Share

39. Ancaman Balik

Author: Mustacis
last update Last Updated: 2022-10-25 06:32:29

Serina mengayunkan kaki dengan hati-hati. Jalannya lambat sedang ia sudah tidak tahan ingin buang air kecil. Kakinya terangkat hendak masuk, tapi tiba-tiba ia berhenti.

Ia letakkan kembali kakinya di luar pintu. Serina teringat sesuatu. Hari ini adalah hari Rabu, waktu di mana Narumi akan keluar untuk berbelanja. Ia memegang jadwal wanita itu.

Hari ini juga termasuk hari di mana Narumi akan mencuci mobilnya. Serina menyugar rambutnya frustrasi, merasa sayang karena ia tak bisa mengikuti wanita itu dalam keadaan seperti ini.

Lagi pula Serina belum diberi kebebasan memiliki mobil sendiri. Narumi tidak mengizinkannya memakai mobil ataupun mendapatkan sopir pribadi. Serina mesti naik taksi jika ingin keluar.

“Ah, sial. Apa aku beli mobil saja pakai black card itu?”

Tanjung memang memberikannya sejak awal dan tak membatasi Serina. Ia bebas menggunakan untuk apa saja, tapi rasanya itu terlalu banyak sebab Tanjung sudah membelinya dengan harga yang sangat tinggi.

Serina berjalan mundur,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Wanita Penghibur Berkelas   40. Obat Halusinasi

    “Dia ke rumah sakit?”Sekujur tubuh Risa dilanda gemetar, bahkan meskipun ia hanya mendengar suara sang nyonya dari telepon. Gaya bicara dan intonasi suara Narumi tidak pernah gagal menghadirkan rasa ngeri di hati Risa. “I-iya, Nyonya Besar. Sa-saya membuatnya terpeleset di kamar mandi, lalu menyetel shower untuk air panas. Sepertinya lukanya parah.”“Bagus. Gajimu akan kunaikkan tiga kali lipat.”“Te-terima kasih, Nyonya.”Tak ada jejak kelegaan di hati Risa. Matanya memancarkan ketakutan. Selama bekerja di tempat ini, dia tidak pernah mendapat tugas sekotor itu untuk mencelakai orang lain.Di seberang telepon yang sudah terputus, Narumi yang duduk menyilangkan kaki di dalam mobil juga tidak merasakan kelegaan kendati bocah perempuan tidak tahu malu itu berhasil ia lukai setelah banyak percobaan. Tapi ini baru awal. Serina yang hanya bermodalkan kecerdikan tidak akan menang melawan kekuasaannya. Diangkatnya ponselnya ke depan wajah lalu kembali menelepon.“Halo, dr. Pradipto. Anda

    Last Updated : 2022-10-25
  • Wanita Penghibur Berkelas   41. Dekapan yang Nyaman

    Serina membuka mata, sadar dari tidur yang cukup panjang. Kepalanya terasa sangat berat seolah ia baru saja ditimpuk batu besar. Matanya bergulir, menemukan Tanjung yang terlelap dalam keadaan duduk tegak sambil bersedekap di kursi samping ranjang. Rambut pewaris Maulana itu agak berantakan. Kulitnya sedikit pucat. Serina bisa melihat lingkar hitam yang membayangi kelopak matanya. Untuk pertama kalinya, Serina penasaran seperti apa Narumi menyiksa laki-laki ini sedari kecil. Seberapa tega wanita itu menyengsarakan anak kecil yang tidak berdosa?Jari Serina bergerak, perlahan menyapu tepi ranjang. Tangannya terangkat, menyentuh bahu Tanjung kemudian jatuh begitu saja. Rasanya sekujur tubuhnya sangat lemas. Ia tak sanggup menggapai wajah lelaki itu.Sentuhan kecil itu mampu membangunkan Tanjung. Matanya terbuka dengan waspada. “Serina? Kau sudah sadar?”Serina bertanya-tanya. Seberapa dekat mereka sampai Tanjung dengan santai menautkan jari-jari mereka sambil mengecup punggung tangan

