Home / CEO / Wanita Tawanan 1 Juta Dolar / Bab 70: Perasaan Terpendam Jhonatan

Share

Bab 70: Perasaan Terpendam Jhonatan

Author: Yumiharizuki
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Jhonatan sudah berhasil membawa Lola pergi ke luar mansion. Mereka langsung berkendara menuju ke Wichita menggunakan mobil yang dipinjam oleh Jhonatan dari Lilian. Lilian memberikan mobilnya secara cuma-cuma untuk dipinjam dengan alasan karena dia jarang menggunakan mobil itu.

"Jho, aku membutuhkan banyak penjelasan darimu. Kenapa kau bisa .... " Lola mencoba mengutarakan pertanyaannya. Akan tetapi, Jhonatan memotongnya begitu saja.

"Lola, biarkan aku menjelaskan pelan-pelan. Aku sengaja membawamu pergi karena ini adalah kesempatan yang aku punya." Jhonatan mulai menjelaskan. "Kau tak perlu tahu dari mana aku mendapatkan segala informasi. Jika aku tidak bergerak pada saat sekarang, aku ragu kelak akan bisa membawamu pergi lagi dari tempat itu."

Penjelasan Jhonatan tadi sama sekali tak bisa membuat gadis itu merasa lega. Dia sangat takut dengan reaksi Luther.

"Bagaimana jika ... Luther mengetahui kepergianku? Aku takut dia .... "

"Lola, dengarkan aku! Kau tidak perlu mengkhawatirkannya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 71: Nostalgia Yang Kental

    Lola berusaha untuk bersikap biasa saja di depan Jhonatan, sekalipun dirinya sudah mengetahui isi hati sang kakak tiri. Bukan tanpa alasan Lola melakukan itu. Dia hanya ingin melihat sejauh mana hubungan mereka akan berjalan. Lalu dia pun masih mencari apa yang sebenarnya dia inginkan."Lola, maaf ya. Karena aku sudah membawamu pergi dari mansion itu dan malah membuatmu hidup dalam pelarian seperti sekarang. Kita nampak seperti buronan yang berpindah-pindah motel." Jhonatan tiba-tiba mengatakan hal yang sama sekali Lola tak sangka.Lola pun mengulas sebuah senyuman tipisnya sambil berusaha menenangkan Jhonatan. "Tidak apa-apa, Kak. Aku sama sekali tidak menyesali kepergianku dari sana. Yang lebih kutakutkan adalah kehilangan ibuku dan tak dapat menemuinya seumur hidup."Jhonatan kini menatap Lola dengan tatapan yang sedih. "Aku berjanji, besok kita akan sampai di Wichita tepat waktu. Sekarang kau berisitirahatlah dulu, ya."Lola beranjak berbaring dan menarik selimutnya, akan tetapi d

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 72: Trauma Yang Belum Selesai

    "Lola apa yang telah terjadi padamu? Apa ada yang menakutimu? Ada perampok di sini?" Jhonatan menjadi merasa takut jika ada orang jahat yang menyergap Lola di rumah itu."Aku ... aku .... ""Ya? Katakan Lola. Apa yang mengganggumu?" Jhonatan kini melepaskan pelukannya dan menatap lekat pada Lola. "Oh iya, sebentar. Aku ambilkan dulu air putih untukmu."Jhonatan menghilang dengan cepat di balik pintu sementara Lola terduduk lemas di tempat tidurnya. Napasnya masih sangat memburu. Dia sangat bersyukur jika hal yang barusan dialaminya hanyalah mimpi, walaupun terasa sangat nyata baginya.Jhonatan kembali sambil membawakan air putih untuk Lola. Dengan cepat Lola meneguk air itu sampai habis tak bersisa lagi. Jhonatan masih menatap dirinya khawatir. Mereka duduk bersebelahan di sisi ranjang."Jadi ... bisa kau jelaskan apa yang terjadi, Lola?" Jhonatan mulai bertanya lagi secara perlahan setelah Lola agak tenang.Lola masih bungkam di tempatnya. Dirinya ragu dan tak tahu bagaimana harus me

