Salsabila dan Alan sudah duduk berhadapan di atas sofa. Salsabila kemudian membuka suara mempertanyakan kedatangan pria itu menyambanginya ke kantornya.
"Masalah penting apa, Mas?""Kita harus pulang ke Surabaya, Sa. Setelah pameran tahunan furniture kita."Salsabila tersentak kaget dengan permintaan Alan. "Apa?!"Alan mengangguk. "Kamu ingat soal pembahasan anak saat orang tuaku menginap di rumah ini? Untuk menyudahi tekanan mama padamu, aku mengatakan akan berusaha menghabiskan waktu bersamamu lebih sering. Tetapi mama tidak percaya begitu saja, jadi mereka minta kita datang ke Surabaya."Salsabila mendengkus mendengar penjelasan Alan. "Kamu tahu sendiri 'kan, Mas. Mama akan lebih banyak membahas hal itu ketika kita di Surabaya."Alan menggaruk tengkuknya. "Maaf, Sa. Terpaksa. Bagaimana kalau kita sebulan di sana?"Salsabila menggeleng pelan. "Tidak bisa selama itu, Mas. Aku harus prepare untuk brand baruSejak tadi memang Alan mempunyai satu ide, yaitu mengajak Salsabila makan siang. Mungkin ide itu terlintas karena Alan sedang meeting dengan klien yang letak kantornya berdekatan dengan gedung kantor Salsabila. Dan ternyata pucuk dicinta, ulam tiba. Terlihat layar ponsel Alan menampilkan nama Salsabila pertanda wanita itu sedang menelepon. Sayangnya Alan tidak bisa mengangkat telepon itu karena sedang menyampaikan salam perpisahan dengan kliennya.Salsabila adalah wanita yang paling jarang menghubungi lebih dulu, jadi kalau sampai dia menelepon pasti ada hal yang penting. Setelah bersalaman dengan kliennya, Alan langsung menelepon balik Salsabila."Sa, kamu meneleponku?" tanya Alan tanpa menunggu wanita itu menyelesaikan sapaannya."Iya, Mas," jawabnya di seberang sana."Ada apa, Sa? Kamu membutuhkan sesuatu?""Lupa, Mas."Alan seketika tergelak mendengar kalimat wanita itu. Ternyata Salsabila pelupa juga,
“Dia sering menghubungi malam-malam begini, Sa? Ah, bahkan sudah nyaris pagi.”Salsabila mengalihkan pandangan ke Alan, pria itu tampak terlihat berbeda dari beberapa menit yang lalu. Dan bolehkah Salsabila berpikir kalau perubahan raut wajah dari pria itu semuanya karena pesan Rangga?“Sesekali,” balas Salsabila singkat. Setelah itu, ia kemudian kembali mengalihkan pandangan ke arah ponselnya. Mengetikkan beberapa kalimat untuk balasan dari pesan Rangga.Hati Alan langsung mencelos mendengar pengakuan Salsabila, serta bagaimana perempuan itu terlihat tersenyum saat mengetikkan beberapa kalimat di layar touch ponselnya. Apa gerangan yang sedang mereka bahas di tengah malam buta seperti ini dan membuat Salsabila harus tersenyum seperti itu?Perasaan tidak suka langsung menghinggapi perasaan Alan saat melihat tingkah istrinya itu. Terlebih lagi saat suara dentingan kembali terdengar, pertanda balasan dari Rangga kembali masuk ke ponsel istri
Dress yang Salsabila gunakan untuk ke pesta puncak pameran furniture perusahaan Dirgantara adalah gaun panjang berwarna hitam dengan sedikit hiasan kain emas. Gaun yang seperti itu jelas sudah dipesan jauh-jauh hari oleh mama Rena dan Alexa. Salsabila tinggal mengenakan apa yang telah disiapkan. Ini adalah salah satu job desk yang menyita waktu Alexa hingga meninggalkan pekerjaan seputar brand baru yang sedang dikerjakan bersama Salsabila, demi mengurus fashion sekeluarga. Tentu saja gaun itu sangat indah dan mewah melekat sempurna di tubuh Salsabila. Selera Alexa yang pernah menjadi fashion advisor memang tidak perlu diragukan.Semua anggota keluarga Dirgantara sudah berangkat lebih dahulu menuju gedung tempat pesta diselenggarakan. Setelah jemputan sudah datang, Salsabila menyusul kemudian. Semenjak tadi pagi, bayangan Salsabila akan dipermalukan Natasha atau siapa pun itu berputar di kepala Salsabila. Ya, Salsabila khawatir dengan tatapan orang-orang yang m
