Share

Kancing Kemeja

Penulis: Giovanna Bee
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-04 10:58:14

"Oi, kenapa memanggilku kemari? Kau tidak tahu aku sedang merencanakan kencan untuk nanti malam?" omel Alardo.

Suara keras terdengar setiap kali tinju Nathan memukul samsak. Raut wajahnya serius menunjukkan masih ada beban emosi yang belum terlampiaskan. Melihat sahabatnya tiba dia berhenti menyiksa samsak.

"Sparring denganku." Nathan berkata dingin.

"Sial. Kenapa selalu mencariku di saat emosi? Temui aku kalau kau sudah tenang!" Alardo seolah dapat melihat nasib buruk terpampang di depan mata.

"Banyak bicara," ketus Nathan.

"Argh, nasib buruk menanti. Di mana pacarmu?" Setengah hati Alardo melepas jaket dan memakai sarung tangan.

Nathan menatap sengit. Alardo pun tahu dia salah bicara. Tampaknya lelaki ini memiliki masalah dengan seorang wanita. Hal ini baru pertama kalinya terjadi karena biasanya wanita-lah yang memiliki masalah dengan Nathan.

Satu jam yang menegangkan berlalu. Sepanjang waktu itu Alardo merasa seperti seorang matador yang berhadapan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Sang Presdir   Tempat Bersandar

    "Kenapa aku lagi?? Sparring saja dengan pacarmu itu! Sial kau! Jangan pukul wajah!" Alardo berseru protes sambil terus berusaha berkelit dari serangan Nathan. "Berhenti bicara!" Semua orang menonton sparring antara Nathan dan Alardo yang terlihat tidak seimbang. Jelas-jelas Nathan sedang emosi, tapi tidak ada yang tahu apa penyebabnya kecuali si rekan sparring yang malang. "Nathan! Aku berhenti jadi temanmu!" Alardo menunduk menghindari pukulan menyamping, tapi tubuhnya terlempar oleh tendangan. "Bangun!" seru Nathan. Alardo pura-pura pingsan. Beberapa waktu kemudian di club malam tempat para eksekutif muda banyak menghabiskan waktu dan menggoda wanita, tampak Nathan dan Alardo duduk di meja mereka. "Sepertinya kau mendapat karma, Nate. Siapa suruh terlalu banyak bermain wanita," ejek Alardo sambil memperhatikan seorang wanita muda berambut cokelat di bar. Nathan menatap sengit, "Kata orang yang setiap hari kemari untuk membawa pulang wanita." A

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-05
  • Wanita Sang Presdir   Ulah Yoga

    Saat ini Nathan menyesal mengijinkan Angeline untuk tidak masuk kerja karena tidak ada yang bisa diganggu saat dia bosan. Pekerjaannya sebagai seorang Presiden Direktur tidaklah sedikit, tapi pikirannya terampas oleh seorang wanita. Bukan hal yang menyenangkan. "Pak, jangan lupa semua laporan dari masing-masing departemen yang perlu ditandatangani. Juga meeting pukul dua dengan Pak Gatot dari penyelenggara seminar di Bali." Cindy mengingatkan saat membawa setumpuk map ke ruangan Nathan. "Hmm ...." Nathan hanya bergumam. Setelah meletakkan map-map itu di tepi meja Cindy pun berbalik dan melangkah pergi. "Senin depan kamu ikut ke Bali. Ajak suamimu," ucap Nathan. Cindy berbalik lagi, "Ya Pak, tapi bukankah Angeline ikut?" "Kamu ikut supaya dia merasa nyaman. Selepas seminar kalian berdua boleh kemana saja. Anggaplah cuti singkat," lanjut Nathan. "Memangnya berapa hari rencana Anda di Bali?" tanya Cindy. "Tiga hari cukup?" Cindy tertegun. Tampaknya

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-07
  • Wanita Sang Presdir   Ingin Berubah

    "Pergilah sana. Katanya mau meeting jam dua? Ini sudah jam setengah dua," cetus Angeline. "Nanti," kata Nathan keras kepala. Angeline pun menghempaskan diri di sofa. Sulitnya membujuk Bos yang keras kepala, persis seperti menarik kerbau yang enggan berjalan. Dengan sebal wanita itu mengamati Nathan. "Kenapa? Aku tidak boleh di sini?" tanya Nathan. "Bukannya tidak boleh, tapi sudah terlalu lama." "Angel, aku baru menolongmu dari lelaki brengsek itu loh? Biarkan aku santai sejenak," gerutu Nathan yang mulai gerah karena diusir pergi. "Ya sudah. Terserah deh." Angeline melengos. Nathan tersenyum tipis karena berhasil memperoleh keinginannya. Dia memandangi Angeline yang duduk berselonjor tanpa keanggunan sama sekali. Heran juga, rasa sukanya terhadap wanita ini bisa bertahan cukup lama. Biasanya satu atau dua hari dia akan bosan. "Ikutlah ke kantor," ucap Nathan tanpa banyak berpikir. "Tidak mau." "Angel." "Tidak mau. Aku sedang menikmati h

