Share

Mencari Cara

Author: Giovanna Bee
last update Last Updated: 2023-02-28 10:56:07

"Aku bukan khayalan, Jasmine. Bagaimana kalau kucarikan psikiater yang bagus untukmu?" Nathan mengernyit.

"Sejak awal aku sudah tahu kamu bukan khayalan, Sayang. Kamu selalu kembali kepadaku. Aku tidak butuh psikiater atau apa pun, asal aku mendapatkan hatimu kembali." Jasmine melangkah maju.

"Wanita keras kepala. Sadar, Jasmine, semua itu hanya dalam duniamu sendiri." Nathan mendorong wanita itu mundur.

"Salah. Dunia kita berdua." Wanita itu tersenyum licik.

Nathan mengernyit. Nalurinya mengatakan ada yang tidak beres, ditambah lagi jantungnya berdebar abnormal. Barulah dia sadar bahwa aroma parfum yang dipakai Jasmine mengandung obat bius.

"Berani sekali kau, mencoba membiusku?" Nathan menggertakkan gigi.

"Oh, kamu menyadarinya? Sedikit terlambat, bukan? Kamu tidak akan bisa melawannya, Nathan. Ini terlalu kuat untukmu. Bahkan Jonathan pun kesulitan mengatasinya." Wajah Jasmine berbinar.

Lelaki itu mencengkeram tangan Jasmine yang hendak menyentuhnya.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Wanita Sang Presdir   Jatuh Sakit

    "Bad idea, Angel. Really-really bad idea." Nathan menekan pelipis. Baru kali ini gagasan Angeline tidak berkenan di hatinya. "Pikirkan dulu, Nath. Kalau dia sudah sembuh, atau minimal lebih baik, dia pasti tidak akan mengganggu kita lagi. Yang penting 'kan bagaimana supaya dia mau menerima penanganan psikiater," bujuk Angeline. Nathan menghela nafas, "Kita bicarakan lagi nanti. Tubuhku masih terasa tidak nyaman dan kepalaku sakit." "Perlu ke dokter?" "Sepertinya tidak perlu. Sepengetahuanku efeknya akan hilang sendiri. Sial sekali aku terjebak oleh wanita brengsek itu." Angeline mengernyit, "Mungkin seperti yang dulu terjadi pada Jonathan." "Hmm ... ya, bisa jadi." "Apa perlu bicara dengannya?" "Tidak perlu, Baby Girl. Aku istirahat sebentar, setelah itu kita pulang." Nathan kembali rebah, menarik serta Angeline bersamanya. Wanita itu kehilangan keseimbangan dan membentur dada Nathan. "Aduh, pelan-pelan, Nath," keluh Angeline. "Sorry," ucap

    Last Updated : 2023-03-02
  • Wanita Sang Presdir   Sang Antagonis

    Wanita yang duduk tegak di atas tempat tidur merengut sebal karena dilarang menjejakkan kaki di lantai. Berkali-kali dia berusaha turun, tapi berkali-kali juga Nathan menaikkan kembali kakinya. Angeline menatap penuh dendam terhadap lelaki yang sedang sibuk dengan laptop. "Nathan." Tidak ada reaksi. "Nathaaan." Tetap tidak ada reaksi. "Ih reseh," gerutunya. Lelaki itu pun menoleh dengan senyuman lebar, "Apa, Sayang?" "Aku panggil dari tadi kok diam saja?" tuduh Angeline. "Sabar, Baby Girl. Aku harus menonaktifkan kamera dulu. Lihat? Sedang meeting." Nathan memperlihatkan apa yang terjadi di layar laptop. "Makanya biarkan aku turun dong," bujuk wanita itu. "Kamu harus banyak istirahat." "Iya, tapi tidak seperti ini juga, kali? Aku seperti dipasung?" "Mau tanya dokter?" Angeline melengos, "Tidak usah. Dokternya pasti sependapat denganmu." Nathan meletakkan laptop di meja dan menghampiri Angeline, "Sekali ini dengarkanlah suami