Untungnya acara berjalan lancar dan tidak ada sesuatu buruk yang terjadi. Semua berjalan mulus. Setelah pesta usai, Salsabila dan Alan langsung terbang ke Surabaya bersama Ayah dan Bunda. Mengenai liburan itu, orang tuanya benar-benar khawatir Salsabila dan Alan kabur. Maka mereka jadi sengaja memaksa keduanya naik jet pribadi yang sudah disiapkan begitu acara pameran selesai.Salsabila dan Alan sudah tahu bahwa tidak ada gunanya untuk menghindar, jadi mereka menurut saja apa kata kedua orang tua itu yang sama sekali tidak menerima penolakan."Suami kamu tidak kenapa-kenapa?" tanya Rena ketika mereka sudah duduk di dalam pesawat. Tangan Bunda Rena menunjuk anaknya yang duduk diam di kursinya. Begitu sudah take off, Salsabila menghampiri dan duduk di kursi samping suaminya. Jet pribadi seperti ini memang terasa seperti di rumah sendiri. Salsabila tidak bohong uang memang mendatangkan kenyamanan."Capek, Mas?" tanya Salsabila, membuat Alan sedikit
Demam yang menyerang Alan tak kunjung turun, hal itu benar-benar membuat Salsabila khawatir. Apalagi pria itu masih saja keras kepala menolak ke rumah sakit. Padahal Alan sudah mulai sulit tidur dan menggigil terus meskipun AC sudah dimatikan. Salsabila merasa Alan akan flu berat, udara bahkan semakin dingin beberapa hari ini karena hujan turun terus-menerus mengguyur kota Surabaya, selain itu suaminya memang sedang kelelahan."Kalau sampai besok belum baikan, kita ke rumah sakit, Mas," ujar Salsabila"Aku tidak apa-apa, Sa. Aku hanya benar-benar butuh tidur saja. Bahkan aku tidak akan memintamu membatalkan acara kamu di Bandung." Alan masih bersikeras menolak untuk memeriksakan diri ke rumah sakit. Alan memang pria yang keras kepala.Acara yang dimaksud oleh Alan itu adalah acara pemotretan brand baru Salsabila. Sebelum berangkat ke Surabaya, Salsabila sudah mewanti-wanti Alan kalau ada satu hari di mana ia harus menghadiri pemotretan. Sebenarnya tidak wa
Meskipun masih sakit, Alan tetap nekat untuk menyusul Salsabila ke Bandung. Semua itu ia lakukan agar bisa mencegah, Salsabila dan Rangga berduaan. Oleh karena itu sejak awal Alan sudah jaga-jaga dan memesan tiket pesawat. Penerbangan itu untuk kelas ekonomi dengan jadwal paling malam. Penerbangan komersial tentu tidak akan nyaman, tetapi Alan bisa menahan menekuk kaki panjangnya selama beberapa puluh menit ketimbang terus dihantui rasa khawatir karena Salsabila tidak berada di sekitarnya, dan lebih parahnya lagi, mungkin saja istrinya itu tengah berduaan dengan Rangga."Tolong! Jangan beritahu, Salsa, Bund," pesan Alan kepada bundanya sebelum berangkat ke bandara."Tetapi kamu lagi sakit, Sayang," ujar Bunda Rena dengan raut wajah dipenuhi rasa khawatir. "Tidak bisakah kamu cukup beristirahat di rumah saja dan menunggu Salsabila besok pagi pulang?"Alan menggeleng. Ia tidak punya kesabaran sebanyak itu untuk menunggu Salsabila keesokan harinya. Pikiran-pi