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 73: Skenario Luther

    Luther bergegas kembali ke San Francisco akibat kabar yang diberikan padanya dari Barbara. Pikirannya benar-benar sangat kalut, bahkan sampai harus membuat dirinya menunda banyak project dan kesempatan baru. Jeremy sampai geleng-geleng kepala melihat sikap Luther yang terlihat bagaikan orang sedang kasmaran."Bos .... ""Jeremy, jangan ganggu. Aku sedang berpikir," tolak Luther yang sedari tadi sibuk menatap keluar jendela mobilnya.Jeremy menghela napas berat. Dirinya justru merasa miris dengan kisah percintaan sang bos yang terasa terjal, tak pernah berjalan mulus."Ke mana kira-kira laki-laki itu membawa Lola?" gumam Luther resah."Bos, sebenarnya saya ingin menyampaikan kabar yang disampaikan oleh informan. Dia mengkonfirmasi jika Noah sepertinya mencuri surat tanah itu dari mantan istrinya."Ucapan Jeremy tadi membuat mata Luther terbelalak. "Lanjutkan, Jer.""Iya, Bos. Karena menurut pelayan rumah tangga keluarga Harris, Noah melakukan penganiayaan terhadap Nyonya Anneliese yang

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 74: Noah Dirampok

    "Cepat katakan! Kami tidak memiliki waktu lagi!"Noah benar-benar terdesak saat dia telah merasakan dinginnya pisau yang menempel di kulitnya. Karena masih menyayangi nyawanya, Noah pada akhirnya mengalah dan mau bekerja sama dengan perampok itu."Baik-baik! Kalian bisa ambil semua barang berhargaku di dalam brankas itu!"Ketua gerombolan memberikan kode tangan pada beberapa anak buahnya untuk mencari brankas. Mereka mengobrak-abrik area kamar Noah, tapi tak juga menemukan di mana brankas itu berada."Di mana brankasnya? Kau membohongi kami, ya?""Tidak! Aku sama sekali tidak berbohong!" sanggah Noah cepat. "Brankas itu ada di ... balik tumpukkan kardus kosong di gudang."Kali ini mereka mencari sesuai yang diarahkan oleh Noah. Benar saja, salah seorang perampok menemukan brankas itu."Bos! Brankasnya ketemu!""Sekarang, berapa kodenya?" tanya ketua gerombolan lagi.Noah agak terbata-bata dalam menjawabnya. Masalahnya, jika dia memberitahukan kodenya, maka raib lah semua barang dan ha

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 75: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

    "Benar dugaanku, Noah memang licik dan pintar. Dia menyimpan sebagian besar uangnya di kartu tabungan ini," decak Luther kesal."Sepertinya saya memiliki kenalan peretas akun, Bos. Jika Anda mau, saya bisa menghubunginya." Jeremy menawarkan.Luther berpaling memandang Jeremy. "Iya, tentu. Aku sangat membutuhkan itu. Yang penting semua uangku bisa kembali. Lakukan dengan cepat, Jer. Sebelum orang itu melakukan sesuatu dengan rekening bank nya.""Baik, Bos." Jeremy menyanggupi. Dia langsung pergi meninggalkan Luther sendirian.Luther masih belum bisa merasa tenang. Selain karena uangnya yang diambil Noah belum kembali semuanya, dia juga terpikirkan terus dengan keadaan Lola. Dirinya takut jika Lola lepas dari pengawasannya maka Noah akan dengan mudah menyakitinya."Apa yang gadis itu sedang lakukan sekarang? Apa dia baik-baik saja? Dia belum bertemu dengan Noah, 'kan?"Selanjutnya Luther mulai memeriksa jejak digital yang tertinggal di mansionnya melalui CCTV. Karena hal itulah dia meng

