Share

Bab 21 Gerbang Gunung Langit

Penulis: Caesar Azka
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-09 08:41:28

Langit di atas mereka masih dipenuhi awan hitam.

Suara petir menggema, membuat tanah bergetar seolah dunia sedang bersiap menyambut sesuatu yang besar. Arka, Azura, dan Raka berdiri di puncak bukit kecil, menatap ke arah pegunungan yang menjulang di depan mereka—Gunung Langit, tujuan berikutnya.

Ki Jagasatru menarik napas dalam. “Di sana… kalian akan menemukan sesuatu yang akan mengubah takdir kalian.”

Arka mengepalkan tinjunya. “Kalau ini jalan untuk menjadi lebih kuat, aku siap.”

Azura melirik ke arah langit. “Tapi apa yang sedang terjadi? Sejak kita mengalahkan Ragaseta, langit terus seperti ini.”

Ki Jagasatru menatap mereka dengan serius. “Itu pertanda bahwa Gerbang Gunung Langit telah bereaksi terhadap keberadaanmu, Arka.”

Raka tertawa kecil. “Kau benar-benar spesial, ya.”

Namun sebelum mereka bisa bergerak, tiba-tiba tanah di sekitar mereka bergetar hebat.

BO
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 22: Warisan dari Masa Lalu

    Cahaya Biru dan Sosok Misterius Arka melayang dalam kehampaan, dikelilingi oleh cahaya biru yang berputar-putar seperti pusaran energi. Tubuhnya terasa ringan, tetapi pikirannya penuh dengan pertanyaan. Apa tempat ini? Mengapa suaranya tadi terdengar begitu familiar? Tiba-tiba, dari dalam pusaran cahaya itu, muncul sosok berjubah putih. Wajahnya tertutup bayangan, tetapi sorot matanya tajam dan penuh wibawa. “Arka… pewaris darah sakti,” suara itu bergema, membuat dada Arka bergetar. “Siapa kau?” tanya Arka, menatap tajam ke arah sosok itu. Pria itu melangkah maju. “Aku adalah jejak masa lalu, warisan yang telah lama menantimu.” Seketika, pemandangan di sekitar mereka berubah. Arka kini berdiri di tengah-tengah medan perang yang luas. Ribuan prajurit bertarung, dan di antara mereka, seorang pria dengan baju perang emas berdiri tegak, dikelilingi aura yang begitu kuat.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 23 Kebangkitan di Tengah Kegelapan

    Langit berubah merah darah. Kilatan petir hitam beradu di antara awan pekat, menciptakan gemuruh yang mengguncang tanah. Azura dan Raka tersungkur, tubuh mereka penuh luka akibat serangan energi dari pria bertopeng emas. Di kejauhan, Ki Jagasatru berdiri tegak, menahan napas. Ini buruk. Sangat buruk. Pria bertopeng emas melangkah perlahan mendekat. Auranya begitu berat hingga udara terasa seolah menekan dada mereka. “Aku kecewa,” katanya dengan suara dalam. “Kupikir kalian bisa bertahan lebih lama.” Azura menggertakkan giginya. Ia mencoba bangkit, tetapi lututnya bergetar. Raka menatap sekeliling. Tidak ada tanda-tanda Arka. Tidak ada bantuan. Kenapa dia belum datang? Pria bertopeng mengangkat tangannya. Dari balik jubah hitamnya, muncul pusaran energi gelap. “Sekarang… beristirahatlah dalam kegelapan.” Dan tepat saat ia hendak melancarkan serangan t

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 24 Fajar di Tengah Kegelapan Langit yang Terkoyak

    Udara bergetar. Tanah bergetar. Arka berdiri tegak, napasnya memburu. Aura hitam pekat menyelimuti pria bertopeng emas di hadapannya, menelan cahaya di sekitarnya. Dari kejauhan, Azura dan Raka berusaha bangkit meski tubuh mereka lemah. “Dia… benar-benar berubah,” gumam Azura, matanya membelalak melihat bentuk baru pria bertopeng itu. Kini, tubuhnya diselimuti bayangan hitam yang berdenyut seperti api. Mata merahnya bersinar seperti bara. Arka mengepalkan tangan. Ia tahu, ini adalah pertarungan yang berbeda. Pria bertopeng mengangkat satu tangannya. Tanpa peringatan— ZRAASSHH! Gelombang hitam meledak ke segala arah! Arka melompat ke belakang, tapi ledakan energi itu lebih cepat. Ia merasakan tekanan luar biasa menghantam dadanya, membuatnya terlempar puluhan meter. DUARR! Tubuh Arka menghantam batu besar, menghancurkanny