Alan berjanji akan menggunakan kekuasaannya sebagai pemilik saham terbesar di perusahaan yang di handle Salsabila untuk komplain lokasi pemotretan yang dipilih untuk brand barunya. Bagaimana bisa dia memilih lokasi Lembang? Padahal sebelumnya berkata di Bandung. Lembang dan Bandung itu jelas tempat yang berbeda, bagaimana bisa Salsabila tidak mengatakannya dengan jelas?Setelah pesawat yang ditumpanginya landing tadi, Alan segera menghubungi temannya yang bersedia meminjamkan mobil untuk Alan pakai menuju tempat Salsabila. Saat sudah dalam mobil CRV itu, Alan kembali menghubungi Dimas dan menanyakan nama resort tempat mereka menginap. Dan betapa kesal dan marahnya Alan saat Dimas menyebut alamat resort itu di Lembang. Setelah terjebak macet akhirnya nyaris tengah malam Alan tiba di resort dengan bantuan GPS.Alan memarkir mobil dan berjalan masuk resort. Perjalanan jauh serta cuaca yang begitu dingin membuat Alan tidak bisa lagi menahan kantung kemihnya untuk seger
Salsabila sama sekali tidak menyukai cara Alan memaksanya seperti ini. Meskipun Rangga sudah tahu bagaimana hubungan rumah tangganya dengan Alan yang tidak bisa dibilang baik-baik saja, tetapi menunjukkan amarah bertengkar di depannya saat ini juga terasa tidak benar. Untuk menghindari kemungkinan perdebatan atau mungkin adu jotos, Salsabila memilih menuruti kemauan Alan untuk pergi dengannya sekarang juga. Tetapi sebelum Salsabila keluar dari tempat itu, Salsabila masih memperhatikan peringatan Rangga soal hujan yang masih belum reda. Salsabila bahkan menerima payung yang disodorkan sebelum Salsabila kembali melangkah mengikuti langkah panjang Alan. Setidaknya Salsabila masih mengingat keadaan Alan yang belum benar-benar sehat yang akan lebih parah jika kehujanan. "Mas, jalannya pelan-pelan," pinta Salsabila dengan penuh kesabaran extra.Entah sudah berapa kali Salsabila meminta Alan memperlambat langkah kakinya yang lebar, yang berbeda dengan langkah k
“Karena hanya kamu yang termasuk dari semua kriteria itu. Aku tidak akan mencari wanita yang lain, karena hanya kamu yang aku inginkan.”Salsabila bungkam, dia tidak tahu ingin mengatakan apa lagi atas kekerasan hati Alan yang masih berharap ada sesuatu di antara mereka yang masih tersisa. Tetapi kenyataannya sudah tidak ada, Salsabila sudah meninggalkan semuanya semenjak ketuk palu perceraian terdengar. Salsabila sudah mengubur cintanya untuk Alan di sana, tak ada lagi yang tersisa. Tetapi kenapa pria itu terus saja mengharapkan sesuatu yang mustahil untuk kembali terjadi sama mereka.“Mas, aku tidak menginginkan menyulut pertengkaran di tengah malam seperti ini. jadi sebaiknya hentikan omong kosong kamu sekarang, karena tidak ada gunanya juga.”Alan mengacak rambutnya dengan kasar. “Kenapa kita tidak mencoba—““Dad?” Edward menggosok kelopak matanya dengan punggung tangan.Salsabila bersyukur karena kedatangan Edward memutus pembicaraa
"Mas!"Sudah waktunya ternyata. Alan akan bersiap untuk memasang lebar-lebar kedua telinganya dan mempersiapkan diri untuk mendengarkan segala rentetan omelan yang akan diledakkan oleh Salsabila.“Kenapa?” tanya Alan, masih sanggup menjawab panggilan Salsabila yang seharusnya itu tidak perlu dijawab.Kau hanya perlu mempersiapkan diri mendengar ocehan itu Alan!“Aku sangat berharap kamu datang membawa si kembar dalam keadaan tertidur. Lalu menidurkannya di kamar. Dan kamu ... pulang.”Jadi Salsabila sekarang mengusirnya? Astaga ... tidak ada halus-halusnya sama sekali.“Apa yang kamu berikan ke mereka sampai jam segini belum tidur dan mata mereka masih segar serta masih sangat aktif, Mas?” Salsabila melotot, menuntut jawaban.Alan berdeham pelan. “Makan malam, seperti biasanya.”"Lalu?"“Snack sehatnya?”“Lalu?”“Hanya itu.” Alan mengucapkannya sambil membuang pandangan, sama sekali ti
