"Galang, kamu kemanakan ponsel dan uangku?" teriak Ibu saat sedang menikmati sepiring bubur ayam kesukaanku.Seperti yang sudah kuduga, Ibu akan meledak marah saat tahu semua uang yang dimilikinya kuambil. Tadi pagi ketika ia tengah mandi, aku menyelinap masuk kamarnya, mencari dimana ia menyimpan semua sisa uang hasil penjualan barang-barang di rumah ini. Toh itu juga uangku. Aku tak mau dia masih menikmati hidup setelah hari ini. Pastinya jika dia masih memliki sisa uang, akan memudahkan Ibu untuk kabur dariku. Ya ... lagi-lagi aku hanya melakukan yang sama dengan yang ia lakukan pada Alika. Tak memberi uang sepeser pun agar Alika tak bisa pergi dari siksaannya. "Galang ...!"Tak kuhiraukan teriakan Ibu yang membahana. Tetap menikmati sarapan buburku, sambil menunggu kehadirannya disini."Galang! Kamu yang ambil uangku 'kan? Semalam aku masih melihat uang itu ada dibtempatnya," tuduhnya, sambil menatapku tajam."Uangmu? Kau yakin itu uangmu?"Ibu seketika salah tingkah. Pastinya i
"Waw ..., akhirnya kau punya pembantu baru, ya, Galang!" seloroh Satria saat melihat Ibu yang tengah mencabuti rumput ditengah panas terik siang ini.Satria memang kuminta datang ke rumah untuk membawakanku laporan dan beberapa berkas terkait perusahaan yang harus kutandatangani. Kebetulan, aku juga punya tugas tambahan yang harus dia lakukan."Mau juga wanita itu melakukannya ternyata!" ejeknya lagip, tersenyum puas melihat Ibu yang nampak kepayahan berjongkok-jongkok mencabuti rumput.Aku hanya tersenyum mendengar ejekannya sambil terus menekuri berkas laporan yang ia bawa. Perusahaanku mulai stabil kini. Ia mulai bangkit lagi pasca hampir terpuruk karena kutinggalkan.Keyakinanku pada Satria terbukti, ia pasti mampu mengembangkan perusahaan tanpa diriku. Buktinya kini beberapa tender ia menangkan kembali. Termasuk mega proyek bersama Dyna Corp, untuk membuat sebuah small city, kota dalam kota. Nampaknya kini aku bisa lebih bernafas lega meninggalkan perusahaan, lalu fokus pada mi
"Alika telah menuliskan semua yang kalian lakukan di buku catatan hariannya! Kau tak bisa mengelak lagi! Bisa saja aku serahkan bukti itu saat ini juga ke polisi, lalu membiarkan dirimu masuk penjara." Ibu seketika terbelalak tak percaya bahwa aku benar-benar memiliki bukti itu."Tapi sekali lagi kutekankan, aku ingin kau dan Wulan merasakan semua penderitaan yang kalian buat pada Alika terlebih dahulu, tanpa terkecuali!"Ibu terdiam tak dapat berkata apa-apa. Sekarang hilang sudah sorot marah dari matanya, berganti menjadi ketakutan."Sekarang, cepat selesaikan membereskan rumput itu, dan jangan masuk sebelum semua selesai!" bentakku sambil menunjuk ke luar.Segera Ibu berlari keluar, dan kembali mencabuti rumput-rumput di halaman.****Aku pandangi foto pernikahan bersama Alika hampir lima tahun silam dulu. Alika sangat cantik mengenakan kebaya putih yang elegan. Pernikahan kami digelar sederhana, seperti keinginannya. Ia hanya ingin pernikahan penuh keskaralan, katanya.Dia begitu
