Share

THE FACTS

Penulis: Sehunata
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hari Minggu adalah hari yang sempurna untuk bermalas-malasan dan bercumbu dengan kasur. Almi mematikan semua alat telekomunikasinya dan memenuhi hasrat tidurnya yang selalu kurang di hari biasa. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan, dan Almi sudah tidak bisa tidur lagi. Akhirnya ia meraih remot TV dan menyalakannya tanpa menontonnya. Ia malah meraih novel yang belum sempat diselesaikannya, dan mulai membacanya.

Tiba-tiba ia teringat dengan jawaban sombong Kala saat diwawancara tempo hari. Seketika itu juga Almi menjadi sebal dan makin tidak menyukai Kala. Rasanya kutukan Reta tidak pernah akan terwujud karena setelah melihat penampilan dan senyum Kala pun, Almi sama sekali tidak tertarik dengannya. Karena tulisan-tulisan dalam buku novelnya tidak ada yang dapat dicerna, Almi akhirnya beringsut menuju kamar mandi dan membasahi seluruh tubuhnya dengan air yang meluncur dari shower. Ia membiarkan pancuran air memijat kepala dan punggungnya, melepas stres bekerja dan juga bayangan Kala yang sok kegantengan.

Selesai mandi, Almi menuju dapur, memasak makanan untuk perutnya yang mulai kerucukan. Ia makan di meja makan sendirian, matanya menerawang tak jelas, membayangkan betapa akan sangat menyenangkannya jika ada seseorang yang menemaninya makan, dan suara anak-anak kecil yang bermain menjadi keramaian dalam keheningannya ini. Lagi-lagi sindrom ingin menikah dan punya anak merasuki Almi. Almi menggelengkan kepalanya dan melanjutkan makannya hingga habis. Lalu ia melanjutkan dengan menyibukkan diri menyapu dan mengepel flat apartemennya agar pikirannya tidak ngaco kemana-mana.

Setelah beres, Almi membersihkan kamar mandi dan membetulkan toiletnya yang agak mampet. Ia terbiasa membetulkan segala perabotan sendiri, jika ia sudah tidak bisa melakukannya sendiri, barulah ia akan memanggil orang untuk membetulkannya. Mungkin itulah yang membuat para lelaki kabur darinya. Almi menghela napas, kenapa hari Minggu cerah ini hatinya malah terasa mendung?

Karena berkeringat, Almi memutuskan untuk mandi lagi, lalu berpakaian dengan pakaian bagus dan keluar dari flatnya. Ia butuh menghibur diri dengan Reta. Ia yakin jam segini temannya itu masih bermalas-malasan di apartemennya di daerah Kasablanka.

Benar saja, ketika Almi datang, Reta masih dengan baju tidurnya.Wajahnya ditutupi masker lumpur berwarna abu-abu gelap.

“Ih anak gadis jam segini belum mandi! Malu dong sama matahari yang udah tinggi!” sindir Almi seraya menjatuhkan diri pada sofa ruang tengah merangkap ruang tamu.

“Biarin, toh gue udah bukan gadis ini,” kata Reta sambil memeletkan lidahnya.

Almi tertawa, dasar sobatnya itu udah gila.

“Mana tunangan lo? Gak nginep?” tanya Almi.

“Lagi dinas ke Surabaya dia,” jawab Reta. “Untung aja dia nggak ada, kalo ada disini, lo nggak akan gue bolehin masuk!”

“Biarin! Tar gue dobrak terus gue menyusup diantara lo berdua dikasur,” canda Almi.

“Makanya cari pacar sendiri biar nggak gangguin orang pacaran!”

“Ih, awas ya... Nanti kalo gue bisa dapetin the most eligible bachelor in Indonesia, nggak akan ada waktu luang buat lo!”

Reta memeletkan lidah, “ngimpi!”

“Kenapa ngimpi? Tar kan gue sama dia bisa kayak King and Queen gitu. Pasti serasi!”

Reta menjulingkan matanya sambil ngeloyor ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya.