    Last Updated : 2023-03-04
  • Wanita Sang Presdir   Membujuk Jasmine

    Malam menyelimuti ibukota dengan langit hitam sepekat tinta. Tidak tampak satu bintang pun, sedangkan bulan bersembunyi di balik awan mendung. Cuaca suram tidak mampu mempengaruhi suasana hati seorang wanita yang akan bertemu lelaki pujaan. Berkali-kali wanita itu menatap bayangan dirinya di cermin. Lekuk tubuhnya sempurna dibalut gaun merah pendek. Rambut hitam lurus tergerai menutupi punggung. "Akhirnya kamu kembali padaku, Nathan," gumam Jasmine pada cermin. "Malam ini kita akan bersenang-senang ... seperti malam-malam sebelumnya." Bibir merah itu melengkung membentuk senyum menggoda. "Kita akan bercinta sampai pagi, Sayang. Kamu tidak akan bisa menghindar lagi seperti waktu itu." Jasmine mengambil sebotol parfum khusus dan menyemprotkannya di tubuh. Waktu yang dijanjikan telah tiba. Tanpa terburu-buru Jasmine keluar dari suite untuk menuju ke cafe hotel tempatnya bertemu Nathan. Penampilan yang begitu menggoda menarik perhatian semua lelaki yang berpapasan, bah

    Last Updated : 2023-03-04
  • Wanita Sang Presdir   Terjadi Sesuatu

    Seperti gadis remaja yang sedang jatuh cinta Jasmine menggandeng Nathan kembali ke suite. Kebahagiaan meluap dalam hatinya karena akan menghabiskan waktu berdua dengan lelaki pujaan. Tanpa ada keraguan sedikit pun Jasmine menarik Nathan masuk. "Make love to me, Nathan." Lelaki itu mendorong Jasmine ke dinding, menahan kedua tangannya di atas kepala dan menciumnya seperti binatang kelaparan. Si wanita membalas dengan intensitas serupa. Sikap dominan Nathan membuat gairahnya melonjak pesat. Dia berusaha melepaskan kedua tangannya dari cengkeraman Nathan, tapi sia-sia. "Nathan ... lepaskan ...," lirih Jasmine. "Kau menyukainya, bukan?" Lelaki itu menyeringai jahat. Tangannya melingkar di leher si wanita. Jasmine menatap lelaki di hadapannya dengan tatapan mendamba, "Lakukan sesukamu, Sayang ...." Hal berikutnya yang terjadi adalah mereka berdua bergumul di tempat tidur. Jasmine menikmati perlakuan kasar si lelaki seperti yang biasa dia lakukan. Wanita itu tida

    Last Updated : 2023-03-06
  • Wanita Sang Presdir   Tidak Dapat Dipaksakan

    "Di mana bajingan itu?" "Dia menghilang, Bos. Baru saja ada di depan kami." Nathan menekan pelipis, "Lihat di belakang kalian." Sedetik kemudian terdengar suara-suara teriakan dari ujung percakapan seluler tersebut. Dari suara benturan yang terdengar sepertinya alat komunikasi milik anak buah Nathan jatuh di lantai mobil. Tidak ada yang bisa dilakukan selain menunggu. Hening selama beberapa saat ... "Kutunggu di gym-mu, Nathaniel." Terdengar suara dingin Jonathan. "Siapkan surat wasiat, Brengsek." Nathan menggertakkan gigi. Jonathan tertawa, kemudian hening dan hubungan terputus. Hati-hati sekali Nathan meletakkan handphone di atas meja. Tatapannya melayang ke arah Angeline yang tidur nyenyak. Jangan sampai wanitanya terbangun karena dia tidak mampu mengekang emosi. Motor sport Nathan melaju dengan kecepatan tinggi menembus hawa malam yang teramat dingin. Mata lelaki itu menatap lurus ke depan, penuh konsentrasi terhadap keadaan sekitar. Dengan