"Galang, Pak Andre mengundangmu dalam acara ulang tahunnya besok sore!" ujar Satria melalui telepon.Pak Andre adalah orang yang paling aku segani. Dulu, sebelum ini aku bekerja di perusahaannya. Dari dia aku belajar banyak hal tentang seluk beluk sebuah perusahaan. Sampai suatu ketika aku memilih untuk membuat perusahaanku sendiri.Dia adalah orang yang pertama kali percaya padaku bahwa aku bisa sukses dengan perusahaan yang kubuat. Tak tanggung-tanggung dia menjadi penanam modal pertamaku.Kini perusahaanku dan perusahaannya sering bekerja sama, sering juga kami bersaing untuk mendapatkan tender."Kau memberitahukan padanya bahwa aku sudah bebas?!" ketusku."Ya, kemarin saat akan kerumahmu dia bertanya kabarmu. Kukatakan saja kau sudah bebas.""Kau ini, padahal aku belum ingin bertemu orang-orang tahu!" ucapku kesal karena ulahnya yang seenaknya itu."Ya ... maaf deh. Aku kan gak sengaja! Terus bagaimana, kau bisa hadirkan besok?"Rasanya aku belum siap untuk datang ke acara publik
________17 AprilAku kuat, aku bisa, aku hebat!!!!Hari ini Ibu dan Mba Wulan memasak banyak makanan yang enak. Mereka memasak berdua dengan penuh bahagia. Jujur aku sangat iri melihat kedekatan mereka. Tak pernah sekali pun Ibu memperlakukan aku seperti ia bersikap pada Mba Wulan.Padahal segala macam cara telah aku lakukan untuk merebut hatinya. Bahkan aku rela selama dua tahun menahan diri dengan sikap kerasnya. Tapi ia tak pernah sekalipun menganggapku.Saat waktu makan tiba, Ibu tak mengizinkan aku sama sekali untuk menyentuh apa yang telah ia masak. Tapi tak apa, toh aku masih bisa masak telur dadar. Aku pun tak sudi memakan masakan mereka. Jangan-jangan nanti aku di racun lagi.Ah ... senangnya melihat Alesha makan lahap walau hanya dengan telur. Semoga kita berdua selalu sehat ya, Nak. Sehingga bisa selalu kuat untuk menghadapi semua tekanan di rumah ini. _______****Untuk pertama kalinya lagi aku akan bertemu banyak orang. Sebenarnya cukup gugup untuk mendatangi pesta ma
Wulan nampaknya masih belum menyadari kehadiranku di pesta ini. Kukihat ia kini tengah menikmati menjadi ratu pesta. Senyuman manis tak pernah sedetik pun hilang dari wajahnya."Pucuk dicinta ulam pun tiba, Lang! Tak perlu mencari ke ujung dunia. Wulan malah datang sendiri pada kita disini!" ujar Satria, sembari mengikutiku memperhatikan Wulan yang kini tengah beramah tamah dengan para tamu undangan lain bersama Pak Andre."Apa perlu kita tangkap dia sekarang, supaya bisa segera menjalankan misi balas dendammu, Lang?" tanya Satria lagi, nampak begitu bersemangat karena mendapati Wulan ada di satu ruangan dengannya."Jangan gegabah, kita butuh sebuah strategi Sat. Kau lupa siapa Wulan kini?" sergahku seketika.Ya, di satu sisi keberadaan Wulan disini adalah sebuah kabar gembira memang, ternyata dia dekat denganku juga keberadaannya mudah kulacak kini. Tapi disisi lain, ini juga berita buruk bagiku, karena Wulan kini berstatus istri Pak Andre.
