Beranda / Pernikahan / Wanita Tangguh / Rasa Kecewa Yang Memuncak

Share

Rasa Kecewa Yang Memuncak

Penulis: Naily L
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-22 20:30:56

Setelah terlepas dari pelukan sang suami, Syifa bergegas melakukan rutinitas tugasnya sebagai istri di pagi hari.

Syifa sibuk menyiapkan sarapan di atas sebuah karpet yang sempat ia beli bersama dengan perabot lainnya.

Ia dan sang suami ternyata memiliki selera yang sama yaitu makan lesehan di bawah, lebih terasa nikmat kata sang suami kepadanya.

Bunyi dering ponsel di atas kasur mengalihkan perhatian keduanya terhadap hidangan yang telah Syifa siapkan.

Syifa beranjak mengambil benda pipih milik sang suami.

“Ibu Mas.” Ia menyodorkan ponsel itu dengan firasat yang buruk, entah kenapa setiap ada panggilan sang ibu membuat Syifa yakin akan ada perkara yang terjadi.

Hamzah berdecak, gelisah melihat raut wajah sang istri yang terlihat masam saat menyodorkan panggilan dari sang ibu.

“Hamzah! Cepetan ke rumah! Pasangin gas, ibu mau masak buat makan!” sergah sang ibu saat baru saja menekan tombol menerima panggilan.

Syifa mendesah kesal sembari menyaringkan bunyi sendok dengan piring yang di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Tangguh   Pergi Meninggalkan Sang Suami

    “Ada tamu jauh siapa, Sayang?” tanya Hamzah dengan heran.Syifa diam membisu seraya melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Namun, setelah di perhatikan Hamzah mengenal tas itu milik Syifa sendiri.Ia segera menyusul langkah sang istri.“Sayang, kamu mau pergi kemana?” seru Hamzah, akan tetapi Syifa diam tak menghiraukannya.“Sayang, ayo dong jangan begini! Mas pusing kalau Adek sedih, ngambek kaya gini,” ungkap Hamzah resah sembari menarik rambutnya. Syifa tetap bungkam, beringsut ia membaringkan tubuhnya di atas kasur lalu memejamkan mata dengan segera.Hamzah berdiri tepat di sampingnya seraya menatap lekat wajah sang istri.“Dek, mas ini capek! Baru pulang tiba-tiba Adek ngediemin mas. Bikin mas tambah pusing tau!” ungkap Hamzah yang mulai terbawa emosi karena sang istri tak kunjung membuka mulut untuk berbicara.“Biar Mas nggak capek bolak-balik terus, besok aku mau pergi ke rumah paman dan bibi aja. Mas bisa fokus ngurus ibu, lagian Adek bosen di rumah sendiri, apalagi udah mulai

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-24
  • Wanita Tangguh   Kecurigaan Sang Paman dan Bibi

    Ia membanting secarik kertas ke lantai, makanan yang awalnya mengunggah selera itu kini tak membuatnya terbuai untuk menikmati.Tanpa berlama-lama lagi sebelum seluruh barang dalam ruangan sepetak ini hancur karena ulahnya yang semakin naik pitam, Hamzah segera menancap gas untuk pergi ke rumah sang ibu.“Tumben kamu pagi-pagi makan disini, biasanya Syifa membuatkan sarapan telor balado kesukaanmu,” ujar Bu Santi sembari menyuguhi sarapan berupa nasi goreng dan telor dadar.Hamzah bergeming, tatapannya kosong menatap dinding tanpa berkedip sedikitpun.“Hamzah!” Sang ibu mengguncang bahunya membuat Hamzah terbangun dari lamunan panjang yang tak bertepi itu.“Oh iya, Bu,” sahut Hamzah sekenanya. Sang ibu menatapnya tajam dari ujung kepala hingga kaki membuat dirinya tak nyaman, seketika itu juga Hamzah berusaha mengontrol diri agar terlihat normal walaupun hatinya tengah hancur berantakan. Bagaimana kalau Syifa mengadu semua hal yang terjadi dengan saudaranya di sana? Apa dia akan tet

