Kedua mobil para mahasiswa sudah memasuki daerah kampung Purut. Jam sudah menunjukan pukul dua belas siang ketika mereka tiba di daerah yang dimaksud. Membutuhkan waktu tiga jam sampai akhirnya mereka tiba disana.
Tempat yang pertama mereka datangi adalah rumah Kepala Desa karena selama satu bulan kedepan mereka akan menyewa salah satu rumah di kampung itu. Sekalian mereka juga akan menitipkan kedua mobilnya di sebuah lapangan yang tepat berada di depan rumah Kepala Desa yang terbilang luas. Jarak rumah Kepala Desa dari rumah kontrakan hanya berkisar 500 meter. Jadi jika mereka membutuhkan mobil, mereka tinggal berjalan kaki ke lapangan tersebut. Selama ini kampung Purut cukup aman, tidak pernah ada laporan dari warga atas kehilangan sesuatu. Jadi mereka tidak perlu khawatir untuk menyimpan kedua mobil mereka di lapangan terbuka seperti itu.
Ketika perijinan dengan Kepala Desa sudah selesai, mereka berjalan kaki menuju rumah kontrakan yang sudah terlebih dahulu di sewa
Matahari masih berada di peraduannya. Jam masih menunjukkan pukul enam pagi, namun para mahasiswa sudah bersiap untuk memulai hari mereka.Setelah bergantian mandi, mereka berkumpul di ruang tamu untuk sarapan bersama. Sarapan pagi itu mereka memesan nasi kuning yang ada di dekat rumah kontrakan. Akan memakan waktu lama jika mereka harus memasak untuk sarapan.“Udah siap semuanya?” tanya Rio setelah mereka menyelesaikan sarapannya.“Udah!!!” sahut mereka kompak.“Kalo gitu kita berangkat yuk, dr. Rima udah tiba di lokasi.” ujar Rio lagi.Para mahasiswa mengambil tasnya masing-masing yang berisi peralatan yang akan dibutuhkan nanti. Tidak lupa juga mereka memakai jas almamater kampus mereka.Sebelum berangkat, tidak lupa Keyra mengirimkan sebuah pesan untuk suaminya.To : SuamiKak, aku berangkat praktek ya. Doain lancar. Love you…SendRe
Tidak terasa sudah satu minggu Keyra dan teman-temannya berada di kampung Purut. Sudah satu minggu juga dirinya tidak bertemu dengan sang suami tercinta. Mereka berdua disibukkan oleh kegiatannya masing-masing. Rasa rindu mulai melanda keduanya, bahkan dihari pertama mereka berpisah. Namun Keyra terus meyakinkan Ardy bahwa perpisahan itu hanya untuk satu bulan saja. Hingga mau tidak mau, Ardy menahan keinginannya untuk segera mendatangi Keyra di Bandung. Ia tidak ingin mengganggu kegiatan Keyra disana.Bagaimana kabarnya klinik pengobatan yang didirikan oleh para mahasiswa itu? Sejauh ini berjalan dengan lancar. Antusias dari warga sangat bagus. Banyak warga yang puas dengan pelayanan mereka di klinik itu. Malahan warga berharap mereka bisa lebih lama lagi mendirikan klinik pengobatan untuk para warga.Pagi itu, seperti rutinitas biasanya, mereka sudah berkumpul di ruang tamu untuk sarapan bersama sebelum memulai aktivitas mereka masing-masing sambil berbagi pengalaman
Malam itu Ardy sudah berpakaian rapih dengan memakai Tuxedo berwarnadark greydengan dasi kupu-kupu yang melingkari lehernya, semakin menambah kadar ketampanannya saat itu. Ia sedang duduk di ruang tamu rumahnya untuk menunggu asistennya datang sambil memainkan ponselnya. Ia ingin menghubungi Keyra sebelum Arga datang.Jari-jarinya dengan lincah menari di atas layar ponselnya lalu memencet nomer Keyra yang sudah tersimpan disana.Tuuuut“Halo, Kak.” ucap Keyra dengan nada ceria seperti biasanya, mengawali percakapan mereka melalui sambungan video call. Terlihat wajah Keyra tersenyum manis di sebrang sana.“Sayang, aku kangen.” rajuk Ardy.Keyra terkekeh disana, “Iya Kak, aku juga kangen. Sabar ya, Kak. Tinggal tiga minggu lagi.”“Aku pengen kamu pulang cepet-cepet.”“Iya Kak, sabar ya.” ujar Keyra lagi.“Kamu lagi dimana, Key?” tanya Ard
