Kita memang tidak bisa membuat orang lain selalu sejalan dengan fikiran kita, sering kali butuh rasa sabar untuk menjelaskan.
***
Ardy keluar dari taksi online yang membawanya dari rumah sakit menuju rumah orang tua Keyra. Setelah tadi ia bersikeras ingin keluar dari rumah sakit, akhirnya dokter mengijinkan dia pulang dengan syarat harus tetap kontrol setiap hari selama seminggu untuk memeriksakan luka dikepalanya.
Kini Ardy berdiri didepan rumah Keyra. Ardy menghembuskan napasnya perlahan sebelum memutuskan untuk memasuki rumah berlantai dua itu.
Diketuknya pintu berwarna coklat yang ada dihadapannya. Tak lama kemudian terdengar suara sahutan dari dalam. Ketika pintu dibuka, Bi Sum muncul dari balik pintu.
“Eh Tuan Ardy.”
“Apa kabar, Bi? Keyra ada?”
“Bibi baik, Tuan. Non Keyra ada dikamarnya.” Bi Sum mempersilahkan Ardy masuk dengan seulas senyum diwajah tuanya yang sudah dipenuhi kerutan.
Ardy melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju kamar Keyra dilantai dua. Dilihatnya Keyra sedang duduk di pinggiran ranjang sambil memainkan ponselnya.Ardy mendekat dan duduk disebelahnya, “Lagi liatin apa di handphone?” Ia tidak tau harus memulai percakapan dari mana sehingga kalimat itu yang keluar dari mulutnya.Keyra tetap terdiam dan matanya masih fokus melihat ponselnya. Ia sendiri tidak tau melihat apa di ponselnya karena dari tadi ia hanya menggesek-gesekkan ponselnya keatas kebawah, kekanan kekiri.“Key…” Ardy mengambil ponsel dari tangannya sehingga membuat Keyra mendongak kearahnya. Kedua sorot matanya mereka kembali bertatapan selama beberapa saat. Hingga tangan Ardy terulur untuk menarik tubuh Keyra perlahan dalam pelukannya.“Seberat apapun masalah yang akan kita hadapi nanti, saya harap kamu akan tetap percaya sama saya karena kita telah sepakat untuk memulai semuanya dari awal.” Ardy mengus
Mobil yang dikendarai Ardy berbelok memasuki sebuah rumah dengan halaman yang terbilang luas. Tamannya indah dengan berbagai jenis bunga menghiasi taman itu. Asri, menyejukkan mata yang memandang. Keyra benar-benar takjub dibuatnya, itu adalah rumah impiannya. Walaupun tidak terlalu besar tapi memiliki sebuah taman yang indah.Ardy dan Keyra turun dari mobil. Keyra menatap bangunan rumah bergaya minimalis dengan cat berwarna hitam dan putih yang berada di depan matanya. Warna putih identik dengan kedamaian, kebebasan, dan kesederhanaan. Ia terteguh menatap rumah dengan design yang simple dengan kualitas modern, yang akan ditinggalinya itu. Ardy benar-benar mewujudkan impiannya.“Ini rumah yang akan kita tempati sekarang, kak?” keyra menoleh ke arah Ardy yang berdiri disampingnya.Ardy mengangguk, “Iya, kamu suka?” tanyanya.“Suka banget, Kak. Rumahnya bagus.” jawab Keyra antusias. Binar bahagia terpancar dari mata
Siang itu matahari bersinar dengan teriknya seolah ingin membakar kulit orang yang berada dibawahnya. Randy terlihat sedang duduk menunggu seseorang di sebuah Kafe yang letaknya tidak jauh dari kampusnya. Minumancoffelatte yang dipesannya sejak beberapa menit yang lalu hampir habis namun orang yang ia tunggu belum juga menampakkan batang hidungnya. Randy melirik jam tangannya, sudah hampir satu jam ia menunggu di sana. Ia telah mencoba menghubungi orang tersebut namun hanya operator yang menjawab panggilannya. Ketika hendak memutuskan untuk pergi dari kafe itu, masuklah seorang wanita berkaca mata hitam dengan topi lebar yang menutupi hampir seluruh wajahnya. Wanita itu menghampiri Randy yang menatapnya kesal dengan tangan yang ia selipkan di depan dadanya.“Maaf, Ran. Kamu udah nunggu lama ya.” ujar wanita itu. Ia segera mendudukkan tubuhnya di kursi yang berada di hadapan Randy dan membuka topi yang ia pakai tanpa melepaskan kaca mata hitamnya.
