Home / CEO / Wanita Tawanan 1 Juta Dolar / Bab 13: Sikap Dingin Luther

Share

Bab 13: Sikap Dingin Luther

Author: Yumiharizuki
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Akhirnya setelah Lola memikirkannya semalaman, dia pun memutuskan untuk menginterogasi pelayan yang bertugas membersihkan kamarnya. Lola sengaja menunggu kedatangan pelayan tadi di depan kamarnya. Sang pelayan terkejut mendapati Lola berdiri menunggunya.

"Halo lagi," sapa Lola dengan seramah mungkin. Berharap jika sikapnya lebih baik, pelayan itu akan mau mengakui perbuatannya.

Sang pelayan justru terlihat sebaliknya. Dia bertambah ketakutan saat melihat Lola. Bahkan tidak berani untuk bertatap muka dengan Lola.

"A... ada apa, Nyonya? Saya tidak tahu apa-apa!"

Lola menaikan sebelah alisnya. Sikap sang pelayan itu terlihat sekali sangat aneh. Seolah memang benar telah melakukan suatu kejahatan.

"Tenang, jangan takut. Aku tidak akan menyakitimu! Aku hanya ingin menanyakan beberapa hal saja."

"Tapi saya benar-benar tidak tahu apa-apa, Nyonya," kilahnya.

Lola berusaha tetap sabar. "Begini. Kalau memang kamu tidak tahu, kenapa kamu terlihat ketakutan begitu melihatku? Seolah sudah berbuat
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 14: Misi Rahasia

    Luther masih tertegun di tempatnya. Dia mencoba mencerna permintaan Noah kepadanya."Anda ingin aku memanggilkan kembali wanita pengganti itu?""Iya. Aku sudah sangat tertarik padanya." Noah mengakui. "Awalnya aku ingin menghubunginya sendiri. Tapi dia menolak, dan menyuruh agar aku menghubungimu dulu jika ingin bertemu dengannya."Luther terdiam. Dia masih mencoba menimbang-nimbang. Apakah pada akhirnya permintaan Noah ini akan menguntungkannya atau tidak."Ah, begitu rupanya," gumam Luther. "Aku belum bisa menentukan keputusan. Karena permintaan Anda terlalu mendadak."Kini raut wajah Noah terlihat kecewa. Nada dibicaranya terdengar sedih sekali. Layaknya seorang pria yang sedang patah hati."Sayang sekali. Padahal aku hari ini sudah sengaja memesan kamar hotel untuk menghabiskan malam dengannya.Luther merasa gusar jadinya. Noah sangat sulit diterka isi kepalanya. Noah kemudian melanjutkan ucapannya."Baiklah. Aku akan tetap menunggu. Aku yakin Tuan Luther bisa memutuskan dengan bi

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 15: Rencana Licik Virginia

    "Halo lagi, Noah," sapa Virginia. Dia membiarkan punggung tangannya kembali dikecup mesra oleh pria paruh baya itu. "Kau merindukanku?"Noah terkekeh. "Tentu saja. Aku sampai tidak nyenyak tidur karena merindukan sentuhanmu. Hanya kau yang bisa memuaskanku."Kini giliran Virginia yang tertawa. Dia berjalan perlahan masuk ke dalam kamar VIP itu. Melihat-lihat interior ruangan kamarnya."Oh, aku sangat tersanjung dengan pujianmu. Tapi bukankah pertemuan ini begitu mendadak? Aku bahkan belum sempat menyiapkan sesuatu untuk kubawa," ujar Virginia pura-pura bersedih.Wajah Noah terlihat keruh. Dia lalu menghampiri Virginia dan memeluknya dari belakang."Maafkan aku, Sayangku. Aku sangat antusias ingin memanggilmu ke sini sampai tidak ingat waktu.""Haha, tidak apa-apa, Noah. Aku memiliki yang 'spesial' untuk pertemuan kita kali ini. Aku akan menari untukmu," ucap Virginia sambil mengecup balik pria yang memeluknya.Virginia mulai melepas jaket yang menutupi tubuhnya. Begitu terbuka, Noah t