“Gue butuh liburan nih, Ret!” kata Almi begitu Reta keluar dari kamar mandi.

“Bentar lagi kita kan mau liburan dengan kapal pesiar!” sahut Reta sambil nyengir. Ia menjatuhkan diri di sofa lain yang berukuran lebih kecil. “Gue belum beli bikini baru nih!”

“Lo beneran mau bawa bikini? Beneran mau berenang dan bernyanyi bersama lumba-lumba?”

“Hahahaha! Nggaklah dodol! Kan biasanya di kapal pesiar gitu ada kolam renangnya,” jawab Reta sambil tertawa. “Shopping yuk! Beli bikini dan dress baru!”

“Masih lama kali perginya...” Almi memutar kedua bola matanya.

“Nggak apa-apa. Berarti kita punya waktu lebih untuk mempersiapkan diri!” Reta bangkit. “Gue siap-siap dulu!”

Waktu yang digunakan Reta untuk bersiap-siap cukup lama. Daripada bosan, Almi memanfaatkan waktunya dengan membuka majalah lifstyle wanita yang memuat artikel tentang dirinya, yang tergeletak di atas meja. Ia membuka halaman demi halaman. Meskipun Shelly telah memberikan satu eksemplar untuknya, tapi dia sama sekali belum membacanya – kecuali artikel tentang dirinya.

Almi berhenti membalik halaman ketika nama Kalanda Ryan yang ditulis besar-besar dan ada foto Kala yang sedang berpose dengan memamerkan senyuman adorable-nya. Dengan iseng ia membaca artikel yang ditulis tentang Kala disana.

15 FACTS ABOUT KALANDA RYAN

PROFILE

Stage Name                   : Kala

Real Name                     : Kalanda Ryan

Birthplace and date        : Pekanbaru, August 18, 1990

Height                            : 177 cm

Weight                           : 63 kg

Blood Type                    : A

15 RANDOM FACTS ABOUT KALA

  1. Personality : Kala can be tough or cool, depending on his mood. Kala termasuk orang yang ceria dan dapat meredakan emosinya sendiri. Kala has high self-esteem, he is easy going, talented, and strong charisma. He also a person that anyone could rely on, and Dia juga diakui sebagai ‘jenius’ oleh rekan kerja dan sesama musisi.
  2. Sejak debut pada 2012, Kala sudah memenangi beberapa penghargaan bergengsi di Indonesia.
  3. Warna kesukaannya adalah kuning dan putih.
  4. Lagu favorit Kala adalah lagunya The Killers – Somebody Told Me.
  5. Kala bilang, alasan dia bermusik adalah karena takdir.
  6. Kala juga terkenal dengan sebutan ‘playboy’ karena sering berganti pacar dengan cepat.
  7. Kala confessed he was looking for a girl with sweet smile and good kissing. ^^
  8. Kala selalu menggunakan waktu luangnya untuk menulis lagu.
  9. Kala pernah diterpa kasus narkoba pada pertengahan tahun 2015, tetapi kasus tersebut tidak terbukti dan Kala berhasil comeback pada akhir 2015.
  10. Jika tidak bermusik, Kala ingin menjadi penulis buku karena ia sangat suka menulis dan berimajinasi.
  11. Yang disukai Kala dengan menjadi terkenal adalah karena ia mendapat banyak dukungan dari orang-orang.
  12. The body part that he feel most proud is his nape.
  13. Kala really wants to challenge his ability in acting.
  14. He love to sleep and waking him up is not easy.
  15. Wajah orientalnya didapat dari keluarga ibunya.

“Hayo lo... Ketahuan baca artikelnya Kala...” Reta tiba-tiba muncul dan mengagetkan Almi. “Udah mulai terpesona dengan dia?”

“Gak!” sahut Almi seraya membalik halaman majalah. “Udah siap?”

“Sebentar. Gue lagi mau nyetrika baju yang kusut,” sahut Reta sambil kembali melengos masuk ke kamarnya.

“Cepetan!”

