BAB 16Sepasang manusia yang telah menjadi suami istri itu turun bersamaan dari sebuah sedan BMW keluaran terbaru. Ya, Zayn dan Althea berangkat bersama ke kampus pagi ini setelah cuti satu minggu berlalu. Mereka turun lalu berjalan bergandengan memasuki area kampus dengan senyum mengembang. Berakting mesra seperti yang telah disepakati untuk menjaga image agar pernikahan pura-pura mereka tak terendus, demi kepentingan masing-masing tentunya.“Sebaiknya kamu merapat padaku, jangan meronta terus! Nanti orang-orang curiga.” Zayn mengeratkan rangkulan kala mata orang-orang mulai tertarik menjatuhkan pandangan pada mereka berdua, menarik Althea agar lebih dekat dengannya supaya menciptakan kesan intim layaknya pasangan pengantin baru pada umumnya.“Merapat sih merapat. Tapi tanganmu mendarat di bokongku!” dengus Althea sengit. Ia melotot murka pada Zayn lantaran tangan pria itu tak beranjak dari bongkahan bulat belakangnya.“Justru aku sengaja, supaya orang-orang yakin bahwa hubungan kit
BAB 17Lidya memencet bel dan memutar kenop pintu beberapa kali. Pintu pagar depan memang tidak digembok, hanya saja pintu masuk utama ke dalam rumah terkunci rapat. Mungkinkah anak dan menantunya sedang pergi? Akan tetapi, semua kendaraan Zayn terparkir rapi di garasi ketika Lidya memeriksa.Lidya teringat akan kunci cadangan yang dimilikinya. Merogoh tas untuk mencari dan untung saja disatukan dengan kunci tempat tinggalnya. Lidya masuk membawa serta sebuah jinjingan besar di tangan. Meninggalkan pintu yang tertutup kemudian menaruh barang bawaannya di meja dapur. Berisi berbagai macam menu rumahan buatannya, spesial dimasak untuk anak dan menantunya. Setelah hari pernikahan baru kali ini Lidya berkunjung, untuk itu sejak pagi buta dia menyiapkan buah tangan.Suasana rumah tampak lengang. Lidya mengedarkan pandangan. Sekelilingnya hanya ada sepi dan senyap, tidak ada aktivitas maupun suara. Suara asing menggoda telinga mengalihkan perhatian Lidya. Matanya mencari-cari memerhatikan
BAB 18Si tampan yang masih mengenakan baju basah itu kalang kabut. Blingsatan saat ibunya hendak beranjak ke kamar tamu. Zayn memutar otak dengan cepat, sepersekian detik mencari ide agar bisa menahan ibunya sebentar saja. “Eh, tu-tunggu, Bu. Anu itu… itu kamar tamunya mau kubereskan dulu sebentar. Berantakkan bekas sisa-sisa semalam,” ujarnya asal. Zayn menarik lengan ibunya, berusaha bersikap tenang dalam mencari alasan yang tepat padahal degupan jantungnya berdetak menggila. Do’a pun turut dipanjatkan batinnya, berharap Lidya percaya. Netra Lidya memicing pada sang putra, tak tahan untuk menukas seraya menggeleng dalam tawa. “Kalian ini sungguh liar. Sepertinya semua tempat menjadi saksi bisu.” “Ibu juga pernah muda bukan? Pasti paham.” Zayn menaik turunkan alis sembari menelengkan kepala. “Ah… Ibu jadi rindu ayahmu.” Lidya berkelakar disusul kekehan.“Ibu tunggu sebentar di sini. Aku tidak ingin mempertontonkan kekacauan jejak duelku tadi malam. Itu mengerikan. Akan kuberesk