Hari ini Alan diminta oleh Salsabila untuk menjemput si kembar di daycare. Sebenarnya ini tugas Salsabila, berhubung karena Alan yang mengantar anak-anak tadi pagi, mereka memang membagi tugas seperti ini, supaya adil, mengingat mereka sama-sama sibuk. Tetapi ada pengecualian seperti hari ini, misal ada pekerjaan atau tugas mendesak mereka harus siap direpotkan satu sama lain.Seperti sekarang, Salsabila berkata ada tinjau proyek di luar dan akan melakukan meeting setelahnya sehingga tidak akan sempat menjemput si kembar, oleh karena itu dia meminta agar Alan yang menjemput anak-anak. Alan tentu saja tidak akan menolak, karena itu menjadi perjanjian awal agar saling membantu. Mengingat si kembar juga anak-anaknya, tidak mungkin dia menolak permintaan ibu dari anak-anaknya tersebut.Seperti tadi pagi dan hari-hari sebelumnya, Alan kembali menjadi godaan kanan kiri ibu-ibu yang menjemput atau mengantar anak-anak mereka juga ke daycare. Duda se-hot Alan tentu saja aka
“Bunda titip ini buat sarapan kamu, Mas.” Alexa masuk ke ruang kerja Alan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia lantas duduk di depan meja kerja Alan lalu meletakkan sebuah tote bag di permukaan meja.Alan hanya mendongak sekilas, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. “Tidak perlu, sudah ada.”Alexa yang tidak mengerti, kembali bertanya, “Huh? Apaan, Mas?”“Aku sudah ada bekal sendiri, pemberian bunda biar aku makan saat makan siang saja.” Alan kembali menjawab, tetapi tangannya tetap asyik menari di atas keyborard komputernya. Pagi hari memang sangat hectic bagi Alan, jadi dia harus menyelesaikan pekerjaannya.Tatapan Alexa seketika tertuju pada kotak bekal tepat dekat komputer Alan, benda tersebut sama sekali tidak diperhatikan keberadaannya seandainya Alan tidak mengatakan. Segera tangan Alexa bergerak untuk menyentuh benda tersebut, tetapi kalah cepat dengan tangan Alan yang lebih dahulu menjauhkan kotak tersebut dari jangkauan Alexa.
Satria dan Salsabila berpisah di lantai tiga, berhubung ruangan Salsabila berada di lantai tiga sedangkan ruangan CEO berada satu lantai di atasnya, yaitu lantai empat.“Sekali lagi terima kasih atas bantuannya tadi, Pak,” ucap Salsabila dengan sopan setelah terlebih dahulu keluar dari kotak besi tersebut yang hanya ada mereka berdua.Bagaimana tidak, sekarang sudah pukul sembilan, sudah pasti karyawan lain sudah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, hanya Salsabila yang masih bebas berkeliaran di jam kerja seperti ini dikarenakan insiden dada tadi pagi.Satria hanya memberikan anggukan pelan, sebelum kotak besi itu kembali tertutup dan membawa Satria ke lantai empat, di ruangannya.Saat memasuki ruangan, semua mata yang tadinya tengah serius menatap komputer, kini satu persatu perhatian mereka semuanya tertuju pada Salsabila. Wanita itu tentu saja merasa malu dan hanya memberikan senyuman sekilas dan melangkah terburu ke mejanya dan menyem
