“Move on dulu aja, Dit” saran Doni sambil memainkan HPnya
“Iya Don, ini lagi aku coba, semoga aja aku bisa benar-benar lupa sama Putri.” Jawabku dengan serius
Doni pun merespon dengan tersenyum kearahku.
Jam sudah menunjukkan angka 17.00 sedangkan Doni masihlah menemaniku
“Pulang sana, udah sore nanti dicariin Mama kamu lho,” kataku pada Doni
“Yaelah, dikira aku masih SD apa, kalo udah sore dicariin.” Jawab Doni
“Ya kan ga baik bujang jam segini masih belum pulang, haha” jawabku dengan tertawa
“Prawan kali dicariin!” jawab Doni dengan kesal
Akhirnya Doni pun berpamitan pada Nenek untuk pulang.
“Besok ngga ada alasan buat ga berangkat kerja kamu ya” ucap Doni sembari menyalakan motornya
“Haha terserah aku dong mau berangkat atau tidak bukan urusanmu yee” jawabku pada Doni
“Terserah!” jawab Doni dengan sinis
“Ciee marah nih haha” jawabku
“Jijik banget sumpah” jawab Doni sembari melototiku
“Hahaha baperan” ledekku
Setelah itu aku memutuskan untuk masuk kedalam kamarku untuk sekedar bermain HP atau mendengarkan musik.
Senja sudah sirna ternyata, sift matahari sudah habis dan kini mulai digantikan oleh bulan yang bekerja untuk malam. Semua aktifitas telah berhenti, para orang tua yang sibuk mencari dan memanggil anak-anaknya yang sedang bermain dan kawanan burung diatas langit menemani indahnya penutupan hari ini,
Kemudian mulai terdengar suara adzan maghrib berkumandang dari Masjid dan Mushola di kampungku.
Kubersiap-siap berganti pakaian untuk berangkat ke Mushola terdekat, rasanya seperti sudah lama sekali aku tidak mengikuti sholat jama’ah di Mushola. Hanya berjarak sekitar 200 meter dari rumahku kenapa sejak dulu langkah kaki ini sangat berat untuk melangkah ketempat suci itu, kulihat para tetanggaku berjalan bersama disertai obrolan ringan yang membuatku tertegun. Dalam hati kuberkata ‘Kenapa aku terlalu berat untuk melangkahkan kaki menuju tempatku beribadah, dibandingkan dengan orang sekitarku yang nampak sangatlah senang atau mungkinkah mereka menjalankannya dengan sepenuh hati sedangkan aku tidak?’ gumamku dalam hati.
Sesampainya di Mushola aku langsung mengambil air wudhu dan segera mencari shaf yang kosong didalam Mushola ini. Setelah sholat jamaah selesai aku tidaklah langsung pulang, karena dari awal aku berangkat dari rumah menuju Mushola ini aku merasa ada seseorang yang sedang mengawasiku. Jadi aku sengaja untuk tidak pulang terlebih dahulu dan memilih duduk didalam Mushola ini sambil menunggu datangnya waktu Isya’.
“Dit” terdengar suara yang memanggilku, namun setelah aku melihat kebelakang tidak ada seorang pun disini. Bulu kudukku tiba-tiba merinding, di Mushola ini hanyalah ada dua orang yaitu aku dan Pak Burhan, beliau adalah Imam di Mushola ini. Aku pun mencoba untuk mengabaikan suara tadi ‘Mungkin aku salah dengar’ gumamku dalam hati. Aku melanjutkan untuk berdiam diri sekaligus berzikir di dalam Mushola ini.
“Adit” kali ini suara itu sangat jelas memanggilku namun ‘siapa sih yang iseng manggil-manggil tapi ga ada orangnya’
“Adit!” tiba-tiba ada tangan yang menepuk pundakku dari belakang dan membuatku terkejut, ku coba untuk menoleh perelahan kesebelah kiriku.
“Astaghfirulloh!” ucapku spontan dan membuat Pak Burhan menoleh padaku
Betapa terkejutnya aku saat mengetahui tak ada seorang pun di belakangku.