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-26
  • Wanita Tangguh   Rencana Bu Santi

    “Dari gelagat tubuhmu serta ekspresi jelekmu itu, pak lik jadi tau kalau kamu lagi tertimpa masalah,” sambung Paman Aris.“Pak Lik ... jangan mengejekku begitu! Bibi Laras baru aja berhenti mengoceh, sekarang malah Pak Lik penggantinya,” protes Syifa merajuk kesal sembari mengerucutkan bibirnya.“Lah emang kenyataannya begitu kok! Bibi miris banget liat kamu sekarang. Kamu yang dulu cantik, berisi, putih. Sekarang? Coba kamu ngaca baik-baik! Bibi sampe nggak ngenal kamu pas baru dateng,” timpal Bibi Laras menimbrung seraya membawa bolu kukus di atas piring besar.“Tuh ‘kan Pak Lik ... itu bibinya.” Syifa mengadu layaknya anak kecil.Paman Aris merupakan pengganti abahnya. Namun perannya bukan hanya mengasuh sejak kecil, ia membimbing serta memberikan kasih sayang sepenuhnya kepada Syifa.Bahkan Paman Aris dan Bibi Laras sudah menganggap Syifa seperti anaknya sendiri saat keduanya belum juga dikarunia keturunan.Hingga akhirnya kehadiran Lala menambah kebahagiaan keluarga ini setelah b

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-26
  • Wanita Tangguh   Pertemuan Dengan Jamilah

    Usai menempuh perjalanan satu jam menuju pusat kota Bandung itu, sesuai keinginan sang ibu, Hamzah menghentikan laju motornya di depan gerbang sebuah rumah besar berlantai dua.Nuansa putih gading mewarnai setiap sudut rumah itu, dilengkapi halaman yang dipenuhi bunga-bunga layaknya taman di tengah kota.Seorang wanita muda berwajah putih dan ayu menyambut keduanya di depan pintu.Hamzah juga melihat dua anak kecil laki-laki dan perempuan dengan usia perkiraan 6-7 tahun bergelayut di kedua tangan wanita itu.“Hai Nenek, Om! Ayo salam, Sayang!” pinta wanita yang mengenakan rok selutut dengan setelan baju pendek itu kepada dua anak kecil seraya melambaikan tangan untuk mencontohkannya.“Hallo Harun, Hana apa kabar Sayang?” sapa Bu Santi sembari mengelus pipi mulus mereka."Bunda ...!" Kedua anak itu mengangguk pelan, dengan malu ia kembali dan bersembunyi di belakang tubuh wanita yang di panggil bunda itu."Nggak papa Sayang, nggak perlu malu!" bujuknya dengan lembut sembari mengusap pu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-28
  • Wanita Tangguh   Rindu Yang Menggebu

    Hamzah menghela nafas panjang, lalu menghempaskannya dengan kasar.Ia merasa terjepit di situasi yang rumit, andai waktu bisa di putar pasti ia akan menolak mengantar sang ibu ke tempat ini.Bukan karena Hamzah tak senang mendapat pekerjaan yang selama ini ia cari kesana-kemari, apalagi pekerjaan sopir pribadi yang lebih di katakan layak baginya dari pada seorang serabutan yang di panggil orang jika membutuhkan tenaganya.Namun, ia tidak suka cara mendapatkan pekerjaan ini yang dinilai tidak sesuai ekspetasi dan kemauannya. Apalagi sang ibu melambungkan dirinya seolah memiliki banyak kebaikan yang nyatanya nol besar jika di buktikan.Hamzah merasa tau diri tidak memiliki keahlian istimewa apapun, ijazah sekolah hanya tamat SMA, mondok pun hanya setengah-setengah. Ia hanya merasa beruntung mendapatkan Syifa setelah mengadu ingin menikah dengan pak yai kala itu.“Baik, saya setuju,” tutur Hamzah dengan datar tanpa menatap wajah wanita yang di ajaknya bicara.“Oke, Mas Hamzah mulai beso