    Last Updated : 2022-10-26
  • Wanita Penghibur Berkelas   42. Aku di Sini, Serina

    Bunyi bip pintu yang terbuka mengawali langkah Tanjung memasuki kamar yang tak begitu luas itu. Langkahnya semakin memelan, sambil menunduk mengamati Serina yang meringkuk nyenyak dalam gendongannya. Syukurlah jika Serina merasa nyaman. Ia membaringkan wanita itu ke atas ranjang. Tempat tidur itu terlihat luas jika ditiduri sendirian, tapi terasa sempit saat diisi oleh dua orang.Serina berbaring dengan nyaman ketika tubuhnya bertemu dengan kasur. Apa Serina pernah terlihat senyenyak ini saat tidur? Ingatan Tanjung berputar ke kediaman Maulana, saat dia berbaring di sofa dan Serina tidur di ranjang, Tanjung tidak ingat pernah mendengar helaan napas Serina yang teratur. Wanita itu selalu tengkurap tanpa bergerak sedikit pun. Punggungnya pun tidak bergerak naik turun seolah dia adalah benda mati. Sekarang Serina terlihat damai. Ia tampak seperti gadis biasa, sama sekali tak berbahaya. Manis dan sangat cantik. Tanpa sadar Tanjung berlama-lama menatap wajah yang tertidur itu. Tanjung

    Last Updated : 2022-10-27
  • Wanita Penghibur Berkelas   43. Pria Sopan dan Penuh Perhatian

    Serina menemukan mata cokelat yang menatapnya hangat. Untuk pertama kalinya sejak lima tahun, ada pria yang mendekapnya dengan perasaan cemas, bukan karena gairah. Kendati napasnya berlarian, Serina merasa tenang begitu saja. Apa ini? Mengapa dirinya bisa merasakan ketenangan dan kenyamanan bersama seorang pria?“Tenanglah, Serina … aku ada di sini.”Suara yang dalam, lembut, dan membuai itu menarik Serina sepenuhnya dari ketidaksadarannya. Ia berhenti berdelusi. Ia berhenti ketakutan. Ia membiarkan dirinya lengah. Didekapnya lelaki itu lebih erat lagi. Dia sandarkan kepalanya pada bahu yang lebar itu. Rasa aman yang dia dapatkan menghadirkan kerut tidak suka pada dahi Serina. Mengapa ia harus merasakan semua perasaan itu pada lelaki ini? “Tak apa, Serina. Itu hanya mimpi.”Sayangnya Serina tidak sedang bermimpi. Saat ia membuka mata, langit-langit putih dari kamar ini terjamah oleh matanya ketika tiba-tiba ia melihat wajah Ibu yang dipenuhi dendam melayang di atas tubuhnya dan me

    Last Updated : 2022-10-28
  • Wanita Penghibur Berkelas   44. Perhatian yang Berlebihan

    Tanjung mendudukkan Serina di kursi kayu, tepat di depan meja di mana ia meletakkan kantong makan malam mereka. Dengan telaten lelaki itu membuka dan menatanya di atas meja. Nasi goreng yang mengepul langsung menyambut Serina. Tanjung mengeluarkan banyak bungkusan dan kotak makan di hadapannya. Berbagai makanan pinggir jalan menyapu pandangan Serina. “Ini yang belum sempat kau makan tadi pagi. Maaf soal yang tadi, makananmu tumpah semua.”Rasa senang merebak di hati Serina. Ia merindukan makanan jalanan yang seperti ini. Maka, ia mendongak, memberikan senyum tanda terima kasihnya pada Tanjung.Tanjung terpaku. Ada rasa panas yang tiba-tiba merambat di dadanya. Senyuman itu terasa tulus, tanpa kelicikan dan rencana misterius, tapi terlihat sangat cantik. Tanjung berdeham. Rasa gugup mendadak menyerangnya. “Kau bisa makan?”“Tentu saja, aku bisa pakai tangan kiri.”Serina menunduk untuk memasukkan satu suapan ke mulutnya. Tanjung memperhatikan rambut panjang Serina yang terjatuh di b