“Ada apa, Dit?” tanya Pak Burhan penasaran
“Ta-tadi saya ngrasa ada yang manggil-manggil terus juga nepuk pundakku tapi ngga ada siapa-siapa dibelakang saya Pak” jelasku pada Pak Burhan dengan gelagapan
“Lah itu siapa di belakangmu Dit?” tanya Pak Burhan padaku
“Tidak ada siapa-siapa Pak!” jawabku dengan buru-buru
“Ituloh coba kamu tengok kebelakang dulu, masa kamu ngga lihat?” jawab Pak Burhan sembari menunjuk kearah belakangku.
Apakah yang dimaksud Pak Burhan adalah mahluk lain atau bukan aku tidak tahu, aku mencoba untuk perlahan memalingkan wajahku kebelakang
“Huaa!” teriak seorang yang mengagetkanku, spontan akupun teriak “Haaaa astaghfirulloh ampun mbah ampun.. ” ucapku sembari memohon pada sosok yang ada didepanku ini
“Ya ampun kamu Dit, Dit” ucap seorang dengan nada suara yang tidak asing bagiku. Akupun mencoba untuk membuka mata perlahan “Pak Andre!” teraikku terkejut
“Masih sempat-sempatnya bercanda si Pak, ah” keluhku padanya
“Hahaha” teraik Pak Andre dengan sangat puas
“Lagian dari tadi kamu dipanggil kok tidak merespon” ucap Pak Andre
“Kapan Bapak memanggil saya Pak?” tanyaku bingung
“Dari tadi loh, dari pertama kali kamu keluar rumah sampe ke Mushola, bapak panggil-panggil kamu tapi ini anak ya dipanggil ko kenapa diem gitu. Tapi ko jalannya ke Mushola. Ya udah jadi sekalian Bapak ikutin kamu, bapak juga sekalian mau sholat maghrib dulu.” Jelas Pak Andre dengan nada suaranya yang berat dan khas.
“Hehe maaf Pak, berarti tadi Adit memang benar-benar ngga denger suara Bapak, jadi Adit ya ngga noleh” jawabku dengan sedikit tertawa
“Oiya, Bapak juga nanti rencana sehabis sholat isya’ mau kerumahmu. Nenek ada kan dirumah?” Tanya Pak Andre
“Ada ko Pak, Nenek selalu ada dirumah hehe” jawabku
“Ngomong-ngomong Pak Andre tadi habis dari rumah siapa? Atau memang tujuannya mau ke Nenek?” tanyaku pada Pak Andre
‘Engga, tadi Bapak baru pulang dari rumah Pak Lurah, terus sekalian nanti mampir kerumah kamu, mumpung masih satu jalan” jelasnya
Kami pun sedikit mengobrol sembari menunggu datangnya waktu isya’, setelah kami melakukan sholat isya’ berjamah di Mushola, para jamaah pun pulang kerumahnya masing-masing. Diperjalanan pulang kerumah, Pak Andre menceritakan beberapa permasalahan yang sedang menghampiri anaknya. Salah satu diantara anaknya ada yang mencoba untuk bunuh diri karena cintanya ditolak oleh gadis pujaannya.
“Anak jaman sekarang kalo imannya masih tipis ya gitu, dikit-dikit pengen mengakhiri hidup. Padalah masa depannya masih sangat panjang.” Ucap Pak Andre prihatin
Aku mengagguk pelan sembari mendengarkan cerita dari Pak Andre. Ternyata perkara cinta memanglah sulit, bahkan untuk keluarga seagamis Pak Andre saja, anaknya ada yang berniat bunuh diri yang sudah jelas sangat dilarang oleh agama.