*

Almi dan Reta sudah memutari Grand Indonesia selama dua jam dan sudah banyak kantong belanjaan di kedua tangan mereka. Mulai dari baju, bikini, underwear, sepatu, dan sandal baru dari merek-merek terkenal. Karena lelah dan lapar, mereka melipir menuju restoran iga bakar.

“Gue masih sebel lho sama jawaban Kala waktu di wawancara!” kata Almi sambil memotong daging iganya.

“Kenapa?” Reta menjawab dengan mulut penuh makanan.

“Sebel aja... Sombong banget gitu kesannya.”

“Nggak apa-apa sombong kalo kenyataannya emang gitu,” sahut Reta. “Tapi dia emang ganteng banget itu! Gue sampe meleleh lihat senyumnya! Uh, nggak kuku!”

Almi memutar bola matanya.

“Pokoknya di pesiar nanti gue mau coba pedekate sama Kala, ah...” kata Reta.

“Sableng! Gue bilangin ke cowok lo, lho!”

Reta tertawa, “bilangin aja. Kalo gue dapetnya Kala, nggak apa-apa gue diputusin Wilmar.”

“Sinting!” Maki Almi lagi sembari tertawa. “Kalo gue sih mending nggak kehilangan cowok sebaik dan sesoleh Wilmar deh.”

“Atau gue poliandri aja gitu, ya?” Ide Reta membuat Almi melemparkan mentimun yang langsung ditepis Reta. “Kira-kira mereka mau nggak ya gue poliandri-in?”

“Idih, emang elo se-oke Rosie Huntington atau Miranda Kerr apa?”

“Gue bahkan lebih oke dari mereka!”

Almi menjulingkan matanya menanggapi kenarsisan sahabatnya. Walaupun di kehidupan nyata Reta bukanlah jenis cewek yang tidak setia pada pasangannya, tetap saja ide untuk poliandri ini membuat Almi ingin membedah kepala Reta dan mengeluarkan virus gila dari otaknya.

“Habis ini kita mau cari cowok kemana?” tanya Reta.

Wah, ini anak bener-bener mau poliandri, ya? Almi menggelengkan kepalanya.

“Bukan buat gue! Tapi buat lo. Biar nggak sewot melulu!”

Almi menjulingkan matanya.

“Eh, eh!” tiba-tiba Reta berseru tertahan. “Itu bukannya mantan lo si Stefan?”

Mendengar nama mantan terakhirnya disebut, Almi menoleh cepat ke arah yang ditunjuk Reta. Benar, Stefan sedang melintasi restoran iga sambil menggandeng seorang perempuan cantik, putih, tinggi, langsing, dan seksi. Agak kecewa juga Almi karena belum sampai empat bulan mereka putus, Stefan sudah punya pacar baru, yang kelihatannya tipe-tipe cewek manja yang selalu mengandalkan laki-laki. Almi menggelengkan kepala dan kembali memutar kepalanya, menghadap piringnya yang sudah tinggal terisi tulang iga.

Reta melirik Almi yang wajahnya mendadak muram. Ia sedikit berempati juga pada sahabatnya karena selalu dengan mudah dicampakkan oleh laki-laki hanya karena kemandiriannya. Tapi bukan salah para lelaki itu juga sih, Almi juga egonya terlalu tinggi dan selalu melakukan apapun sendiri. Seperti membetulkan AC-nya yang rusak, mengganti lampu yang mati, membetulkan mobilnya yang mogok. Jarang sekali Almi mengandalkan pacarnya untuk melakukan hal-hal sepele seperti itu.

Tapi dia nggak akan membahas soal itu lagi karena tidak mau terlalu mencampuri urusan pribadi Almi. Ia sudah pernah memberitahu Almi, dan Almi sudah cukup dewasa untuk mencernanya.

Reta hanya bisa berdoa semoga Almi segera dipertemukan dengan lelaki yang dapat memahaminya.

Almi menatap Reta dengan mata penuh tekad. 

"Ayo kita cari cowok!"

Reta tersenyum lebar. "Let's gooo! Eh, tapi bayar dulu gih."