Keyra berjalan gontai memasuki rumah kontrakan itu dengan diikuti Kareem dari belakang. Jam sudah menunjukkan pukul 20.15 ketika mereka menjejakkan kakinya di rumah. Di tangannya, Keyra menenteng sebuah plastik berwarna putih yang berisikan beberapa puluh tusuk sate untuk ia makan bersama teman-temannya malam itu.CeklekKeyra memutar gagang pintu dengan pelan.“Malem banget, Key pulangnya.” ujar Mesya ketika dirinya baru saja membuka pintu rumah itu. Mesya dan teman-temannya sedang berkumpul di ruang tamu, menunggu kepulangan mereka.“Iya tadi di Rumah Sakit lagi banyak pasien, gak enak lah kalo kita pulang duluan.” jawab Kareem mewakilinya karena terlihat Keyra sedang tidak bersemangat sejak mereka masih berada di Rumah Sakit.“Ini, aku bawain sate untuk kita makan.” Keyra menyerahkan bungkusan plastik itu kepada Kiya untuk segera di hidangkan di atas piring, agar mereka bisa segera makan. Lalu ia menghempaskan
Pukul tujuh pagi, Ardy sudah berada di kantornya. Belum ada karyawannya yang datang karena perkantoran akan mulai di buka pukul delapan pagi. Hanya ada seorang satpam yang memang bertugas tadi malam, menunggu teman satpamnya yang lain untuk giliran bertugas pagi itu.Tumben sekali Ardy berangkat ke kantor pagi-pagi. Entah kenapa, perkataan Kimi semalam mengganggu tidurnya. Dirinya merasa takut kalau istrinya itu jatuh hati pada laki-laki disana. Bukan ‘kah cinta bisa tumbuh karena terbiasa? Apalagi dirinya tahu kalau ternyata Keyra membantu Rumah Sakit di kota. Otomatis ia akan bertemu dengan banyak orang disana. Mungkin juga akan ada seorang dokter yang tertarik dengan kecantikannya. Pikiran itu lah yang membuat Ardy semalaman susah memejamkan matanya sehingga pagi-pagi sekali ia memutuskan untuk berangkat ke kantor.TokTokTokTerdengar pintu ruangannya diketuk. Ardy yakin itu pasti Arga.“Ya, masuk.” sahut Ardy dari dal
Ardy berdiri mematung di tempatnya melihat istrinya itu pulang diantar seorang laki-laki yang tidak asing baginya. Ardy sudah tiba di Bandung, tepatnya di kampung Purut satu jam yang lalu. Ardy menyuruh Arga untuk mencari tahu apakah Keyra sudah berada di rumah kontrakan atau belum. Menurut informasi yang Arga dapat bahwa Keyra belum pulang ke rumah itu.Ardy dengan sabar menunggu Keyra pulang di dalam rumah yang sudah di sewanya itu. Tidak lupa Kimi pun sudah tidak sabar melihat secantik apa gadis yang berhasil menikah dengan laki-laki idamannya sejak dulu.Ardy beranjak dari duduknya ketika terdengar suara mobil berhenti. Ia mengintip dari kaca rumah itu, ingin mengetahui siapa yang keluar dari dalam mobil itu. Senyumnya terbit ketika ia melihat istrinya turun dari mobil, namun senyumnya langsung luntur berganti kemarahan ketika ia melihat seorang laki-laki juga turun dari mobil yang tadi di naiki Keyra.Ardy menajamkan penglihatannya, ia ingin mengetahui siap