BAB 19Pukul sepuluh malam mereka menyudahi acara bercengkerama. Lidya mendesak anak dan menantunya supaya segera masuk ke kamar untuk beristirahat sebelum dirinya beranjak ke kamar tamu.Keduanya kikuk luar biasa setelah pintu tertutup. Pasangan itu tak bersuara sepatah kata pun, duduk berjauhan di dalam kamar. Yang satu duduk di tepi ranjang sebelah kanan, dan yang satunya lagi di seberangnya. Saling memunggungi berbalut aura canggung merebak di udara.Tiga puluh menit berlalu tidak ada yang berubah. Situasi di dalam kamar hampir sama seperti tadi, saling memunggungi dalam senyap. Althea mulai terkantuk-kantuk, sudah puluhan kali menguap lebar lantaran terbungkus kuat rasa ingin tidur. Terlalu lahap bersantap menyebabkan perut si gadis mungil kekenyangan berlebih dan efeknya berimbas pada kelopak mata yang ingin terus mengatup. Althea nyaris tersungkur ke depan saking mengantuknya. Cepat-cepat mengusap wajah dan mulai kebingungan. Sepanjang malam hanya duduk dan saling mendiamkan
BAB 20Tidur Althea kali ini terasa berbeda. Ada dekapan hangat yang begitu nyaman melingkupi, membuat Althea betah berlama-lama bergelung ketimbang bersua udara dingin di pagi hari. Terlebih sekarang adalah libur akhir pekan.Ia terusik setelah suara alarm dengan irama tak biasa menariknya paksa dari alam mimpi. Bukannya membuka mata, Althea malah makin merapatkan diri pada sumber kehangatan nyaris panas yang terasa menyenangkan di belakang punggungnya, menarik selimut hingga sebatas leher.Sapuan napas hangat menerpa tengkuk, serta sesuatu yang terasa berat menindih sisi tubuhnya dari sepanjang pinggang hingga melingkari perut. Samar-samar bunyi aneh ikut mampir di telinganya. Semakin didengarkan, lama-lama bunyi itu makin jelas serupa suara dengkuran jantan yang terasa begitu dekat.Masih dengan mata memejam, keningnya mengernyit hingga alisnya hampir menyatu. Kenapa ada dengkuran yang terdengar, bukankah ia tidur sendiri? Lagi pula suara khas semacam itu yang pernah didengarnya ha
BAB 21Lesu.Itulah raut wajah Althea sepanjang sarapan. Memaksa diri mengunyah dan menelan makanan yang tersaji di piring kendati tak berselera. Duduk berdampingan dengan Zayn tanpa membuat keributan di bawah meja seperti kemarin. Ia masih merasa teramat berdosa. Jujur saja, ini adalah kali pertama Althea meninju orang hingga memar dan berdarah.“Al, ini jamu ramuan tradisional turun temurun di keluarga kami. Ibu sendiri yang merebus dan membuatnya. Mengingat kegiatanmu sebagai mahasiswa juga banyak, belum lagi kegiatan membara kalian.” Lidya menjeda sejenak kalimatnya, melipat bibir mengulum senyum. “Sebaiknya kamu rutin mengonsumsi ini. Supaya stamina tetap terpelihara juga untuk berjaga-jaga.”Lidya meletakkan satu botol kaca berisi jamu buatannya ke hadapan Althea. Si gadis lesu yang sejak tadi menunduk tak fokus sedikit tersentak kala Lidya menepuk lengannya.“Eh, i-iya, Bu.” Althea mengangkat wajah dan menatap penuh tanya ke arah botol kaca yang disodorkan Lidya. “Ini apa?”“He
BAB 22Suara musik klasik sayup-sayup terdengar telinga Zayn begitu dia membuka mata di pagi hari. Irama The Rite of Spring yang menjadi ciri khas balet Rusia mendayu indah menggoda pendengaran.Zayn yang memiliki ayah orang Rusia sudah familiar dengan nada semacam ini sejak kecil. Ditambah lagi ayah ibunya adalah penggemar musik opera serta pertunjukan klasik seperti balet dan Zayn sering diajak ke berbagai pertunjukkan oleh orang tuanya.Dia beringsut turun dari peraduan luasnya masih dengan mata ayam. Menggosok gigi disusul membasuh muka guna mengusir kantuk dan beranjak keluar kamar masih dengan handuk kecil di tangan yang digunakannya untuk mengeringkan wajah.Si tampan tinggi menjulang itu menajamkan pendengaran. Semakin ke arah belakang irama tersebut kian menguat dan kakinya terhenti di luasnya halaman belakang yang didesain menyerupai paviliun terbuka, hanya atap yang menaungi melindungi dari hujan.Matanya terpaku pada satu titik di mana seorang gadis tengah meliukkan tubuhn