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-07
  • Wanita Sang Presdir   Bertemu Alardo

    Tidak tahu harus berkomentar apa Angeline berlagak sibuk mencuci sesuatu di wastafel. Dia telah menyatakan alasan-alasan yang mencegah tercipta hubungan khusus di antara mereka, dan sebagai wanita dia tidak ingin menjadi pihak pertama yang mengingkari. Setidaknya sampai Nathan berhasil membuktikan dirinya berubah menjadi lebih baik. Atau tidak juga. Angeline menepuk dahi. Pikiran macam apa yang terlintas barusan? Jadi sebenarnya dia menginginkannya atau tidak? Tidak mau, tapi ada sedikit berharap? "Angel? Kepalamu sakit?" Nathan memperhatikan perilaku yang sedikit aneh tersebut. "Ya ... Mungkin," gumam Angeline. "Mungkin kamu terlalu lelah? Sini kubantu." Nathan berdiri. "Tidak usah. Sudah selesai kok." Angeline cepat-cepat mengeringkan tangan sebelum ketahuan dirinya cuma bermain air di wastafel. Sedikit keki Nathan kembali duduk. "Kamu nyaman jadi asisten pribadiku?" tanya Nathan. Si wanita menatap heran, "Pekerjaan tidak selalu nyaman, tapi a

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-08
  • Wanita Sang Presdir   Bahan Gosip

    Mendung menggelayut di pelupuk mata Nathan. Pembicaraan semalam masih terngiang di telinga, khususnya bagian di mana Angeline mengejeknya takut tersaingi oleh Alardo. Akibatnya sejak terbangun di pagi ini dia berdiri memandangi cermin. Rambut kusut dan tubuh bagian atas terpampang bebas membuatnya terlihat seperti badboy sejati, apalagi ditambah tato yang menghiasi lengan kiri sampai dada. "Bagian mana yang membuatku merasa tersaingi? Jelas-jelas banyak wanita yang menginginkan ini!" gerutu Nathan. Menit demi menit berlalu dan Nathan tahu jika dia tidak turun ke kantor, asisten pribadinya akan naik mengingatkan waktu. Dengan helaan nafas panjang lelaki itu melangkah ke kamar mandi. Pikirnya, mungkin siraman air dingin bisa meredam kekesalan. "Angeline ... Baru dua minggu lebih kamu sudah membuatku tidak tenang," keluh Nathan. Sosok wanita berwajah manis itu terbayang kembali. Tatapan mata yang seringkali waspada, bibir merah muda yang menggemaskan, juga tubuh mungi

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-09
  • Wanita Sang Presdir   Tidak Punya Pilihan

    'Sore aku jemput. Jangan beri tahu Nathan.' Lama Angeline termenung memperhatikan pesan singkat dari Sony Wilmar. Rasa kesal akibat sikap kekanakan Nathan di kantin membuatnya ingin melakukan sesuatu yang tidak biasa, seperti menyetujui ajakan Sony. Lagipula apa hak Nathan melarangnya? Pacar bukan, teman juga cuma kadang-kadang. Ketika Nathan masuk ke ruangan Angeline tidak terburu-buru menyembunyikan handphone supaya tidak membuat bosnya curiga. Matanya mengawasi sosok lelaki tinggi besar itu duduk di belakang meja. Wajah reseh itu masih saja tersenyum mengesalkan. "Angel, kemari." "Ya, Pak." Angeline beranjak dari kursi. Nathan membuka sebuah website di laptop. Sederet foto muncul di halaman website tersebut, menampilkan model-model pria berpakaian formal, stelan jas yang terlihat mewah. Angeline mengamati sekilas dan menyimpulkan kalau si Bos mau memesan jas baru. "Kamu paham model jas lelaki?" tanya Nathan. "Tidak terlalu." "Coba kamu pelajari.