Tidak terasa hari ini adalah hari terakhir mereka menjalani kegiatannya di kampung Purut. Nanti sore mereka akan kembali pulang ke Jakarta.“Makasih ya Key, kamu udah bersedia bantu-bantu kami disini.” kata Mia sambil memeluknya erat.“Iya sama-sama, Suster. Aku seneng bantu disini, aku juga banyak belajar dari suster Mia.” Keyra membalas pelukan Mia.“Makasih Keyra, Kareem, atas dedikasi kalian kepada Rumah Sakit selama satu bulan ini. Mudah-mudahan apa yang sudah kalian dapatkan dari sini, bisa kalian praktekan nanti.” ucap Risman sambil menyalami Keyra juga Kareem.“Sama-sama, Dok. Terima kasih atas bimbingannya kepada kami.” sahut Kareem.Risman tersenyum lalu mengangguk, “Kalau ada yang kurang berkenan untuk kalian selama disini, kami minta maaf ya.”“Nggak ‘kok Dok,” sahut Keyra sambil melepaskan pelukan Mia, “Kami berdua senang bekerja di Rumah Sakit i
Ardy menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumahnya, sesekali melirik Keyra yang tertidur pulas di sampingnya. Tidak lama masuk ke dalam mobil, Keyra langsung tertidur. Ardy memakluminya, mungkin ia lelah. Atau mungkin juga karena terlalu banyak makan tadi yang menyebabkan istrinya mengantuk.“Ar, Keyra tidur ya?” tanya Kimi yang duduk di bangku belakang.Ardy mengangguk sekilas, “Iya, mungkin dia capek.” jawabnya dengan pandangan masih fokus ke depan.Mobil yang dikendarai Ardy sudah sampai di depan pintu gerbang rumahnya, pak Pri segera membukakan pintu gerbang agar mobil Ardy masuk.“Selamat malam, Tuan Ardy.” kata pak Pri saat Ardy menurunkan kaca mobilnya.“Selamat malam, Pak.” sahut Ardy. Kemudian ia menjalankan lagi mobilnya memasuki halaman rumah.Pak Pri segera menutup kembali pintu gerbang rumah itu dan tidak lupa menguncinya. Setelah tuannya itu pulang, barulah ia beran
Ballroom di sebuah hotel bintang lima sudah dipesan untuk pernikahan Devan dan Mesya. Ruangannya sudah dihias sebegitu megah. Bunga anggrek putih—kesukaan sang calon mempelai wanita tersebar di seluruh pejuru ruangan. Karangan bunga berjejer di luar ballroom sebagai ucapan selamat dari rekan dan para kerabat. Terlihat Devan duduk dengan gelisah di dalam mobil menuju tempat acara. Keyra yang duduk di sebelahnya menggenggam tangan Devan erat. “Kakak nervous ya?” tanya Keyra. Devan melirik adiknya sambil sesekali mengelap keringat yang membanjiri wajahnya, “Iya, ‘kok deg-degan gini ya.” jawabnya. “Itu wajar, Kak. Tapi jangan terlalu nervous ya. Sebentar lagi hari ini akan jadi hari paling bersejarah dalam hidup kakak. Semua pasti akan berjalan dengan lancar.” kata Keyra menenangkan. Devan mengulas senyum, “Makasih ya. Key. Lo adik paling best!” “Iya lah, adik kakak ‘kan cuma aku.” Devan terkekeh sambil mengacak rambut adiknya yang sudah tertata rapih. “Kakak…” pekik Keyra sambil m
Hari ini adalah hari bahagia yang ditunggu-tunggu oleh Devan. Setelah menunggu Mesya menyelesaikan koasnya, akhirnya hari ini Devan melamar kekasih hatinya yang telah ia pacari selama 3 tahun. Sejak pagi hari, Keyra sudah berada di kediaman orang tuanya untuk membantu mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan dalam acara lamaran nanti siang. “Sayang, aku tinggal dulu ke kantor gak papa ya? Arga tadi telpon ada sedikit masalah di kantor.” kata Ardy pada istrinya yang tengah memasukkan kue-kue ke dalam box. Ia lingkarkan tangannya pada pinggang istrinya yang tengah membelakanginya. Wajahnya ia tempelkan pada ceruk leher Keyra sambil membaui wangi yang menguar pada tubuhnya. “Iya gak papa, Pa.” sahut Keyra, “kalo udah selesai cepet ke sini lagi, ya.” lanjutnya lagi. Tangannya sangat cekatan menyusun kue-kue itu dengan rapih. “Oh iya, si kembar mana Ma?” tanya Ardy saat tidak mendapati keberadaan anak kembarnya di sana. “Lagi tidur di kamar ata
