Lusi, sungguh tak masuk akal, bagaimana mungkin dia meminta Viano untuk menjemputnya pergi ke tempat pertemuan di hotel Vaganza?"Saya tidak bisa menjemputmu, pergilah sendiri!" ujar Viano dengan tegas.Lusi tampaknya merajuk di tempat. "Kenapa kita tidak pergi bersama saja, Vi? Kamu sendirian, masih banyak kursi kosong. Daripada kita menggunakan kendaraan masing-masing, lebih baik jika bersama saja."Setelah memakai dasi dan merapikan jasnya sedikit, Viano kembali menjawab Lusi. "Tidak ada alasan, yang jelas saya tidak mau pergi bersama siapa pun hari ini.""Jangan begitu, dong." Lusi masih berusaha membujuk. "Atau kalau memang kamu tidak bisa menjemput, biarkan aku naik taksi ke rumahmu. Berangkat bersama itu lebih menyenangkan, loh, Vi."Viano mengerutkan kening. Lusi sering mengabaikan soal status Viano siapa dia ini. Apakah pernah terjadi, dalam sejarah, sekretaris merajuk minta dijemput oleh bosnya? Bukankah itu tergolong tidak sopan?"Agar kita juga bisa lebih dekat di luar hub
Hidup itu sederhana, kalau kita tidak membuatnya menjadi rumit. Namun, hidup itu menjadi berbelit-belit ketika Viano masuk ke dalam cerita. Itulah prinsip yang dipegang Nesta.Mengenai urusan titipan Raja, Nesta sama sekali tidak memiliki keberatan. Yang membuatnya merasa terbebani adalah peraturan yang diberlakukan Viano. Sungguh, itu bisa membuat kepala berputar.Berapa kali pun, Viano mengirim pesan untuk mengingatkan Nesta agar tidak memberikan terlalu banyak makanan yang mengandung MSG. Sungguh, MSG itu menggoda sekali, Ayah. Cobalah sekali saja, Ayah pasti akan mencari lagi.Karena terlalu kesal, Nesta sampai menjawab demikian. Namun, dia menenangkan diri, tidak akan mengajarkan Raja untuk menyukai MSG, hanya ingin menggertak ayahnya saja.Viano membalas dengan emoticon marah diikuti stiker monyet yang sedang dipukul. Namun, anehnya, Nesta malah tersenyum geli. Ada rasa gemas yang muncul. Bagaimana bisa, Viano malah terlihat menggemaskan?Hanya bercanda, Ayah. Semua baik-baik sa
Setelah Viano pergi, apakah aku hanya akan berdiam diri? Tentu tidak! Lusi memiliki ribuan rencana untuk bertindak. Ia mulai berpura-pura sakit kepala, mual, dan lemas."Ayo berhenti berpura-pura, Lus!" Viano langsung menyadari bahwa Lusi hanya berakting.Sungguh, tidakkah dia malu diperhatikan oleh orang-orang? Mereka bisa mengira dia sedang mengidam. Dan jika terus begini, bukankah itu berbahaya? Viano bisa dituduh macam-macam."Sepertinya aku salah makan." Lusi mencari alasan. Yah, setidaknya, jika tidak diantar oleh Viano, dia bisa menunggu taksi yang dipesan tiba. Menyesal juga karena tidak membawa kendaraan sendiri. Berniat untuk bertingkah, malah berakhir sia-sia.Lusi mencoba mencari kesempatan dengan memegang tangan Viano. "Pegang aku," pintanya.Baiklah, demi kemanusiaan, Viano memegang tangan Lusi.Semakin lama, gadis itu semakin berani. Kini ia malah mengaitkan lengannya dengan lengan Viano. Orang-orang yang lewat memperhatikan mereka.Baru-baru ini, si Edo—staf dari perus