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-10
  • Wanita Sang Presdir   Kamu Sengaja

    Rutinitas pagi berjalan seperti biasa. Membawa croissant, membuat secangkir kopi hitam, naik ke lantai empat puluh satu untuk membangunkan si Bos yang—sepertinya sengaja—kesiangan, membantu memilih warna pakaian. Angeline mengerjakan semuanya tanpa ekspresi supaya tidak memancing kejahilan Nathan. "Hei, mau ke mana?" Angeline yang sudah berjalan ke pintu membalikkan badan, "Ke kantor." "Memangnya sudah jam berapa?" Nathan sibuk mengancing manset. "Jam delapan lewat dua menit." "Hmm ... Oke. Turunlah duluan." Wanita itu pun melanjutkan perjalanan menuju pintu keluar. Dia tidak tahu Nathan memandangi pinggulnya yang melenggok seturut langkah kaki dengan penuh minat. "Wanita cantik yang tidak dapat disentuh," gumam Nathan. Sebagai lelaki normal dia memiliki keinginan untuk memeluk dan menciumi Angeline sampai wanita itu menyerah. Namun, apa yang hendak dicapainya? Kepuasan sesaat atau relasi yang lebih berarti? Nathan memaki tanpa suara karena cela

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-10
  • Wanita Sang Presdir   Dua Lelaki

    Kenyataan yang dibeberkan Nathan memang beralasan dan itu membuat Angeline kehilangan sedikit harapan untuk bebas. Cuma sedikit sih. Karena di samping pasal-pasal kontrak yang mencekik, gaji dan pekerjaan di Wayne Group bisa dikatakan baik. Dia hanya perlu pandai-pandai menghindari gangguan si Bos. Oh ya, dan jangan lupa menambah persediaan kesabaran. Angeline duduk bertopang dagu tanpa keinginan untuk bergerak. Matanya menatap langit biru di luar jendela. Satu jam telah berlalu sejak Nathan meeting dengan para manager sehubungan pengembangan perusahaan ke bidang fashion. "Huh, membosankan sekali. Apa gue ke kantin ya?" gumam Angeline melihat jam di handphone menunjukkan pukul sebelas lewat empat puluh lima menit. Baru dia selesai berpikir sebuah pesan singkat masuk ke handphone. Tanpa semangat Angeline melihatnya. Dia menghela nafas. Manusia bernama Sony ini belum menyerah juga. Dia beruntung karena semalam Angeline membuka blokiran terhadap nomornya. 'Angel, sian

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-11

Bab terbaru

  • Wanita Sang Presdir   Sang Pewaris (End)

    "Bagaimana keadaan sekarang? Semuanya beres?" Angeline rebah di tempat tidur sambil bertelepon dengan Nathan. Sekarang waktunya santai karena anak-anak sudah tidur. "Tentu saja beres, Baby Girl. Tidak ada yang bisa lolos dalam pengawasanku. Kamu sedang apa sekarang? Dua hari di sini aku sangat merindukanmu." Ada nada menggoda dalam suara Nathan. Angeline tertawa kecil, "Dasar kamu. Besok 'kan ketemu? Aku baru selesai mandi nih. Siap-siap mau tidur." "Apa yang kamu pakai sekarang?" lirih Nathan. "Kaosmu, Sayang," kata Angeline dengan nada menggoda. Nathan mengerang, "Aku akan terbang pulang sekarang juga." "Serius kamu? Tidak bisa tunggu besok pagi?" "Aku selalu serius kalau menyangkut istriku." "Memang sudah tidak ada urusan yang tertinggal? Bagaimana dengan Mike? Dia yang menemani kamu loh, bukan sebaliknya." "Akan kubawa dia pulang." "Astaga, Nathan. Kamu benaran sudah tidak tahan ya?" "You know me, Baby Girl. See you in two hours."

  • Wanita Sang Presdir   Tatapan Raja Neraka

    Suasana hening nan syahdu menggantung di udara, khususnya di depan sebuah makam batu besar dengan patung malaikat di atasnya. Pada nisan yang terbuat dari marmer hitam terukir nama Cornelia Wayne. Sebuah foto berbentuk oval yang sudah memudar tertempel di bagian atas nama tersebut. Tidak ada seorang pun bersuara. Bahkan Rafael dan Olivia pun sangat tenang seolah memahami kekhidmatan yang sedang terjadi di antara orang dewasa. "Baiklah. Kita kembali." Suara Jeremy memecah keheningan. Ruby menatap heran, "Sudah?" Jeremy membalas tatapan itu, "Iya. Sudah. Aku tidak pernah berlama-lama di sini. Lagipula dia juga tidak menuntutku untuk tetap tinggal." "Heiiiii, apa yang kamu katakan? Memangnya boleh bicara seperti itu? Memangnya kamu bisa dengar bisikan darinya?" Ruby mengibaskan tangan di udara seperti mengusir lalat. Lelaki yang rambutnya telah memutih itu tertawa, "Tentu saja tidak. Maksudku, aku tidak akan menahanmu berlama-lama di sini. Cornelia telah damai