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 16: Masakan Ala Rumah

    Selepas pertemuannya dengan Noah di hotel, sebetulnya Luther merasa malas sekali untuk pulang ke mansionnya. Selain karena jarak yang jauh, dia juga masih tidak mau bertemu dulu dengan para wanitanya."Sekarang kita pulang, Bos?" tanya Jeremy begitu Luther sudah masuk ke dalam mobil. "Aku tidak memiliki pilihan lain selain itu sekarang," desah Luther lelah.Jeremy terdiam. Dia masih memperhatikan bosnya melalui kaca spion depan mobil. Wajah Luther saat itu terlihat sangat lelah."Bos, apa yang terjadi? Sepertinya Anda sedang kalut," tanya Jeremy dengan penuh perhatian."Ya, begitulah. Hanya karena mega proyek pertamaku ini, aku harus mengalami banyak kerugian. Lagi-lagi harus keluar uang pelicin untuk melancarkan usaha ini," jawab Luther yang tak hentinya memijat pelipisnya."Begitulah, Bos. Pasti banyak pihak yang akan memanfaatkan kesempatan ini untuk kepentingan pribadinya sendiri. Lebih baik, Anda bisa mengambil keputusan dengan lebih bijak," saran Jeremy."Iya. Aku sedang berusa

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 17: Perasaan Kecewa

    Lola merasa kerongkongannya kering. Dia terbangun tengah malam akibat hal itu sambil menggerutu."Padahal baru sebentar aku tidur. Kenapa rasanya mendadak haus sekali?" keluhnya.Dengan malas, Lola pun bangkit dari tempat tidur. Dengan perlahan masih sambil mengucek matanya, dia pun beranjak keluar dari kamarnya menuju ke ruang makan. Belum sempat dia mendekat ke sana. Matanya menangkap ada dua sosok sedang berada di ruang makan itu. "Siapa itu? Luther dan... Barbara?" gumamnya sambil menyipitkan mata.Lola tak mau dirinya terlihat keberadaannya di tempat itu. Dia pun segera bersembunyi di tempat yang cukup tak terlihat. Diam-diam dia mengamati apa yang terjadi malam itu. Luther sedang makan di meja makan, sementara Barbara berada di dapur bersih."Akhhhh!!"Suara teriakan Barbara membuat Lola terkejut. Luther pun sama terkejutnya dengan dia. Pria itu langsung menghampiri Barbara dan membantu wanita itu untuk mendinginkan luka bakarnya. Lola sebenarnya ingin cepat-cepat menuntaskan k

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 18: Wanita Simpanan Noah

    Luther masih menunggu kabar baik dari Virginia. Pagi itu, dia mengecek telepon ataupun pesan yang masuk. Berharap Virginia mengabarinya segera. Tiba-tiba, Virginia mengirimkan sebuah foto. Mata Luther terbelalak kaget ketika foto itu merupakan proposal mega proyek miliknya yang sudah ditandatangani oleh Noah.[Aku sudah berhasil membuat Noah menandatangani proyekmu. Kapan kau akan memberikan uangnya?]Luther menghela napas berat. Dia sejujurnya terkejut dengan keahlian Virginia yang bisa membujuk gadisnya untuk mempengaruhi Noah. Dia pikir misi itu akan gagal, ternyata malah selesai dengan cepat. Luther lalu mengetik pesan balasan untuk Virginia.[Kita bertemu saat makan siang, di Laurel Court Restoran and Bar.]Luther langsung meminta Jeremy untuk memesankan satu buah meja reservasi di restoran itu. Sekaligus dia mulai mempersiapkan sebuah cek senilai tiga juta dollar untuk Virginia nanti.***Virginia memekik senang di dalam hati. Dia akan mendapatkan jackpot sebesar tiga juta dolla

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 19: Wanita Untuk Luther

    Luther akhirnya sampai di hotel Fairmont, tempat dia kembali melakukan janji temu dengan Noah, entah untuk membicarakan apa. Luther menduga jika Noah akan mengatakan perihal kelanjutan mega proyek yang sebelumnya dia tangguhkan.Di lounge hotel, Noah sudah duduk manis dengan secangkir kopi hangat di atas meja. Luther langsung menghampiri dan bergabung bersamanya."Sudah lama menunggu, Tuan?" tanya Luther dengan sangat ramah."Tidak. Aku pun baru saja sampai," jawab Noah. Noah langsung memanggil pelayan untuk memesan pesanan. "Silakan, Anda pesan saja, Tuan Luther."Luther memperhatikan sederetan menu makanan dan minuman pada daftar menu restoran. Kemudian dia memilih satu gelas latte macchiato dingin. Setelah selesai, pelayan pun pergi untuk membuatkan pesanan Luther, membiarkan Luther dan Noah kembali berbincang."Apakah ada kabar baik lainnya untukku?" Sejujurnya saat itu Luther tak ingin membuang-buang waktunya percuma. Dia langsung menyampaikan topik utama yang ingin dibahasnya.N