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-30
  • Wanita Tangguh   Bu Santi Bangga Diri

    “Liat nih Bu-ibu mobilnya besar, namanya Xpander,” cetus Bu Santi sembari mengelus mobil hitam yang terparkir di depan rumahnya.Ia menggiring ibu-ibu tetangga usai berbelanja di warung Bu Minah.“Wah, sekarang Hamzah hebat, ya, Bu Santi! Jadi sopir pribadi, pasti penghasilannya banyak tuh,” sahut Bu Mira tetangga sebelah kanan rumah Hamzah. “Jelaslah, majikannya cantik, royal lagi. Mobil udah kaya punya Hamzah sendiri, bisa di bawa kemana aja, semuanya bebas setelah tugas nganterin anak-anaknya si Jamilah. Sekarang nih aku merasa bahagia dan tenang hidupnya, melihat anak udah bahagia, punya motor dua, kendaraan mobil yang berasa milik sendiri,” balas Bu Santi dengan senyum bangga.“Mujur banget nasib Hamzah, semoga aja makin berkah rezekinya setelah nikah sama menantumu Syifa,” timpal Bu Ratna tetangga yang berada di sebelah kiri rumahnya.“Ohya, dimana menantumu Syifa? Kok jarang kesini semenjak tinggal di kontrakan sendiri?” tanya Bu Mira dengan ekspresi penasaran.“Jangan di tany

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-03
  • Wanita Tangguh   Berbaikan

    Selang beberapa waktu kemudian ...Syifa menatap jam di pergelangan tangannya dengan gusar, sudah lewat tiga puluh menit tapi mereka tak kunjung keluar. Beringsut ia melangkahkan kaki dengan perlahan. Syifa mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu, akan tetapi ia kembali menarik diri. Bimbang, ragu dan tak enak hati jika kehadirannya mengganggu kebersamaan mereka.Syifa menghembuskan nafasnya pasrah.Ia sadar tak selamanya sang paman akan selalu di sampingnya, ia sudah memiliki keluarga dan kehidupan baru yang ia punya. Dirinya hanya seorang keponakan yang menumpang hidup sejak kecil hingga sekarang. Sesaat Syifa melirik ke arah jendela, terlihat rintik-rintik hujan itu telah berhenti. Langkahnya mendekat, lalu menatap di luar sana yang terbentang pemandangan sawah yang hijau.Dulu ia sering bermimpi ingin memanen padi di sawah bersama suami dan anak-anaknya, dalam pikiran yang terbatas ia berkhayal sekonyol itu.Tanpa sadar ia terkekeh sendiri mengingat impiannya dulu. Namun, s

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-04
  • Wanita Tangguh   Hamzah Menjemput Syifa

    “Hey! Kenapa? Kok ngomong sendiri?” sergah Paman Aris tiba-tiba, membuat tubuh Syifa tersentak dan ponsel dalam genggaman tangannya hampir saja terjatuh.“Astaghfirullahal adzim Paklik, ngagetin aku aja,” balas Syifa dengan ekspresi terkejut.“Hehehe, loh ini ada pisang goreng sama teh manis! Hmmm ... tapi udah dingin,” ucapnya setelah mencicipi teh yang telah dingin sedari tadi.“Hmmm ... ini udah dari tadi, Paklik. Niatnya mau ngeteh sama makan pisang goreng bareng, tapi Paman sama Bibi kayanya lagi sibuk, jadi ini nganggur deh,” ungkap Syifa seraya menunjuk teh dan pisang goreng yang tergeletak itu.“Oh, itu Bibi sama Lala mau tidur. Maaf, ya, kamu jadi repot begini tapi malah nggak sesuai harapan,” ujar Paman Aris dengan sungkan.“Nggak papa Paman,” balas Syifa tersenyum simpul.“Ya udah paman makan aja, udah dingin juga nggak papa.” Paman Aris mengambil satu pisang goreng, lalu memakannya.Kemudian Syifa ikut duduk bersamanya dengan melakukan hal yang sama.“Kalau di makan kaya g