  • Wanita Sang Presdir   Liburan Hampir Usai

    "Hei, hati-hati Rafa. Adikmu masih terlalu kecil." Jeremy mengingatkan karena cemas melihat kedua cucunya berlarian dengan kecepatan tinggi. "Okay, Opa!" Rafael berhenti berlari. "Aaaahhh! Ayo, Kakak, run!" rajuk Olivia. "Oliv, duduk dulu sini. Kamu sudah lari-larian dari tadi!" Angeline buka suara. Sambil merengut anak perempuan kecil itu berjalan ke sofa. Wajah mungilnya terlihat menggemaskan dengan pipi menggembung, membuat Ruby—yang duduk di sebelah Angeline—tidak tahan untuk menariknya duduk di pangkuan. "Gemas sekali sih? Anak siapa sih ini?" Angeline meringis melihat Ruby mencubit gemas pipi putrinya. "Omaaa, tidak mau! Sakit!" protes Olivia. "Oh, sakit ya? Sorry, habisnya kamu lucu sih. Sorry ya anak manis. Oliv mau apa? Oma punya home made ice cream. Coba tanya Mama, Oliv boleh makan ice cream, tidak?" Ruby melirik Angeline. Mendengar itu Olivia langsung menoleh dan memberikan tatapan penuh harap pada sang ibu, "Mama, can I eat ice crea

  • Wanita Sang Presdir   Kejutan

    Tercipta keheningan yang membuat semua orang tidak nyaman, khususnya Cedrick. Kali ini dia terperangkap oleh kata-katanya sendiri. Maksud hati mau menggertak, tapi orang-orang ini ternyata tidak mempan gertakan. Bagaimana mungkin seorang General Manager bisa begitu saja menelepon pemilik hotel secara pribadi? Bertemu saja tidak pernah! "Bagaimana? Tidak bisa? Bukankah hubungan kalian sangat baik?" sinis Angeline. "Ah, Nyonya. Mungkin Anda kurang paham, tapi secara struktur organisasi jalur komunikasi tidak semudah itu. Kami memang dapat berbicara langsung dengan beliau, setelah melalui perjanjian di sela jadwal beliau yang sangat padat." Cedrick tersenyum. Nathan menahan tawa. Seandainya lelaki paruh baya ini tahu siapa yang sedang dia hadapi. "Baiklah. Kalau Anda tidak mau biar saya saja." Angeline menoleh, "Nath, tolong." "My pleasure." Nathan mengambil handphone. Ketegangan menggantung di udara. Cedrick menyembunyikan kegelisahannya dengan sangat baik di

  • Wanita Sang Presdir   General Manager

    Kekhawatiran Nathan tidak beralasan. Ternyata Angeline bisa menerima kenyataan bahwa hotel di bawah naungan Golden Yue Group ini adalah miliknya. Namun, Nathan merasa ada tujuan lain di balik ketenangan sang istri. "Apa sih?" cetus Angeline yang merasa gerah karena selama satu jam terakhir Nathan menempel padanya seperti lintah. "Aku hanya penasaran kenapa kamu tidak bereaksi negatif lagi. Bukankah kamu tidak ingin memiliki bagian apa pun dari Golden Yue?" Nathan mengungkung Angeline yang sedang berdiri di counter. "Cuma satu hotel, 'kan? Lagipula bukan aku yang menanganinya, melainkan kamu." Jemari lentik wanita itu menyusuri garis rahang suaminya. Nathan tersenyum, "Memang benar. Aku telah bekerja di balik layar sejak beberapa bulan terakhir. Kuakui dunia perhotelan ternyata rumit." "Oh ya? Apakah Anda kesulitan menghadapinya, Tuan Wayne?" Jemari Angeline bergerak turun ke dada bidang Nathan. "Tidak sesulit menebak pikiranmu, Baby Girl." Angeline ters