Bab terkait

  • When We Lost   HATE FOR VERY FIRST SIGHT

    Satu minggu sebelum berlayar, Kala memiliki jadwal untuk perform di I-net TV dalam acara musik mingguan yang dilakukan di dalam ruang studio. Penonton sudah berkumpul ketika Kala tiba bersama manajer dan krunya. Mereka langsung menuju backstage untuk bersiap perform.Tiba saatnya Kala untuk naik ke panggung. Ia menyapa para penonton yang histeris melihatnya. Kala menyanyikan lagu pertama dan kedua dengan lancar. Tetapi saat lagu ketiga dimainkan, entah bagaimana bisa terjadi, kabel-kabel disisi panggung mengeluarkan percikan api hingga akhirnya lampu padam dan api muncul.Kebakaran!Kala mencoba untuk tenang, tapi kepanikan segera menguasai dirinya hingga dia tidak bisa melakukan apapun, bahkan untuk bergerak pun tidak bisa. Api dengan cepat menjalar di karpet panggung dan mengepung Kala yang berdiri ditengah bersama band pengiringnya.“Kala! Apa kita akan mati sekarang?” tanya Josh panik sambil menutupi hidungnya ag

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • When We Lost   THE DAY

    Meskipun dalam keadaan badan masih kaku akibat balap lari bersama Kala dan ada bekas luka bakar dikakinya, tidak menyurutkan niat Almi untuk ikut liburan dengan kapal pesiar. Pagi-pagi sekali ia dijemput oleh supir kantor dan memutar untuk menjemput Reta, kemudian pergi ke pelabuhan. Kejadian kebakaran kemarin masih membuat Reta sedikit syok. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam bencana tersebut, hal tersebut membuat Almi dan Reta masih bisa menghadiri undangan ini.“Lo udah baikan?” Tanya Almi sambil melirik perban dibetis Almi.“Gue nggak pernah kenapa-kenapa,” sahut Almi. “It’s nothing.”Reta menggelengkan kepalanya melihat ketabahan dan ketangguhan sahabatnya. Kalau hal itu menimpa dirinya, mungkin sekarang ia sedang berada di rumah sakit dan merengek ditemani Wilmar. Tidak aneh para mantan pacar Almi menganggap mereka tidak dibutuhkan.“Kalo lo ngerasa nggak baik, lo nggak usah pergi aja,&rdqu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • When We Lost   BAD FEELING

    “Lo curi start!” tuding Reta saat ia dan Almi berjalan berdua menuju kamar untuk bersiap makan siang. Almi tahu maksud Reta dan hanya tertawa puas. See? Dia bisa dengan mudah menggaet pria manapun, tapi yang susah adalah mempertahankan mereka untuk tetap di sampingnya. Tapi Fabian cukup menarik juga untuk menjadi teman selama perjalanan ini. “Fabian bener-bener ganteng, ya!” kata Reta sambil mengaitkan kedua tangannya didepan dada. “He is!” Almi mengangguk setuju. “Dia asyik diajak ngobrol juga. Wajar dia menyandang gelar itu, karena dia memang berwawasan luas.” Almi jadi teringat dengan lelaki bodoh yang pasrah akan dipanggang api kemarin. Buru-buru ia mengusir bayangan Kala karena tidak mau merusak bayangan sempurna Fabian di kepalanya. “I love smart guy.” “And i love his abs!” ujar Reta. Lalu keduanya terbahak. Keduanya masuk ke kamar masing-masing untuk bersiap makan siang. Almi keluar tepat jam