“Padahal dulu saya sudah sering mengenalkan dia dengan perempuan yang lebih baik, dan lebih berpendidikan. Namun dia menolak dengan tegas.” Jelas Pak Andre
“Mungkin anak Bapak sudah terlanjut sangat mencintai gadis tersebut mungkin Pak” ucapku pelan
“Iya juga sih, memang benar ya, anak zaman sekarang sudah jarang sekali yang menuruti perintah orang tuanya. Padahal sering dikecewakan dengan pillihannya sendiri.” Jelas Pak Andre
“Oiya Pak, mau minum apa?” tawarku pada Pak Andre
“Gausah repot-repot. Air putih aja cukup.” Jawab Pak Andre
Aku pun kedapur untuk menyiapkan makanan ringan dan miuman seadanya untuk Pak Andre
“Siapa yang datang Dit?” Tanya Nenek
“Pak Andre Nek, katanya mau ketemu sama Nenek” jawabku
“Dari tadi, Dit?” Tanya Nenek memastkan
“Engga ko, barusan aja sampe, tadi habis sholat di Mushola terus kesininya sekalian sama Adit.” Jelasku
“Oh yaudah, Nenek kedepan dulu ya” ucap Nenek sembari berjalan ke ruang tamu
Setelah aku selesai menyiapkan suguhan untuk Pak Andre aku pun berjalan ke ruang tamu, aku tidak sengaja mendengar Pak Andre yang menanyaiku “Apa bener Adit lamarannya ditolak sama Putri?” Tanya Pak Andre dengan suara lirih, namun aku masih bisa mendengarnya.
“Iya Pak” jawabku singkat sembari menyuguhkan makanan dan minuman untuk Pak Andre. Kulihat raut muka Pak Andre yang langsung menahan malu dan terlihat seperti merasa bersalah.
“Iya Pak, kemarin keluarga Putri kesini buat ngembaliin semua barang-barang yang pernah aku kasihkan untuk lamarannya.” Jelasku
Pak Andre masih diam membisu, mungkin fikirnya apa yang telah diucapkannya tadi membuatku tersinggung.
“Silahkan Pak, diminum dulu” ucapku sembari meninggalkan Pak Andre dan Nenek
“Oiya, maaf ya Dit, barangkali ucapan Bapak tadi menyinggungmu” kata Pak Andre, aku pun tersenyum mengisyaratkan kalau aku baik-baik saja.
Kemudian aku masuk ke kamarku, namun kulihat ada sebuah kotak kecil diatas laci yang biasa aku gunakan untuk menulis. ‘Ini kotak siapa ya’ pikirku
Aku penasaran dan membuka kotak itu perlahan, kutemukan secarik surat ‘lagi’ gumamku.
Kubuka perlahan kertas tersebut, ditulisan ini terdapat sebuah kalimat.
‘Tidurlah lebih awal, besok adalah hari yang mengejutkan bagimu’
Hanya sepenggal kalimat saja yang tertulis dari surat ini, aku sangat penasaran tentang ‘hari esok’ dan ‘mengejutkan’ ada apakah? Apa yang akan terjadi padaku esok hari.
Pagi telah datang membawa sedikit harapan untukku, menjujung tinggi mimpi yang telah lama ku pendam sendiri. Aku harus tetap berjuang dan terus berjuang, meskipun tanpa kamu, Putri.“Dit” sapa Doni dari ujung pintu di tempatku bekerja“Tumben nyapa, kayaknya lagi bahagia banget deh” jawabku“Eh tau ngga?” tanya Doni“Ya nggaklah Bambang” jawabku dengan heran“Ehem jadi gini,” ucap Doni“Iya kenapa?” tanyaku padanya“Hari ini gue diajak Icha kondangan ketemennya” jawab Doni dengan cengengesan“Menurut lu gua nrima apa nolak nih?” lanjutnya“Yaelah gitu aja tanya. Ya trimalah, lu juga jomblo kan?” jawabku“Lagian emang lu ngga kasihan kalo nolak tawaran dia? Lu juga jomblo sih, ngapain bingung mikir gituan” lanjutku“Widih gila, bahasanya udah di upgrade nih jadi lu gue sekarang? Haha” ledek Doni“Emangnya ngga boleh ya? Gue ngomong kayak gini?” tanyaku kembali“Ya boleh sih, tapi kurang cocok buat kar
Kuputuskan untuk segera pulang setelah mendengar kabar pernikahan Putri dari Dinda. Kupacu sepeda motorku dengan pelan menikmati awan yang semakin gelap berharap hujan kembali turun dan membasahiku seperti saat itu.Awan sudah menghitam dan angin kembali menyerbu dengan membawa dedaunan kering melintasi jalanan,
"Mas ini ada undangan" ucap Fika diujung pintu kamarku"Dari siapa Fik?" tanyaku padanya"Dari Mba.." jawab Fika kemudian terdiam
27 November 20181 tahun kemudian setelah pernikahan Putri.Sekarang aku sudah bisa merasakan lebih baik pada diriku sendiri, mengenai hal-hal yang ku lalui tahun lalu memanglah berat tapi pada ken
Ku berjalan menelusuri kembali setiap jengkal tempat yang tak asing untukku sekarang, sudah terlalu lama aku tak menginjakkan kakiku kesini.Di tempat terakhir Mama dan Bapak istirahat, alangkah malunya aku sebagai anak yang paling berat menanggung keluarga justru tak pernah sedikitpun menjenguk mereka.