"Mari makan siang bersama!"Apa! Hanya berani berteriak dalam hati, karena kalau keras-keras takut akan disumpal dengan permen karet."Pergilah minta izin dari bosmu!" Viano mengarahkan dagunya ke K Mart milik Kevin.Si Bos yang terkadang bersikap semena-mena. Nesta tidak akan mengikuti ajakan Viano. Paling juga, hanya ingin menjahili. Nanti, kalau banyak bicara sedikit saja, langsung disumpal dengan permen karet.Satu kata dari Nesta, TIDAK!"Kamu kok berpikirnya lama sekali, ya!" Viano merasa kesal. Makin yakin, IQ Nesta di bawah 100.Nesta mendelik, mantan bos yang masih suka mengatur!"Eh, Bapak! Mau ngapain?" Nesta terkejut saat Viano langsung masuk ke dalam toko. "Wah, Bapak ini benar-benar berani sekali!" Mengomel sambil mengejar Viano.Viano sudah lebih dahulu berada di dalam toko. Di depan Kevin yang masih terbengong-bengong, dia antara meminta izin atau seolah-olah menodong."Karyawanmu punya waktu istirahat, 'kan?"Kevin yang sebenarnya belum memahami maksud Viano, hanya me
Lusi masih menyimpan dendam, karena ditinggalkan Viano begitu saja. Sungguh, pria itu sepertinya tidak memiliki hati! Harus menelan malu karena ketahuan hanya berpura-pura, ditambah kini harus repot menunggu taksi untuk kembali ke kantor sendiri.Tentu saja, rekan-rekan di kantor menjadi penasaran. Mengapa mereka kembali secara terpisah, padahal mereka menghadiri rapat di tempat yang sama? Apalagi, sudah menjadi rahasia umum bahwa Lusi dan Viano memiliki kedekatan yang lebih dari sekadar atasan dan sekretaris.Namun, apa pun yang dibicarakan orang, bagi Viano, Lusi hanyalah teman lama. Tidak lebih!Lusi harus bersikap seolah tidak peduli, meskipun dia tahu bahwa saat ini rekan-rekan kantor sedang membicarakan hubungannya dengan Viano. Pandangan mereka yang mencuri-curi atau bahkan ada yang sampai terpana melihat Lusi selama beberapa detik. Ah, semuanya benar-benar merusak suasana hati."Ayah Viano belum datang ke kantor?" tanya Lusi kepada Ujang yang menyuguhkan teh."Eh, saya kira Ra
"Coba, Ayah bertanya. Lebih ganteng mana, Ayah atau si Kevin yang di toko Kak Nesta itu?" Malam-malam, kalau tidak sibuk Viano biasanya mengobrol dengan Raja. Mata si kecil itu mendongak ke atas, menatap langit-langit rumahnya sambil membayangkan wajah Kevin. Setelah beberapa detik menunggu, jawabannya sungguh mengejutkan. "Ayah itu ganteng, tapi Ayah sudah tua." Viano mengerutkan dahi. Untunglah Raja adalah anak kesayangannya, kalau bukan, sudah dia cubit kepalanya. "Bagaimana mungkin Ayahnya dibilang tua." Tanpa disadari oleh Viano, memang dia jauh lebih tua dari Kevin. "Rambut Ayah itu sudah seperti orang tua. Kalau Om Kevin, rambutnya bagus, ke atas semua. Dahi Ayah sudah ada keriputnya, Om Kevin belum." "Tapi, Ayah tetap yang paling keren, 'kan?" Raja mengangguk. "Ayah itu keren, tapi kerjaannya marah-marah terus. Kalau Om Kevin itu orangnya baik, sabar. Jadinya, Kak Nesta lebih suka sama dia." Memang benar. Kevin lebih santai, ada masalah atau yang tidak beres dia diskusi
"Keluarlah kamu, Van!" seru Viano. Memang kesalahannya, saat ditanya oleh atasan memberikan jawaban yang tidak masuk akal.Dengan sikap yang masih tenang, Ivan bisa saja berpura-pura. Namun, di dalam hatinya, ia sudah tertawa terbahak-bahak. "Sungguh, saya serius, Pak. Kalau memberikan yang lain, belum tentu digunakan, tapi kalau yang itu, pasti akan digunakan.""Lantas, saya tidak tahu ukurannya!" Viano meradang. "Kenapa kalau terlalu kecil atau terlalu besar, bagaimana coba?""Coba tanyakan dulu, kepada orangnya langsung atau Bapak gunakan ilmu kirologi alias perkiraan."Karena Ivan menyebutkan tentang menggunakan ilmu perkiraan, Viano tanpa sadar malah mulai memikirkan Nesta."Bapak pasti bisa!" bisik Ivan."Ish!" Viano merasa ngeri. Ia merasa jijik dengan pikirannya sendiri. Lalu, untuk apa Ivan memberikan semangat kepadanya?"Keluar, Van, atau saya akan memecat kamu!" Viano benar-benar marah.Ivan tidak bisa menahan lagi, tawanya pun pecah. Bosnya memang keras, tapi bukan tipe ya