10 tahun kemudian.Waktu berjalan dengan sangat cepat. Dengan dukungan dari suaminya, akhirnya Keyra kembali melanjutkan pendidikan kedokterannya yang sempat tertunda karena waktu itu dirinya lebih memilih membesarkan si kembar yang sekarang sudah beranjak besar, daripada meneruskan cita-citanya. Beruntunglah ia mempunyai suami yang sangat mendukung cita-citanya itu.Keyra merentangkan kedua tangannya ke atas sambil bersandar di kursinya. Hari itu jadwal operasinya sangat padat. Ada beberapa operasicaesaryang ia lakukan bersama tim. Setelah selesai pendidikan kedokterannya, ia memang langsung mengambil pendidikan jurusan spesialis kandungan. Entah kenapa ia ingin terjun langsung untuk melihat perjuangan para ibu dalam melahirkan buah hatinya. Ia ingin selalu menyaksikanmomentbahagia itu--saat kelahiran seorang bayi ke dunia.Keyra merasakan seluruh tubuhnya terasa sangat pegal. Rasanya seperti habis kerja rodi seha
Ambulan yang membawa Keyra dari rumah baru saja sampai di rumah sakit. Ardy memilih rumah sakit tempat Satria bertugas. Tim medis juga sudah bersiaga di depan pintu saat Ardy menelpon beberapa menit yang lalu. Bahkan brankar pun sudah berada di sana.Keyra segera dipindahkan dengan hati-hati dari ambulan ke atas brankar. Para suster segera mendorong brankar itu menuju ruang bersalin dengan terburu-buru.Wajah Keyra memucat dan tidak sadarkan diri, sehingga membuat Ardy semakin cemas melihat kondisinya.“Silahkan anda tunggu di luar. Kami akan memeriksa pasien dulu,” kata salah seorang suster.“Tolong selamatkan istri dan bayi saya ya, Sus," mohon Ardy. Ia tidak menyangka kejadian seperti itu akan menimpa istrinya. Ia mencemaskan istri dan anaknya. Bagaimana jika mereka harus kehilangan anaknya? Ia tidak bisa membayangkan bagaimana depresinya Keyra nanti.“Baik, Pak. Kami akan melakukan yang terbaik semampu kami. Jangan khawa
Hari-hari terus berlalu. Perut Keyra semakin membesar. Jadwal rutin periksa ke dokter kandungan telah dilakukan, bahkan Ardy sengaja mendatangkan seseorang yang professional untuk melakukan senam ibu hamil di rumahnya setiap akhir pekan. Masalah mual yang sering dirasakan istrinya setiap pagi hari sudah semakin berkurang. Makannya pun sudah mulai seperti biasa, hingga membuat berat badan Keyra naik 15 kg.Keyra tengah mematut dirinya di depan cermin di dalam kamarnya. Ia sedang memperhatikan tubuhnya yang membengkak akibat kehamilan pertamanya itu.“Kak, aku gemuk banget ya?” tanyanya pada Ardy yang tengah memangku laptop di atas ranjang. Ia sedang memeriksa beberapae-mailyang dikirimkan oleh Arga tadi pagi.Ardy menurunkan laptopnya ke atas ranjang, lalu berjalan menghampiri istrinya itu. Ia melingkarkan tangannya untuk memeluk pinggang Keyra dan mengusap lembut perut istrinya yang sudah semakin membesar.“Kamu gemu