  • Wanita Sang Presdir   Pemilik Hotel

    Aroma percintaan yang masih tersisa di ruang tamu suite tersingkir oleh aroma penyegar ruangan yang disemprotkan Angeline. Dia menatap puas ke sekeliling ruangan. Jangan sampai Rafael atau Olivia curiga ada sesuatu yang terjadi di sini. "Hei, Baby Girl," sapa Nathan yang baru selesai mandi dan berpakaian santai. Rambut berpotongan rapi itu masih terlihat basah dan seksi. "Hei juga." Angeline bergidik saat sepasang lengan lelaki itu memeluknya dari belakang. "Kamu tidak lelah? Tidurlah sebentar." Nathan menciumi leher sang istri. "Iya, mau tidur. Ini tanganmu ya, tolong dikendalikan. Tidak cukup semalam suntuk bercinta?" Angeline pura-pura mengomel. Nathan terkekeh tanpa terburu-buru memindahkan tangan yang sedang menikmati kelembutan tubuh wanitanya, "Ini namanya gerak refleks, Baby Girl. Lagipula sesuatu yang indah tidak boleh disia-siakan." "Ya sudah, tidur deh sebelum kamu terinspirasi untuk berbuat lagi. Semalam habis berapa bungkus pengaman tuh? Dasar

  • Wanita Sang Presdir   Memperoleh Informasi

    "Serius? Satu minggu? Dua minggu?" Angeline melongo. "Tidak masalah, 'kan? Selama ada bos yang menanggung biaya menginap?" Nathan tersenyum miring. "Iya sih, tapi memangnya kita mau menyelidiki sedalam apa? Oke lah, mungkin ada masalah sedikit dengan stok bahan makanan di restoran dan sumber daya manusia. Tapi kurasa ...." Angeline terlihat ragu. "Baby Girl, kamu meragukan argumenmu sendiri." "Iya yah? Kamu sih." "Hmm? Sampai sekarang tetap salahku?" Nathan menahan senyum. "Iya dong. Masa aku mau menyalahkan waitress tadi?" Wanita itu mengerucutkan bibir. Nathan tertawa, "Masih keki? Sudah kubilang, mereka akan terkena serangan jantung kalau tahu siapa kamu sebenarnya." "Aku tidak mau, Nath. Hidupku cukup damai sebagai istrimu. Jangan ditambah lagi." "Baiklah. Lupakan dulu hal itu. Bagaimana kalau sekarang kita makan siang di luar sebelum anak-anak unjuk rasa? Rafa sudah diam tanda kelaparan," ujar Nathan. "Oke. Setuju." Maka sepanjan

  • Wanita Sang Presdir   Investigator

    Malam berlalu menuju subuh. Langit menjadi saksi akan sebuah pergumulan panas yang baru saja berakhir di kamar lantai dua. Sepasang pelaku pergumulan rebah tumpang tindih dengan nafas terengah. "Sial ... itu terakhir kalinya aku membiarkanmu berbuat sesuka hati," desis Angeline yang kehabisan tenaga. Nathan terkekeh, "You're welcome, Baby Girl." "Sana sedikit, aku tidak bisa bernafas." "Ya, sebentar." "Nathan ...." "What? Aku sedang menikmati kehangatan istriku tersayang." Detik berikutnya Nathan mengaduh kesakitan karena Angeline mencubitnya keras-keras. Mau tidak mau dia berguling ke samping. "Rasain." Angeline tertawa kecil. "Why? Kamu seperti ada dendam denganku." Nathan menggosok-gosok pinggangnya yang memerah. "Oh, sakit ya? Poor Nathan." Terdorong oleh sedikit rasa bersalah Angeline melihat keadaan suaminya. "Iya, sakit. Cubitanmu keras sekali," rajuk Nathan. "Sorry." "Aku butuh ciuman." Cubitan berikutnya membuat Nath

  • Wanita Sang Presdir   Permintaan Mike

    Makan siang tersaji di meja makan. Nathan sekeluarga duduk manis menyantap hasil masakan Johan yang sudah tidak diragukan rasanya. Rafael bahkan sampai menambah dua kali! Sementara Olivia yang sudah kenyang masih asyik menyeruput kaki kepiting. "By the way, Jonathan menghubungimu tidak? Aku penasaran bagaimana perkembangan mereka setelah enam bulan tidak bertemu," ujar Angeline. Sambil mengobrol tangannya sibuk membersihkan ceceran kulit kepiting di meja. "Baby Girl, kenapa kamu harus membicarakan orang itu sekarang? Dia hanya melenyapkan nafsu makanku." "Oh, sorry ... lupakan saja kalau begitu." Angeline meringis. Nathan tersenyum simpul, "Kudengar mereka berdua nyaman tinggal di Labuan Bajo." "Jadi dia menghubungimu?" "Kamu lupa aku punya mata dimana-mana?" Angeline menepuk jidat, "Astaga. Benar juga. Terlalu lama hidup berdua membuatmu terlihat normal." Nathan tertegun, "Apa? Selama ini aku tidak normal?" "Uhm ... Rafa, tolong sendoknya satu

DMCA.com Protection Status