Share

Bab 76

Penulis: Rira Faradina
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-13 14:23:58

Keesokkan harinya,

Bangunan itu terdiri dari lima petak dengan satu kamar mandi dan kamar tidur di setiap petaknya. Tampak cat luarnya yang sedikit mengelupas dan retak. Membuat tampilan luar bangunan petakan itu tidak terlalu menarik.

Sebuah pohon Palm dan Flamboyan tampak tidak terurus yang ditanam di sisi kiri bangunan. Tampak ranting dan dedaunan kering berserakan di bawahnya. Membuat kesan suram halaman depan petakan tersebut.

Setidaknya, point utama bangunan ini karena berada di dalam gang yang berjarak sekitar seratus meter dari jalan raya. Membuat lokasi petakan ini cukup strategis. Karena mudah bagi seseorang untuk mencari lokasinya.

Mata Siska tampak menyipit melihat bangunan petakan tersebut. Tampak beberapa penghuni sedang melirik padanya, membuat wanita itu terlihat tidak nyaman.

"Mas, kau yakin kita akan tinggal petakan kecil seperti ini?" Tanya Siska ragu.

"Iya, hanya ini yang bisa kudapat. Jika kau tidak mau, kau bisa cari saja tempat lain," sungut Aldo ketus.

Sebenarn
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 77

    "Tutup mulutmu, mas. Aku tak suka bila terus di bandingkan dengan mantan istrimu itu," tuding Siska geram.Suara bising kendaraan bermotor yang lalu lalang melintas dan terik matahari yang menyengat membuat wajah pasangan pengantin baru itu terlihat masam dan lelah, tampak Siska mulai menyeka keringatnya yang mengucur dengan bebas. Beberapa orang yang berdiri di sekitar mereka juga terlihat melakukan hal yang sama. Menghapus jejak keringat di wajah mereka.Sebuah bus akhirnya berhenti di halte, tampak orang orang yang tadi berdiri kini bergerombol hendak masuk ke dalam, melihat pemandangan tersebut, tak ayal membuat Siska spontan mengelus perutnya."Aku ingin naik taksi saja, mas.""Tadi kita sudah naik taksi. Jika kau tidak mau naik bus, naik angkot saja," tolak Aldo."Tapi mas ..." Siska menghentikan ucapannya karena melihat Aldo yang segera memalingkan wajahnya.Perlahan, bus tadi bergerak meninggalkan mereka. Kini yang tertinggal di halte itu hanyalah mereka berdua saja."Aku akan

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-14
  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 78

    Hanna tersenyum tipis memandang mereka dengan tatapan datar. Wajah wanita itu terlihat ramah tak seperti saat pertemuan mereka sebelumnya yang di warnai pertengkaran dan perdebatan.Lalu lalang kendaraan masih ramai lancar, bunyi klakson yang sesekali terdengar seakan menjadi melodi tengah hari di jalanan. Kemacetan sudah menjadi rutinitas yang wajib bagi para pengendara kendaraan bermotor.Sesekali angin lembut menyapa dan menyentuh wajahnya. Seakan ingin membelai dan memberikan sedikit ketenangan di tengah panasnya sang surya yang begitu garang menampakkan kekuasaannya.Wajah Siska tampak gelisah, karena bertemu dengan Hanna tidak pernah ada dalam daftar keinginannya. Wanita itu telanjur teramat membencinya."Kurasa kami tak ada hubungan apapun lagi denganmu?" Sindir Siska dengan tatapan sinis ."Ah iya, kau benar. Kita sudah tidak ada hubungan apapun lagi, tapi sepertinya kalian berdua lupa masih berhutang padaku," Jawab Hanna santai.Mendengar kalimat yang diucapkan Hanna, Ekor ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-14
  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 79

    Rumah bertingkat dua dengan desain mediterania klasik ini kini terlihat sedikit berbeda, tampilan luarnya tak sama seperti terakhir kali Aldo mengunjunginya. Warna cat dan posisi beberapa tanaman dalam pot juga berubah. Membuat halaman rumah tampak lebih lega dan rindang.Perlahan, Aldo mulai membuka kunci pagarnya, suara berderit karena gesekan besi menyebabkan seorang tetangga wanitanya yang kebetulan duduk teras seketika menoleh."Eh, Mas Aldo! Ada apa datang kesini, bukannya sudah cerai ya dengan Mbak Hanna?" Ketus wanita itu menyapa."Saya ada perlu sebentar dengan Hanna.""Oh ya? nggak bikin masalah kan? Ini sudah malam, bukankah lebih bertamu itu di siang hari saja? Saat ini, mbak Hanna itu janda. Nggak enak dilihat orang kalau mbak Hanna di kunjungi laki laki malam-malam, nanti bisa timbul fitnah. Meskipun itu mantan suaminya." Ucap lantang wanita berambut pendek sebahu itu.Mendengar semua tuduhan, membuat Aldo hanya bisa menggangguk pelan. "Saya hanya berkunjung sebentar ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-15
  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 80

