Dante baru saja di rumahnya dengan perasaan yang kesal dan juga kesal setelah tadi ia melihat Lana jalan dengan laki-laki yang tak Dante kenal. Selama ini Lana tak pernah dekat dengan laki-laki manapun karena hampir seluruh harinya bersama dengan Dante tapi tadi tiba-tiba ada yang menjemput Lana dan entah kenapa membuat Dante merasa sangat kesal. Dengan langkah yang lelah Dante masuk kedalam rumahnya dan disana ia disambut oleh sang Mommy. "Kamu sudah pulang sayang. Kamu udah makan malam? Mau Mommy siapkan makan malam buat kamu?" tanya Wanda dengan lembut. "Aku gak ingin makan malam karena sedang tak ingin makan malam," jawab Dante yang tampak tak nyaman. Wanda melihat ekspresi sang putra terlihat aneh seperti sedang mengalami suatu masalah. "Kamu kenapa Dante? Apa ada masalah di kantor?" tanya Wanda dengan khawatir. Dante yang memang dalam suasana hati yang tak baik-baik saja pun memilih untuk menjawab pertanyaan dari sang Mommy dengan seadanya. "Gak ada masalah apa-apa aku han
Air mata jatuh dari mata indah Lana ketika mendengar perkataan dari Dante yang benar-benar menyakitkan hatinya. Ia tahu jika dirinya sudah menyerahkan tubuhnya kepada Dante tapi bukan berarti jika Dante bisa mengatakan kata-kata yang membuat Lana sangat sakit hati dibuatnya. "Aku sangat sadar diri jika kamu sudah membeli tubuh aku dan kamu bebas memakainya jika kamu inginkan. Tapi bukan berarti kamu bisa mengambil kehidupan aku dengan seenaknya. Selama ini aku tidak pernah membantah ketika kamu menginginkan aku untuk melayani kamu walaupun keadaan aku sedang sakit pun aku tetap melakukan tugas aku untuk melayani kamu tapi bukan seenaknya sendiri kamu menganggap aku wanita murahan. Aku bukan wanita yang seperti ada di pikiran kamu karena aku benar-benar menjaga tubuh aku dengan sangat baik dan tak pernah terlintas di pikiran aku untuk memberikan tubuh aku untuk laki-laki lain. Bahkan ketika ada laki-laki baik yang ingin mengajak aku untuk menjalin hubungan yang lebih serius pun aku to
Lana masih tak bisa berkata apa-apa lagi ketika mendengar pernyataan dasi laki-laki yang sudah menikmati tubuhnya selama ini sekaligus bosnya di tempatnya bekerja. Dan baru saja bosnya ini mengatakan kepada Lana untuk mengajarinya dirinya bagaimana cara mencintai. Benar-benar hal yang tak bisa Lana prediksi sama sekali. "Tunggu dulu maksud kamu apa Dante?" tanya Lana yang masih terlihat bingung. Dante pun menarik tubuh Lana untuk mendekat kearah dirinya untuk bisa melihat Lana lebih dekat dengan dirinya. "Aku gak tahu apa yang aku rasakan saat ini tapi yang aku tahu jika aku merasa kesal jika ada laki-laki lain mendekati kamu bahkan ketika kamu mengatakan ingin mengakhiri hubungan ini membuat emosi aku tiba-tiba timbul. Melihat kamu nantinya bersama dengan orang lain bahkan laki-laki menyentuh tubuh kamu membuat aku merasa tak suka akan hal itu. Aku tak tahu apa yang aku rasakan karena aku tak pernah lagi merasakan apa itu cinta. Yang aku tahu aku tak akan membiarkan kamu pergi dar
"Untuk saat ini aku tidak bisa memberikan jawaban sama kamu karena aku masih terlalu bingung dengan keadaan yang mendadak seperti ini. Jadi beri aku waktu untuk memikirkannya. Dan aku minta jangan mencoba mendesak aku ataupun melakukan berbagai macam cara agar aku menerima kamu. Kalau sampai itu kamu lakukan maka aku akan sangat marah sama kamu dan menghilang dari pandangan kamu," kata Lana memperingatkan Dante. Saat ini Lana sedang memakai bajunya lagi setelah tadi ia membersihkan dirinya setelah kembali mengulang aktivitas panas bersama dengan Dante. Berhubung ini masih jam kerja maka Lana harus tetap harus kembali bekerja. "Kenapa kamu berbicara seperti itu sama aku? Apa yang aku katakan sama kamu tadi masih kurang sehingga kamu membutuhkan waktu urbk memikirkan semuanya lagi?" tanya Dante yang berdiri sambil bertelanjang dada. Dante benar-benar tak mengerti dengan jalan pikir wanita yang ada di hadapannya itu. Padahal ia sudah mengatakan tentang perasaannya tapi Lana masih memb