Keyra membuka matanya berat, lalu menggeliat sambil merentangkan kedua tangannya. Keyra terkejut saat tangan kanannya menyentuh sesuatu. Ia menoleh ke sebelah kanan. Ia hampir saja berteriak saat melihat Ardy sedang tertidur di sampingnya. Namun sesaat kemudian ia segera ingat bahwa mulai saat itu ia harus sudah terbiasa mendapati Ardy yang tidur di sampingnya. Ia menyingkap selimut yang ia kenakan pelan-pelan. Semalam tidak terjadi apa-apa karena pakaiannya masih melekat di tubuhnya, piyama panjang dengan motif hello kitty favoritnya.'Baguslah.'pikir Keyra karena jujur, ia belum siap jika terjadi sesuatu antara dia dan Ardy.Ardy masih tertidur dengan pulasnya. Keyra menatapnya lekat-lekat. Ardy memang benar-benar tampan, ia mengakuinya.Tak lama kemudian smartphone Keyra yang tergeletak di atas nakas samping tempat tidur berbunyi. Ia segera meraih ponselnya karena takut suara ponselnya akan membangunkan Ardy. Keyra menat
“Jangan, Randy!” Keyra menggeleng, ia berusaha sekuat tenaga berontak menyingkirkan tubuh Randy yang berada di atas tubuhnya.Keyra mencegah tangan Randy saat dia memegang kancing kemeja Keyra dan hendak membukanya, “Aku mohon jangan melakukan itu, kita bisa bicarakan semua ini baik-baik.” pintanya dengan air mata yang mengalir deras di pipinya.“Semua udah terlambat, Key. Gak ada yang perlu kita bicarakan lagi! Aku akan menjadikan kamu wanitaku sepenuhnya, Key. Walaupun awalnya sangat sakit, tapi nanti kamu akan menikmati permainanku sayang. Aku akan melakukannya dengan sangat hati-hati agar kamu tidak kesakitan.” Randy membelai pipi dan bibir keyra penuh nafsu. Matanya memerah penuh gairah.Keyra terus mencoba melepaskan diri dari himpitan Randy, namun usahanya gagal. Tenaga Randy terlalu kuat untuk ia lawan.SreetRandy menarik paksa kemeja yang dipakai Keyra hingga berhasil merobeknya dan melemparkan
Dua orang suster segera berlari menghampiri Ardy dengan membawa ranjang dorong Rumah Sakit ketika Ardy baru saja memasuki kawasan Rumah Sakit dengan menggendong Keyra alabridal style. Ardy membaringkan Keyra yang tubuhnya tertutup selimut diatas ranjang itu. Dua suster tadi langsung mendorong brankar menuju sebuah ruangan bernuansa putih, Ardy mengikutinya dari belakang. Untung saja Ardy selalu menyiapkan baju ganti di dalam bagasi mobilnya sehingga ia bisa memakai bajunya tanpa harus bertelanjang dada ke Rumah Sakit.Seorang dokter yang bernama dr. Rikha, menghampiri Ardy dan menanyakan apa yang terjadi. Ardy menjelaskan kronologis kejadian yang menimpa istrinya walaupun ia tidak tau pastinya seperti apa. dr. Rikha segera memeriksa luka yang ada di tubuh Keyra. Tubuhnya dipenuhi banyak luka lebam yang mulai membiru.dr. Rikha memeriksa mata Keyra yang sedang terpejam, “Nona Keyra hanya mengalamishockringan, luka di tubuhnya ti
Randy sudah 2 hari merasakan dinginnya lantai penjara. Dia digiring ke polisi dan dimasukan ke penjara dan terjerat pasal 285 KUHP tentang dugaan atau percobaan melakukan pemerkosaan.Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan isterinya bersetubuh dengan dia, dihukum, kerena memperk***, dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun.Randy dimasukan ke sebuah sel kecil di Polres Jakarta Selatan. Penjara ini untuk menunggu Penyelesaian Berita Acara Pemeriksaan (BAP) oleh polisi ke Kejaksaan.Luas sel Polres sekitar 30 meter persegi, sudah termasuk kamar kecil di dalamnya. Randy bersama belasan tahanan kriminal lain harus menunggu dua bulan di sini. Dunianya tiba-tiba menyusut. Ia benar-benar menyesal atas apa yang telah diperbuatnya. Ia harus merelakan masa depannya hancur. Ia terpaksa drop out (DO)dari kampusnya, kuliahnya yang tinggal satu tahun lagi hancur berantakan. Sekarang dia cuma bisa m