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 20: Curahan Hati Barbara

    Luther berjalan tergesa-gesa menuju ke dalam lift. Kepalanya masih dipenuhi oleh bayangan yang seharusnya tidak dia pikirkan."Sial! Mengapa tiba-tiba di saat seperti itu, aku malah membayangkan wajahnya?" gerutu Luther yang sedikit memukul pegangan lift hotel.Seharusnya tadi, dia langsung memanfaatkan waktu dan kesempatan untuk tidur dengan wanita bernama Cassandra itu. Apalagi wanita itu memang sengaja disediakan untuk Luther. "Andai saja bayangannya tidak melintas begitu saja, aku pasti sudah tidur dengan wanita itu," rutuk Luther. "Lola, apa sih yang sudah kamu lakukan padaku? Sehingga aku selalu harus memikirkanmu!"Luther sendiri merasa bingung. Akhir-akhir ini pikirannya begitu kacau karena Lola. Seolah ada ketertarikan sendiri yang dia rasakan akibat semua penolakan gadis itu. Semakin Lola menolak, dia semakin penasaran dengan Lola.Jeremy menyambut kedatangannya di dalam mobil. Dia bingung dengan ekspresi kesal yang Luther tampakkan."Bos, apa terjadi sesuatu?""Tidak apa-a

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 21: Akibat Pengaruh Lilian

    Tubuh Barbara gemetar. Luther benar-benar murka pada dirinya saat ini. Dia tertunduk lesu di tempatnya, merasa menyesal sudah membahas hal yang tak semestinya dibahas dengan Luther pada saat itu."Kuharap kau mengerti. Sejujurnya gara-gara kau yang seperti ini, aku jadi teringat akan dosaku!" lanjut Luther yang kini telah menjauh dari Barbara. "Apakah aku sehina itu sampai tidak layak untuk ... membuka hati pada orang lain?""Bukan begitu maksudku .... " Barbara berusaha untuk menyanggah. "Kalau bukan begitu, kenapa kau malah mendebatkan hal yang tak jelas seperti itu? Aku harap ini terakhir kalinya aku mendengar ucapan itu dari bibirmu," geram Luther seraya pergi meninggalkan Barbara seorang diri."Maafkan aku, Luther! Kumohon ampuni kesalahanku! Aku berjanji, tak akan mengulangi hal itu lagi!" Barbara kini mencengkeram lengan Luther, sembari terus memohon pengampunan dari pria itu.Luther tidak berkata apa pun lagi. Dia melepas cengkeraman tangan Barbara di lengannya lalu pergi meni

Latest chapter

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 125: Akhir Yang Bahagia

    "Jadi kita bulan madunya ke sini?" Lola menoleh memperhatikan sekeliling. "Iya, lagipula sudah lama 'kan kau tidak mengunjungi makam orang tuamu?" Luther menurunkan sekeranjang bunga dari mobil.Mereka pun berjalan beriringan menuju ke dalam kompleks pemakanan, tempat Tuan Harris, yaitu ayah kandung Lola terbaring selama bertahun-tahun. Lola pun hampir lupa kapan terakhir kalinya dia mengunjungi makam ayahnya tersebut.Di atas makam itu rupanya sudah banyak bunga yang bertebaran. Belum lagi kondisi makamnya terawat sekali. Lola mengernyit sejenak. Siapa yang sudah mengunjungi makam ayahnya? Setahunya, ayahnya sudah tak memiliki keluarga lagi di Amerika. "Kalian itu bagaimana? Tidak ada kah keluarga yang mengunjungi makam ini? Makamnya benar-benar tak terurus. Aku gemas sekali melihatnya." Luther memprotes pelan.Lola menoleh pada suaminya tak percaya. "Jangan-jangan kau yang .... "Luther hanya bisa menyembunyikan wajahnya yang tersenyum kecil. "Sudahlah, jangan pikirkan. Ayo tabur

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 124: Pernikahan

    "Omong kosong apa itu, Cassandra? Cepat pergi dari sini!" bantah Luther cepat.Cassandra tak mau beranjak dari tempatnya. "Tidak! Aku tidak akan pergi sebelum orang-orang mengetahui kebenarannya!"Para wartawan kembali mulai bergumam, saling membicarakan apa yang sebenarnya terjadi di antara Cassandra dan Luther. Cassandra sengaja mengambil alih microphone dan mulai berbicara."Jadi para hadirin, Luther ini seorang pria bermulut manis. Dia membuangku setelah kekasih lama yang meninggalkannya kembali lagi. Aku diusir dari mansion, begitu juga dengan perempuan yang lain yaitu Barbara dan Lilian!""Hey! Apa yang kau katakan? Aku tidak .... " Luther mencoba merebut microphone nya, tapi Cassandra dengan gesit menyembunyikannya."Harusnya aku yang kau nikahi, bukan wanita yang sudah mencampakanmu! Kenapa kau malah memilih dia?" Cassandra mulai melakukan dramatisasi. Dia tiba-tiba menangis tersedu."Cassandra!" Luther merasa Cassandra sudah berlebihan dalam bersandiwara. Hal itu membuat opin