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-06

Bab terbaru

  • Wanita Tangguh   Ketahuan

    “Eh bentar! Ini dia nelpon mulu! Mau aku blokir dulu nomornya.” Rahel menepikan motornya di trotoar jalan.Sialnya mereka berdua berhenti tepat di samping genangan air. Sehingga mereka basah kuyup saat sebuah mobil putih melewati jalan itu.“Ya salam!” Syifa berkeluh sembari menatap mobil yang berhenti tak jauh dari tempatnya berdiri. Perlahan mobil itu mundur hingga sejajar dengan tubuhnya.“Maaf Kak saya nggak sengaja!” Wanita berkaca mata hitam itu menyembulkan kepalanya dari balik kaca mobil.“Lain kali liat-liat Mba kalau nyetir,” tutur Rahel kesal sembari mengibaskan bajunya yang telah basah.“Iya Kak nggak papa,” sahut Syifa mengulas senyum sekilas. Wanita itu membalas senyumnya, sesaat kemudian mobil itu berjalan kembali seiring rasa yang mengganjal di hati Syifa.“Kaya pernah liat orang itu dimana, ya?” “Siapa? Yang nyetir? Apa ibu-ibu di sampingnya?” ujar Rahel bola matanya menatap mobil yang beranjak meninggalkan mereka.Syifa mengangkat bahunya. “Nggak tau, aku nggak be

  • Wanita Tangguh   Bertemu Ibu Mertua

    “Kamu serius mau cari jodoh lewat aplikasi?” tanya Syifa tak percaya.Sesaat kemudian keduanya keluar saat lift berhenti di lantai tiga tempat food court.“Coba-coba. Dia usia 20 tahun, selain mahasiswa merangkap jadi dkm masjid,” jawab Rahel dengan santai seraya berkutat dengan layar ponselnya, seketika langkah Syifa terhenti.Ia diam terpaku menatap sahabatnya dengan mata membola.“Kenapa? Kamu nggak kemasukan jin ‘kan?” Rahel melambaikan tangannya di depan wajah Syifa yang masih melongo.Sekilas Syifa menggelengkan kepalanya.“Ya salam Rahel, kamu nggak salah? Usia dia dibawah kamu, masih mahasiswa juga?” ulang Syifa memastikan lagi.Rahel manggut-manggut mengiyakan.“Beberapa laki-laki yang di tawarkan abahmu sebelumnya lebih menjanjikan kali dari pada yang ini kamu belum kenal, terus masih muda juga,” cetus Syifa masih tak percaya.“Namanya juga coba-coba, lagian yang kemarin nggak cocok. Mereka terlalu dewasa,” tutur Rahel.Dering benda pipih dalam genggaman tangannya berbunyi,

  • Wanita Tangguh   Meet Up Cari Jodoh

    Perlahan hati Syifa luluh, semarah apapun dirinya jika sudah di sebutkan kekuasaan Allah Yang Maha Besar dan tak terukur itu jiwanya seakan meleleh, mengingat kesulitan hidup di dunia ini tidak ada apa-apanya, di banding kesusahan nanti di akhirat.Syifa menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan.“Ayo Mas anterin Adek berangkat,” tukasnya dengan lemah lembut.Sontak Hamzah bangkit dan menatap wajah sang istri yang terukir senyum manis di sudut bibirnya.Cup!Hamzah mengecup bibir Syifa sekilas, sejurus kemudian ia bangkit mengambil jaket dan kunci.“Ayo Sayang berangkat!” Hamzah memberikan tangannya untuk di rangkul Syifa dengan menyunggingkan senyuman.Seketika Syifa bangkit, lalu memasukkan tangannya di antara tangan Hamzah yang terbuka.Alhamdulillah, hati Hamzah tak berhenti bersyukur mendapat anugerah seorang istri sang sangat luar biasa. Sholehah, pendiam, penyabar dan tidak pendendam.******Syifa berjalan memasuki ruangan kantor dengan senyum simpul y