BAB 23“Bu, pesan nasi uduk komplit seporsi.” Althea mengempaskan dirinya di bangku kayu kantin kampus. Menaruh tas serta setumpuk modul yang dibawanya ke atas meja. Kantin tampak lengang mengingat ini masih jam tujuh pagi, baru ada beberapa mahasiswa saja yang datang. Kebanyakan yang sarapan di sini adalah para mahasiswa indekos yang jauh dari orang tua. Lebih memilih kantin kampus sebagai tempat bersantap mengisi perut untuk mengawali hari daripada membeli sarapan di luar area universitas. Menimbang harga yang dibanderol sangat murah, ideal juga ramah untuk kantong para mahasiswa, tetapi citarasanya tak kalah dengan yang ditawarkan di luaran. Sepiring nasi uduk komplit disodorkan ke hadapan Althea. Selain telur iris dan orek tempe, sate telur puyuh juga sate ati ampela ikut memeriahkan isi piringnya.Tanpa basa-basi, Althea melahap sarapannya dengan tak lupa mengucapkan do’a terlebih dahulu. Selalu menerapkan didikan orang tuanya yang mengharuskan berdo’a ketika hendak menyantap
Wedding Drama Season 2EndingSemilirnya udara segar Puncak menguarkan relaksasi alami. Jakarta dengan kadar tinggi polutannya, memang paling ideal dinetralisir di sini. Tempat favorit para penduduk ibukota mencharge ulang energi termasuk Zayn. Desain interior kamar villa didominasi warna monokrom juga material kayu-kayuan. Ranjang dan furniturnya pun terbuat dari kayu jati berukir khas Jepara. Kelambu putih yang menaungi tempat tidur menguarkan aura nyaman untuk merebahkan diri. Berpadu hawa sejuk pegunungan menambah syahdu tempat yang dibuat khusus untuk berlibur dari kesibukan mengais pundi-pundi. Berdandan cantik, mengenakan pakaian terbaik, sekali lagi Althea mengecek penampilannya di depan cermin. Dalam rangka menyambut sang suami yang beberapa saat lalu mengabarkan sudah sampai di daerah Ciawi, Althea ingin terlihat berbeda malam ini. Althea mulai berpikir untuk perlahan menata diri sebagai ibu juga istri, termasuk mengubah penampilan menjadi lebih anggun demi keutuhan rumah
Wedding Drama season 2 Bab 29Prang!!!“Awhhh!”Bunyi gaduh perabotan jatuh berpadu pekikan, mengejutkan Tante Esme yang sedang khidmat membaca Alkitab. Baru sepuluh menit dibuka, Alkitab ditutup dan kembali disimpan ke meja bertaplak rajutan tangan. Kacamata baca turut ditanggalkan, ditaruh berdampingan. Meninggalkan ruang baca, Tante Esme bergegas ingin memeriksa apa gerangan yang sedang terjadi di dapur pada pukul enam pagi ini. Tante Esme mendapati Chelsea sedang meringis-ringis di depan wastafel. Keran air mengalir deras menyiram punggung tangan kiri yang dari jauh pun tampak kemerahan, kontras terpantul di permukaan kulit Chelsea yang putih pucat. “Chel, tangan kamu kenapa?“Oh… i-ini barusan sauce pannya nggak sengaja kesenggol.” Tante Esme hendak memangkas jarak, tetapi terhenti saat slipper sandal rumahan yang mengalasi telapak kaki menemukan sensasi basah. “Hati-hati, Tan!” Chelsea berseru khawatir. Marmer dapur dipenuhi ceceran makanan begitu pula di atas kompor. Sauce