Tak sengaja aku melihat Wulan yang tengah bersama Kaira, nampak sedang beradu omong disalah satu pojokan di luar ruang pesta ini. Bukannya tadi kudengar dia mau menemani Kaira yang tengah bosan? Jadi begini caranya membunuh kebosanannya? Bertengkar? Pantas saja, dimana pun dia berada, wanita iblis itu akan selalu membuat masalah.Pelan-pelan aku mendekati mereka. Ingin mencuri dengar apa yang sedang mereka ributkan."Kau tak usah sok munafik jadi wanita baik-baik dihadapanku, ya! Sampai kapan pun aku tak sudi kau menikah dengan ayahku!" ucap Kaira kasar."Aku tak munafik, aku hanya menjalankan peranku sebagai ibu sambungmu," elak Wulan dengan tegas."Cuih ..., aku gak mau punya ibu sambung sepertimu! Kau hanya wanita licik yang hanya mengharap harta ayahku!""Tak apa kau tak terima, tapi toh yang pasti aku sudah resmi menjadi istri dari ayahmu. Posisiku lebih tinggi darimu!""Terserah, aku tak akan pernah sudi mengangga
"Galang, direktur Dyna Corp ingin membatalkan kontrak dengan kita begitu saja!" lapor Satria lewat telepon. "Ya, kau handle lah, Sat! Aku membayarmu mahal untuk mengurusi ini, kan?" Aku memang sudah tak lagi mengurusi hal teknis di perusahaan. Semua sudah kuserahkan pada Satria. Urusanku hanyalah memastikan bahwa semua berjalan baik tanpa ada kendala."Tapi, dia hanya ingin negosiasi ulang denganmu, Lang!" desak Satria, terdengar putus asa.Ya, proyek dengan Dyna Corp ini begitu besar. Karena jika berjalan sesuai rencana maka beberapa bulan ke depan kami akan membuat sebuah small city di salah satu kota. Rencannya nanti kami akan membuat konsep hunian yang terintegrasi dengan sekolah, pusat perbelanjaan, pusat kesehatan dan perkantoran. Proyek ini cukup penting bagi perusahaan kami yang masih merintis. Maka sangat disayangkan jika Dyna Corp membatalkan kontrak secara sepihak begitu saja."Lah, apa urusannya denganku memang? Ak
Dendi seorang pemuda berusia kisaran 28 tahunan baru saja terbangun dari tidurnya. Bunyi notifikasi dari ponsel tiada henti mengganggu tidur lelapnya. Sambil mengumpulkan nyawa, Dendi mencoba mencari tahu siapa gerangan yang terus saja menghubunginya itu.[Den, kau sudah lihat berita? Klienmu, Pak Galang ditemukan mati terjatuh dari lantai 4 kantornya bersama dengan temannya sendiri!]Dendi, mencoba membaca pesan dari salah satu temannya itu, berulang kali. Mencoba mencerna semua isinya. Berharap yang ia baca salah. Namun berulang kali Dendi membaca, isinya tetap sama tak berubah.Dendi sangat tak percaya akan berita yang baru saja diterimanya itu. Pasalnya kurang dari seminggu lalu Galang datang menemuinya.Dengan wajah murung, dan putus asa, hampir tengah malam Galang memaksa Dendi agar mau meluangkan waktu untuknya, kala itu. Dendi sempat menolak. Ia tak mau bekerja di luar jam kerjanya. Ia tak pernah mau pekerjaan mengganggu jam istirahatnya.Tapi Galang memaksa, ia berjanji akan
"Pak Galang, saya sudah menemukan beberapa bukti yang menguatkan penggelapan dana yang telah dilakukan oleh Pak Satria!" lapor Vera bersemangat, sesaat setelah aku kembali dari hotel.Tak bisa fokus, aku tak langsung menanggapi ucapannya."Apa sebaiknya kita bicarakan terkait ini semua nanti saja, Pak?" tanya Vera ragu-ragu. Mungkin ia menangkap perubahan mood-ku yang sangat berbeda setelah kembali dari hotel."No, no, kita selesaikan semua ini sekarang juga. Aku minta kau salin semua bukti yang kau dapatkan. Berikan salinannya padaku dan kuminta kau segera buat laporan terkait Satria ke polisi, Ve! Aku percayakan kasus ini padamu!" titahku, seraya menatap Vera penuh keyakinan bahwa dia akan menyelesaikan semua dengan baik."Sa-saya yang buat laporan, Pak? Bagaimana jika orang lain saja, jujur saya takut menghadapi Pak Satria nantinya, Pak ...." Nampaknya Vera tak percaya diri untuk meneruskannya, sayangnya ia tak punya pilihan, hanya dia yang bisa melakukannya. Maka tak ada pilihan l