    Last Updated : 2022-10-31
  • Wanita Penghibur Berkelas   45. Mengenalmu Lebih Dalam

    Serina mengedikkan bahu santai. “Tidur saja.” Lalu ikut berbaring membelakangi Tanjung. Tanjung menatap langit-langit kamar. Plafon putih yang dihiasi noda-noda hitam itu membuat Tanjung menghela napas. Rasanya ia masih berada di tengah jalan. Tujuannya masih sangat jauh. Dulu dia berjalan sendirian tanpa arah, dalam kebingungan dan keputusasaan, sekarang ada seseorang yang ikut berjalan bersamanya.Ia menoleh pada Serina yang berbaring miring dengan punggung yang kaku. Awalnya ia menggantungkan harapan pada wanita ini, tapi sekarang Tanjung merasa harus melindunginya. Narumi tak boleh menyentuh Serina. Ia tak ingin Serina bernasib sama seperti ibunya. “Ugh ….”Mendadak punggung Serina bergetar. Tanjung menoleh cepat. Dilihatnya Serina yang tengah mencengkeram seprei dengan kuat. Dari bahunya yang naik turun, dia tampak tersiksa. Tanjung mengepalkan tangan, menahan diri untuk tak melangkahi batas. Detik berikutnya napas Serina terputus-putus. Rintihannya terdengar jelas. Tanjung b

    Last Updated : 2022-10-31
  • Wanita Penghibur Berkelas   46. Perangkap yang Melemahkan

    Serina tak tahu, jika menyentuh dan disentuh oleh seorang pria akan memberinya sensasi seperti ini, seolah ada sesuatu yang menggelitik dirinya dari dalam. Tanjung adalah pria pertama yang memberinya rasa seperti ini. Ia penasaran, sejauh apa rasa asing itu akan ia rasakan. Maka, Serina melangkah lebih nekat. Disapunya rahang tajam yang maskulin itu. Dipertemukannya kedua mata mereka. Serina yang penasaran dan Tanjung yang sibuk mempertahankan kendali diri.“Kau bisa melakukannya, melihat diriku lebih jauh,” bisiknya, seperti dewi pengoda yang amat lihai.Tanjung memejamkan mata rapat-rapat. Jelas-jelas wanita ini baru saja membangun tembok yang sangat kokoh. Mengapa sekarang ia mengundang Tanjung untuk masuk begitu saja? Ia bahkan membuka pintu lebar-lebar untuk Tanjung. Tanjung sama sekali tak mampu memahami alur pikiran Serina. Napas Tanjung saling bertabrakan. Akal sehat dalam kepalanya seolah perlahan-lahan menyusut. Mengapa Serina bisa semenawan ini? Apa yang terjadi padanya

    Last Updated : 2022-11-02
  • Wanita Penghibur Berkelas   47. Ketertarikan Murni

    Tanjung membeku. Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia mendengar pujian sevulgar itu. Serina memandangnya dengan tatapan misterius, seolah mengundang Tanjung untuk menjelajah di dalam matanya. Serina menyampirkan rambut melewati bahu, memperlihatkan dadanya yang kelewat indah, menggoda mata Tanjung untuk terpaku di sana. “Kau bisa melakukannya kapan pun kau mau.” Senyum itu mengembang dengan santai, sangat mengganggu.“Apa yang kau katakan, Serina?” Sekujur tubuh Tanjung menegang.“Kau tahu, kalau kau terus bersikap baik seperti ini, aku akan bersikap lebih baik lagi. Aku bisa memberikan semua milikku padamu.”Tanjung seolah sedang berada di sarang iblis. Berbagai godaan menyerangnya dari berbagai sisi. Jantungnya berdenyut cepat sampai terasa sakit. “Aku bisa mengorbankan apa pun untukmu.” Tatapan itu semakin intens, mencoba meruntuhkan dinding pertahanan Tanjung. Serina tetap diam, seolah menunggu Tanjung bergerak lebih dulu. Sedang Tanjung mengepalkan tangan, menahan gejolak pa