Keyra menguap, sesekali mengusap matanya, karena matanya masih saja lengket minta dipejamkan. Keyra membuka matanya dengan perlahan. Seharian ini kerjaannya hanya tiduran di atas ranjang. Setelah kejadian tidak menyenangkan itu, ia memutuskan untuk mengambil cuti kuliah selama seminggu. Itu akan cukup baginya untuk menghilangkan traumanya ketika bertemu orang banyak, dan juga akan menghilangkan luka lebam di wajah dan tubuhnya. Keyra tidak ingin ada orang lain yang mengetahui kejadian naas itu, bahkan Keyra menutupinya dari keluarga dan sahabatnya. Selain dirinya dan Ardy, tidak ada yang mengetahui lagi karena Keyra tidak ingin membuat keluarga dan sahabatnya khawatir. Karena sejauh ini dirinya baik-baik saja. Seseorang terdengar beberapa kali memencet bel rumahnya. Diliriknya jam dinding yang terpasang di dinding kamarnya, sudah pukul tiga sore. Tidak mungkin jam segitu Ardy sudah pulang dari kantor. Lagipula kalau Ardy sudah pulang, ia tidak mungkin memencet bel seperti it
Ballroom di sebuah hotel bintang lima sudah dipesan untuk pernikahan Devan dan Mesya. Ruangannya sudah dihias sebegitu megah. Bunga anggrek putih—kesukaan sang calon mempelai wanita tersebar di seluruh pejuru ruangan. Karangan bunga berjejer di luar ballroom sebagai ucapan selamat dari rekan dan para kerabat. Terlihat Devan duduk dengan gelisah di dalam mobil menuju tempat acara. Keyra yang duduk di sebelahnya menggenggam tangan Devan erat. “Kakak nervous ya?” tanya Keyra. Devan melirik adiknya sambil sesekali mengelap keringat yang membanjiri wajahnya, “Iya, ‘kok deg-degan gini ya.” jawabnya. “Itu wajar, Kak. Tapi jangan terlalu nervous ya. Sebentar lagi hari ini akan jadi hari paling bersejarah dalam hidup kakak. Semua pasti akan berjalan dengan lancar.” kata Keyra menenangkan. Devan mengulas senyum, “Makasih ya. Key. Lo adik paling best!” “Iya lah, adik kakak ‘kan cuma aku.” Devan terkekeh sambil mengacak rambut adiknya yang sudah tertata rapih. “Kakak…” pekik Keyra sambil m
Hari ini adalah hari bahagia yang ditunggu-tunggu oleh Devan. Setelah menunggu Mesya menyelesaikan koasnya, akhirnya hari ini Devan melamar kekasih hatinya yang telah ia pacari selama 3 tahun. Sejak pagi hari, Keyra sudah berada di kediaman orang tuanya untuk membantu mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan dalam acara lamaran nanti siang. “Sayang, aku tinggal dulu ke kantor gak papa ya? Arga tadi telpon ada sedikit masalah di kantor.” kata Ardy pada istrinya yang tengah memasukkan kue-kue ke dalam box. Ia lingkarkan tangannya pada pinggang istrinya yang tengah membelakanginya. Wajahnya ia tempelkan pada ceruk leher Keyra sambil membaui wangi yang menguar pada tubuhnya. “Iya gak papa, Pa.” sahut Keyra, “kalo udah selesai cepet ke sini lagi, ya.” lanjutnya lagi. Tangannya sangat cekatan menyusun kue-kue itu dengan rapih. “Oh iya, si kembar mana Ma?” tanya Ardy saat tidak mendapati keberadaan anak kembarnya di sana. “Lagi tidur di kamar ata
