada tuan Hooper untuk memprediksi jalan keberuntungan," kata Darrel sambil mempersilahkan Tanner terlebih dahulu untuk memimpin jalan."Apakah dia benar-benar memiliki keberuntungan seperti itu?" Bisik si naga kecil di telinga kanan Eruza.
"Daging untuk kita makan habis!" kata Leonard, kemudian mengeluarkan sisa daging yang ada di dalam cincin penyimpanannya."Habis?" tanya Eruza tidak menyangka, kemudian lelaki berambut hitam itu melihat sekelilingnya, dan mendapati Reymond dengan pipi gempil yang menggemaskan.Ketika melihat itu Eruza hanya diam dan tersenyum canggung, sepertinya yang menghabiskan stok daging mereka sudah terlihat di depan matanya. Dengan percaya dirinya dia berteriak dan tertawa bersama Darrel dan Nelson."Makan yang ada dulu, nanti kita berburu lagi," kata Eruza kepada Leonard. Kemudian lelaki bertubuh sekal itupun mulai menyiapkan alat panggang serta bahan-bahan lainnya."Darrel! Tolong bantu!" seru Leonard. Lelaki itu kurang lihai dalam hal memasak sehingga dia memanggil Darrel yang pintar dalam hal mem
"Tidak ada," kata Nelson sambil menggelengkan kepalanya, wajahnya di buat sejenaka mungkin. Wajah yang lucu namun sendu itu sangat menggemaskan ketika dia tersenyum cerah."Siapa yang ngajarin kamu gitu?" kata Leonard kemudian lelaki bertubuh sekal itu menghampiri Nelson kemudian merangkul Nelson Hinga pemuda berambut biru malam itu sedikit menunduk karena rangkulan kuat Leonard."Leonard! Tidak boleh begitu sama adik," tegur Wayne dengan tatapan yang tajam. Meskipun mereka bukan kakak adik beneran, namun mereka mulai membentuk sebuah keluarga tanpa adanya hubungan darah. Mereka saling menganggap saudara satu sama lain."Kak Wayne tidak adil!" seru Leonard, kemudian lelaki itu menyilangkan lengannya di tengah dada sambil memasang wajah masam.Wayne yang melihat Leonard seperti itu sek