Viano pulang dari pekerjaannya. Suasana di rumah terasa biasa saja, tidak ada perubahan apapun. Mia akan segera mengucapkan selamat tinggal untuk pulang jika Viano sudah berada di rumah. Raja sama sekali tidak mengungkapkan bahwa Garseta sempat mampir ke rumah hari itu, begitu pula dengan Mia. Keduanya sama-sama tidak berani mengatakannya, takut akan menimbulkan masalah. Namun, ekspresi muram di wajah Raja tidak bisa berbohong. Saat ditanya mengapa ia begitu pendiam, dia berusaha menutupinya dengan mengatakan tidak ada apa-apa.Sebenarnya, bisa dikatakan perasaan Raja saat ini sangat sakit dan hancur. Meski ia belum dewasa dan kurang memahami apa yang dikatakan oleh neneknya, namun Raja sedikit banyak mengerti maksud dari perkataannya.Selama ini ia sering bertanya siapa ibunya. Namun, Viano tidak pernah bersedia menjawab dengan jujur. Ia selalu mengarang cerita atau mencari alasan lain. Dan tadi, Raja mendengar langsung dari Garseta bahwa seharusnya ia ikut meninggal bersama ibunya.
Ada, ya, suami jadi panas dingin gara-gara diintip istrinya pas BAB?"Kamu melewati step secara mendadak, bikin aku syok. Tau, nggak?""Step apaan, sih? Nggak paham." Nesta yang duduk di samping tempat tidur membalas dengan lebih garang. Barusan dia memeriksa kening Viano masih lumayan hangat."Yah, itu. Pengenalan dalam ruamh tangga." Duh, mati ini Viano punya istri berkelakuan absurd."Yah, 'kan, aku memang sudah duluan di kamar mandi," kilah Nesta."Ya, harusnya ditutup pintunya. Biar aku nggak main selonong. Coba kalau Mang Ujang yang masuk. Gimana coba?" Biarpun sakit, urusan garang tetap nomor wahid."Ye! Justru aku sengaja nggak kunci biar kamu bisa masuk." Gigi Nesta dipamerin depan Viano. Tahulah maksudnya apa.Seandainya Viano tidak dalam kondisi yang paling bikin malu sepanjag sejarah hidupnya, mungkin mereka sudah ....Ish, merasa mau gantung diri kalau ingat kejadian tadi siang."Badan kamu anget." Nesta memegang keningnya lagi, "ini gara-gara keasyikan berenang sama Yato
Ada, ya, suami jadi panas dingin gara-gara diintip istrinya pas BAB?"Kamu melewati step secara mendadak, bikin aku syok. Tau, nggak?""Step apaan, sih? Nggak paham." Nesta yang duduk di samping tempat tidur membalas dengan lebih garang. Barusan dia memeriksa kening Viano masih lumayan hangat."Yah, itu. Pengenalan dalam ruamh tangga." Duh, mati ini Viano punya istri berkelakuan absurd."Yah, 'kan, aku memang sudah duluan di kamar mandi," kilah Nesta."Ya, harusnya ditutup pintunya. Biar aku nggak main selonong. Coba kalau Mang Ujang yang masuk. Gimana coba?" Biarpun sakit, urusan garang tetap nomor wahid."Ye! Justru aku sengaja nggak kunci biar kamu bisa masuk." Gigi Nesta dipamerin depan Viano. Tahulah maksudnya apa.Seandainya Viano tidak dalam kondisi yang paling bikin malu sepanjag sejarah hidupnya, mungkin mereka sudah ....Ish, merasa mau gantung diri kalau ingat kejadian tadi siang."Badan kamu anget." Nesta memegang keningnya lagi, "ini gara-gara keasyikan berenang sama Yato
