Home / Romansa / Wanita Sang Presdir / Lelaki Bertato Naga

Share

Lelaki Bertato Naga

Author: Giovanna Bee
last update Last Updated: 2023-01-23 11:05:02

Dari tempat tidur Angeline memandangi Nathan dan Gabriel yang sedang berbicara di sofa penunggu pasien. Ekspresi mereka tampak datar, tapi dari gestur Nathan dia bisa menebak bahwa masih terjadi perdebatan antara dua lelaki itu.

"Papa memang overprotektif ya?" tanya Angeline pada Mike yang duduk bersila di ujung tempat tidur.

Mike mendongak dan menyeringai, "Seperti yang Kakak lihat. Dia begitu juga terhadapku."

"Bagaimana terhadap istrinya?"

"Seperti itu."

Angeline menghela nafas, "Lelaki-lelaki ini perlu dilatih untuk tidak posesif. Nathan sudah membuatku sibuk, masa harus tambah satu lagi?"

Mike meletakkan handphone yang sedari tadi dimainkan, "Mungkin karena papa tidak berada pada habitatnya. Di Jakarta dia tidak memiliki kekuasaan seperti di Macau, jadi ada kekhawatiran bahwa dirinya tidak dapat cukup melindungi kita."

"Hmm ... Bisa dimengerti sih. Kamu tidak merasa sikapnya berlebihan?" tanya Angeline.

"Kakak, aku sudah terbiasa melihatnya sep
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Wanita Sang Presdir   Dua Hari Lagi

    Matahari telah tinggi di langit saat Nathan kembali ke penthouse. Jaket yang dipakai tidak dapat menutupi noda merah di beberapa bagian tubuhnya. Tanpa berucap apa pun pada Gabriel dan Mike, dia masuk ke kamar untuk memeriksa keadaan Angeline. Melihat wanita itu masih pulas dia langsung menuju kamar mandi. Jangan sampai Angeline melihatnya dalam keadaan seperti ini. Gabriel mengernyit, "Menurutmu dia berhasil mendapatkan informasi?" "Kelihatannya," sahut Mike. "Kurasa Angel tidak tahu sisi gelap Nathan," ujar Gabriel. Mike mengangkat bahu. Gerakan di permukaan kasur membuat Angeline terbangun. Sepasang mata indah itu langsung menangkap sosok Nathan yang duduk di tepi tempat tidur. Angeline pun beringsut mendekat, memeluk lengan si suami dengan manja. "Aku tidur lama ya?" lirihnya. "Cukup lama." Nathan membelai rambut wanitanya yang tergerai selembut sutra. "Baru sekarang badanku terasa pegal-pegal. Padahal tadi pagi masih tidak apa-apa," keluh Angel

    Last Updated : 2023-01-23
  • Wanita Sang Presdir   Wedding Crasher

    "Ini sebabnya aku nggak suka pakai make up," keluh Angeline yang kelopak matanya terasa tidak nyaman setelah penggunaan eyeliner. "Sabar ya, Angel. Demi peristiwa sekali seumur hidup. Pak Nathan pasti akan semakin jatuh cinta padamu," hibur Cindy. Angeline meringis, "Kamu benar. Kapan lagi aku full make over seperti ini kalau bukan jadi pengantin? Untung acaranya cuma dua jam." "Habis ini kalian honeymoon lagi kah?" Cindy penasaran. "Nggak lah. Kan tempo hari sudah. Masa dua kali?" Angeline tersenyum malu. Cindy tertawa, "Sudah lewatin malam pertama kok masih malu-malu?" "Aku malu sama pekerjaan, Cin. Sepertinya Nathan jadi sering bolos kerja gara-gara aku." "Iya, memang sih, tapi sampai hari ini nggak ada pekerjaan menumpuk di mejanya. Hebat bos kita itu. Eh, salah, suamimu." Satu jam kemudian rampunglah hasil karya sang make up artist. Seperti kata Cindy, Angeline terlihat sangat cantik, berkilau bak peri menjelma menjadi manusia. Rambut panjangny