    Last Updated : 2022-11-06

Latest chapter

  • Wanita Penghibur Berkelas   62. Menara Rapunzel

    Yang tertangkap saat Serina membuka mata adalah cahaya remang-remang. Lampu besar di tengah kamar mati dan yang menyala hanyalah lampu tidur di atas nakas. Suasananya tidak seterang saat ia dan Tanjung memasuki kamar. Wangi parfumnya dan parfum Tanjung menyatu dan menyebar di seluruh ruangan. Meski pendingin ruangan tetap menyala seperti tadi, tapi rasanya tidak dingin sama sekali, sebab ada tubuh yang merangkumnya dengan cara yang sangat hangat. Punggung telanjangnya menempel pada dada bidang yang terasa keras namun lembut. Serina menggerakkan kepala, menoleh dan menemukan Tanjung yang terpejam dengan damai. Tak ada kegelisahan di wajah maha tampan itu dan Serina menyukainya. Ia bahkan baru menyadari jika sejak tadi jari jemari mereka menyatu di depan dadanya. Serina tak ingin menanyakan apa yang terjadi pada perasaannya dan mengapa jantungnya berdebar halus namun penuh antusias. Untuk pertama kalinya ia tidak merasa jijik saat mendapati seorang lelaki telanjang di atas ranjangny

  • Wanita Penghibur Berkelas   61. Berada di Sisimu

    Tangan kokoh itu mendekap pinggangnya, terasa kuat namun seolah tengah mencari kekuatan. Serina terbawa suasana, pada embus napas Tanjung yang melemah, hangat tubuhnya, serta irama jantungnya yang berdetak cepat. “Aku akan menemanimu.” Serina mengucapkannya bukan karena merasa kasihan, sebab hatinya ingin memberitahukan pada lelaki ini, bahwa dia, “… akan berada di sisimu.”Tanjung tak menjawab. Hatinya merasa senang sekaligus pedih. Haruskah ia percaya pada Tuhan dan membiarkan wanita ini berada di sisinya? Sebab ia tak menemukan jaminan Serina akan selalu baik-baik saja dalam tampungan atap istana Maulana. “Sudah tengah malam. Bawa dia ke kamarmu, Serina.” Ucapan tegas itu memotong dari arah belakang. Sebelum Tanjung mengangkat wajah dan hendak menengok ke belakang, Serina mendekap kepala lelaki itu dan kembali menenggelamkannya di dadanya. “Tidak, dia harus pulang, Izora.” Meski suara berat itu samar, tapi masih bisa ditangkap oleh telinga. Nada keberatan, lalu menghilang seol

  • Wanita Penghibur Berkelas   60. Rahayu

    Wanita itu masih ada di hadapannya. Kondisinya masih sama—menyedihkan, seperti mayat hidup yang enggan mati, tak jua bisa dikatakan hidup. “Dua puluh dua tahun aku mengurungmu di sini, itu belum cukup, Rahayu.”Rahayu yang tak lagi terlihat manis dan menawan itu menatapnya dengan bola mata yang melotot, mengerti perkataan Narumi, tapi tak punya susunan kata untuk membalasnya. Bibir pucat dan pecah-pecah itu berat untuk terbuka. “Dan selama itu pula, anakmu ada di tanganku. Kusiksa dan kumanfaatkan sesukaku.” Ucapan itu memantik keseluruhan diri Rahayu. Ia memberontak, hendak maju menerjang Narumi, tapi terhalang oleh rantai dan pasung. Rambut yang berantakan tak terurus, tubuh kurus kerempeng hingga tulang-tulangnya menyembul, pakaian yang seadanya dan sudah robek-robek serta warnanya tak lagi terlihat, luntur, dan kumal. Dia tak lagi bisa disebut manusia. “Ingat ini, Rahayu. Karena dosa-dosamu di masa lalu, anakmu jadi menderita.” Narumi ikut terbawa perkataannya sendiri. Piki