"Kamu banyak cewek yang naksir, dong!" Nesta misuh-misuh"Yah, kalau banyak cowok yang naksir kamu malah lebih berat saingannya, Nes!"Seratus persen akurat."Jangan-jangan salh satu buket bunga malah ada dari cowok juga.""Ih, amit-amit!" Nesta mengetuk-ketuk kepala."Kamu marah-marah aja, nngak tau apa, suaminya pegel-pegel?"Viano tidur tengkurap. Terus dia tepuk punggungnya sendiri.Ini, mau main kuda-kudaan versi belakang?Any way bapaknya Nesta kalau lagi pegal begitu biasanya Nesta injak-injak. Mungkin Viano juga mau begitu."Mau diinjek-injek, nggak?""Apa!" Saking kagetnya Viano sampai balik badan. Jangan bilang gara-gara cemburu soal hadiah dan buket bunga Nesta mau bunuh dia."Masa suami diinjek!""Injek-injek, Sayang, You know, itu kayak massage alias pijit. Cuma ini pakai kaki biar mantap.""Patah tulang suami kamu ini!""Coba aja dulu, enak tau!" Nesta memancungkan bibirnya.Sebentar. Ini yang bilang Nesta. Nesta, loh!Cewek aneh yang tidak ada anggun-anngunnya. Ibarat k
"Sah?""SAH!"Diiringi doa yang panjang dan khidmat di situ Nesta tahu dia sudah halal buat Viano. Dan, pada akhirnya dapat juga jatah unboxing isi di balik baju Viano yang sudah dari kapan hari bikin Nesta mupeng.Pertama dapat jatah salim tangan dulu, terus dikecup di kening sama Viano. Fotographer bilang tahan dulu, Nesta pikir itu sebuah anugrah.Gileee! Bibir seksi Pak Bos yang biasa dipakai buat marahin dia sekarang menempel di kening dengan diawali Bismillah. Mana nolak disuruh lama-lama.Oh iya, semalam --sebelum ijab qabul--Viano iseng upate foto di media sosial-nya. Masih ingat, dong, dia pernah ambil foto Nesta diam-diam. Nah, iti dia pakai buat di-up.Keterangan fotonya itu, bikin sejagad raya huru-hara.She's my queen.Singkat begitu, tapi banjir komentar.Komentarnya bagus, pujian semua. Tapi bikin nyesek batin Nesta pas baca. Berasa dia jadi gadis yang dipojokkan.[Ya Allah, cari di mana cowok yang bisa terima cewek apa adanya gini?][Beruntung banget ya dicintai cowok
"Papa, nanti Kak Nesta jadi mamanya Raja, ya?"Viano berhenti dari kesibukannya--memeriksa laporan kerja. Mengalihkan pandangan dari laptop pada anaknya"Seneng, 'kan?" Dia mengusap kepala anaknya yang kebetulan berdiri di samping."Berarti, nanti Raja bisa kayak Davin?" tanyanya dengan mata berbinar."Emang, Davin kenapa?""Davin kalau sekolah, mamanya yang masakin bekal. Nanti Kak Nesta kalau udah jadi mamanya Raja, pasti mau masakkin juga.""Mmh." Viano melengkungkan bibir.Oh, iya. Ada satu lagi yang perlu Viano ajarkan pada Raja. Kayaknya, mulai sekarang dia harus latihan panggil mama ke Nesta. Tinggal menghitung hari, mereka akan sah. Masa, masih panggil 'kak'."Kak Nesta, 'kan, udah mau jadi mamanya Raja, mulai sekarang coba latihan panggilnya mama.""Mama Nesta?" Raja menaikkan alis.Harusnya mama saja. Tapi, lumayanlah untuk percobaan biar terbiasa panggil mama."Iya, panggilnya Mama.""Mama ...." Sedikit takjub Raja bisa mengucapkan kata itu."Papa nanti mau liburan ke Bali
Viano belum muncul, Nesta membuka instagram. Penasaran sama orang-orang yang sejak kemarin menghinanya.Cukup menyakitkan hati. Terutama komentar terakhir yang mengatakan Nesta harus lebih baik dari peliharaannya.Eh, akun Kevin Adi Prana membalas komentar?Nesta baca.Masalah, memangnya? Mungkin dia memang nggak secantik kamu. Tapi, kalau Pak Bos yang kalian agungkan karena mukannya yang ganteng itu suka sama dia, bisa apa kalian?Nesta memeluk ponselnya. Kevin membela dia, itu cukup mengharukan. Sejak beberapa hari Nesta tidak berani buka media sosial.Klik love untuk komentar Kevin.Masih ada satu lagi. LusiEsterga29 juga membalas komentar.Bokongku bahkan lebih cantik dari wajahmu. Tapi, selera cowok emang susah ditebak. Nggak usah iri, bikin jatuh harga diri.Lusi memang paling jago kalau untuk urusan nyinyir.Meski begitu, tetap saja Nesta merasa Viano kayak ketiban sial sampai berjodoh dengannya. Bapaknya sendiri saja sampai ragu Nesta dilamar Viano."Nesta?"Pas menoleh langsu