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 76: Maksud Tersembunyi Noah

    Jhonatan yang melihat berubahnya sikap Lola menjadi kembali khawatir terhadap adiknya itu."Lola, ada apa? Kamu gemetar?" Jhonatan berusaha mempertanyakan."Tidak apa-apa, Kak .... " Lola sebisa mungkin berusaha menormalkan kembali perasaannya agar Jhonatan tak mencurigainya lagi.Jhonatan masih tetap memperhatikan Lola dengan perasaan khawatir. "Kau yakin? Apa mungkin kau sakit?""Sepertinya begitu, Kak. Sudah jangan khawatirkan aku. Segera jemput dia." Lola beralasan.Dengan sangat berat hati Jhonatan harus meninggalkan Lola sendirian di rumah sakit karena Joey bertugas kembali di rumah mereka. Sepeninggalan Jhonatan, badan Lola mendadak lemas. Dirinya terduduk di samping sang ibu dengan wajah yang pucat."Lo ... la?" Ibunya ternyata memperhatikan apa yang terjadi. Dengan secepat kilat, gadis itu berusaha mengulas senyum seraya menenangkan sang ibu."Aku tidak apa-apa, Bu. Jangan khawatir."Sementara itu Jhonatan tergesa-gesa dalam menyetir mobilnya. Dia merasa terganggu oleh panggi

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 77: Konflik Ayah dan Anak

    Jhonatan terburu-buru datang ke rumah sakit. Dia merasa lega saat kini Lola sedang ditemani oleh Joyce di samping ibunya. Kondisi Lola masih terlihat sama seperti sebelum dirinya pergi. Lola kini nampak lebih pendiam."Lola, ini aku bawakan beberapa roti untukmu. Makanlah dulu. Wajahmu sangat pucat." Jhonatan menyerahkan satu kantung kresek berisi roti pada Lola.Lola menerimanya dengan perlahan sambil tersenyum kecil. "Terima kasih, Kak."Lola memakan rotinya dengan perlahan. Kakak tirinya itu diam-diam memperhatikannya makan. Jhonatan lalu berpaling pada Joyce yang kini sedang menyuapi ibu mereka."Joyce, apa tidak apa-apa jika hari ini kau berjaga di rumah sakit sendirian?"Joyce terdiam di tempatnya, cukup terkejut dengan pertanyaan Jhonatan yang tiba-tiba. "Tidak apa-apa, Tuan Muda. Saya bisa menangani Nyonya seorang diri. Kalian berdua beristirahatlah di rumah. Kalian pasti kelelahan.""Terima kasih, Joyce."Mendengar percakapan kedua orang di dekatnya, jantung Lola mendadak seo

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 78: Menjemput Lola Pulang

    Luther memutuskan berangkat keesokan harinya. Dia membooking satu pesawat untuk dirinya dan juga para bodyguard yang mendampinginya. Jeremy juga sudah menghubungi kenalannya yang berlokasi di sekitar Wichita untuk meminjam mobil.Luther tidak langsung bergerak untuk menemui Lola. Sesampainya di Wichita, dia, Jeremy dan para bodyguard beristirahat dulu di hotel."Bagaimana Jer, mobil pinjamannya aman?" tanya Luther begitu mereka masuk ke hotel."Aman, Bos. Saya akan mengambil mobil itu ke sana," jawab Jeremy."Pastikan semuanya sesuai rencana. Aku tidak mau hari ini kacau karena hal di luar rencana kita." Luther mengingatkan.Bukan Jeremy namanya jika sama sekali tak bisa mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Semua apa yang mereka siapkan akhirnya selesai juga. Mereka pun bergerak ketika malam sudah cukup larut.Luther merasakan jantungnya berdegup lebih cepat, adrenalinnya memuncak pada saat itu. Meskipun dirinya percaya diri untuk menjalankan rencananya, tapi tak dipungkiri jika ada