Wedding Drama Season 2 Bab 28“Mas, apa suaraku kekencengan ya?” cicit Althea yang masih terengah. “Tapi aku suka,” bisik Zayn, mengerling nakal. “Desahanmu lebih merdu irama dari piano dan biola.”Pipi Althea bersemu. Zayn beringsut mengecup mesra bibir Althea yang setengah terbuka. Melirik ke tengah ranjang, keduanya tertawa kecil.Si bayi cantik berpipi chubby itu merengek manja didera haus dan lapar lumrahnya para bayi. Tak mungkin egois karena memang beginilah dinamika menjadi orang tua, Zayn memberi ruang agar Althea bisa leluasa memberikan hak putri mereka. Zayn melebarkan selimut guna menutupi tubuh Althea yang nyaris polos kemudian ikut bergabung naik ke atas kasur. “Maaf ya, Mas. Karena Iza keburu bangun,” cicit Althea terdengar tak enak hati. Zayn paham maksud kalimat Althea. “It’s okay, sebagai orang tua, Iza tetap menjadi prioritasku. Dan aku senang karena sekarang Iza juga jadi prioritasmu. Thank you, Mommy.” Althea mengangguk malu. Apresiasi Zayn selalu sehebat in
Wedding Drama Season 2 Bab 27. Gempa Bumi “Nah, aku udah geser dikit. Mas tinggal terlentang aja, biar aku bisa naik.” Althea berkata dengan nada tanpa dosa sembari menyentuh dada bidang Zayn, sorot manis netra imutnya menyihir.Jantung bertabuh riuh menggemparkan raga juga jiwa yang sedang bertarung. Tetap mematuhi titah ego yang mengungkung atau menyerah pada gejolak purba yang meraung. Disuguhi percikan-percikan kerling nakal namun lugu, elusan merayu. Sungguh, benteng beku yang dibangun Zayn mulai retak tanpa disuruh. “Kenapa mukanya merah? Mas demam ya?” cicit Althea panik seraya menyentuh kening sang suami. Buru-buru Zayn menepis telapak tangan halus Althea. Bukan apa-apa, efeknya menyaingi daya kejut listrik. Menyengat dahsyat sekujur pori, meremangkan bulu roma, mendidihkan gelora kelelakiannya yang terlanjur memanas. Gaun minim tipis yang dikenakan Althea tersingkap hingga mencapai pinggul. Ditambah keharuman favoritnya yang menguar dari tubuh Althea merasuki celah hidun
Wedding Drama Season 2 Bab 26Sejak pulang dari gereja, gangguan overthinking menjangkiti Althea. Ketika mengikuti misa, perasaan Althea berkecamuk terganggu. Niatan untuk fokus berdo’a terbelah-belah dikarenakan kehadiran Chelsea yang seakrab itu dengan Zayn. Interaksi mereka ternyata sedekat yang digosipkan teman-teman sekampusnya. Sikap Zayn terhadap Chelsea juga ramah dan ceria. Berbanding terbalik seratus delapan puluh derajat dengan respons Zayn ketika bertukar kata dengannya. Parahnya, kebanyakan hadirin misa mengira Chelsea adalah istri Zayn membuat pikiran Althea bertambah keruh, berbeda dengan para suster dan pendeta yang sudah mengetahui fakta bahwa Zayn hanyalah bosnya Chelsea. Cepat-cepat Chelsea bertindak meralat. Menjelaskan bahwa dirinya hanya sekretaris Zayn dan sebatas teman saja saat sedang tidak bekerja. Chelsea juga tak lupa memperkenalkan Althea sebagai istri Zayn, sedangkan si empunya lebih banyak diam. Hati Althea mencelos kecewa karena untuk pertama kalinya
Wedding Drama Season 2 Bab 25Menggeliat, Althea terjaga dari tidurnya. Selain cahaya matahari pagi yang menginterupsi menerobos ventilasi, ia juga dibangunkan oleh si kecil yang mirip dengan Zayn versi perempuan, sudah tengkurap di dekatnya.“Sayang,” sapa Althea sengau, lantas menilik kasur juga mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Hanya ada dirinya dan Aliza tanpa Zayn di dalam kamar. “Daddy ke mana ya? Apa sudah bangun duluan?” tanya Althea pada si kecil yang menyentuh-nyentuh pipinya, menarik perhatiannya. “Anaknya Mommy ini juga rajin kayak Daddy nih, pagi-pagi banget udah bangun aja.” Althea bercicit memuji. Menjawil gemas dagu Aliza yang dibalas senyuman lebar oleh putrinya itu, memamerkan gusi merah yang belum ditumbuhi gigi. Menyaksikan betapa pintarnya Aliza merespons interaksi yang Althea bangun setelah berbulan-bulan tak ingin peduli, serbuan rindu menyerang. Seolah sudah sekian lama tak berjumpa, Althea meraih Aliza dan membawanya ke atas tubuh, memeluknya denga