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 25 Pertempuran di Ambang Batas

    Angin kencang bertiup liar, menyapu debu dan puing-puing dari tanah yang terkoyak oleh pertempuran. Arka berdiri tegak, tubuhnya diselimuti energi biru yang berkilauan. Di hadapannya, pria bertopeng emas masih tersenyum, sementara bayang-bayang hitam di sekelilingnya berdenyut seperti makhluk hidup. Di samping Arka, Genta melangkah maju. Aura peraknya berkobar, kontras dengan kegelapan yang menyelimuti lawan mereka. “Sudah cukup bermain-main, Arka. Aku akan menangani ini,” ujar Genta dengan nada tenang. Arka meliriknya, ekspresinya tetap serius. “Jangan gegabah. Dia bukan lawan biasa.” Pria bertopeng tertawa kecil. “Oh? Jadi sekarang kau berdua ingin melawanku bersama?” Genta mengangkat tangan, dan dalam sekejap— ZRAASSHH! Kilatan perak melesat, menyerang pria bertopeng dengan kecepatan luar biasa! Tetapi sebelum energi itu mengenainya, bayangan hitam yang melingka

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 1 Anak Yang Dilupakan

    Darah mengalir di lantai marmer Vila Wijaya. Seorang pria berseragam pelayan tergeletak dengan mata terbuka lebar, napasnya tersengal-sengal. Tangan kanannya masih mencengkeram sebuah amplop hitam yang kini berlumuran darah. Di sudut ruangan, seorang bocah laki-laki berusia empat tahun duduk diam di atas ranjang. Matanya yang hitam pekat menatap kosong ke jendela, tangannya erat menggenggam boneka kayu yang mulai lusuh. Namanya Arka Wijaya. Di luar kamar, perdebatan sengit pecah di antara anggota keluarga. "Dia tetap anak dari darah Wijaya!" suara seorang pria muda menggema. "Dia bukan bagian dari keluarga ini!" sahut suara berat seorang pria tua dengan penuh otoritas. Pria tua itu adalah Darma Wijaya, kepala keluarga yang keras dan tanpa belas kasihan. "Jangan bodoh, Wisnu!" bentaknya pada pria muda itu. "Anak itu hanya akan membawa keha

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 2 Jejak Dalam Kegelapan

    Petir menyambar di kejauhan, menyinari langit malam yang kelam. Di tepi tebing yang curam, Arka berdiri tegap, menatap hamparan hutan lebat di bawahnya. Angin malam bertiup kencang, mengibarkan jubahnya dan membawa aroma tanah basah yang menusuk hidung. Hatinya bergolak. Semesta seolah memberikan pertanda bahwa perjalanannya baru saja dimulai. “Kenapa sekarang?” gumamnya, matanya menerawang ke dalam kegelapan. Suara langkah kaki mendekat dari belakang. Guna, sang guru, berdiri di sana dengan mata tajam yang menyiratkan kebijaksanaan dan rahasia yang belum terungkap. “Bukan soal kapan,” kata Guna dengan suara berat. “Tapi soal takdir.” Arka menoleh, menatap gurunya dengan penuh tanda tanya. “Takdir?” Guna mengangguk pelan. “Aku tidak mengatakan ini tanpa alasan. Kau sudah merasakannya, bukan? Keinginan untuk mencari tahu siapa dirimu sebenarnya.” Arka menghela napas, dadanya terasa sesak. “Aku t