  • Wanita Tangguh   Perkara Makanan

    Beberapa saat kemudian telor balado dan krupuk siap tersaji di atas meja makan. Syifa juga telah selesai mengerjakan pekerjaan lainnya.“Wah istri mas rajin sekali, mas jadi tambah sayang deh.” Hamzah memeluk tubuh Syifa dari belakang saat sang istri tengah mencuci piring di depan wastafel.“Mas udah bangun? Jam berapa ini?” tanya Syifa terlontar sembari terus melanjutkan pekerjaannya selagi sang ibu mertua belum terjaga.“Jam setengah tujuh,” balas Hamzah dengan kepalanya yang melendot di bahu Syifa.“Ehem!” Bu Santi berdehem ketika melihat penampakan anak laki-lakinya sedang bermanja-manja dengan sang istri.“Masih mending Jamilah dari pada Syifa, Hamzah! Ngapain kamu tergila-gila sama wanita kampung itu,” cibir Bu Santi dalam hati.Wajah masam tergambar saat melihat aksi mesra anaknya itu, seketika ia terduduk di depan meja makan dan mengalihkan netranya dari pandangan yang membuat hatinya kesal.Baginya Syifa hanya pembawa sial dan kesengsaraan dalam hidupnya yang menjadikan jatah

  • Wanita Tangguh   Hamzah Merapel Dalam Satu Malam

    Hamzah tersenyum simpul menatap sang istri yang dengan cerdas membantunya memberi edukasi kepada sang ibu.“Ah sudahlah ibu mau istirahat!” Bu Santi membanting kipas kain yang digunakannya di atas kursi seraya berdiri.“Ohya enak banget, ya, sekarang. Pergi sendiri, pulang di jemput kaya tuan putri. Pakai mobil lagi. Hamzah emang terlalu baik orangnya,” pungkasnya sembari berlalu masuk ke dalam.“Ibu!” sergah Hamzah dengan segera, ia berusaha menghentikan ucapan sang ibu yang bisa melukai hati sang istri, apalagi mengingatkannya dengan kejadian buruk yang pernah terjadi.Bu Santi terus melajukan kakinya masuk ke dalam kamar.Krep! Ia membanting pintu hingga menimbulkan suara yang nyaring.Syifa mengempaskan nafasnya kasar untuk menetralisir perasaannya yang kacau.Hubungan kekeluargaan apa ini? Bisa-bisanya anak, menantu dan mertua saling sindir dan mencibir berdebat satu sama lain.Di tambah ucapan Bu Santi benar-benar menyudutkan keluarganya yang berprofesi sebagai petani, seolah-s

  • Wanita Tangguh   Merendahkan Keluarga Syifa

    Hamzah fokus menatap jalan karena pada dasarnya ia masih belum begitu mahir mengendarai mobil, hanya bermodalkan latihan berkendara selama beberapa pekan dan SIM A yang berhasil di kantongi, Hamzah memberanikan diri untuk menyetir.Tentu semua biaya itu gratis, alias Jamilah yang telah menanggungnya.“Ibu pasti senang, ya, Mas?” cetus Syifa dengan bola matanya yang masih menatap kedepan. Entah, sejak Hamzah mengungkapkan kondisinya sekarang, pikiran Syifa terus berputar mengingat kata demi kata yang Hamzah ucapkan dan berujung mengaitkan kebahagiaan sang ibu mertua dengan kondisi Hamzah sekarang.“Iya Sayang.” Hamzah tersenyum sekilas sembari melirik ke arah sang istri, sesaat kemudian dalam benaknya kembali di hinggapi rasa khawatir atas sikap sang ibu yang bersikap sedikit berlebihan mengenai kebaikan Jamilah.Hamzah agak khawatir jika sang ibu lama-lama mendekatkan dirinya dengan janda itu. Seketika Hamzah menggelengkan kepala pelan untuk menepis pikirannya yang melayang jauh.“O