    Siska memandang Aldo dengan tatapan penuh selidik begitu lelaki itu pulang ke kontrakan baru mereka. Di liriknya wajah suaminya yang kaku dan muram, seolah begitu lelah.Sudah dua hari mereka pindah ke kontrakan kecil ini, sebuah rumah sederhana dengan satu kamar tidur yang terletak di belakang pasar, yang di dapat Siska dari Mayang.Hanya ada tiga ruangan di rumah itu, ruang tamu, kamar dan dapur. Kecil tapi setidaknya lebih baik dari kamar kos yang sesak. Di dalam kamar ada sebuah kipas angin yang masih menyala meski sudah menjelang larut malam dan suara televisi yang terdengar seakan menjadi teman sang penghuni rumah. Di bawah tatapan mata Siska yang masih menghujam, Aldo melepas sepatunya dan berjalan ke kamar. Diletakkannya tas kerjanya di atas ranjang. Rasa lelah dan lapar begitu menderanya, karena perjalanan dari rumah Hanna ke kontrakan ini cukup memakan waktu."Darimana saja kau mas?" ketus Siska bertanya, ketika melihat Aldo sedang berusaha melepas dasinya."Kantor, aku le

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-16
  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 81

    Pagi pagi sekali Siska sudah terlihat sibuk di dapur, menu nasi goreng dengan taburan abon, irisan bawang goreng dan telur dadar baru saja ia buat. Harum aroma bawang goreng menguar membuat rasa lapar menekan lambungnya.Sebuah tikar plastik ia gelar di ruang tamu itu, lalu meletakkan sebuah meja kecil di sana. Tak lama ia melangkah ke dapur dan kembali ke ruang tamu dengan membawa dua buah piring nasi goreng beserta teh hangat yang baru saja dibuatnya.Suara derit pintu yang kamar terbuka, sontak membuat Siska menoleh, tampak di sana, Aldo sudah terlihat begitu rapi dengan kemeja kotak-kotak kecil berwarna abu-abu terang yang membungkus tubuhnya."Ayo makan dulu mas, aku sudah membuatkan nasi goreng spesial untukmu," ajak Siska yang langsung berdiri menyambutnya."Maaf ya hanya ada nasi goreng saja, uang yang kauberikan tidak cukup untuk membuat nasi goreng yang enak." Sindir Siska."Tak usah merepotkan diri untuk memasak makanan untukku, aku bisa cari makanan sendiri. Lagipula, hari

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-17
  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 82

    "Kita tunggu Hanna datang, karena dia yang memegang amanah ibumu," Sahut Ridwan yang langsung di balas dengan kerutan di kening Aldo.***Sinar matahari mulai terasa terik ketika Siska turun dari sebuah angkot, bulir keringat membasahi pipi mulusnya, namun, tak menggoyahkan langkahnya untuk terus berjalan di bawah cuaca panas ini.Sehelai tisu basah ia tarik untuk menyeka keringatnya. Ia melebarkan langkah menuju ke arah lobby sebuah hotel. Di sisi kiri, tampak Mayang telah berdiri menunggunya sambil melambaikan tangan.Rasa gugup mulai ia rasakan, entah mengapa, hatinya mulai sedikit bimbang, tak seperti saat ingin menggoda Aldo, kali ini rasa takut menghinggapinya."Maaf aku terlambat, angkotnya lama," keluh Siska beralasan."Tak apa apa, sebaiknya kita ke kamar kecil dulu, kau perlu merapikan riasan wajahmu dan juga tambahkan parfum ke tubuhmu, kau bau keringat dan tampak kusam." Protes Mayang sambil mengendus aroma tubuh Siska."Baiklah, ayo temani aku!"Mereka berdua berjalan me

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-19
  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 83