Latest chapter

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 125: Akhir Yang Bahagia

    "Jadi kita bulan madunya ke sini?" Lola menoleh memperhatikan sekeliling. "Iya, lagipula sudah lama 'kan kau tidak mengunjungi makam orang tuamu?" Luther menurunkan sekeranjang bunga dari mobil.Mereka pun berjalan beriringan menuju ke dalam kompleks pemakanan, tempat Tuan Harris, yaitu ayah kandung Lola terbaring selama bertahun-tahun. Lola pun hampir lupa kapan terakhir kalinya dia mengunjungi makam ayahnya tersebut.Di atas makam itu rupanya sudah banyak bunga yang bertebaran. Belum lagi kondisi makamnya terawat sekali. Lola mengernyit sejenak. Siapa yang sudah mengunjungi makam ayahnya? Setahunya, ayahnya sudah tak memiliki keluarga lagi di Amerika. "Kalian itu bagaimana? Tidak ada kah keluarga yang mengunjungi makam ini? Makamnya benar-benar tak terurus. Aku gemas sekali melihatnya." Luther memprotes pelan.Lola menoleh pada suaminya tak percaya. "Jangan-jangan kau yang .... "Luther hanya bisa menyembunyikan wajahnya yang tersenyum kecil. "Sudahlah, jangan pikirkan. Ayo tabur

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 124: Pernikahan

    "Omong kosong apa itu, Cassandra? Cepat pergi dari sini!" bantah Luther cepat.Cassandra tak mau beranjak dari tempatnya. "Tidak! Aku tidak akan pergi sebelum orang-orang mengetahui kebenarannya!"Para wartawan kembali mulai bergumam, saling membicarakan apa yang sebenarnya terjadi di antara Cassandra dan Luther. Cassandra sengaja mengambil alih microphone dan mulai berbicara."Jadi para hadirin, Luther ini seorang pria bermulut manis. Dia membuangku setelah kekasih lama yang meninggalkannya kembali lagi. Aku diusir dari mansion, begitu juga dengan perempuan yang lain yaitu Barbara dan Lilian!""Hey! Apa yang kau katakan? Aku tidak .... " Luther mencoba merebut microphone nya, tapi Cassandra dengan gesit menyembunyikannya."Harusnya aku yang kau nikahi, bukan wanita yang sudah mencampakanmu! Kenapa kau malah memilih dia?" Cassandra mulai melakukan dramatisasi. Dia tiba-tiba menangis tersedu."Cassandra!" Luther merasa Cassandra sudah berlebihan dalam bersandiwara. Hal itu membuat opin

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 123: Konferensi Pers

    Wajah Luther mulai merah padam. Lola sedikit mencibir perilaku Luther itu."Kau memang si Raja Tega! Apa pun kau lakukan demi tujuanmu sendiri tanpa memikirkan perasaan orang lain.""Ya! Aku akui saat itu aku bodoh, Lola! Aku memang Raja Tega!" Luther menggertakkan giginya. "Hal itulah yang akhirnya membuatku menyesal seumur hidup. Karenanya aku harus kehilangan segalanya, termasuk kekasihku Abby."Luther berubah muram dan begitu terluka. Raut keputusasaan terpancar di wajahnya. Lola yang asalnya menghakimi Luther kini berubah terenyuh melihat pria itu."Coba kalau dulu aku tidak nekat melakukan itu. Aku pasti tidak akan kehilangan dia. Dia pun tidak akan kehilangan hidup dan masa depannya karena aku!""Luther .... "Luther mulai frustasi. Rasa sedih dan bersalah kembali menghantam jiwanya. Dirinya bahkan berurai air mata di hadapan Lola, menandakan memang sebegitu menyesalnya dia akan sikapnya di masa lalu."Abby! Maafkan aku! Maafkan aku si pria bodoh ini!" Luther tersedu di tempatny