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • When We Lost   LOST

    Almi berhasil naik ke sekoci dengan bantuan Kala. Ia telah melempar carry on luggage-nya ke dalam sekoci. Ombak masih cukup besar hingga sekoci pun terombang-ambing tidak stabil. Almi dan Kala terbatuk-batuk setelah berhasil naik ke sekoci. Rupanya cukup banyak air yang masuk ke hidung maupun mulut mereka. Almi berusaha memandang ke arah kapal pesiar mewah dikejauhan yang lampunya mulai padam. Beberapa kali terlihat letusan pistol tanda darurat ditembakkan ke langit. Almi berulang kali menyebut nama Tuhan dan mengagungkan kebesarannya. “Reta... Apa dia selamat?” Tanya Almi pada Kala yang juga sedang memandang pasrah pada kapal yang seolah siap tenggelam. Kala mengangguk meskipun tidak yakin, “dia sudah naik ke sekoci.” Almi menghela napas lalu dengan keseimbangan yang terganggu, ia membuka penutup sekoci agar bisa lebih bebas bergerak dan tidak duduk terlalu dekat dengan Kala. Kala bergerak membantu Almi. Hujan masih turun dengan deras, Almi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • When We Lost   IN EMERGENCY TIME

    Hari ketiga Almi dan Kala terombang-ambing di lautan tanpa kejelasan nasib. Laut begitu tenang, tidak ada tanda-tanda kedatangan kapal sama sekali. Almi sudah hampir gila karena tidak ada yang bisa dilakukannya. Ponsel yang digunakannya untuk mendengarkan musik selama dua hari ini sudah mati karena baterainya habis. Jadi ia hanya merebahkan diri sambil sunbathing mumpung cuaca hari ini cerah. Namun karena matahari semakin panas dan kulitnya mulai merah-merah, Almi merangkak masuk ke dalam sekoci yang tertutup. Lain dengan Kala, laki-laki itu nampak serius dengan buku lagunya yang telah benar-benar kering dan siap untuk ditulisi lagi. Keduanya tidak saling bicara sejak pertengkaran mereka pada dua malam sebelumnya, hingga kini keduanya menjalani hari tanpa mengacuhkan satu sama lain. Hal ini cukup menyiksa Kala sebenarnya, karena terkadang dia bisa mendengar suara pakaian yang dilepas dan dipakai kembali dari bagian dalam sekoci yang tertutup. Kala membayangkan Almi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • When We Lost   A KISS

    Kala terbangun ketika sinar matahari menyorot dirinya dengan terik. Kala perlahan membuka kelopak matanya karena silaunya sinar matahari cukup menyakiti pupil matanya. Kala akhirnya bisa melihat walaupun dengan mata menyipit. Ia memandang ke sekeliling dan menyadari bahwa dirinya sendiri di sekoci ini. Kala buru-buru bangkit dan menunduk melihat ke dalam bagian kapal yang ditutup. Kosong.“Almi!” teriak Kala. Tidak ada respon. “ALMIIIIIII!!!” Kala berteriak lebih keras.Kala menahan napas. Apa sesuatu yang buruk terjadi pada Almi ketika tidur? Apa gadis itu terjatuh ke laut dan dimakan ikan hiu? Kala melongok keluar sekoci, mencoba melihat tanda-tanda keberadaan Almi. Jantungnya berdegup kencang, ia nggak bisa membayangkan jika ditinggalkan sendiri dengan cara seperti ini.“Hey, Kala!” Almi muncul kepermukaan di belakang sekoci. Ia menggerakkan lengan dan kakinya untuk mencapai sisi sekoci tempat Kala yang kini sedang melotot

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • When We Lost   THE SURVIVOR

    Matahari sudah tinggi dan terik, namun Almi belum mau merangkak keluar meskipun keringatnya sudah mengalir deras membasahi kaosnya. Tapi karena udara semakin panas dan lengket, Almi akhirnya merangkak keluar sambil menguatkan hatinya jika berhadapan dengan Kala lagi. Saat Almi berada diluar, ia melihat Kala masih tertidur dengan wajah ditutupi jaket. Almi bersyukur karena Kala belum bangun, entah apa yang akan dilakukannya jika laki-laki itu sudah bangun.Almi mengedarkan pandangan pada sekelilingnya. Sudah lima hari ia dan Kala terdampar dilautan. Stok makanan dan minuman semakin menipis. Jika terus begini, ia dan Kala akan segera mati kelaparan. Almi teringat pada rencananya untuk mendayung. Tapi untuk menjalankan rencananya, ia harus membangunkan Kala. Almi ragu antara membangunkannya atau membiarkannya. Tapi Almi sadar dia nggak bisa mendayung sendirian karena sekoci ini cukup lebar hingga tidak mungkin dia mendayung kanan kiri dengan cepat tanpa berpindah tempat.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • When We Lost   PILLOW TALK