    Last Updated : 2023-03-07
  • Wanita Sang Presdir   Labuan Bajo

    Sekeluarga besar yang terdiri dari lima orang—Nathan, Angeline, Rafael, Gabriel, dan Mike—beserta Gloria dan pengawal pribadi masing-masing yang berjumlah empat orang berangkat bersama ke Labuan Bajo. Meskipun Jonathan dan Jasmine sudah tidak akan mengganggu, tapi Nathan tidak sampai hati berpisah dengan anak istri. Mereka berangkat pagi-pagi sekali dengan pesawat pribadi agar punya waktu bersantai sebelum pertemuan dimulai. Tidak sampai dua setengah jam pesawat mendarat di Bandara Komodo. Pihak penyelenggara sudah menyediakan beberapa minivan mewah untuk menjemput peserta. Perjalanan masih ditempuh cukup jauh dan membuat beberapa orang mabuk kendaraan. Nathan bangga melihat Rafael bertahan di tengah perjalanan yang sedikit tidak bersahabat itu. "Wow, baru kali ini aku mabuk darat," keluh Mike begitu mobil tiba di hotel tujuan. "Tandanya tubuhmu kurang fit. Kau kurang olahraga?" cetus Nathan. "Kakak Ipar, kamu tidak bermaksud mengajakku olahraga, 'kan?" Mike merin

    Last Updated : 2023-03-08
  • Wanita Sang Presdir   Sikap Aneh Leonard

    Rafael menguap lebar untuk kesekian kalinya. Angeline pun merasa bosan, tapi dia bertahan demi Nathan. Menurut jadwal acara akan berakhir empat puluh lima menit lagi. Masa mereka tidak bisa bertahan dalam waktu sesingkat itu? "Rafa bosan?" Nathan memiringkan tubuh ke arah putranya. "Bosan," kata anak kecil itu dengan suara nyaring. Semua orang menoleh. Mike menunduk menahan tawa. Keponakannya memang tahu cara menjadi pusat perhatian. "Tidak apa-apa. Kami bisa bertahan," bisik Angeline. Seolah menanggapi perkataan ibunya, Rafael mulai merengek. "Kita ke cafe dulu supaya dia tidak ngambek." Nathan beranjak dengan Rafael dalam gendongan. Angeline menghindari tatapan semua orang dan bergegas mengikuti Nathan sampai cafe yang dimaksud. Wajah Rafael berubah cerah begitu melihat segelas besar minuman coklat. Sekejap mata dia melupakan ayah ibunya. "Bahagia sekali jadi anak kecil." Nathan mengusap rambut putranya. "Kita dulu juga bahagia sebaga

    Last Updated : 2023-03-10
  • Wanita Sang Presdir   Hari Terakhir

    "Pokoknya jangan berkelahi. Sebisa mungkin hindari masalah, terutama Jonathan," ujar Angeline. "I know, Baby Girl." Nathan berdiri di depan cermin merapikan jas berwarna krem yang menjadi pilihan hari ini. Angeline memeluk suaminya erat-erat, "Aku dan Rafa di kamar saja. Kalau bosan paling kami ajak Gloria ke cafe." "Darman dan Heri kusuruh berjaga di sini, oke?" Nathan membalas pelukan itu. "Oke, Honey Bunny." Angeline tersenyum manis. Nathan tertegun, "Baby, aku jadi manis sekali?" Angeline tertawa, "Iya ya? My Honey Bunny. Habis kadang-kadang kamu lucu sih." "Oh ya? Tunggu sampai acara selesai. Akan kutunjukkan sesuatu yang lucu." Lelaki itu menyeringai penuh arti. "Siapa takut?" Angeline menarik kerah jas Nathan dan menciumnya. "I love you too, Baby Girl." "Come back soon, Honey Bunny," goda Angeline. "Oke, kupikir sebaiknya panggilan semanis itu jangan terdengar oleh orang lain selain kita berdua." "Kenapa?" Angeline pura-pura t