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 123: Konferensi Pers

    Wajah Luther mulai merah padam. Lola sedikit mencibir perilaku Luther itu."Kau memang si Raja Tega! Apa pun kau lakukan demi tujuanmu sendiri tanpa memikirkan perasaan orang lain.""Ya! Aku akui saat itu aku bodoh, Lola! Aku memang Raja Tega!" Luther menggertakkan giginya. "Hal itulah yang akhirnya membuatku menyesal seumur hidup. Karenanya aku harus kehilangan segalanya, termasuk kekasihku Abby."Luther berubah muram dan begitu terluka. Raut keputusasaan terpancar di wajahnya. Lola yang asalnya menghakimi Luther kini berubah terenyuh melihat pria itu."Coba kalau dulu aku tidak nekat melakukan itu. Aku pasti tidak akan kehilangan dia. Dia pun tidak akan kehilangan hidup dan masa depannya karena aku!""Luther .... "Luther mulai frustasi. Rasa sedih dan bersalah kembali menghantam jiwanya. Dirinya bahkan berurai air mata di hadapan Lola, menandakan memang sebegitu menyesalnya dia akan sikapnya di masa lalu."Abby! Maafkan aku! Maafkan aku si pria bodoh ini!" Luther tersedu di tempatny

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 122: Kejujuran Luther

    Lola menelan ludahnya. Tenggorokan nya terasa sakit dan perih pada saat itu."Abigail. Dia wanitamu juga, 'kan? Kau ... sudah membunuhnya, bukan?"Tanpa diduga, Luther langsung menerjang Lola. Lola melotot dan napasnya mulai tersengal saat dia merasakan cekikan erat tangan Luther di lehernya. Dirinya begitu tak percaya jika laki-laki yang saat ini sebenarnya masih dia percayai tega mencekiknya seperti itu."Tahu apa kau soal dia? Jika kau tidak tahu apa-apa, jangan seenaknya bicara!"Lola terbatuk-batuk di tempatnya. Air mata mulai berlinang. Luther dengan kasar melepaskan Lola dan duduk kembali di sofa dengan wajahnya yang kalut."Apa yang aku tidak tahu? Kau akan dengan mudah membunuh dia, seperti kata Barbara! Aku juga menemukan banyak bukti di handphone dan emailmu!"Luther sama sekali tak menanggapi Lola. Dia menutup wajahnya yang kalut itu. Lola pun melanjutkan ucapannya lagi."Kau juga bahkan ... sampai hati mencekikku! Melukaiku seperti ini! Apa tidak cukup hanya Abigail? Kau

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 121: Pertanyaan

    Lola berhasil menemukan tempat baginya untuk bermalam selama beberapa waktu. Hatinya masih berkecamuk dan bingung. Apakah jalan yang dia tempuh kali ini adalah benar?"Jadi ... kapan aku harus menemuinya? Apa yang harus aku katakan padanya?"Meskipun keraguan menghinggapinya kini, tapi karena sudah terlalu jauh akhirnya Lola tetap pada tujuannya yang awal. Dia berniat untuk menemui Luther sesudah makan malam keesokan harinya."Semoga saja dia ada di mansion. Apa reaksi Luther jika ... dia melihat kedatanganku ke sana?"Dengan terus menguatkan hatinya, Lola pun menaiki taksi menuju ke kawasan mansion elit di San Francisco itu. Gemuruh di dada tak dapat hilang semenjak tadi. Malam itu dia berhasil sampai di mansion yang pernah menaunginya selama beberapa lama."Terima kasih, Pak. Berhenti di sini saja."Lola menyodorkan uang lembaran ke pengemudi taksi. Dia sengaja berhenti cukup jauh dari mansion Luther hingga harus berjalan ke sana. Dari jauh dia melihat ada banyak pria berbaju formal