    Sementara itu di tempat lain."Kita tunggu Hanna datang, karena dia yang memegang amanah ibumu," Sahut Ridwan yang langsung di balas dengan kerutan di kening Aldo."Hanna? Amanah ibu? Apa sebenarnya maksud semua ini, pak?""Tunggulah sebentar, bapak yakin tak lama lagi Hanna akan tiba.""Aku benar-benar tidak mengerti dengan semua ini," ungkap Aldo dengan wajah kebingungan.Untuk beberapa saat mereka saling diam, tak lama, terdengar Ridwan berdehem cukup keras."Bapak ke belakang sebentar membuatkan teh hangat untukmu. Sementara itu, buatlah dirimu senyaman mungkin disini. Lagipula, sudah lama kau tidak pulang ke rumah," Selesai mengucapkan kalimat itu, Ridwan pun berlalu meninggalkan Aldo sendiri.Aldo menyandarkan punggungnya di sandaran sofa, mengikuti saran sang ayah untuk membuat dirinya senyaman mungkin. Sesekali terlihat ia memejamkan matanya, mencoba mencari ketenangan di sana.Rumah ini adalah tempat di mana ia menghabiskan masa kecilnya. Selepas menyelesaikan pendidikan das

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-20
  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 84

    "Maaf membuatmu menunggu. Aku memintamu datang kesini karena ingin menyampaikan amanah dari ibumu," ujar Hanna sambil meletakkan sebuah amplop putih yang masih bersegel di atas meja.Aldo tampak mengernyitkan dahi, tatapan matanya lurus pada amplop putih yang baru saja diletakkan Hanna di meja, ada gurat kebingungan di wajahnya, wajar saja karena di matanya Hanna seakan ingin bermain teka-teki dengannya.Amplop itu tampak rapi dengan logo sebuah rumah sakit di salah satu sudutnya. Sebuah amplop yang berisi rahasia kelahiran Aldo.Menyadari kemana arah pandangan Aldo, Hanna terlihat menuduk sesat, lalu berbicara pelan."Sebelumnya aku minta maaf padamu, mas. Karena menahan amanah ini cukup lama. Aku tahu aku sangat egois dan salah, karena tidak langsung menyampaikannya padamu.""Sebenarnya, ibu memintaku untuk segera memberikan amplop ini padamu setelah ia meninggal, namun, saat itu kau sangat gencar menuduhku berselingkuh, hal itu membuatku geram dan sakit hati hingga ..." Hanna menje

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-21

Bab terbaru

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 91

    Bab Ekstra 2Sementara itu di tempat lain."Darimana saja kau Siska?" Ketus seorang pria padanya "Aku keluar sebentar, mas," Jawab Siska gugup."Aku tahu kau keluar, yang kutanyakan darimana?""A-aku ke minimarket depan, mas. Beli beberapa perlengkapan mandiku yang sudah habis," jawab Siska menunduk."Mana?""Hah?""Aku tanya mana perlengkapan mandi yang kau beli itu? Aku tak melihatnya?" "Itu, a-ada ..." Ucap Siska gugup, karena ia tahu mengapa pria itu bertanya padanya seperti ini.Plak!Sebuah tamparan keras diberikan pria itu di wajah Siska, belum puas, pria itu lantas menjambak rambutnya dengan kasar."Kau pikir aku tidak tahu, kau baru saja menemui istriku, bukan?""Sial," umpat Siska dalam hati."Kau benar benar lacur! Apa semua yang kuberikan padamu belum cukup hingga kau membuat onar di rumahku, Hah!" "Mas, istrimu yang lebih dulu menghinaku. Lagipula, kau sudah berjanji akan menceraikan istrimu setelah menikahiku!" Siska meraung."Kau benar-benar lancang!" Hardik pria itu

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 90

    Bab Extra 1Aldo termangu memandangi Andira, putri semata wayangnya dengan Siska, dengan tatapan sayu. Hatinya menjerit melihat anak perempuannya itu tumbuh tanpa sosok ibu di sampingnya.Balita berusia dua tahun itu tampak sedang berpegangan tangan pada ujung meja, sedang asyik belajar berjalan, sesekali tampak ia terjatuh.Dipandanginya wajah putrinya, wajah yang persis sama dengan Siska. Lelaki itu berharap jika putrinya tidak mengikuti jejak ibunya, bahkan demi bisa fokus merawat dan mengasuh Andira, Aldo terpaksa keluar dari pekerjaannya.Membuka sebuah warung bengkel kecil di depan rumah, itulah pekerjaannya yang ditekuni Aldo sekarang untuk menafkahi putrinya. Sesekali ia menerima pekerjaan sampingan sebagai sales freelance. Untung saja ia tak perlu mengeluarkan uang untuk tempat tinggal, karena Ridwan mengizinkan dirinya dan putrinya untuk tinggal bersamanya. Sudah dua tahun berlalu sejak pertemuan terakhir dengan Roy, sang ayah biologisnya. Sesekali beliau menelpon, sekedar