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 3 Kedatangan

    Fajar baru saja menyingsing ketika Arka berdiri di atas tebing yang menghadap desa kecil tempat ia tumbuh besar. Angin pagi bertiup kencang, menerbangkan debu dan dedaunan kering di sekitarnya. Di kejauhan, hamparan hutan lebat tampak seperti samudra hijau yang tak berujung. Matanya menatap lurus ke depan, penuh tekad dan keyakinan.Dari belakang, Guna berdiri dengan tangan bersedekap. "Jadi, kau sudah memutuskan?"Arka mengangguk. "Aku harus tahu siapa diriku sebenarnya, Guru."Guna menarik napas panjang. "Perjalanan ini tidak akan mudah. Dunia di luar sana jauh berbeda dari yang kau kenal."Arka tersenyum tipis. "Aku sudah siap. Ilmu yang kau ajarkan akan selalu menjadi bagian dari diriku."Guna mengulurkan sebuah kantong kecil. "Ramuan ini akan melindungimu. Dan ini..." Ia menyerahkan sebuah jimat kayu berukir naga. "Simbol perlindungan. Jangan sampai hilang."Arka menerimanya dengan penuh hormat. "Terima kasih, Guru. Aku tida

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 4 Ironi

    Langit malam Jakarta dipenuhi cahaya neon, memantul di jalanan basah setelah hujan sore. Udara masih menyisakan aroma aspal yang hangat, bercampur dengan bau kopi dan gorengan dari pedagang kaki lima. Arka berdiri di bawah lampu jalan, matanya menatap ke kejauhan. Pikirannya masih berputar setelah pertemuannya dengan Wisnu.Keluarga yang membuangnya kini membutuhkannya?Sebuah ironi yang sulit ia cerna.Ia menarik napas dalam, berusaha mengabaikan perasaan yang berkecamuk dalam dadanya. Jalanan penuh dengan orang-orang yang tidak mengenalnya, tidak peduli dengan masa lalunya. Tapi Jakarta adalah tempat di mana semua orang menyembunyikan sesuatu. Dan kali ini, ia datang untuk mengungkap rahasia yang selama ini ditutupi darinya.Saat melangkah menuju penginapan kecil yang ia temukan melalui aplikasi ponselnya, terdengar suara teriakan dari gang sempit di sisi jalan.Arka menghentikan langkahnya. Sekilas, ia melihat tiga pria bertubuh besar

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01

Bab terbaru

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 25 Pertempuran di Ambang Batas

    Angin kencang bertiup liar, menyapu debu dan puing-puing dari tanah yang terkoyak oleh pertempuran. Arka berdiri tegak, tubuhnya diselimuti energi biru yang berkilauan. Di hadapannya, pria bertopeng emas masih tersenyum, sementara bayang-bayang hitam di sekelilingnya berdenyut seperti makhluk hidup. Di samping Arka, Genta melangkah maju. Aura peraknya berkobar, kontras dengan kegelapan yang menyelimuti lawan mereka. “Sudah cukup bermain-main, Arka. Aku akan menangani ini,” ujar Genta dengan nada tenang. Arka meliriknya, ekspresinya tetap serius. “Jangan gegabah. Dia bukan lawan biasa.” Pria bertopeng tertawa kecil. “Oh? Jadi sekarang kau berdua ingin melawanku bersama?” Genta mengangkat tangan, dan dalam sekejap— ZRAASSHH! Kilatan perak melesat, menyerang pria bertopeng dengan kecepatan luar biasa! Tetapi sebelum energi itu mengenainya, bayangan hitam yang melingka

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 24 Fajar di Tengah Kegelapan Langit yang Terkoyak

    Udara bergetar. Tanah bergetar. Arka berdiri tegak, napasnya memburu. Aura hitam pekat menyelimuti pria bertopeng emas di hadapannya, menelan cahaya di sekitarnya. Dari kejauhan, Azura dan Raka berusaha bangkit meski tubuh mereka lemah. “Dia… benar-benar berubah,” gumam Azura, matanya membelalak melihat bentuk baru pria bertopeng itu. Kini, tubuhnya diselimuti bayangan hitam yang berdenyut seperti api. Mata merahnya bersinar seperti bara. Arka mengepalkan tangan. Ia tahu, ini adalah pertarungan yang berbeda. Pria bertopeng mengangkat satu tangannya. Tanpa peringatan— ZRAASSHH! Gelombang hitam meledak ke segala arah! Arka melompat ke belakang, tapi ledakan energi itu lebih cepat. Ia merasakan tekanan luar biasa menghantam dadanya, membuatnya terlempar puluhan meter. DUARR! Tubuh Arka menghantam batu besar, menghancurkanny