Wedding Drama Season 2 BAB 24Mengiringi gulita yang kian larut, hujan kembali turun seperti kemarin. Kali ini menyapa lebih ramah, tak mengajak petir beserta angin ribut bermain bersama.Rintik gerimisnya menguntai simfoni merdu melahirkan lagu pengantar tidur yang sempurna. Meninabobokan Althea setelah puas terisak hingga membasahi bagian belakang kemeja suaminya.Hampir satu jam lamanya, Zayn membiarkan embusan hangat teratur menyapu tengkuk. Kedua mata yang mengatup dibukanya sedikit demi sedikit hingga melebar sempurna. Langit-langit kamar bernuansa pink bertabur stiker khusus berbentuk bulan dan bintang menjadi hal pertama yang tertangkap ruang pandang. Berkelap kelip menghiasi suasana remang ruang tidur Aliza.Ketika mendengar langkah kaki tergesa mendekat ke kamar Aliza, Zayn sebenarnya belum tertidur. Dia hanya sedang merebahkan diri meluruskan punggung yang pegal setelah seharian beraktivitas sambil membawa-bawa Aliza. Selain itu, Zayn juga sedang memastikan Aliza sudah be
Wedding Drama Season 2 Bab 23Gelombang-gelombang tak nyaman berdebur kencang menyentak debaran jantung memompa lebih cepat. Spekulasi ketidakharmonisan rumah tangganya dengan Zayn tak henti menjadi topik bisik-bisik rekan-rekan studinya. Telinga Althea mendidih, tetapi ia tak bernyali untuk mendebat sebab belum begitu akrab dengan lingkungan studinya yang masih baru. Terlebih lagi mahasiswa kelas akhir pekan kebanyakan usianya lebih dewasa. Ada yang single, ada juga yang sudah punya anak remaja. “Pasti cewek yang mereka lihat di parkiran itu sekretaris Mas Zayn. Cuma dia yang punya ciri-ciri kayak yang tadi disebutin. Tapi hari ini kan bukan hari kerja, ngapain sih Mas Zayn bepergian sama Mbak Chelsea sambil bawa-bawa Iza? Dilihat orang-orang malah jadi bahan gosip!” kesal Althea menggerutu pelan. “Tapi Mas Zayn bareng Mbak Chelsea pasti cuma bareng-bareng buat ngurusin pekerjaan. Mungkin di weekend kali ini kebetulan memang ada kerjaan. Nggak mungkin kan Mas Zayn sama Mbak Chels
Wedding Drama Season 2 Bab 22Perkuliahan kelas akhir pekan jelas berbeda sistemnya dengan kelas reguler. Hampir 95 persen orangnya tidak bersinggungan langsung dengan mahasiswa yang berkuliah di hari kerja. Gosip-gosip panas yang berembus di lingkungan kampus pun sangat jarang sampai di telinga para pengikut kelas akhir pekan dan mereka memang tidak memiliki waktu untuk mengurusi tektek bengek semacam itu, fokus pada studi yang menyita waktu libur mereka. Mengingat Althea kembali melanjutkan studi dengan mengulang semester yang sempat tertunda yakni dua semester, maka dari itu kawan-kawan barunya belum mengenal Althea secara detail. Realisasi perkuliahan pun berjalan masih dini, mereka belum banyak berinteraksi bertukar informasi pribadi. Yang mereka tahu status Althea sudah menikah, hanya sebatas itu. Keriuhan seisi kelas senyap dalam hitungan detik laksana serangga malam yang terinjak. Semua mata menoleh pada Althea yang masih mematung setelah direspons tegas menusuk oleh dosen p