    Sejak pagi Kala mengurung dirinya di studio untuk menyelesaikan lagu barunya yang liriknya ditulis saat di sekoci. Lagu yang diinspirasikan dari Almi yang saat itu begitu menarik dimatanya dan juga membuat ia ingin menjadi lebih dekat dengannya. Tapi yah... Almi sudah menolaknya mentah-mentah. Apakah harga diri Kala terluka? Jelas. Kalau saja ada perban atau band-aid untuk luka hati pasti hatinya sudah tertutup oleh plester luka tersebut. Pikiran Kala terus teralih pada Almi meskipun ia terus berusaha menciptakan nada demi nada untuk lagunya. Dan Kala berhasil, entah bagus atau tidak lagu ini ia tetap berhasil menyelesaikannya.Kala memainkan kembali lagu tersebut sambil merekamnya dengan menggunakan ponsel untuk memastikan apa lagu ini bagus atau tidak. Selesai merekam, Kala memanggil Reka dan Jerry yang kebetulan sedang ada di rumahnya. Ia menyuruh manajer dan asisten pribadinya untuk mendengarkan dan memberi komentar tentang lagunya.Jerry dan Reka saling l

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • When We Lost   EPILOG

    Dua minggu kemudian... Kala dengan bosan membuka situs berita online untuk mengetahui berita terbaru yang terjadi di Indonesia selama dirinya berada di Amerika dua minggu ini untuk meeting dengan Ariana Grande mengenai proyek album kompilasi mereka. Kala menyelonjorkan kakinya disofa panjang diruang televisi dan harus pasrah Reka praktek padicuring kakinya. Cewek itu baru saja belajar manicure dan padicure dengan make up artist pribadi Ariana Grande saat di Amerika. “Kala! Jangan digerakin kakinya!” omel Reka saat Kala tiba-tiba menarik kakinya dan duduk bersila. “Ini,” Kala memperlihatkan layar tablet-nya yang sedang membuka sebuah artikel. “is it true?” “I guess so...” sahut Reka tidak yakin. Ia membaca artikel itu dengan seksama hingga selesai lalu berkomentar. “Waw... padahal mereka perfect together.” Reka melirik Kala yang sedang nampak bengon

  • When We Lost   DOUBTFULL

    “Saya terima nikah dan kawinnya Almira Sekarayu binti Bagas Wicaksana dengan mas kawin seperangkat alat solat dan seperangkat perhiasan emas dua belas karat dibayar tunai.” “Sah?” “Sah!” Terdengar suara riuh rendah tepukan tangan dari para keluarga dan teman yang menghadiri akad nikah Fabian dan Almi. Almi melirik Fabian yang juga sedang meliriknya sambil tersenyum. Gue jadi istri Fabian? Gue resmi jadi istri Fabian? Gue akan melayani Fabian, mengatur rumah tangga, memiliki anak-anak dari Fabian? Apa ini? Apa ini yang gue inginin? Apa gue mencintai Fabian? TIDAK!!! Almi membuka matanya lebar-lebar, memandang kegelapan yang terpetakan di hadapannya. Lama kelamaan matanya terbiasa dengan kegelapan yang menyesakkan itu dan ia bisa melihat langit-langit kamarnya, lalu perabotan familiar yang ada dikamarnya. Oh Tuhan... Itu barusan cuma mimpi. Almi beringsut dari tempat tidurnya dan melangkah menuju kulkas untuk mengambil sebotol air mineral dingin