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 122: Kejujuran Luther

    Lola menelan ludahnya. Tenggorokan nya terasa sakit dan perih pada saat itu."Abigail. Dia wanitamu juga, 'kan? Kau ... sudah membunuhnya, bukan?"Tanpa diduga, Luther langsung menerjang Lola. Lola melotot dan napasnya mulai tersengal saat dia merasakan cekikan erat tangan Luther di lehernya. Dirinya begitu tak percaya jika laki-laki yang saat ini sebenarnya masih dia percayai tega mencekiknya seperti itu."Tahu apa kau soal dia? Jika kau tidak tahu apa-apa, jangan seenaknya bicara!"Lola terbatuk-batuk di tempatnya. Air mata mulai berlinang. Luther dengan kasar melepaskan Lola dan duduk kembali di sofa dengan wajahnya yang kalut."Apa yang aku tidak tahu? Kau akan dengan mudah membunuh dia, seperti kata Barbara! Aku juga menemukan banyak bukti di handphone dan emailmu!"Luther sama sekali tak menanggapi Lola. Dia menutup wajahnya yang kalut itu. Lola pun melanjutkan ucapannya lagi."Kau juga bahkan ... sampai hati mencekikku! Melukaiku seperti ini! Apa tidak cukup hanya Abigail? Kau

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 121: Pertanyaan

    Lola berhasil menemukan tempat baginya untuk bermalam selama beberapa waktu. Hatinya masih berkecamuk dan bingung. Apakah jalan yang dia tempuh kali ini adalah benar?"Jadi ... kapan aku harus menemuinya? Apa yang harus aku katakan padanya?"Meskipun keraguan menghinggapinya kini, tapi karena sudah terlalu jauh akhirnya Lola tetap pada tujuannya yang awal. Dia berniat untuk menemui Luther sesudah makan malam keesokan harinya."Semoga saja dia ada di mansion. Apa reaksi Luther jika ... dia melihat kedatanganku ke sana?"Dengan terus menguatkan hatinya, Lola pun menaiki taksi menuju ke kawasan mansion elit di San Francisco itu. Gemuruh di dada tak dapat hilang semenjak tadi. Malam itu dia berhasil sampai di mansion yang pernah menaunginya selama beberapa lama."Terima kasih, Pak. Berhenti di sini saja."Lola menyodorkan uang lembaran ke pengemudi taksi. Dia sengaja berhenti cukup jauh dari mansion Luther hingga harus berjalan ke sana. Dari jauh dia melihat ada banyak pria berbaju formal

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 120: Wanita Simpanan Baru

    Lola sudah memikirkan segalanya matang-matang. Dia benar-benar menginginkan dirinya untuk kembali ke Amerika sekaligus bertemu dengan Luther setidaknya untuk terakhir kali. Dia sadar jika apa yang telah dilakukannya ini pasti akan membuat keluarganya khawatir.'Sudahlah. Untuk apa aku memikirkan orang-orang ini? Memangnya mereka memikirkan aku?' gerutu Lola di dalam hati."Lola? Kenapa diam saja? Kau tidak memakan sarapanmu? Nanti keburu dingin," tegur Jhonatan lembut yang refleks membuat Lola terlonjak.Lola tidak menjawab. Dia terlihat tidak tertarik dengan santapan paginya. Jhonatan hanya bisa menghela napas panjang."Semuanya, sepertinya aku akan pulang terlambat. Ada banyak urusan di kantor yang belum selesai.""Ah, iya. Selamat bekerja ya, Tuan Muda." Joyce bersikap tetap ramah pada Jhonatan.Lola mendengus kecil. Bagaimana mungkin keluarganya ini bersikap seolah tidak terjadi apapun sekarang? Apakah mereka semua ini bersekongkol? Lola tak mau memikirkan terlalu banyak. Dengan t