10 tahun kemudian.Waktu berjalan dengan sangat cepat. Dengan dukungan dari suaminya, akhirnya Keyra kembali melanjutkan pendidikan kedokterannya yang sempat tertunda karena waktu itu dirinya lebih memilih membesarkan si kembar yang sekarang sudah beranjak besar, daripada meneruskan cita-citanya. Beruntunglah ia mempunyai suami yang sangat mendukung cita-citanya itu.Keyra merentangkan kedua tangannya ke atas sambil bersandar di kursinya. Hari itu jadwal operasinya sangat padat. Ada beberapa operasicaesaryang ia lakukan bersama tim. Setelah selesai pendidikan kedokterannya, ia memang langsung mengambil pendidikan jurusan spesialis kandungan. Entah kenapa ia ingin terjun langsung untuk melihat perjuangan para ibu dalam melahirkan buah hatinya. Ia ingin selalu menyaksikanmomentbahagia itu--saat kelahiran seorang bayi ke dunia.Keyra merasakan seluruh tubuhnya terasa sangat pegal. Rasanya seperti habis kerja rodi seha
Ambulan yang membawa Keyra dari rumah baru saja sampai di rumah sakit. Ardy memilih rumah sakit tempat Satria bertugas. Tim medis juga sudah bersiaga di depan pintu saat Ardy menelpon beberapa menit yang lalu. Bahkan brankar pun sudah berada di sana.Keyra segera dipindahkan dengan hati-hati dari ambulan ke atas brankar. Para suster segera mendorong brankar itu menuju ruang bersalin dengan terburu-buru.Wajah Keyra memucat dan tidak sadarkan diri, sehingga membuat Ardy semakin cemas melihat kondisinya.“Silahkan anda tunggu di luar. Kami akan memeriksa pasien dulu,” kata salah seorang suster.“Tolong selamatkan istri dan bayi saya ya, Sus," mohon Ardy. Ia tidak menyangka kejadian seperti itu akan menimpa istrinya. Ia mencemaskan istri dan anaknya. Bagaimana jika mereka harus kehilangan anaknya? Ia tidak bisa membayangkan bagaimana depresinya Keyra nanti.“Baik, Pak. Kami akan melakukan yang terbaik semampu kami. Jangan khawa
Hari-hari terus berlalu. Perut Keyra semakin membesar. Jadwal rutin periksa ke dokter kandungan telah dilakukan, bahkan Ardy sengaja mendatangkan seseorang yang professional untuk melakukan senam ibu hamil di rumahnya setiap akhir pekan. Masalah mual yang sering dirasakan istrinya setiap pagi hari sudah semakin berkurang. Makannya pun sudah mulai seperti biasa, hingga membuat berat badan Keyra naik 15 kg.Keyra tengah mematut dirinya di depan cermin di dalam kamarnya. Ia sedang memperhatikan tubuhnya yang membengkak akibat kehamilan pertamanya itu.“Kak, aku gemuk banget ya?” tanyanya pada Ardy yang tengah memangku laptop di atas ranjang. Ia sedang memeriksa beberapae-mailyang dikirimkan oleh Arga tadi pagi.Ardy menurunkan laptopnya ke atas ranjang, lalu berjalan menghampiri istrinya itu. Ia melingkarkan tangannya untuk memeluk pinggang Keyra dan mengusap lembut perut istrinya yang sudah semakin membesar.“Kamu gemu