Mentari kali ini bersinar dengan sangat cerah, layaknya sebuah sinar bohlam dimalam hari kala ku kecil dulu.Tiba-tiba aku teringat ucapan Bapak kala itu."Le, benda apa yang tidak bisa dimusnahkan oleh api?" tanya
Melihat sepasang mata yang penuh kebingungan dan kesedihan dihadapanku sekarang ini membuatku merasa tak baik-baik saja."Udah kamu nanti coba ketemu dulu sama pacar kamu, kamu ceritain semuanya tentang perjodohan ini. Nanti respon pacar kamu kayak gimana itulah jadi patokan langkah kaki kamu selanjutnya Din." ucapku menenangkan Dinda yang masih bercucuran air mata.
"Mas.. Mas, bangun mas" ucap seseorang di telingaku.Ku buka mata perlahan menatap ke langit-langit."Alhamdulillah udah sadar.." ucap seseorang
Aku bingung ada apa sebenarnya Dinda tiba-tiba mengirim chat seperti ini?Me : Iya din,Setelah beberapa saat Dinda membalas
____
"Mas mau dianterin ngga?" tanya seorang perempuan itu padaku"Ah, ndak usah ngrepotin mba. Ini saja udah ngrepotin banget" jawabku ngga enak"Lumayan jauh lho mas, nanti kalo kenapa-kenapa di jalan gimana?" jawab perempuan itu padaku
"Mas.. Mas, bangun mas" ucap seseorang di telingaku.Ku buka mata perlahan menatap ke langit-langit."Alhamdulillah udah sadar.." ucap seseorang
Melihat sepasang mata yang penuh kebingungan dan kesedihan dihadapanku sekarang ini membuatku merasa tak baik-baik saja."Udah kamu nanti coba ketemu dulu sama pacar kamu, kamu ceritain semuanya tentang perjodohan ini. Nanti respon pacar kamu kayak gimana itulah jadi patokan langkah kaki kamu selanjutnya Din." ucapku menenangkan Dinda yang masih bercucuran air mata.
Mentari kali ini bersinar dengan sangat cerah, layaknya sebuah sinar bohlam dimalam hari kala ku kecil dulu.Tiba-tiba aku teringat ucapan Bapak kala itu."Le, benda apa yang tidak bisa dimusnahkan oleh api?" tanya
Ku berjalan menelusuri kembali setiap jengkal tempat yang tak asing untukku sekarang, sudah terlalu lama aku tak menginjakkan kakiku kesini.Di tempat terakhir Mama dan Bapak istirahat, alangkah malunya aku sebagai anak yang paling berat menanggung keluarga justru tak pernah sedikitpun menjenguk mereka.
27 November 20181 tahun kemudian setelah pernikahan Putri.Sekarang aku sudah bisa merasakan lebih baik pada diriku sendiri, mengenai hal-hal yang ku lalui tahun lalu memanglah berat tapi pada ken
"Mas ini ada undangan" ucap Fika diujung pintu kamarku"Dari siapa Fik?" tanyaku padanya"Dari Mba.." jawab Fika kemudian terdiam