    Last Updated : 2023-03-11

Latest chapter

  • Wanita Sang Presdir   Sang Pewaris (End)

    "Bagaimana keadaan sekarang? Semuanya beres?" Angeline rebah di tempat tidur sambil bertelepon dengan Nathan. Sekarang waktunya santai karena anak-anak sudah tidur. "Tentu saja beres, Baby Girl. Tidak ada yang bisa lolos dalam pengawasanku. Kamu sedang apa sekarang? Dua hari di sini aku sangat merindukanmu." Ada nada menggoda dalam suara Nathan. Angeline tertawa kecil, "Dasar kamu. Besok 'kan ketemu? Aku baru selesai mandi nih. Siap-siap mau tidur." "Apa yang kamu pakai sekarang?" lirih Nathan. "Kaosmu, Sayang," kata Angeline dengan nada menggoda. Nathan mengerang, "Aku akan terbang pulang sekarang juga." "Serius kamu? Tidak bisa tunggu besok pagi?" "Aku selalu serius kalau menyangkut istriku." "Memang sudah tidak ada urusan yang tertinggal? Bagaimana dengan Mike? Dia yang menemani kamu loh, bukan sebaliknya." "Akan kubawa dia pulang." "Astaga, Nathan. Kamu benaran sudah tidak tahan ya?" "You know me, Baby Girl. See you in two hours."

  • Wanita Sang Presdir   Tatapan Raja Neraka

    Suasana hening nan syahdu menggantung di udara, khususnya di depan sebuah makam batu besar dengan patung malaikat di atasnya. Pada nisan yang terbuat dari marmer hitam terukir nama Cornelia Wayne. Sebuah foto berbentuk oval yang sudah memudar tertempel di bagian atas nama tersebut. Tidak ada seorang pun bersuara. Bahkan Rafael dan Olivia pun sangat tenang seolah memahami kekhidmatan yang sedang terjadi di antara orang dewasa. "Baiklah. Kita kembali." Suara Jeremy memecah keheningan. Ruby menatap heran, "Sudah?" Jeremy membalas tatapan itu, "Iya. Sudah. Aku tidak pernah berlama-lama di sini. Lagipula dia juga tidak menuntutku untuk tetap tinggal." "Heiiiii, apa yang kamu katakan? Memangnya boleh bicara seperti itu? Memangnya kamu bisa dengar bisikan darinya?" Ruby mengibaskan tangan di udara seperti mengusir lalat. Lelaki yang rambutnya telah memutih itu tertawa, "Tentu saja tidak. Maksudku, aku tidak akan menahanmu berlama-lama di sini. Cornelia telah damai

  • Wanita Sang Presdir   Liburan Hampir Usai

    "Hei, hati-hati Rafa. Adikmu masih terlalu kecil." Jeremy mengingatkan karena cemas melihat kedua cucunya berlarian dengan kecepatan tinggi. "Okay, Opa!" Rafael berhenti berlari. "Aaaahhh! Ayo, Kakak, run!" rajuk Olivia. "Oliv, duduk dulu sini. Kamu sudah lari-larian dari tadi!" Angeline buka suara. Sambil merengut anak perempuan kecil itu berjalan ke sofa. Wajah mungilnya terlihat menggemaskan dengan pipi menggembung, membuat Ruby—yang duduk di sebelah Angeline—tidak tahan untuk menariknya duduk di pangkuan. "Gemas sekali sih? Anak siapa sih ini?" Angeline meringis melihat Ruby mencubit gemas pipi putrinya. "Omaaa, tidak mau! Sakit!" protes Olivia. "Oh, sakit ya? Sorry, habisnya kamu lucu sih. Sorry ya anak manis. Oliv mau apa? Oma punya home made ice cream. Coba tanya Mama, Oliv boleh makan ice cream, tidak?" Ruby melirik Angeline. Mendengar itu Olivia langsung menoleh dan memberikan tatapan penuh harap pada sang ibu, "Mama, can I eat ice crea