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 89

    Dua tahun kemudian."Aku tak menyangka jika kau akan membeli keripik kentang sebanyak itu," keluh Hanna sambil melirik beberapa jenis merk keripik kentang yang ada dalam troli."Aku hanya membeli untuk jatah satu minggu," jawab Reza santai.Hanna menggeleng melihat kelakuan dokter tampan itu, lalu kembali memandang deretan produk pencuci wajah yang ada di hadapannya.Awalnya Hanna hanya berdua saja dengan mbok Yem, asisten rumah tangganya, belanja dan mendorong troli supermarket ini, tapi di tengah perjalanan ke supermarket tadi, Reza mendadak meneleponnya, dan entah bagaimana caranya tiba tiba lelaki itu bisa ada di supermarket tersebut dan akhirnya ikut berbelanja."Apa masih ada yang ingin dibeli, mbok?" Tanya Hanna pada Mbok Yem ketika meletakan sebuah sabun pencuci wajah kedalam troli belanjanya."Nggak ada, semuanya sudah ada dalam troli," jawab mbok Yem."Baguslah, berati kita langsung saja ke kasir," sahut Hanna lalu menoleh pada lelaki yang berdiri di sebelahnya."Aku juga su

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 88

    Hanna melirik arloji di tangannya, ketika tangan Dina menyenggol lengannya. Hanna mengerti apa yang ingin disampaikan Dina, wajahnya tampak mengangguk perlahan, lalu berpaling melirik ke sekelilingnya.Ridwan dan Roy terlihat sedang menyandarkan punggung mereka sementara Aldo menjambak rambutnya. Kemarahan masih terlihat jelas di matanya. Hanna bisa mengerti, mantan suaminya itu membutuhkan waktu untuk bisa menerima semua kenyataan ini."Hanna, ayo kita pulang," bisik Dina di telinga Hanna."Baiklah." sahut Hanna. Hanna dan Dina terlihat meraih tas mereka, lalu melirik Ridwan yang masih diam, segera saja mereka mengutarakan niatnya untuk pamit pulang dan segera pergi dari sini."Amanah ibu Marina sudah saya sampaikan, mohon maaf saya dan Dina pamit pulang, pak," ucap Hanna pada Ridwan."Oh ya, terima kasih banyak atas bantuannya, Hanna. Tunggu sebentar," ujarnya lalu bangkit dan berjalan tergesa masuk ke salah satu ruangan di dalam rumahnya.Hanna hanya bisa menunggunya, untung saja

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 87

    "Tenangkan dirimu, nak. Bapak tahu, sulit bagimu menerima kebenaran ini, tolong jangan biarkan kemarahanmu yang berbicara karena itu tidak baik. Karena bagaimanapun dia adalah ibumu, seseorang yang harus kau hormati."Hanna melirik Roy yang tampak diam dengan kepala tertunduk. Ada luka dan kesedihan di wajah lelaki paruh baya itu. Sesekali mata tua itu melirik putranya yang masih belum bisa menerima dirinya dan kenyataan tersebut.Sentuhan tangan Dina membuat Hanna menoleh, mata Dina mengisyaratkan jika mereka harus pamit pulang, segera Hanna melirik ke arah jam di pergelangan tangannya, seakan meminta waktu sebentar lagi."Baiklah, tapi sebentar saja ya," bisik Dina."Iya." Bisik Hanna pelan."Sejak kapan bapak tahu semua ini dan tahu bahwa aku bukan anak kandung bapak?" Tanya Aldo dengan suara parau, sungguh, wajah lelaki itu kini tampak begitu muram."Satu bulan sebelum ibumu memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah," ujar Ridwan sambil terus memandang Aldo." ... Saat itu?" Kenin