    Last Updated : 2023-01-25
  • Wanita Sang Presdir   Akhir Dari Kejahatan

    "Uhm ... lebih cepat ...." Nathan melakukan sesuai keinginan Angeline. Matanya tidak lepas menatap wajah si wanita yang merona dengan ekspresi menggoda. "A–aku hampir ...." "Tunggu aku, Baby Girl," bisik Nathan. Dia membungkuk dan memeluk erat. Angeline menancapkan kukunya di punggung Nathan saat gelombang puncak menerpa. Rohnya seolah meninggalkan raga untuk beberapa detik. Denyut kehidupan mereka berdua menemukan keselarasan dalam waktu yang teramat singkat tersebut, kemudian keduanya rebah kehabisan tenaga. "Pengaruh obatnya cukup kuat. Kamu baik-baik saja?" tanya Nathan. Angeline mengangguk lemah. "Istirahatlah. Kita sudah melalui hari yang panjang." Nathan membelai wajah si wanita. "Nathan ... Kamu terluka." Tangan Angeline gemetar menyentuh pelipis kiri lelaki itu. Darah yang sudah mengering membentuk garis merah sampai ke rahang. "Iya kah? Aku tidak merasakan apa-apa." Nathan tersenyum. Jari-jari lentik Angeline menyusuri sisi wajah h

    Last Updated : 2023-01-25
  • Wanita Sang Presdir   Negosiasi

    Ketika Nathan tiba kembali di suite hotel malam sudah teramat larut. Dilihatnya Mike sudah terlelap di sofa. Dibiarkannya lelaki itu tidur dengan tenang. Dia bergegas ke kamar untuk melihat keadaan Angeline. Betapa lega hatinya melihat sang istri tidur nyenyak. Nathan melepas baju yang dia pakai dan perlahan menyusup masuk ke dalam selimut. Lengannya memeluk tubuh mungil itu, menikmati sentuhan langsung antara kulit, juga kehangatan dan aroma tubuh yang telah menjadi candu baginya. "Uh ... Nathan?" Angeline terbangun. "Yes, Baby Girl," bisik Nathan. Angeline berbalik menghadap lelaki itu. Tatapannya sayu karena baru terbangun dari tidur nyenyak. Segera saja dia melekat manja pada Nathan. "Urusanmu sudah beres?" gumam Angeline. "Semua beres. Tidak akan ada lagi yang mengganggu kita." Nathan menarik tubuh mungil itu lebih dekat lagi. "Hmm ... baguslah ...." "Lama menungguku?" tanya Nathan. "Iya, lama sekali. Untung ada Mike yang menemani." Angelin

    Last Updated : 2023-01-26
  • Wanita Sang Presdir   Siapa Wanita Itu?

    "Nath, menurutmu apa yang akan terjadi jika kita ke rumah papa?" tanya Angeline yang sedang menikmati rasa aman berada dalam pelukan Nathan. "Selalu ada dua kemungkinan, baik atau buruk. Sulit untuk ditebak mana yang lebih dominan, maka kamu harus siap mental untuk keduanya." "Perlukah? Aku 'kan tidak menetap di sana?" Nathan tersenyum, "Kamu belum mengenal papamu, Baby Girl. Demikian juga situasi keluarga besarnya. Memang benar, kita tidak akan lama di sana, jadi kemungkinan kita tidak akan melihat wajah asli mereka. Namun, tidak ada salahnya berjaga-jaga." Angeline tertegun, "Memangnya papaku kenapa?" "Hmm ... Sebaiknya kita tidur sekarang kalau besok mau bangun pagi." Nathan mencium leher wanitanya dari belakang. "Ih, jawab dulu pertanyaanku," cetus Angeline. "Besok saja." "Nathan. Kamu curang." "Ini disebut memenangkan negosiasi." "Negosiasi apaan?? Itu mah mengakhiri secara sepihak," protes Angeline. "Energimu masih banyak?" Ang

    Last Updated : 2023-01-26
  • Wanita Sang Presdir   Dua Garis!