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 23 Kebangkitan di Tengah Kegelapan

    Langit berubah merah darah. Kilatan petir hitam beradu di antara awan pekat, menciptakan gemuruh yang mengguncang tanah. Azura dan Raka tersungkur, tubuh mereka penuh luka akibat serangan energi dari pria bertopeng emas. Di kejauhan, Ki Jagasatru berdiri tegak, menahan napas. Ini buruk. Sangat buruk. Pria bertopeng emas melangkah perlahan mendekat. Auranya begitu berat hingga udara terasa seolah menekan dada mereka. “Aku kecewa,” katanya dengan suara dalam. “Kupikir kalian bisa bertahan lebih lama.” Azura menggertakkan giginya. Ia mencoba bangkit, tetapi lututnya bergetar. Raka menatap sekeliling. Tidak ada tanda-tanda Arka. Tidak ada bantuan. Kenapa dia belum datang? Pria bertopeng mengangkat tangannya. Dari balik jubah hitamnya, muncul pusaran energi gelap. “Sekarang… beristirahatlah dalam kegelapan.” Dan tepat saat ia hendak melancarkan serangan t

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 22: Warisan dari Masa Lalu

    Cahaya Biru dan Sosok Misterius Arka melayang dalam kehampaan, dikelilingi oleh cahaya biru yang berputar-putar seperti pusaran energi. Tubuhnya terasa ringan, tetapi pikirannya penuh dengan pertanyaan. Apa tempat ini? Mengapa suaranya tadi terdengar begitu familiar? Tiba-tiba, dari dalam pusaran cahaya itu, muncul sosok berjubah putih. Wajahnya tertutup bayangan, tetapi sorot matanya tajam dan penuh wibawa. “Arka… pewaris darah sakti,” suara itu bergema, membuat dada Arka bergetar. “Siapa kau?” tanya Arka, menatap tajam ke arah sosok itu. Pria itu melangkah maju. “Aku adalah jejak masa lalu, warisan yang telah lama menantimu.” Seketika, pemandangan di sekitar mereka berubah. Arka kini berdiri di tengah-tengah medan perang yang luas. Ribuan prajurit bertarung, dan di antara mereka, seorang pria dengan baju perang emas berdiri tegak, dikelilingi aura yang begitu kuat.

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 21 Gerbang Gunung Langit

    Langit di atas mereka masih dipenuhi awan hitam. Suara petir menggema, membuat tanah bergetar seolah dunia sedang bersiap menyambut sesuatu yang besar. Arka, Azura, dan Raka berdiri di puncak bukit kecil, menatap ke arah pegunungan yang menjulang di depan mereka—Gunung Langit, tujuan berikutnya. Ki Jagasatru menarik napas dalam. “Di sana… kalian akan menemukan sesuatu yang akan mengubah takdir kalian.” Arka mengepalkan tinjunya. “Kalau ini jalan untuk menjadi lebih kuat, aku siap.” Azura melirik ke arah langit. “Tapi apa yang sedang terjadi? Sejak kita mengalahkan Ragaseta, langit terus seperti ini.” Ki Jagasatru menatap mereka dengan serius. “Itu pertanda bahwa Gerbang Gunung Langit telah bereaksi terhadap keberadaanmu, Arka.” Raka tertawa kecil. “Kau benar-benar spesial, ya.” Namun sebelum mereka bisa bergerak, tiba-tiba tanah di sekitar mereka bergetar hebat. BO

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 20 Jejak Darah dan Jalan Baru