  • When We Lost   GOODBYE

    Mobil Kala berhenti di depan apartemen Almi. Kala menoleh pada Almi yang sedang membuka seat belt-nya. Wajah wanita itu masih muram dan matanya sedikit sembab. Terbersit lagi kejadian saat mereka berbicara empat mata diatap hotel setelah acara peluk-pelukan sambil menangis. [“Kenapa hal kayak gini harus terjadi sama gue?” Almi mendesah. “Batalin pernikahan lo.” Almi mendesis, “lo pikir ngebatalin pernikahan kayak ngebatalin pesta ulang tahun?” Almi menggeleng. “Fabian akan setengah mati membenci gue, dan mungkin minta ganti rugi untuk semua biaya yang udah dikeluarin dalam persiapan pernikahan ini – “ Kala memotong cepat, “gue yang akan menanggung ganti ruginya!” Almi menggeleng lagi, “lo gak mikirin keluarga gue? Keluarganya Fabian? Bakal banyak yang dirugikan dan disakiti disini. Kita bukan hidup didunia sinetron ataupun drama Korea, Kala.” “Lo sendiri apa bahagia den

  • When We Lost   VALENTINE WITH KALA

    VALENTINE WITH KALA. Demi Naruto, Doraemon, Shinchan, Nobita, aaaarrrggghhh dan apapun di dunia ini! Dirinya pasti sudah gila karena rela diseret Reta ke CookieLuck, sebuah bar&lounge di bilangan Kemang, yang pada malam valentine ini menjadi tempat mini concert sekaligus launching mini album baru Kala. Almi bergerak-gerak gelisah disamping Reta yang sedang menikmati cocktail yang disediakan secara gratis. Acara diset seperti private party yang dibatasi pengunjungnya. Hanya tamu undangan yang memiliki undangan saja yang bisa masuk. Dan Almi bingung kenapa dirinya bisa mendapat undangan tersebut. Reta melirik Almi yang berdiri seperti cacing kepanasan disampingnya. Punggung mereka disandarkan pada meja bar dan kedua tangan mereka memegang gelas berisi cocktail. Segaris senyum membingkai wajahnya, kalau rencananya malam ini berhasil dia pasti akan merasa berdosa sekali pada semua orang. Tapi demi kebahagiaan Almi

  • When We Lost   MISSING YOU

    Valentine. Siapa yang peduli dengan valentine? Kala mencibir sambil terus menggerakkan scroll laptopnya ke bawah, melihat artikel mengenai mini album-nya yang akan launch pada tanggal empat belas Februari yang berarti sebelas hari lagi. Kala mengecek berita tentang dirinya dan juga mini albu­m-nya dan melihat tanggapan pendengar musik Indonesia terhadap mini album barunya ini. Sejauh ini belum ada tanggapan negatif yang berarti, kebanyakan mereka menunggu albumnya. Teaser video klipnya yang berjudul Missing You baru diunggah kemarin di youtube pun mendapat respon baik dan sudah mendapat satu juta lebih penonton. Kala hanya mengangguk-anggukkan kepala, puas dengan hasil kerjanya selama dua bulan ini. Dua bulan, ya? Kala menghela napas sambil melirik tabloid gosip di atas meja yang diberikan Reka tadi malam. Sebuah artikel lengkap dengan foto Almira dan Fabian yang akan melangsungka

  • When We Lost   MARRY ME

    Seperti yang sudah Almi duga, Reta bereaksi heboh saat diberitahu soal Fabian menciumnya semalam. Reta membelalakkan matanya, mulutnya terbuka, dan memandang Almi dengan pandangan bahagia seperti Nobita jika diberitahu bahwa dia mendapat nilai seratus. “How did it feel?” Reta bertanya sambil mencondongkan tubuhnya pada Almi yang berada diseberang meja. Almi menelengkan kepala, mencoba mengingat bagaimana rasanya bibir Fabian. Tapi yang terbayang di kepalanya justru saat Kala menciumnya. Almi memejamkan matanya seakan ingatan tentang bibir Kala di bibirnya menyakitkan. Almi membuka matanya dan memandang Reta yang memandangnya penuh minat, menanti jawaban darinya. Almi menghela napas. “Lo nggak nikmatin ciumannya, kan?” tebak Reta dengan pandangan penuh selidik. Oh God apakah Almi setransparan itu hingga sahabatnya akan tahu semua pikiran dan hatinya? Almi berdiri dari kursinya, berdiri menghadap jendela, membelakangi Reta. Matanya mem