    Suasana tegang terasa pekat di dalam ruangan Nathan. Mereka berdua tengah duduk tegak di hadapan laptop, menunggu seseorang menjawab video call. Saking gelisahnya Angeline menarik-narik lengan kemeja Nathan sampai kusut. "Mungkin mereka belum sampai?" tanya Angeline. "Tidak mungkin. Pesawat jet pribadi lebih cepat dari penerbangan konvensional," sahut Nathan. Angeline mengerucutkan bibir sambil menatap layar yang masih hitam. Kalau bisa bicara laptop Nathan pasti akan protes karena salah tingkah dipelototi sedemikian rupa. Setelah beberapa menit yang menegangkan akhirnya muncul gambar di layar. "Angel, aku sudah baca pesan singkatmu. Kalian menangkap orangnya?" tanya Gabriel tanpa berbasa-basi. "Tidak. Dia berhasil kabur. Papa tahu siapa dia?" Diam sesaat. "Papa, logat bicaranya persis kalian," desak Angeline. "Nathan, kamu bisa menjamin keselamatan Angeline?" Alih-alih menjawab pertanyaan Angeline, Gabriel malah bertanya pada Nathan. "Tidak

    Last Updated : 2023-01-27
  • Wanita Sang Presdir   Jack dan Rose

    Angeline berjuang menahan rasa kantuk. Tidak disangka Nathan akan benar-benar menariknya ikut meeting sebagai perwujudan atas janji untuk melindungi istri dan anak dalam kandungan. Sumpah, meeting yang tidak terlalu dipahami ini benar-benar membosankan. Angeline heran kenapa Nathan bisa tetap serius mendengar presentasi para manager. Oh, Nathan juga serius memotong presentasi-presentasi itu karena sudah bisa menebak kesimpulan akhir. Para manager yang malang hanya bisa meringis cemas. Penasaran, Angeline menjulurkan kaki ke sebelah untuk menyentuh kaki Nathan. Lelaki itu menoleh sekilas tanpa menunjukkan ekspresi. Jantung Angeline berdebar karena wajah Nathan yang serius terlihat menyeramkan. Namun, diam-diam lelaki itu memindahkan tangan ke bawah meja untuk menggenggam tangannya. Angeline menahan senyum. Jangan sampai peserta meeting menyadari ada hal aneh yang terjadi. Meeting yang seharusnya berjalan lebih lama dipersingkat menjadi satu setengah jam saja. Nathan tid

    Last Updated : 2023-01-27
  • Wanita Sang Presdir   Penyusup

    "Tunggu, kamu ngapain?" "Meringankan bebanmu, Baby Girl." Dengan cueknya Nathan membopong Angeline keluar dari ruangan Presiden Direktur. Cindy yang sedang merapikan meja dan bersiap turun ke kantin untuk makan siang tercengang melihat Bos Besar berperilaku seperti pengantin baru. Dia menahan senyum melihat wajah Angeline yang salah tingkah. "Uhm ... aku masih bisa jalan sendiri loh?" protes Angeline. "Kamu sudah terlalu banyak berdiri dan berjalan hari ini. Saatnya istirahat." Nathan masuk ke lift diikuti dua orang pengawal pribadi. "Tapi—" "Aku tidak peduli kata orang." Nathan tersenyum. Angeline merengut, "Sebal." "Kenapa sebal?" "Pokoknya sebal saja." Angeline melengos. "Jangan berpikir negatif, Baby Girl. Kasihan anak kita." "Iya, aku tahu. Habisnya kamu ...." Pintu lift terbuka di lantai dasar. Presiden Direktur yang berjalan santai dengan sang istri dalam gendongannya menarik perhatian semua orang. Kapan lagi bisa melihat keja