    Suara dentingan logam beradu memenuhi udara. Arka melompat ke belakang, menghindari tebasan pedang raksasa pria berotot berbaju besi hitam. Tanah tempatnya berpijak terbelah akibat serangan itu, debu dan pecahan tanah beterbangan ke segala arah. Azura dan Raka mundur, mencari celah untuk membantu, sementara Ki Jagasatru tetap berdiri tegap, mengamati pertarungan dengan sorot mata tajam. Pria berotot itu menyeringai. “Lumayan juga kau, bocah.” Arka mengatur napasnya, matanya fokus menatap lawan. “Siapa kau?” Pria itu mengangkat pedangnya yang berlumuran darah. “Aku Ragaseta. Pemburu pewaris darah sakti.” BOOM! Ragaseta mengayunkan pedangnya ke tanah, menciptakan gelombang kejut yang membuat Arka terlempar ke belakang. Namun, sebelum tubuhnya menyentuh tanah, ia memutar tubuhnya dan mendarat dengan ringan. “Ternyata bukan sekadar tenaga brute force…” gumam Arka.

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 19 Kunci Rahasia dan Musuh dalam Bayangan

    “Sudah waktunya kau mengetahui siapa dirimu sebenarnya.” Arka menatap pria tua di hadapannya. Wajah pria itu penuh garis-garis usia, tapi matanya masih menyala dengan tajam, membawa wibawa yang luar biasa. “Siapa kau?” tanya Arka, tangannya masih bersiaga. Pria itu tersenyum tipis. “Namaku Ki Jagasatru. Aku penjaga rahasia keluargamu.” Jantung Arka berdegup kencang. “Rahasia keluargaku?” Ki Jagasatru mengangguk, lalu melirik Azura. “Dan gadis ini memiliki kunci yang akan membuka jalanmu.” Azura menggenggam liontin di lehernya, tatapannya penuh kebimbangan. Namun sebelum ada yang bisa berkata lebih jauh, tiba-tiba suara langkah kaki terdengar dari dalam hutan. CRACK! Raka segera mencabut belatinya, bersiaga. “Kita tidak sendirian.” Dari balik pepohonan, sosok tinggi dengan jubah hitam melangkah keluar. Wajahnya tersembunyi di balik tope

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 18 Jejak Darah dan Warisan Terakhir

    BOOM! Ledakan dahsyat mengguncang tanah, menciptakan gelombang debu yang menyelimuti area pertempuran. Arka segera melompat ke belakang, melindungi gadis yang baru saja ia temui. Raka mencabut belati di pinggangnya, matanya menatap tajam ke arah para pria berpakaian hitam yang kini bergerak mendekat. “Jadi mereka ini siapa?” tanya Arka, masih bersiaga. Gadis itu menghela napas. “Pemburu dari Klan Hitam. Mereka sudah mengejar keluargaku sejak lama.” Salah satu pria maju, wajahnya tertutup topeng besi dengan ukiran tengkorak. “Tidak ada gunanya bersembunyi, Putri Azura. Warisan keluargamu seharusnya menjadi milik kami.” Arka menoleh ke gadis itu. “Putri Azura? Sepertinya kau punya banyak hal yang perlu dijelaskan.” Namun, tidak ada waktu untuk penjelasan lebih lanjut. Dalam sekejap, tiga pria berpakaian hitam melompat maju dengan kecepatan luar biasa.

  • Warisan Kuno: Kembalinya Sang Pewaris   Bab 17 Gerbang Rahasia dan Warisan Kekuatan

    Cahaya biru yang menyelimuti tubuh Arka semakin kuat, membuatnya kehilangan keseimbangan. Suara misterius masih menggema di kepalanya. “Apakah kau siap untuk mengetahui kebenaran?” Arka mencoba bergerak, tetapi tubuhnya terasa berat. Kabut tebal mulai menyelimuti pandangannya, hingga semuanya berubah menjadi gelap pekat. Lalu, tiba-tiba— BRAKK! Arka merasakan tubuhnya terlempar ke tanah keras. Ia terbatuk, merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Saat membuka mata, ia terkejut melihat dirinya berada di dalam sebuah ruangan batu raksasa, diterangi oleh obor yang menyala di dinding. Di tengah ruangan, terdapat sebuah altar besar dengan simbol aneh yang terpahat di atasnya. Sebelum Arka bisa berdiri, sebuah suara berat menggema di sekitarnya. “Kau akhirnya tiba.” Dari bayangan, seorang pria bertubuh tinggi dan berotot muncul. Rambut panjangny

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status