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 86

    "Pe-pemeriksaan apa ini, apakah ini adalah pemeriksaan identifikasi DNA milikku? Siapa itu Mario Darmawan? Apakah itu nama asli dari lelaki bernama Roy ini?" Lanjut Aldo sambil memandang fokus pada Ridwan, ayahnya.Ridwan tak menjawabnya, manik mata lelaki itu memandang lurus pada Aldo dengan tatapan teduh dan sikap yang begitu tenang, tak tampak kegelisahan dan rasa takut di wajahnya. Di lihatnya tangan Aldo yang gemetar, ia tahu suatu saat, hari ini pasti akan tiba, hari di mana lelaki itu mengetahui jati dirinya. Hari di mana sebuah rahasia yang disimpan bertahun-tahun akan terbongkar.Suasana hening sesaat, baik Hanna maupun Dina memilih diam, tak bersuara. Tak terkecuali Roy, lelaki berusia lima puluh tahunan itu juga memilih bungkam."Apa maksud semua ini pak? Tes DNA?" Kembali Aldo bertanya lirih."A-pa pemeriksaan ini benar?" Mendengar pertanyaan Aldo, Ridwan hanya mengangguk. Di lihatnya wajah Aldo yang tampak begitu terluka. Sungguh, ia tak berharap melukai perasaan Aldo,

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 85

    Ekor mata Aldo melirik lelaki yang duduk di sebelah ayahnya dengan begitu tajam. Suasana hatinya mendadak buruk. Ia tak menyangka jika ayahnya bisa mengundang lelaki itu untuk bergabung bersama mereka di sini.Tangannya mengepal kuat, melihat wajah lelaki itu, telapak tangannya terasa gatal untuk memukul atau pun mengajak lelaki itu bertengkar.Sesekali tampak lelaki itu melirik pada Aldo, sekilas ia melihat beberapa bagian dari wajah Marina yang terpahat di sana. Mata mereka begitu mirip. Begitu juga dengan bentuk dagunya yang persis sama dengan Marina, ibunya."Untuk apa mengundangnya kemari, Pak? aku tak suka melihatnya ada di sini," ujar Aldo setengah berbisik pada Ridwan ayahnya."Bapak mengundangnya karena kehadirannya berhubungan dengan isi amplop itu, nak," jawab Ridwan."Tapi ..." Ujar Aldo yang masih tampak begitu keberatan.Yah, Aldo mengetahui persis siapa lelaki itu. Lelaki yang menjadi penyebab rumah tangga kedua orang tuanya berakhir di pengadilan. Lelaki itu pula yang

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 84

    "Maaf membuatmu menunggu. Aku memintamu datang kesini karena ingin menyampaikan amanah dari ibumu," ujar Hanna sambil meletakkan sebuah amplop putih yang masih bersegel di atas meja.Aldo tampak mengernyitkan dahi, tatapan matanya lurus pada amplop putih yang baru saja diletakkan Hanna di meja, ada gurat kebingungan di wajahnya, wajar saja karena di matanya Hanna seakan ingin bermain teka-teki dengannya.Amplop itu tampak rapi dengan logo sebuah rumah sakit di salah satu sudutnya. Sebuah amplop yang berisi rahasia kelahiran Aldo.Menyadari kemana arah pandangan Aldo, Hanna terlihat menuduk sesat, lalu berbicara pelan."Sebelumnya aku minta maaf padamu, mas. Karena menahan amanah ini cukup lama. Aku tahu aku sangat egois dan salah, karena tidak langsung menyampaikannya padamu.""Sebenarnya, ibu memintaku untuk segera memberikan amplop ini padamu setelah ia meninggal, namun, saat itu kau sangat gencar menuduhku berselingkuh, hal itu membuatku geram dan sakit hati hingga ..." Hanna menje

  • Wanita Simpanan Suamiku    Bab 83

    Sementara itu di tempat lain."Kita tunggu Hanna datang, karena dia yang memegang amanah ibumu," Sahut Ridwan yang langsung di balas dengan kerutan di kening Aldo."Hanna? Amanah ibu? Apa sebenarnya maksud semua ini, pak?""Tunggulah sebentar, bapak yakin tak lama lagi Hanna akan tiba.""Aku benar-benar tidak mengerti dengan semua ini," ungkap Aldo dengan wajah kebingungan.Untuk beberapa saat mereka saling diam, tak lama, terdengar Ridwan berdehem cukup keras."Bapak ke belakang sebentar membuatkan teh hangat untukmu. Sementara itu, buatlah dirimu senyaman mungkin disini. Lagipula, sudah lama kau tidak pulang ke rumah," Selesai mengucapkan kalimat itu, Ridwan pun berlalu meninggalkan Aldo sendiri.Aldo menyandarkan punggungnya di sandaran sofa, mengikuti saran sang ayah untuk membuat dirinya senyaman mungkin. Sesekali terlihat ia memejamkan matanya, mencoba mencari ketenangan di sana.Rumah ini adalah tempat di mana ia menghabiskan masa kecilnya. Selepas menyelesaikan pendidikan das

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status