  • Wanita Penghibur Berkelas   59. Anjing Pemberontak

    Meski sudah 22 tahun berlalu tanpa melihat sang ibu, Tanjung hafal betul wajah yang kerap kali tersenyum lembut padanya. Ia menanamnya di kepala selama ini selagi ia bertarung di rumah Maulana. Mungkin ibunya juga akan terlihat kurus dan tidak terawat, tapi jelas wanita ini bukanlah ibunya. Tinggi tubuhnya, sorot matanya, proporsi wajah, dan sentuhannya. Segalanya berbeda. “A-apa maksudmu?” Serina amat terkejut mendengar pengakuan Tanjung. Wanita itu bukan ibunya? Jelas-jelas perempuan itu adalah satu-satunya orang yang berada di tempat yang diam-diam selalu Narumi kunjungi.“Aku ibumu! Anakku!!” Wanita itu kembali mendekap Tanjung, tapi Tanjung mengurainya dengan kasar. “Anda bukan ibu saya!”Kekesalan di wajahnya benar-benar tercetak dengan jelas. Lebih daripada itu, ia amat kecewa. Harapannya melambung tinggi, tapi lagi-lagi ia terjatuh ke dasar jurang yang sangat dalam. Mungkin ini adalah pertama kalinya, Serina melihat wajah itu benar-benar mengerut penuh kekesalan. Bibirnya

  • Wanita Penghibur Berkelas   58. Bertemu Ibu Kandung

    Haruskah Serina mengakui jika dia juga menyukai cara lelaki ini menatapnya? Lembut, penuh penghormatan, dan rasa rindu yang dalam. Ia tak berani menyimpulkan terlalu jauh, sebab setiap lelaki yang mengaku tertarik padanya, tak pernah mencintainya. Mereka hanya terobsesi pada kecantikan seorang Serina, tapi lelaki ini berbeda. Matanya memandang dengan cara yang berbeda dari para lelaki bajingan itu. “Aku sudah banyak menyakitimu. Aku ingin melihatmu lagi, tapi tidak di rumah itu, tidak di tempat di mana Ibu akan mengancammu setiap hari.”Ah, dia sangat baik. Serina akhirnya bisa merasakan perasaan terenyuh. Untuk pertama kalinya, ada pria yang menatapnya khawatir di atas ranjang. “Lalu, haruskah kita kabur saja? Tinggal berdua di rumah lain?”Ide yang diucapkan secara asal-asalan itu mampu membuat hati Tanjung berdenyut perih. Bisakah ia melakukannya? Ia menginginkannya, tapi tidak untuk sekarang ketika Narumi sanggup menemukannya ke mana pun dia pergi. Serina meletakkan tangan di

  • Wanita Penghibur Berkelas   57. Gendong ke Ranjang Saja

    “Kalian sama. Dia perempuan yang merebut–”“Hentikan, Ibu.” Belum sempat jawaban yang ditunggu-tunggu semua orang itu terucap, Tanjung naik ke panggung diikuti oleh beberapa pengawal. “Bawa Ibu ke kamar 718. Biarkan dia istirahat.”Dua pengawal langsung memapah Narumi turun dari panggung. Orang-orang mungkin mengira wanita itu tengah mabuk, tapi hanya Tanjung yang tahu bahwa obat yang dia berikan pada minuman Narumi sudah bekerja. Sayangnya, rencananya gagal. Ia tak tahu apa yang direncanakan Serina malam ini, tapi kehadiran Serina membawa sesuatu yang beda. Ia menatap wanita itu, intens dan cukup lama. Diambilnya mikrofon dari tangan Serina lalu dia buka jasnya untuk disampirkan ke bahu Serina. Sesaat setelah napasnya terembus pendek, ia menyelipkan tangan ke bawah lutut dan punggung Serina. Wanita yang basah karena siraman wine itu dia bawa turun dari panggung. Serina mengerjap ketika tubuhnya terayun-ayun. Apa yang sedang dilakukan Tanjung di tengah orang-orang yang berbisik-b