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 119: Pembunuh Yang Sebenarnya

    Tubuh Joyce mulai gemetar. Dia sampai tak mampu lagi melanjutkan kata-katanya, sementara pihak detektif terus memanggilnya yang terdiam. Anneliese merasa janggal dengan sikap Joyce yang mematung di dekat telepon."Ada apa ... Joyce?" Suara serak Anneliese membuat Joyce terkesiap. Segera wanita itu terlempar ke dalam realita."Maaf, Tuan. Kami sedang sibuk. Permisi." Joyce cepat-cepat menutup teleponnya dan bergabung kembali di meja makan.Akan tetapi sikap Joyce masih terlihat begitu gelisah. Dia tak dapat menyembunyikan sesuatu yang tengah mengganggu pikirannya itu membuat Jhonatan, Lola maupun Anneliese semakin bertanya-tanya."Joyce, apa yang terjadi? Siapa yang barusan menelepon?" Jhonatan kembali menanyakan.Joyce tersenyum kaku sambil kembali menyendok makanannya. "Sepertinya salah sambung."Jhonatan hanya bisa memicingkan mata. Dia tahu jika Joyce sedang menyembunyikan sesuatu dari mereka. "Aku tidak semudah itu dibohongi. Kita sudah tinggal bersama sejak lama. Ada sesuatu yan

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 118: Pemeriksaan TKP

    Mood Jhonatan cepat sekali berubah. Beberapa jam lalu, Jhonatan terlihat kelimpungan bahkan cenderung tertekan. Tapi saat ini, wajahnya terlihat senang. Lola tak henti memperhatikan laki-laki itu.'Sebenarnya apa yang sudah terjadi di sini?' batin Lola.Lola tak bisa mengungkapkan kegelisahan hatinya. Dia hanya dapat menyimpannya sendiri di dalam hati. Karena sudah bertekad untuk mencari tahu semuanya, Lola pun dengan sengaja mencuri dengar pembicaraan Jhonatan di telepon malam itu."Virginia. Aku tahu kau akan terus menghubungiku. Kau tenang saja. Semua di sini sudah selesai ku urus. Aku sedang menunggu kucuran dana dari para investor untuk membeli sisa rancangan proyek Luther."Lola tertegun di tempatnya. Dia tercengang karena Jhonatan ternyata membeli proyek milik Luther dari Virginia. Pertanyaannya adalah, bagaimana hal itu terjadi? Padahal setahunya, Virginia dan Luther sudah tak lagi berkomunikasi sejak awal mereka bertemu."Aku sudah mengikuti semua keinginanmu! Jadi kau harus

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 117: Upaya Menjebak Noah

    Luther berjalan mondar-mandir di ruangan kantornya. Sejujurnya dia takut merusak segala rencananya. Dia hanya butuh pengakuan Noah untuk mengakui kecurangan yang dilakukannya pada proyek yang mereka jalankan."Jer, kamera CCTV sudah menyala semua?" tanya Luther."Sudah, Bos. Semua sudah beres." Jeremy memberikan kode jempol pada bosnya.Luther menghela napasnya berat. Dia pun menoleh pada Cassandra yang juga terlihat gugup di kursinya."Kau siap, Cassandra?""Y ... ya, Bos." Cassandra terlihat ragu.Tak lama telepon kantor yang ada di meja Luther berdering. Dengan sigap, Luther mengangkat teleponnya itu."Ya? Oh, dia sudah datang? Baiklah, suruh dia masuk."Luther lalu memberikan kode pada Jeremy dan Cassandra untuk mulai menjalankan rencana mereka. Pada saat itu, tiba-tiba mesin fax menyala. Luther agak terkejut dan menunggu kertas dari dalam mesin itu keluar. Matanya langsung melotot begitu mengetahui surat apa yang datang untuknya."Bos, kenapa?" Jeremy menghampiri Luther yang seka

DMCA.com Protection Status