  • Wanita Sang Presdir   Kejutan

    Tercipta keheningan yang membuat semua orang tidak nyaman, khususnya Cedrick. Kali ini dia terperangkap oleh kata-katanya sendiri. Maksud hati mau menggertak, tapi orang-orang ini ternyata tidak mempan gertakan. Bagaimana mungkin seorang General Manager bisa begitu saja menelepon pemilik hotel secara pribadi? Bertemu saja tidak pernah! "Bagaimana? Tidak bisa? Bukankah hubungan kalian sangat baik?" sinis Angeline. "Ah, Nyonya. Mungkin Anda kurang paham, tapi secara struktur organisasi jalur komunikasi tidak semudah itu. Kami memang dapat berbicara langsung dengan beliau, setelah melalui perjanjian di sela jadwal beliau yang sangat padat." Cedrick tersenyum. Nathan menahan tawa. Seandainya lelaki paruh baya ini tahu siapa yang sedang dia hadapi. "Baiklah. Kalau Anda tidak mau biar saya saja." Angeline menoleh, "Nath, tolong." "My pleasure." Nathan mengambil handphone. Ketegangan menggantung di udara. Cedrick menyembunyikan kegelisahannya dengan sangat baik di

  • Wanita Sang Presdir   General Manager

    Kekhawatiran Nathan tidak beralasan. Ternyata Angeline bisa menerima kenyataan bahwa hotel di bawah naungan Golden Yue Group ini adalah miliknya. Namun, Nathan merasa ada tujuan lain di balik ketenangan sang istri. "Apa sih?" cetus Angeline yang merasa gerah karena selama satu jam terakhir Nathan menempel padanya seperti lintah. "Aku hanya penasaran kenapa kamu tidak bereaksi negatif lagi. Bukankah kamu tidak ingin memiliki bagian apa pun dari Golden Yue?" Nathan mengungkung Angeline yang sedang berdiri di counter. "Cuma satu hotel, 'kan? Lagipula bukan aku yang menanganinya, melainkan kamu." Jemari lentik wanita itu menyusuri garis rahang suaminya. Nathan tersenyum, "Memang benar. Aku telah bekerja di balik layar sejak beberapa bulan terakhir. Kuakui dunia perhotelan ternyata rumit." "Oh ya? Apakah Anda kesulitan menghadapinya, Tuan Wayne?" Jemari Angeline bergerak turun ke dada bidang Nathan. "Tidak sesulit menebak pikiranmu, Baby Girl." Angeline ters

  • Wanita Sang Presdir   Pemilik Hotel

    Aroma percintaan yang masih tersisa di ruang tamu suite tersingkir oleh aroma penyegar ruangan yang disemprotkan Angeline. Dia menatap puas ke sekeliling ruangan. Jangan sampai Rafael atau Olivia curiga ada sesuatu yang terjadi di sini. "Hei, Baby Girl," sapa Nathan yang baru selesai mandi dan berpakaian santai. Rambut berpotongan rapi itu masih terlihat basah dan seksi. "Hei juga." Angeline bergidik saat sepasang lengan lelaki itu memeluknya dari belakang. "Kamu tidak lelah? Tidurlah sebentar." Nathan menciumi leher sang istri. "Iya, mau tidur. Ini tanganmu ya, tolong dikendalikan. Tidak cukup semalam suntuk bercinta?" Angeline pura-pura mengomel. Nathan terkekeh tanpa terburu-buru memindahkan tangan yang sedang menikmati kelembutan tubuh wanitanya, "Ini namanya gerak refleks, Baby Girl. Lagipula sesuatu yang indah tidak boleh disia-siakan." "Ya sudah, tidur deh sebelum kamu terinspirasi untuk berbuat lagi. Semalam habis berapa bungkus pengaman tuh? Dasar