  • Wanita Tangguh   Penjelasan Hamzah

    Sang bibi berjalan mendekat saat Lala sudah keluar dari kamarnya.Syifa meneguhkan tubuhnya dengan pikiran yang di penuhi tanda tanya.“Kamu jaga diri baik-baik, ya, disana!” Sejurus kemudian sang bibi memeluk tubuhnya erat.“Kalau ada apa-apa cerita sama paman dan bibi. Kami ini keluargamu, orang tuamu,” lanjutnya dengan suara terisak. Ia teringat ucapan dari sang suami yang menceritakan bahwa keponakannya telah menyiapkan teh hangat serta pisang goreng untuk berkumpul dengan keluarga, tapi semua itu tidak terlaksana karena dirinya, sang suami dan Lala sibuk bercanda di kamar hingga terlelap bersama saat lusa.“Insyaallah Bi, do’akan Syifa selalu.” Tenggorokan Syifa tercekat karena terbawa suasana.“He’em! Sudah selesai salam perpisahannya?” Paman Aris berdehem di depan pintu yang membuat kedua wanita yang tengah berpelukan itu tersentak kaget sembari melepas pelukan, sesekali keduanya mengusap air mata yang tak terasa menetes begitu saja.“Lihat Hamzah! Istrimu kaya anak mau di kir

  • Wanita Tangguh   Hamzah Menjemput Syifa

    “Hey! Kenapa? Kok ngomong sendiri?” sergah Paman Aris tiba-tiba, membuat tubuh Syifa tersentak dan ponsel dalam genggaman tangannya hampir saja terjatuh.“Astaghfirullahal adzim Paklik, ngagetin aku aja,” balas Syifa dengan ekspresi terkejut.“Hehehe, loh ini ada pisang goreng sama teh manis! Hmmm ... tapi udah dingin,” ucapnya setelah mencicipi teh yang telah dingin sedari tadi.“Hmmm ... ini udah dari tadi, Paklik. Niatnya mau ngeteh sama makan pisang goreng bareng, tapi Paman sama Bibi kayanya lagi sibuk, jadi ini nganggur deh,” ungkap Syifa seraya menunjuk teh dan pisang goreng yang tergeletak itu.“Oh, itu Bibi sama Lala mau tidur. Maaf, ya, kamu jadi repot begini tapi malah nggak sesuai harapan,” ujar Paman Aris dengan sungkan.“Nggak papa Paman,” balas Syifa tersenyum simpul.“Ya udah paman makan aja, udah dingin juga nggak papa.” Paman Aris mengambil satu pisang goreng, lalu memakannya.Kemudian Syifa ikut duduk bersamanya dengan melakukan hal yang sama.“Kalau di makan kaya g

  • Wanita Tangguh   Berbaikan

    Selang beberapa waktu kemudian ...Syifa menatap jam di pergelangan tangannya dengan gusar, sudah lewat tiga puluh menit tapi mereka tak kunjung keluar. Beringsut ia melangkahkan kaki dengan perlahan. Syifa mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu, akan tetapi ia kembali menarik diri. Bimbang, ragu dan tak enak hati jika kehadirannya mengganggu kebersamaan mereka.Syifa menghembuskan nafasnya pasrah.Ia sadar tak selamanya sang paman akan selalu di sampingnya, ia sudah memiliki keluarga dan kehidupan baru yang ia punya. Dirinya hanya seorang keponakan yang menumpang hidup sejak kecil hingga sekarang. Sesaat Syifa melirik ke arah jendela, terlihat rintik-rintik hujan itu telah berhenti. Langkahnya mendekat, lalu menatap di luar sana yang terbentang pemandangan sawah yang hijau.Dulu ia sering bermimpi ingin memanen padi di sawah bersama suami dan anak-anaknya, dalam pikiran yang terbatas ia berkhayal sekonyol itu.Tanpa sadar ia terkekeh sendiri mengingat impiannya dulu. Namun, s

DMCA.com Protection Status