Ibu sama bapaknya Nesta bikin malu saja, deh. Setelah sebelumnya mereka bersikap menolak--terutama Ningsih. Giliran didatangi Viano gayanya langsung salah tingka. Lebih-lebih Sarwani yang malah tanya ke Viano memang tidak salah mau sama anaknya.Dia itu bapak kandung atau bukan, sih!Viano kemarin datang tidak bawa apa-apa, martabak saja lupa. Baru kenalan dulu sama orang tua, minimal mereka sudah bisa menilai pantas atau tidak jadi menantunya. Kalau itu sih tidak usah ditanya, 100% pantas!Rencananya, setelah pertemuan ini, Viano akan mengatur pertemuan antara kedua orang tua. Secepatnya lamaran resmi akan dilaksanakan, baru menentukan tanggal pernikahan.Senang?Belum. Cobaan menjelang kawin eh maksudnya nikah, masih ada saja.Richard mendapat teror dari wartawan media online terkait berita kedekatan Viano dengan Nesta--Big Bos dan kacung. Hfth! warga negara tercinta pada heboh soal jenjang kasta mereka yang beda jauh.Sejauh ini, Richard tidak memberikan penjelasan apa-apa. Dia mem
Nesta pulang ke rumah. Sebetulnya, dia bukan gadis desa yang kampung-kampung banget begitu. Rumahnya masih masuk dalam daerah Jabodetabek. Dia memang memilih untuk tinggal sendiri sebab tidak tahan dengan ibu tirinyaHari ini Viano mau datang ke rumahnya. Kemungkinan, sore sampai. Maka dari itum pagi-pagi Nesta sudah pulang ke rumah supaya nanti bapak dan ibunya tidak kaget kalau tahu mereka bakalan dapat door prize calon menantu idaman,."Apa-apaan kamu, Nes!" Tanggapan Ningsih yang kelihatan sangat tidak suka mendengar kabar putri sambungnya akan dilamar oleh seseorang.Sebetulnya Nesta merasa tidak perlu restunya. Hanya saja, sebagai anak yang diasuh sejak umur dua tahun--meskipun tanpa kasih sayang--tetap saja dia harus menghormati ibunya.Sarwani ayahnya Nesta hanya bisa menghela napas berat,Ningsih sambil membereskan baju-baju, yang baru saja disetrika lanjut mengomel."Kamu itu belum bisa belum bisa nyenengin keluarga. Ibu sama bapak masih susah, makan aja kembang kempis. Adik
Malam-malam Viano Kirim pesan ke Nesta. Menyuruh gadis itu keluar keluar dari kamar kosnya.Nesta sampai berjengit, tumben-tumbenan Viano datang menemuinya. Penasaran. Yang paling penting dari itu semua adalah Nesta bisa melihat wajahnya Viano lagi setelah beberapa jam terpisah.Buru-buru pakai sandal, dia keluar untuk menemui Viano.Aduhai, makin tampan saja dia. Makin kesengsem Nesta. Kemeja hitamnya digulung sedikit, tangannya dilipat di dada, bersandar di mobilnya."Lama amat!" protes Viano ketika dia melihat Nesta.Lama dari Hongkong!Jelas-jelas begitu baca pesannya, Nesta langsung buru-buru datang."Bilang aja, Bapak enggak sabar mau ketemu saya.:"Idih, kepedean!" Viano bergidik.Nesta tingak-tinguk. Tadinya dia kira Viano menyuruh keluar sebab ada pekerjaan yang mau dikasih atau mau titip Raja karena ada kesibukan lainnya.Tidak ada Raja dan dia kelihatannya santai-santai saja.Detik selanjutnya, Viano membuka pintu mobil. Sebentar dia mengambil sesuatu yang ada di dalam."Am