  • Wanita Sang Presdir   Memperoleh Informasi

    "Serius? Satu minggu? Dua minggu?" Angeline melongo. "Tidak masalah, 'kan? Selama ada bos yang menanggung biaya menginap?" Nathan tersenyum miring. "Iya sih, tapi memangnya kita mau menyelidiki sedalam apa? Oke lah, mungkin ada masalah sedikit dengan stok bahan makanan di restoran dan sumber daya manusia. Tapi kurasa ...." Angeline terlihat ragu. "Baby Girl, kamu meragukan argumenmu sendiri." "Iya yah? Kamu sih." "Hmm? Sampai sekarang tetap salahku?" Nathan menahan senyum. "Iya dong. Masa aku mau menyalahkan waitress tadi?" Wanita itu mengerucutkan bibir. Nathan tertawa, "Masih keki? Sudah kubilang, mereka akan terkena serangan jantung kalau tahu siapa kamu sebenarnya." "Aku tidak mau, Nath. Hidupku cukup damai sebagai istrimu. Jangan ditambah lagi." "Baiklah. Lupakan dulu hal itu. Bagaimana kalau sekarang kita makan siang di luar sebelum anak-anak unjuk rasa? Rafa sudah diam tanda kelaparan," ujar Nathan. "Oke. Setuju." Maka sepanjan

  • Wanita Sang Presdir   Investigator

    Malam berlalu menuju subuh. Langit menjadi saksi akan sebuah pergumulan panas yang baru saja berakhir di kamar lantai dua. Sepasang pelaku pergumulan rebah tumpang tindih dengan nafas terengah. "Sial ... itu terakhir kalinya aku membiarkanmu berbuat sesuka hati," desis Angeline yang kehabisan tenaga. Nathan terkekeh, "You're welcome, Baby Girl." "Sana sedikit, aku tidak bisa bernafas." "Ya, sebentar." "Nathan ...." "What? Aku sedang menikmati kehangatan istriku tersayang." Detik berikutnya Nathan mengaduh kesakitan karena Angeline mencubitnya keras-keras. Mau tidak mau dia berguling ke samping. "Rasain." Angeline tertawa kecil. "Why? Kamu seperti ada dendam denganku." Nathan menggosok-gosok pinggangnya yang memerah. "Oh, sakit ya? Poor Nathan." Terdorong oleh sedikit rasa bersalah Angeline melihat keadaan suaminya. "Iya, sakit. Cubitanmu keras sekali," rajuk Nathan. "Sorry." "Aku butuh ciuman." Cubitan berikutnya membuat Nath

  • Wanita Sang Presdir   Permintaan Mike

    Makan siang tersaji di meja makan. Nathan sekeluarga duduk manis menyantap hasil masakan Johan yang sudah tidak diragukan rasanya. Rafael bahkan sampai menambah dua kali! Sementara Olivia yang sudah kenyang masih asyik menyeruput kaki kepiting. "By the way, Jonathan menghubungimu tidak? Aku penasaran bagaimana perkembangan mereka setelah enam bulan tidak bertemu," ujar Angeline. Sambil mengobrol tangannya sibuk membersihkan ceceran kulit kepiting di meja. "Baby Girl, kenapa kamu harus membicarakan orang itu sekarang? Dia hanya melenyapkan nafsu makanku." "Oh, sorry ... lupakan saja kalau begitu." Angeline meringis. Nathan tersenyum simpul, "Kudengar mereka berdua nyaman tinggal di Labuan Bajo." "Jadi dia menghubungimu?" "Kamu lupa aku punya mata dimana-mana?" Angeline menepuk jidat, "Astaga. Benar juga. Terlalu lama hidup berdua membuatmu terlihat normal." Nathan tertegun, "Apa? Selama ini aku tidak normal?" "Uhm ... Rafa, tolong sendoknya satu

DMCA.com Protection Status