  • Wanita Penghibur Berkelas   56. Saya Istri Tanjung Maulana

    Dalam sekejap, seisi ballroom dipenuhi rahang-rahang yang terbuka, mengagumi sosok indah di atas panggung yang bersinar dengan gaun pastelnya. Terbuka di sepanjang bahu dengan potongan lengan yang menjuntai ke bawah bagai sayap yang tertutup.Rambut kelamnya yang bagai malam pekat tercepol dengan anak-anak rambut yang terjatuh, menonjolkan kulit bahunya yang mulus bak porselen. Suaranya melantun indah menyebutkan nama Maulana.Tanjung terperangah. Bukan hanya pada kecantikan sempurna yang dipamerkan Serina di atas sana. Namun, pada kehadiran tiba-tiba wanita itu. Mengapa Serina kembali?“Saya istri dari Tanjung Maulana.”Semakin senyap dan kian tegang. Dari ekor matanya, Tanjung melirik ekspresi Narumi yang tak tertebak. Bibirnya tak mengetat seperti biasanya, seolah kedatangan Serina kembali bukan masalah besar baginya.Atau justru … Narumi memang menunggu kedatangan Serina.Tanjung meremang. Tidak. Ia harus memulangkan Serina lagi. Dia hendak bangkit dari duduknya ketika senyum mani

  • Wanita Penghibur Berkelas   55. Rencana Kejutan

    Ballroom hotel bernuansa emas dan gelap, khas Maulana. Aroma mawar yang sedikit menyengat mendominasi udara di dalam ruangan maha luas itu. Saat kepala mendongak, puncak langit-langit yang dikelilingi lampu-lampu mewah seolah seperti langit yang sesungguhnya. Amat tinggi dan menyilaukan. Setiap tahun Tanjung menyiapkan acara megah seperti ini. Tiap tahun pula ia mesti mengumpulkan semua kolega, karyawan, dan petinggi perusahaan dalam satu ruangan. Lalu yang duduk di takhta tertinggi dan menerima semua pujian adalah Narumi Maulana, putri tunggal Maulana yang berhasil mempertahankan bisnis Maulana dan membentuknya menjadi kerajaan makanan yang besar. Wanita hebat yang berhasil mendidik pewaris hebat sepertinya.Wanita bergaun maroon gelap itu berdiri di tengah orang-orang penting dan menjadi pusat perhatian. Orang-orang berebut ingin menjalin relasi dengannya. Para pegawai di perusahaan memanfaatkan acara ulang tahun perusahaan untuk mendapatkan perhatiannya. Tanjung menjauh dari ker

  • Wanita Penghibur Berkelas   54. Kilas Balik Narumi

    Helaan napas pelan itu berembus mendominasi dinding lift yang dingin. Tak sedikit pun Narumi melunturkan wajah angkuhnya meskipun hanya ada dirinya di dalam ruangan besi yang sempit ini. Seperti apa menantu yang dia inginkan? Pertanyaan itu sudah muak ia dengar. Telah berulang kali ia dapatkan dari berbagai macam orang. Narumi tak pernah menjawabnya. Meskipun yang bertanya adalah sosok presiden sekalipun.Karena ia tak butuh menantu. Dia tak menginginkan sosok menantu di rumahnya. Tak akan ia biarkan anak dari perempuan jalang itu menikah dan memiliki keluarga seperti ibunya. Narumi ingin melihat anak itu tumbuh menjadi sosok yang dia inginkan. Sosok yang dia manfaatkan habis-habisan dan sosok yang akan menjadi orang paling kesepian di dunia ini, bahkan lebih dari yang dia rasakan. Tanjung akan menjadi pionnya, aset, dan boneka yang akan dia gunakan sepuasnya. Karena anak itulah dia kehilangan cintanya, keluarga, dan seluruh hidupnya. Ia kembali mengingat saat dirinya jatuh cinta

DMCA.com Protection Status