Seminggu berlalu setelah kepulangan Keyra dari rumah sakit. Kini ia nampak termenung menatap langit malam itu yang dipenuhi bintang kerlap-kerlip dari balkon rumahnya.“Sayang, masuk yuk!” sebuah tangan memeluknya dari belakang, “angin malam gak bagus untuk kesehatan, nanti kamu bisa masuk angin. Kasian dede bayinya juga.” kata Ardy sambil mengecupi bahu istrinya yang sedikit terbuka.“Kak, aku udah putuskan…” Sejenak Keyra nampak menghela napasnya dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.“Apa sayang?” tanya Ardy. Ia membalik tubuh Keyra agar berhadapan dengannya, menatap mata coklat Keyra yang nampak menyiratkan kegalauan.Keyra nampak memejamkan matanya erat, kedua tangannya saling meremas disertai dengan tarikan napas yang dihembuskan dari mulutnya untuk mengurangi rasa gugup yang menyerangnya. ”Aku gak bakal lanjutin kuliah aku, Kak,” putusnya. Hal itu memang sudah ia pikirkan baik
Seperti biasa setelah mengantar Keyra ke rumah sakit di pagi hari, Ardy akan langsung pergi ke kantor walaupun jam masih menunjukan pukul enam pagi. Ia bisa berleha-leha sebelum jam kantor tiba.Saat memasuki unit kantornya yang berada di lantai 20, ia dikejutkan oleh kehadiran Kimi pagi itu. Tumben sekali sekertaris sekaligus sahabatnya sudah berada di kantor sepagi itu.“Pagi, Ar.” sapanya dengan senyum cerah bersinar.“Pagi, Kim. Tumben pagi gini udah ada di kantor.” ujar Ardy sambil melangkah masuk ke dalam ruangannya yang segera diikuti oleh Kimi.“Iya sengaja aku datang pagi buat nemenin kamu. Daripada kamu iseng sendirian di kantor, ‘kan.” sahutnya, senyum itu tidak luntur dari bibirnya.Ardy tidak merespon lagi, ia mendudukkan tubuhnya di kursi kebesarannya itu. Kedua tangannya ia taruh di belakang kepalanya sebagai sandaran. Tiba-tiba rasa ngantuk mulai menyerangnya, ia mulai memejamkan mata sejena
Ardy membaringkan tubuh Keyra di atas tempat tidur dengan penuh kelembutan dan ia pun membaringkan tubuhnya di samping istrinya, kemudian mendaratkan sebuah ciuman cukup lama di keningnya.“Makasih sayang karena kamu mau menerima kehadirannya,” ujarnya sambil mengelus perut Keyra yang masih rata namun sudah tertanam benih di dalamnya.“Iya Kak, mungkin memang udah saatnya kita jadi orang tua,” sahut Keyra dengan senyuman manisnya. “Aku akan menjaganya Kak, menjaga anak kita,” lanjutnya lagi sambil membelai pipi suaminya dengan lembut.Binar kegembiran terpancar jelas di mata Ardy sejak kepulangan mereka dari rumah sakit. Ia lalu mendekatkan wajahnya lagi untuk memberikan ciuman memabukkan yang membuat Keyra melayang. Dan ciuman itu, Kembali berlanjut. Ardy menelusupkan lidahnya, membuai hasrat keduanya. Jemarinya mulai menjalar dengan sentuhan hangat di setiap inci kulit istrinya.“Kalo malam ini dede bayinya dite
Sudah satu bulan Keyra menjalankan masa koasnya dan sudah satu bulan juga dirinya tidak meminum pil kontrasepsi padahal hampir setiap hari Ardy selalu menggempur dirinya tanpa henti. Ardy selalu menyerang istrinya walaupun Keyra kelelahan karena kegiatan koasnya. Meski sempat beberapa kali Keyra merasakan penat dan lelah karena kesibukannya terutama saat ia harus jaga malam. Sebagai istri yang baik, Keyra tidak mungkin menolak untuk memuaskan hasrat suaminya yang masih menggebu-gebu, padahal usia pernikahannya sudah hampir dua tahun. Ardy memang tidak pernah merasa puas mengecap rasa manis tubuh istrinya.Sudah lelah di rumah sakit, harus lelah juga di ranjang!Kegiatannya yang sangat padat selama masa koas, membuatnya lalai meminum pil itu. Ia mengabaikannya selama satu bulan terakhir.Hari itu Keyra merasakan ada yang salah dengan tubuhnya. Rasa mual dan pusing di kepalanya mulai menyerang.“Key, are you OK?” tanya Mesya malam itu s