    Last Updated : 2023-01-28

Latest chapter

  • Wanita Sang Presdir   Sang Pewaris (End)

    "Bagaimana keadaan sekarang? Semuanya beres?" Angeline rebah di tempat tidur sambil bertelepon dengan Nathan. Sekarang waktunya santai karena anak-anak sudah tidur. "Tentu saja beres, Baby Girl. Tidak ada yang bisa lolos dalam pengawasanku. Kamu sedang apa sekarang? Dua hari di sini aku sangat merindukanmu." Ada nada menggoda dalam suara Nathan. Angeline tertawa kecil, "Dasar kamu. Besok 'kan ketemu? Aku baru selesai mandi nih. Siap-siap mau tidur." "Apa yang kamu pakai sekarang?" lirih Nathan. "Kaosmu, Sayang," kata Angeline dengan nada menggoda. Nathan mengerang, "Aku akan terbang pulang sekarang juga." "Serius kamu? Tidak bisa tunggu besok pagi?" "Aku selalu serius kalau menyangkut istriku." "Memang sudah tidak ada urusan yang tertinggal? Bagaimana dengan Mike? Dia yang menemani kamu loh, bukan sebaliknya." "Akan kubawa dia pulang." "Astaga, Nathan. Kamu benaran sudah tidak tahan ya?" "You know me, Baby Girl. See you in two hours."

  • Wanita Sang Presdir   Tatapan Raja Neraka

    Suasana hening nan syahdu menggantung di udara, khususnya di depan sebuah makam batu besar dengan patung malaikat di atasnya. Pada nisan yang terbuat dari marmer hitam terukir nama Cornelia Wayne. Sebuah foto berbentuk oval yang sudah memudar tertempel di bagian atas nama tersebut. Tidak ada seorang pun bersuara. Bahkan Rafael dan Olivia pun sangat tenang seolah memahami kekhidmatan yang sedang terjadi di antara orang dewasa. "Baiklah. Kita kembali." Suara Jeremy memecah keheningan. Ruby menatap heran, "Sudah?" Jeremy membalas tatapan itu, "Iya. Sudah. Aku tidak pernah berlama-lama di sini. Lagipula dia juga tidak menuntutku untuk tetap tinggal." "Heiiiii, apa yang kamu katakan? Memangnya boleh bicara seperti itu? Memangnya kamu bisa dengar bisikan darinya?" Ruby mengibaskan tangan di udara seperti mengusir lalat. Lelaki yang rambutnya telah memutih itu tertawa, "Tentu saja tidak. Maksudku, aku tidak akan menahanmu berlama-lama di sini. Cornelia telah damai

  • Wanita Sang Presdir   Liburan Hampir Usai

    "Hei, hati-hati Rafa. Adikmu masih terlalu kecil." Jeremy mengingatkan karena cemas melihat kedua cucunya berlarian dengan kecepatan tinggi. "Okay, Opa!" Rafael berhenti berlari. "Aaaahhh! Ayo, Kakak, run!" rajuk Olivia. "Oliv, duduk dulu sini. Kamu sudah lari-larian dari tadi!" Angeline buka suara. Sambil merengut anak perempuan kecil itu berjalan ke sofa. Wajah mungilnya terlihat menggemaskan dengan pipi menggembung, membuat Ruby—yang duduk di sebelah Angeline—tidak tahan untuk menariknya duduk di pangkuan. "Gemas sekali sih? Anak siapa sih ini?" Angeline meringis melihat Ruby mencubit gemas pipi putrinya. "Omaaa, tidak mau! Sakit!" protes Olivia. "Oh, sakit ya? Sorry, habisnya kamu lucu sih. Sorry ya anak manis. Oliv mau apa? Oma punya home made ice cream. Coba tanya Mama, Oliv boleh makan ice cream, tidak?" Ruby melirik Angeline. Mendengar itu Olivia langsung menoleh dan memberikan tatapan penuh harap pada sang ibu, "Mama, can I eat ice crea