  • When We Lost   PILLOW TALK

    Sejak pagi Kala mengurung dirinya di studio untuk menyelesaikan lagu barunya yang liriknya ditulis saat di sekoci. Lagu yang diinspirasikan dari Almi yang saat itu begitu menarik dimatanya dan juga membuat ia ingin menjadi lebih dekat dengannya. Tapi yah... Almi sudah menolaknya mentah-mentah. Apakah harga diri Kala terluka? Jelas. Kalau saja ada perban atau band-aid untuk luka hati pasti hatinya sudah tertutup oleh plester luka tersebut. Pikiran Kala terus teralih pada Almi meskipun ia terus berusaha menciptakan nada demi nada untuk lagunya. Dan Kala berhasil, entah bagus atau tidak lagu ini ia tetap berhasil menyelesaikannya.Kala memainkan kembali lagu tersebut sambil merekamnya dengan menggunakan ponsel untuk memastikan apa lagu ini bagus atau tidak. Selesai merekam, Kala memanggil Reka dan Jerry yang kebetulan sedang ada di rumahnya. Ia menyuruh manajer dan asisten pribadinya untuk mendengarkan dan memberi komentar tentang lagunya.Jerry dan Reka saling l

  • When We Lost   THE SURVIVOR

    Matahari sudah tinggi dan terik, namun Almi belum mau merangkak keluar meskipun keringatnya sudah mengalir deras membasahi kaosnya. Tapi karena udara semakin panas dan lengket, Almi akhirnya merangkak keluar sambil menguatkan hatinya jika berhadapan dengan Kala lagi. Saat Almi berada diluar, ia melihat Kala masih tertidur dengan wajah ditutupi jaket. Almi bersyukur karena Kala belum bangun, entah apa yang akan dilakukannya jika laki-laki itu sudah bangun.Almi mengedarkan pandangan pada sekelilingnya. Sudah lima hari ia dan Kala terdampar dilautan. Stok makanan dan minuman semakin menipis. Jika terus begini, ia dan Kala akan segera mati kelaparan. Almi teringat pada rencananya untuk mendayung. Tapi untuk menjalankan rencananya, ia harus membangunkan Kala. Almi ragu antara membangunkannya atau membiarkannya. Tapi Almi sadar dia nggak bisa mendayung sendirian karena sekoci ini cukup lebar hingga tidak mungkin dia mendayung kanan kiri dengan cepat tanpa berpindah tempat.

  • When We Lost   A KISS

    Kala terbangun ketika sinar matahari menyorot dirinya dengan terik. Kala perlahan membuka kelopak matanya karena silaunya sinar matahari cukup menyakiti pupil matanya. Kala akhirnya bisa melihat walaupun dengan mata menyipit. Ia memandang ke sekeliling dan menyadari bahwa dirinya sendiri di sekoci ini. Kala buru-buru bangkit dan menunduk melihat ke dalam bagian kapal yang ditutup. Kosong.“Almi!” teriak Kala. Tidak ada respon. “ALMIIIIIII!!!” Kala berteriak lebih keras.Kala menahan napas. Apa sesuatu yang buruk terjadi pada Almi ketika tidur? Apa gadis itu terjatuh ke laut dan dimakan ikan hiu? Kala melongok keluar sekoci, mencoba melihat tanda-tanda keberadaan Almi. Jantungnya berdegup kencang, ia nggak bisa membayangkan jika ditinggalkan sendiri dengan cara seperti ini.“Hey, Kala!” Almi muncul kepermukaan di belakang sekoci. Ia menggerakkan lengan dan kakinya untuk mencapai sisi sekoci tempat Kala yang kini sedang melotot

DMCA.com Protection Status