Mendapati Alika yang melawan, Wulan tak tinggal diam. Ia mendatangi Alika kembali dengan nafas yang terengah-engah lalu sekonyong-konyong menjabak rambut Alika keras hingga Alika tersungkur terjatuh."Jangan pikir kau bisa melawanku, Alika. Tak akan pernah bisa!" murka Wulan. Sembari mengeraskan cengkeramannya pada rambut Alika. Alika memekik kesakitan. Ia tak tahan lagi terus diperlakukan kasar. Seketika ia mengambil alat pel lantai yang tergeletak begitu saja lalu memukulnya ke badan Wulan dengan keras.Wulan meringis kesakitan. Tak percaya Alika melawan. Langsung saja Wulan merebut alat pel di tangan Alika, lalu menghujani Alika dengan pukulan bertubi-tubi. Alika tak dapat berbuat banyak. Ia hanya meringkuk kesakitan sembari melindungi janin di dalam perutnya.Saat Wulan sedang melancarkan aksinya, tiba-tiba saja terdengar tangisan Alesha yang kencang. Alesha ketakutan melihat ibunya dipukuli, dan juga menjerit kesakitan.Ibu segera menghampiri Alesha, dan menggendongnya. Tapi bu
Author's POV2 tahun yang lalu.17 Desember 2018Seperti biasa, hari itu Alika tengah mengerjakan pekerjaan rumahnya seorang diri saat belum ada seorang pun penghuni rumah yang bangun dari tidurnya. Menyapu, mengepel, mencuci piring, mencuci baju, semua Alika kerjakan tanpa sedikit pun ada bantuan dari Wulan--madunya sendiri--atau pun Ibu mertuanya. Tiba-tiba, Rendi, adik dari madunya datang begitu saja dan mendorong Alika yang sedang mencuci piring di wastafel. Sekonyong-konyong lelaki yang seumuran dengan Alika itu memuntahkan seisi perutnya.Alika kesal bukan main melihat ulah lelaki pengangguran itu, yang bisanya hanya merepotkan di rumah ini. Setiap harinya selalu pulang pagi dan dalam keadaan mabuk seperti sekarang ini. Tak pernah ada kegiatan berarti yang ia lakukan. Kesalnya lagi, kakaknya, Wulan selalu saja menuruti adiknya yang hanya bisa minta uang padanya saja. Apalagi uang yang diberikan oleh kakaknya itu adalah uang dari Galang suami Alika yang juga suami Wulan."Kau in
Malam kini sudah semakin gelap. Suasana di bangunan gedung mangkrak ini semakin mencekam. Kudengar dari dalam gedung ada ketegangan yang teramat sangat. Nampaknya Rendi dan juga lelaki asing itu mempertahankan diri dengan cukup keras."Bajingan Rendi ...!" murka Pak Andre saat mendengar pengakuan Kaira barusan. "Awas saja akan aku habisi dia setelah ini!" pekiknya lagi, nampak sangat marah. Tangannya mengepal kuat, menahan amarah yang sudah di ubun-ubun.Bagaimana tidak, Rendi telah dengan sengaja menodai Kaira anak gadisnya. Aku saja yang bukan siapa-siapa Kaira ikut geram dibuatnya. Memang Kaira salah telah menyebarkan video itu. Tapi tak seharusnya Rendi melakukan hal sejauh ini.Sementara itu, Kulihat Kaira menangis tersedu memeluk sang Ayah. Dapat kurasakan kesedihannya, ia pasti sangat shock dan juga terpukul atas semua yang menimpa dirinya."Mari, Pak, kita harus segera pergi. Di sini terlalu berbahaya!" ajak para polisi wanita itu seiring terdengar lagi suara tembakan dari dala