Sudah hampir 10 menit mobil Dante berhenti tak jauh dari rumah Lana. Dan selama itu juga mereka berdua hanya diam seribu bahasa tanpa ada yang memulai pembicaraan hingga akhirnya Lana yang lebih dulu membuka suara. Ia tak mungkin berlama-lama disini karena sang ibu pasti sudah menunggu dirinya. "Dante aku harus segera pulang kalau kamu terus meminta aku disini kapan aku pulang?" tanya Lana dengan suara yang lelah. "Apa perlu aku menemui ibu kamu secara langsung dan memperkenalkan diri kalau aku saat ini dekat dengan putrinya bahkan aku juga akan mengatakan kepada ibu kamu kalau aku akan menikahi kamu?" tanya Dante tiba-tiba. "Enggak," tolak Lana tegas. Lana tak habis pikir mendengar perkataan Dante hari ini yang benar-benar tak Lana mengerti. Tadi Dante tiba-tiba mengatakan perasaannya dan sekarang Dante mengatakan ingin menemui ibunya bahkan ingin mengatakan tentang perasaannya dengan Lana serta mengatakan kalau hubungan mereka sangat serius. Bagaimana bisa Dante berkata seperti
Lana berlari menuju kearah unit apartemen dimana Dante berada. Sebenarnya Lana tak berniat untuk datang kesini karena ini juga bukan urusannya apalagi dia memang tak mau berurusan dengan Dante selama akhir pekan ini karena ingin menghabiskan waktu bersama dengan sang ibu. Tapi lagi-lagi Lana tak bisa membiarkan Dante kesakitan sendirian. Sehingga tadi ia meminta izin kepada ibunya untuk pergi sebentar dan untung saja ibunya tak banyak bicara sehingga Lana pun segera datang ke apartemennya Dante. Tanpa menunggu lama Lana langsung masuk ke apartemen Dante karena ia tahu password unit milik Dante. "Dante," panggil Lana ketika masuk ke apartemen milik Dante. Tak ada jawaban dari Dante ketika Lana memanggilnya dan itu membuat Lana semakin khawatir dengan keadaan Dante. Ia pun mulai mencari keberadaan Dante hingga tanpa diduga ia melihat Dante tidur di sofa di ruang televisi. Lana pun segera menghampiri Dante untuk melihat keadaan Dante. "Dante kenapa kamu tidur disini?" tanya Lana dengan
Di kamar sebuah apartemen tampak sepasang wanita dan juga laki-laki sedang terlelap tidur dengan nyenyaknya. Sang wanita tampak nyenyak dalam pelukan sang laki-laki sedangkan sang lelaki tampak begitu posesif memeluk sang wanita seakan-akan takut terjadi sesuatu yang buruk kepada sang wanita. Setelah semalam sang lelaki harus merasakan rasa yang tak nyaman akibat ia tiba-tiba merasa sakit tapi berkat perawatan dari wanita yang sekarang sedang dipeluknya ini membuat kondisi tubuhnya sudah jauh lebih baik lagi. Perlahan-lahan sang laki-laki terlebih dahulu terbangun dari tidurnya dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah wanita yang membuatnya benar-benar tak bisa mengalihkan lagi pemandangannya kepada wanita lainnya karena ia sudah terpikat dengan sosok wanita yang dulunya ia pikir hanya untuk memuaskan gairahnya saja tapi seiring berjalannya waktu semuanya berubah. Dari hari ke hari laki-laki itu merasakan bahwa ia begitu sangat bergantung dengan sosok wanita yang tanpa sada
Lana sekarang sudah berada di dalam taksi dan dalam perjalanan menuju rumahnya. Ketika bersiap pulang tadi lagi-lagi Dante mengatakan sebuah pernyataan yang benar-benar tak Lana duga dan pernyataan yang dikatakan oleh Dante itu membuat Lana semakin bingung dengan hubungannya bersama dengan Dante. Dan hal itu membuat Lana tak tahu berbuat apa. Ketika Lana sedang bingung dengan pemikirannya sendiri tiba-tiba ponselnya berbunyi dan ada nama Fina tertera disana."Halo Fina," jawab Lana ketika mengangkat telepon dari sang sahabat."Lana kamu bilang sama ibu kamu kalau kamu semalam menginap di rumah aku ya? Soalnya tadi ibu kamu telepon aku dan menanyakan soal kamu karena ibu kamu telepon kamu gak kamu angkat jadi telepon aku. Aku tadi kaget ketika mendengar perkataan dari ibu kamu jadi aku bilang aja kalau kamu lagi di kamar mandi jadi gak mengangkat telepon dari ibu kamu. Memangnya sekarang kamu ada dimana?" tanya Fina langsung.