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 120: Wanita Simpanan Baru

    Lola sudah memikirkan segalanya matang-matang. Dia benar-benar menginginkan dirinya untuk kembali ke Amerika sekaligus bertemu dengan Luther setidaknya untuk terakhir kali. Dia sadar jika apa yang telah dilakukannya ini pasti akan membuat keluarganya khawatir.'Sudahlah. Untuk apa aku memikirkan orang-orang ini? Memangnya mereka memikirkan aku?' gerutu Lola di dalam hati."Lola? Kenapa diam saja? Kau tidak memakan sarapanmu? Nanti keburu dingin," tegur Jhonatan lembut yang refleks membuat Lola terlonjak.Lola tidak menjawab. Dia terlihat tidak tertarik dengan santapan paginya. Jhonatan hanya bisa menghela napas panjang."Semuanya, sepertinya aku akan pulang terlambat. Ada banyak urusan di kantor yang belum selesai.""Ah, iya. Selamat bekerja ya, Tuan Muda." Joyce bersikap tetap ramah pada Jhonatan.Lola mendengus kecil. Bagaimana mungkin keluarganya ini bersikap seolah tidak terjadi apapun sekarang? Apakah mereka semua ini bersekongkol? Lola tak mau memikirkan terlalu banyak. Dengan t

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 119: Pembunuh Yang Sebenarnya

    Tubuh Joyce mulai gemetar. Dia sampai tak mampu lagi melanjutkan kata-katanya, sementara pihak detektif terus memanggilnya yang terdiam. Anneliese merasa janggal dengan sikap Joyce yang mematung di dekat telepon."Ada apa ... Joyce?" Suara serak Anneliese membuat Joyce terkesiap. Segera wanita itu terlempar ke dalam realita."Maaf, Tuan. Kami sedang sibuk. Permisi." Joyce cepat-cepat menutup teleponnya dan bergabung kembali di meja makan.Akan tetapi sikap Joyce masih terlihat begitu gelisah. Dia tak dapat menyembunyikan sesuatu yang tengah mengganggu pikirannya itu membuat Jhonatan, Lola maupun Anneliese semakin bertanya-tanya."Joyce, apa yang terjadi? Siapa yang barusan menelepon?" Jhonatan kembali menanyakan.Joyce tersenyum kaku sambil kembali menyendok makanannya. "Sepertinya salah sambung."Jhonatan hanya bisa memicingkan mata. Dia tahu jika Joyce sedang menyembunyikan sesuatu dari mereka. "Aku tidak semudah itu dibohongi. Kita sudah tinggal bersama sejak lama. Ada sesuatu yan

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 118: Pemeriksaan TKP

    Mood Jhonatan cepat sekali berubah. Beberapa jam lalu, Jhonatan terlihat kelimpungan bahkan cenderung tertekan. Tapi saat ini, wajahnya terlihat senang. Lola tak henti memperhatikan laki-laki itu.'Sebenarnya apa yang sudah terjadi di sini?' batin Lola.Lola tak bisa mengungkapkan kegelisahan hatinya. Dia hanya dapat menyimpannya sendiri di dalam hati. Karena sudah bertekad untuk mencari tahu semuanya, Lola pun dengan sengaja mencuri dengar pembicaraan Jhonatan di telepon malam itu."Virginia. Aku tahu kau akan terus menghubungiku. Kau tenang saja. Semua di sini sudah selesai ku urus. Aku sedang menunggu kucuran dana dari para investor untuk membeli sisa rancangan proyek Luther."Lola tertegun di tempatnya. Dia tercengang karena Jhonatan ternyata membeli proyek milik Luther dari Virginia. Pertanyaannya adalah, bagaimana hal itu terjadi? Padahal setahunya, Virginia dan Luther sudah tak lagi berkomunikasi sejak awal mereka bertemu."Aku sudah mengikuti semua keinginanmu! Jadi kau harus

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 117: Upaya Menjebak Noah

    Luther berjalan mondar-mandir di ruangan kantornya. Sejujurnya dia takut merusak segala rencananya. Dia hanya butuh pengakuan Noah untuk mengakui kecurangan yang dilakukannya pada proyek yang mereka jalankan."Jer, kamera CCTV sudah menyala semua?" tanya Luther."Sudah, Bos. Semua sudah beres." Jeremy memberikan kode jempol pada bosnya.Luther menghela napasnya berat. Dia pun menoleh pada Cassandra yang juga terlihat gugup di kursinya."Kau siap, Cassandra?""Y ... ya, Bos." Cassandra terlihat ragu.Tak lama telepon kantor yang ada di meja Luther berdering. Dengan sigap, Luther mengangkat teleponnya itu."Ya? Oh, dia sudah datang? Baiklah, suruh dia masuk."Luther lalu memberikan kode pada Jeremy dan Cassandra untuk mulai menjalankan rencana mereka. Pada saat itu, tiba-tiba mesin fax menyala. Luther agak terkejut dan menunggu kertas dari dalam mesin itu keluar. Matanya langsung melotot begitu mengetahui surat apa yang datang untuknya."Bos, kenapa?" Jeremy menghampiri Luther yang seka

DMCA.com Protection Status