Salsabila turun dari taksi online dengan tergesa, berlari kecil memasuki pelataran gedung tempatnya mengais uang untuk bertahan hidup. Oke, itu terdengar kasar. Padahal kenyataannya, Salsabila masih bisa hidup berpuluh-puluh tahun tanpa bekerja dan masih bisa berfoya-foya seandainya dia menginginkan hal tersebut. Toh, selama Alan masih hidup dan masih pemilik perusahaan, pria itu tidak akan mungkin membiarkannya melarat di jalanan. Tunjangan dari perceraiannya belum berkurang sepeser pun, belum lagi Alan tiap bulan akan mengirimkan uang dengan alasan uang bulanan untuk si kembar, belum tabungan yang diberikan kedua orang tua Alan untuk masa depan anak-anak, belum lagi dari aunty cantik si kembar, Alexa. Tiap bulan rekeningnya akan membengkak gara-gara mereka, meskipun dengan alasan untuk si kembar.Tetapi sampai kapan Salsabila harus bergantung dengan keluarga Dirgantara, Salsabila bukan siapa-siapa lagi kecuali ibu dari cucu-cucu mereka. Dan suatu saat nanti kala
“Kok Mommy tidak dicium, Daddy?”Salsabila menegang di tempat, begitupun dengan Alan, terlihat jelas dari wajahnya. Memang benar, mereka masih dekat sebagai partner menjaga si kembar seperti janjinya dahulu sebelum berpisah, tetapi untuk melakukan sesuatu yang intim, meskipun hanya sekedar kecupan, itu sudah menjadi sangat haram bagi hubungan mereka. Tetapi kedua putranya itu sepertinya masih belum mengerti akan hubungan orang tuanya, terkadang dia berceloteh dengan polosnya seperti, ‘kenapa Daddy Lan tidak tidur di kamar ini?’ dan pertanyaan yang lebih parah adalah ‘kenapa Daddy Lan tidak pernah mencium dan memeluk Mommy, padahal temanku pernah bercerita kalau orang tuanya sering melakukan hal tersebut.’Entah siapa yang mengotori otak polos kedua putranya itu, yang pasti Edward dan Erland sangat sering mendesak Alan untuk menciumnya, seperti sekarang ini. kemarin-kemarin Salsabila dan Alan berhasil berkelik, tetapi sepertinya hari ini bukan hari keberun
Seperti pagi-pagi sebelumnya, Salsabila akan kelimpungan sendiri menghadapi pagi harinya. Seperti pagi ini, Salsabila sudah sibuk bolak-balik mengecek penampilannya sendiri. Hari ini dia memilih blouse putih, celana panjang berwarna krem dan heels hitam. Oke, sempurna. Lalu, sembari berjalan, ia sedang memasang anting di telinga kanan sedangkan anting yang satu masih dipegang.Namun, sesuatu mengambil perhatiannya, oh astaga … Erland!"Erland …" teriaknya menggelegar saat mendapati anak bungsunya itu sedang memanjat lemari es yang lumayan tinggi itu.Sedangkan kembarannya, Edward tengah mengabaikan keadaan sekitarnya. Bahkan tidak menyadari kalau adiknya sedang menantang maut. Anak berumur empat tahun itu masih setia bermain lego dan sesekali terdengar anak itu bersenandung kecil mengikuti opening song serial kartun di televisi yang sedang menyala.Salsabila yang melihat Erland sama sekali tidak mendengar teriakannya segera berlari, namun nahas, s
Puluhan orang lalu lalang di sekitar Salsabila. Sebagian menuju konter-konter check-in, sebagian lagi buru-buru memasuki boarding room. Raut wajah yang Salsabila lihat berbeda-beda, ada yang bersedih dan ada pula yang bahagia. Mungkin yang bersedih itu adalah orang-orang yang sedang melakukan perpisahan, sedangkan yang berbahagia tengah akan berjumpa dengan keluarga atau seseorang yang disayanginya.Meskipun begitu, segala hingar bingar yang tercipta di sekitarnya sama sekali tidak mengusik Salsabila. Perempuan itu tengah duduk di salah satu kursi tunggu, di sampingnya ada Alexa yang tengah bercanda ria dengan kedua anak kembarnya sehingga sama sekali tidak menyadari kekalutan yang dirasakan oleh Salsabila.Salsabila terus memandangi boarding pass di tangannya, tanpa sadar dia tertawa kecil tanpa tahu apa yang sebenarnya lucu hingga patut ditertawakan.Apakah, karena hari ini adalah waktunya?Tiga tahun pernikahannya selesai dengan cara seperti in