"Aku siapa? Haha ... Sebaiknya kau tak usah tahu. Tapi yang pasti aku tahu siapa dirimu, Galang Ginanjar!" jawab lelaki itu angkuh. Lelaki itu kini mulai melangkah maju, mengitariku, entah untuk apa."Kau 'kan yang telah memperlakukan Wulan seenaknya, menceraikan dia lalu membuatnya terlantar? Kau juga yang membuat ia akhirnya bunuh diri seperti yang dilakukan istri pertamamu!" ucap lelaki yang entah siapa itu, dengan angkuhnya."Kau siapa? Apa hubungannya dirimu dengan semua ini?" tanyaku, kesal akan tingkah angkuhnya."Aku memang bukan siap-siapa, tapi aku pernah berjanji akan melindungi Wulan. Maka sekarang saatnyalah aku melakukannya, agar Wulan tenang di alam sana." jawabnya. Dengan tetap mengitariku. Membuatku merasa risih."Lantas, apa yang mau kalian perbuat padaku sekarang?" tanyaku lagiKemudian mereka pun saling memberikan kode yang entah apa artinya dengan matanya. Sampai tiba-tiba, lelaki itu memegangi tanganku dari belakang mengunci gerakanku.Lalu Rendi mengeluarkan ta
Terbangun saat aku merasakan haus yang teramat sangat di tenggorokan ini. Perlahan kubuka mata, merasa aneh berada di tempat yang nampak asing ini. Aku berada di mana? Kenapa aku bisa berada di tempat yang .... Tiba-tiba indra perasaku mulai aktif kini. Kepalaku berdenyut hebat dan terasa amat sakit. Saat kuangkat tangan, untuk memegangi kepala yang rasanya akan copot itu, kulihat ditanganku menempel sebuah selang dan jarum infus.Aku di rumah sakitkah? Apa yang sebenarnya telah terjadi padaku?Dengan keras kucoba mengingat semua yang terjadi hari ini. Aku datang ke pemakaman Wulan, kembali bekerja, menemukan hal mencurigakan di perusahaan, lalu .... Kaira. Ya, aku kemarin mencari Kaira dan tak menemukannya. Yang ada malahan aku diserang oleh lelaki bertopeng dengan sebilah kayu. Nampaknya aku pingsan setelahnya. Lalu, siapa yang membawaku ke rumah sakit ini?"Galang, kau sudah siuman?" Satria datang menghampiri. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran."Kau, ini ceroboh sekali, mau jadi
Dibalik cermin aku mengobati lukaku sendiri dengan sebongkah es batu dan betadine. Ternyata pukulan Rendi keras sekali hingga meninggalkan legam yang membiru di wajah ini.Sebenarnya saat Rendi memukuli tadi, aku seperti melihat diri sendiri yang sedang marah saat mengetahui bahwa Alika mengalami KDRT oleh Wulan dan Ibu. Rasanya ingin bisa melakukan seperti yang Rendi lakukan barusan kepadaku. Namun sayang aku tak bisa memukuli wanita. Maka waktu itu aku menahannya.Kembali aku merenungi semua yang telah terjadi. Ibu dan Wulan telah memilih jalan yang sama dengan Alika. Satu persatu akhirnya mereka telah merasakan apa yang dirasakan Alika sebelumnya. Walau akhir hidup mereka yang mengenaskan itu semua tidak masuk dengan rencanaku sama sekali.Tinggal Rendi yang belum mendapat balasan apapun dariku. Aku harus melakukan sesuatu untuk membongkar semua perbuatannya dan membuatnya menyesali perbuatannya. Tapi kini Rendi juga menuduhku menjadi penyebab kematian kakaknya. Skor kami 1-1 kini.
Selepas dari rumah Pak Andre tadi, aku langsung kembali ke kantor. Tak mau berlama-lama berada pada suasana canggung di rumah itu karena Pak Andre yang mungkin merasa terluka atau tersinggung akan perilaku Wulan padanya.Kaira memintaku untuk tinggal lebih lama lagi. Katanya untuk sekedar menemani merayakan hari yang menyenangkan karena telah berhasil mengusir Wulan dari rumah.Tapi aku menolaknya. Lebih baik aku bekerja lebih keras lagi dan mengembangkan perusahaan dari pada melakukan hal yang tak berguna seperti itu. Juga lebih baik aku mencari cara lain untuk membalas perbuatan Wulan dan Rendi pada Alika yang masih belum tuntas kutunaikan."Galang, kau tahu kasus Wulan yang viral itu? Kacau, benar-benar kacau dia. Kurasa dia mendapat karma atas perbuatannya sendiri," ucap Satria, saat baru saja memasuki ruang kerjaku. "Oh ya, kudengar kau juga kemarin memukuli Rendi habis-habisan di sini?" tanya Satria lagi, makin menggangguku dengan berondongan pertanyaannya, padahal aku tengah s