  • Wanita Sang Presdir   Kejutan

    Tercipta keheningan yang membuat semua orang tidak nyaman, khususnya Cedrick. Kali ini dia terperangkap oleh kata-katanya sendiri. Maksud hati mau menggertak, tapi orang-orang ini ternyata tidak mempan gertakan. Bagaimana mungkin seorang General Manager bisa begitu saja menelepon pemilik hotel secara pribadi? Bertemu saja tidak pernah! "Bagaimana? Tidak bisa? Bukankah hubungan kalian sangat baik?" sinis Angeline. "Ah, Nyonya. Mungkin Anda kurang paham, tapi secara struktur organisasi jalur komunikasi tidak semudah itu. Kami memang dapat berbicara langsung dengan beliau, setelah melalui perjanjian di sela jadwal beliau yang sangat padat." Cedrick tersenyum. Nathan menahan tawa. Seandainya lelaki paruh baya ini tahu siapa yang sedang dia hadapi. "Baiklah. Kalau Anda tidak mau biar saya saja." Angeline menoleh, "Nath, tolong." "My pleasure." Nathan mengambil handphone. Ketegangan menggantung di udara. Cedrick menyembunyikan kegelisahannya dengan sangat baik di

  • Wanita Sang Presdir   General Manager

    Kekhawatiran Nathan tidak beralasan. Ternyata Angeline bisa menerima kenyataan bahwa hotel di bawah naungan Golden Yue Group ini adalah miliknya. Namun, Nathan merasa ada tujuan lain di balik ketenangan sang istri. "Apa sih?" cetus Angeline yang merasa gerah karena selama satu jam terakhir Nathan menempel padanya seperti lintah. "Aku hanya penasaran kenapa kamu tidak bereaksi negatif lagi. Bukankah kamu tidak ingin memiliki bagian apa pun dari Golden Yue?" Nathan mengungkung Angeline yang sedang berdiri di counter. "Cuma satu hotel, 'kan? Lagipula bukan aku yang menanganinya, melainkan kamu." Jemari lentik wanita itu menyusuri garis rahang suaminya. Nathan tersenyum, "Memang benar. Aku telah bekerja di balik layar sejak beberapa bulan terakhir. Kuakui dunia perhotelan ternyata rumit." "Oh ya? Apakah Anda kesulitan menghadapinya, Tuan Wayne?" Jemari Angeline bergerak turun ke dada bidang Nathan. "Tidak sesulit menebak pikiranmu, Baby Girl." Angeline ters

  • Wanita Sang Presdir   Pemilik Hotel

    Aroma percintaan yang masih tersisa di ruang tamu suite tersingkir oleh aroma penyegar ruangan yang disemprotkan Angeline. Dia menatap puas ke sekeliling ruangan. Jangan sampai Rafael atau Olivia curiga ada sesuatu yang terjadi di sini. "Hei, Baby Girl," sapa Nathan yang baru selesai mandi dan berpakaian santai. Rambut berpotongan rapi itu masih terlihat basah dan seksi. "Hei juga." Angeline bergidik saat sepasang lengan lelaki itu memeluknya dari belakang. "Kamu tidak lelah? Tidurlah sebentar." Nathan menciumi leher sang istri. "Iya, mau tidur. Ini tanganmu ya, tolong dikendalikan. Tidak cukup semalam suntuk bercinta?" Angeline pura-pura mengomel. Nathan terkekeh tanpa terburu-buru memindahkan tangan yang sedang menikmati kelembutan tubuh wanitanya, "Ini namanya gerak refleks, Baby Girl. Lagipula sesuatu yang indah tidak boleh disia-siakan." "Ya sudah, tidur deh sebelum kamu terinspirasi untuk berbuat lagi. Semalam habis berapa bungkus pengaman tuh? Dasar