Seminggu berlalu setelah kepulangan Keyra dari rumah sakit. Kini ia nampak termenung menatap langit malam itu yang dipenuhi bintang kerlap-kerlip dari balkon rumahnya.“Sayang, masuk yuk!” sebuah tangan memeluknya dari belakang, “angin malam gak bagus untuk kesehatan, nanti kamu bisa masuk angin. Kasian dede bayinya juga.” kata Ardy sambil mengecupi bahu istrinya yang sedikit terbuka.“Kak, aku udah putuskan…” Sejenak Keyra nampak menghela napasnya dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.“Apa sayang?” tanya Ardy. Ia membalik tubuh Keyra agar berhadapan dengannya, menatap mata coklat Keyra yang nampak menyiratkan kegalauan.Keyra nampak memejamkan matanya erat, kedua tangannya saling meremas disertai dengan tarikan napas yang dihembuskan dari mulutnya untuk mengurangi rasa gugup yang menyerangnya. ”Aku gak bakal lanjutin kuliah aku, Kak,” putusnya. Hal itu memang sudah ia pikirkan baik
Seperti biasa setelah mengantar Keyra ke rumah sakit di pagi hari, Ardy akan langsung pergi ke kantor walaupun jam masih menunjukan pukul enam pagi. Ia bisa berleha-leha sebelum jam kantor tiba.Saat memasuki unit kantornya yang berada di lantai 20, ia dikejutkan oleh kehadiran Kimi pagi itu. Tumben sekali sekertaris sekaligus sahabatnya sudah berada di kantor sepagi itu.“Pagi, Ar.” sapanya dengan senyum cerah bersinar.“Pagi, Kim. Tumben pagi gini udah ada di kantor.” ujar Ardy sambil melangkah masuk ke dalam ruangannya yang segera diikuti oleh Kimi.“Iya sengaja aku datang pagi buat nemenin kamu. Daripada kamu iseng sendirian di kantor, ‘kan.” sahutnya, senyum itu tidak luntur dari bibirnya.Ardy tidak merespon lagi, ia mendudukkan tubuhnya di kursi kebesarannya itu. Kedua tangannya ia taruh di belakang kepalanya sebagai sandaran. Tiba-tiba rasa ngantuk mulai menyerangnya, ia mulai memejamkan mata sejena
Ardy membaringkan tubuh Keyra di atas tempat tidur dengan penuh kelembutan dan ia pun membaringkan tubuhnya di samping istrinya, kemudian mendaratkan sebuah ciuman cukup lama di keningnya.“Makasih sayang karena kamu mau menerima kehadirannya,” ujarnya sambil mengelus perut Keyra yang masih rata namun sudah tertanam benih di dalamnya.“Iya Kak, mungkin memang udah saatnya kita jadi orang tua,” sahut Keyra dengan senyuman manisnya. “Aku akan menjaganya Kak, menjaga anak kita,” lanjutnya lagi sambil membelai pipi suaminya dengan lembut.Binar kegembiran terpancar jelas di mata Ardy sejak kepulangan mereka dari rumah sakit. Ia lalu mendekatkan wajahnya lagi untuk memberikan ciuman memabukkan yang membuat Keyra melayang. Dan ciuman itu, Kembali berlanjut. Ardy menelusupkan lidahnya, membuai hasrat keduanya. Jemarinya mulai menjalar dengan sentuhan hangat di setiap inci kulit istrinya.“Kalo malam ini dede bayinya dite
Sudah satu bulan Keyra menjalankan masa koasnya dan sudah satu bulan juga dirinya tidak meminum pil kontrasepsi padahal hampir setiap hari Ardy selalu menggempur dirinya tanpa henti. Ardy selalu menyerang istrinya walaupun Keyra kelelahan karena kegiatan koasnya. Meski sempat beberapa kali Keyra merasakan penat dan lelah karena kesibukannya terutama saat ia harus jaga malam. Sebagai istri yang baik, Keyra tidak mungkin menolak untuk memuaskan hasrat suaminya yang masih menggebu-gebu, padahal usia pernikahannya sudah hampir dua tahun. Ardy memang tidak pernah merasa puas mengecap rasa manis tubuh istrinya.Sudah lelah di rumah sakit, harus lelah juga di ranjang!Kegiatannya yang sangat padat selama masa koas, membuatnya lalai meminum pil itu. Ia mengabaikannya selama satu bulan terakhir.Hari itu Keyra merasakan ada yang salah dengan tubuhnya. Rasa mual dan pusing di kepalanya mulai menyerang.“Key, are you OK?” tanya Mesya malam itu s