  • Wanita Sang Presdir   Memperoleh Informasi

    "Serius? Satu minggu? Dua minggu?" Angeline melongo. "Tidak masalah, 'kan? Selama ada bos yang menanggung biaya menginap?" Nathan tersenyum miring. "Iya sih, tapi memangnya kita mau menyelidiki sedalam apa? Oke lah, mungkin ada masalah sedikit dengan stok bahan makanan di restoran dan sumber daya manusia. Tapi kurasa ...." Angeline terlihat ragu. "Baby Girl, kamu meragukan argumenmu sendiri." "Iya yah? Kamu sih." "Hmm? Sampai sekarang tetap salahku?" Nathan menahan senyum. "Iya dong. Masa aku mau menyalahkan waitress tadi?" Wanita itu mengerucutkan bibir. Nathan tertawa, "Masih keki? Sudah kubilang, mereka akan terkena serangan jantung kalau tahu siapa kamu sebenarnya." "Aku tidak mau, Nath. Hidupku cukup damai sebagai istrimu. Jangan ditambah lagi." "Baiklah. Lupakan dulu hal itu. Bagaimana kalau sekarang kita makan siang di luar sebelum anak-anak unjuk rasa? Rafa sudah diam tanda kelaparan," ujar Nathan. "Oke. Setuju." Maka sepanjan

  • Wanita Sang Presdir   Investigator

    Malam berlalu menuju subuh. Langit menjadi saksi akan sebuah pergumulan panas yang baru saja berakhir di kamar lantai dua. Sepasang pelaku pergumulan rebah tumpang tindih dengan nafas terengah. "Sial ... itu terakhir kalinya aku membiarkanmu berbuat sesuka hati," desis Angeline yang kehabisan tenaga. Nathan terkekeh, "You're welcome, Baby Girl." "Sana sedikit, aku tidak bisa bernafas." "Ya, sebentar." "Nathan ...." "What? Aku sedang menikmati kehangatan istriku tersayang." Detik berikutnya Nathan mengaduh kesakitan karena Angeline mencubitnya keras-keras. Mau tidak mau dia berguling ke samping. "Rasain." Angeline tertawa kecil. "Why? Kamu seperti ada dendam denganku." Nathan menggosok-gosok pinggangnya yang memerah. "Oh, sakit ya? Poor Nathan." Terdorong oleh sedikit rasa bersalah Angeline melihat keadaan suaminya. "Iya, sakit. Cubitanmu keras sekali," rajuk Nathan. "Sorry." "Aku butuh ciuman." Cubitan berikutnya membuat Nath

  • Wanita Sang Presdir   Permintaan Mike

    Makan siang tersaji di meja makan. Nathan sekeluarga duduk manis menyantap hasil masakan Johan yang sudah tidak diragukan rasanya. Rafael bahkan sampai menambah dua kali! Sementara Olivia yang sudah kenyang masih asyik menyeruput kaki kepiting. "By the way, Jonathan menghubungimu tidak? Aku penasaran bagaimana perkembangan mereka setelah enam bulan tidak bertemu," ujar Angeline. Sambil mengobrol tangannya sibuk membersihkan ceceran kulit kepiting di meja. "Baby Girl, kenapa kamu harus membicarakan orang itu sekarang? Dia hanya melenyapkan nafsu makanku." "Oh, sorry ... lupakan saja kalau begitu." Angeline meringis. Nathan tersenyum simpul, "Kudengar mereka berdua nyaman tinggal di Labuan Bajo." "Jadi dia menghubungimu?" "Kamu lupa aku punya mata dimana-mana?" Angeline menepuk jidat, "Astaga. Benar juga. Terlalu lama hidup berdua membuatmu terlihat normal." Nathan tertegun, "Apa? Selama ini aku tidak normal?" "Uhm ... Rafa, tolong sendoknya satu

DMCA.com Protection Status