Selama beberapa hari Amaya merasakan sakit yang teramat menyiksa di bagian perutnya. Setelah aborsi itu perutnya sering merasa sangat sakit.
Amaya terus saja meneteskan air matanya dan mengepalkan tangannya. Kemarahannya benar-benar tak terbendung lagi kalau ia sangat marah sekali pada Glen.
Entah berada di mana Glen sekarang? Rasanya ini benar-benar tak adil untuknya. Semua yang Glen lakukan tak adil untuknya. Kenapa Glen melakukan semua ini?
Kenapa Glen tak memberikan kesempatan untuknya berubah? Memikirkan semua ini membuat tekanan darahnya naik dan ia pun harus dilarikan ke rumah sakit setelah ia pulang melakukan aborsi.
Perutnya sangat sakit sekali tapi, hatinya lebih sakit dari ini. Ia sangat frustrasi karena Glen. Amaya menyadari kalau ia benar-benar mencintai Glen. Sekarang semuanya sudah terlambat ia tak tau di mana Glen sekarang.
Kepa
Tak banyak berpikir panjang Santi pun menyetujuinya. Semuanya demi putrinya apa pun bisa ia lakukan. Ia tak mau jika harus kehilangan Amaya putrinya yang ia perjuangkan selama ini semuanya demi Amaya.Keselamatan Amaya nomor satu yang lain Santi tak mau peduli lagi. Amaya harus bangkit dari keterpurukannya. Ia harus membalas Glen. Pria itu harus merasakan berlipat-lipat penderita yang Amaya rasakan saat ini.Santi terpaksa mengeluarkan uang banyak untuk menyembuhkan putrinya. Semuanya demi Amaya. Santi tak tega jika harus melihat Amaya seperti ini secara terus-menerus. Karena Amaya yang ia lihat bukan Amaya seperti ini.Sebenernya yang membuat Amaya sakit lama itu dirinya sendiri tak mau bangkit. Seluruh hidupnya hancur ketika wanita lain datang kepada kehidupannya. Wanita itu yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi padanya.Amaya merasa kalau hidupnya sudah tak berarti l
"Nak, Ibu senang karena sekarang Kamu mau berusaha untuk sembuh," ungkap Santi berkaca-kaca karena melihat perubahannya sekarang.Amaya tersenyum. "Aku sadar Aku tak bisa seperti ini terus-menerus...." Amaya menghentikan ucapannya."Apakah karena Dokter Juan?" tanya Santi memperhatikan wajah Amaya.Amaya hanya menoleh dan tak menjawab pertanyaan Ibunya. Santi hanya bisa menerka-nerka saja karena semenjak Amaya dirawat Dokter Juan perkembangan Amaya mulai meningkat."Aku ingin jalan-jalan," pinta Amaya.Santi pun menganggukan kepalanya dan keluar dari ruang inap Amaya ia meminta perawat untuk menyiapkan kursi roda untuk putrinya. Beberapa saat kemudian perawat pun datang membawa kursi roda yang diberikan pada Santi.Setelah itu Santi pun masuk kembali dan membantu Amaya naik kursi roda untuk keluar jalan-jalan di sekitar rumah sakit.Begitu keluar ruangan Amaya merasakan udara yang baru m
Azalea menyiapkan sarapan untuk suaminya beberapa bulan ini hidupnya benar-benar damai tak ada yang mengusik oleh siapapun?"Mecca," panggil Azalea.Dengan langkah cepat gadis kecil itu mendatangi Azalea."Ada apa Momy?" tanyanya setelah berada dihadapannya.Azalea tersenyum melihat gadis kecil itu. "Ayo kita makan," ajaknya."Aku tak mau makan!"Azalea mengerutkan keningnya. "Kenapa?""Tadi aku sudah makan kudapan. Aku masih kenyang," jawabnya sambil menundukkan kepalanya.Azalea tersenyum lagi. "Oh, pantas saja kenapa kue Momy, tinggal separuh yah? Jadi Kamu pelakunya!" seru Azalea menggoda Mecca."Iya, Momy. Kue buahnya enak sekali. Aku tak bisa berhenti memakan kue buahnya.""Kalau gitu Kita pesan kue buah lagi gimana?" tanya Azalea sembari melihat wajah Mecca.Mecca tak menjawab tawaran Azalea akan tetapi, terlihat jelas kalau wajah Mecca itu
"Aku tak tau apa yang aku rasakan pada putri Ibu? Yang jelas aku meinginkan hubungan lebih dari sekedar pasien dan dokternya," ungkap Juan tulus dari lubuk hatinya.Tanpa sadar mendengar ucapan dokter muda ini pelupuk mata Santi pun mengeluarkan air matanya. Wanita ini benar-benar terharu dengan ucapannya.Dokter Juan masih memperhatikan raut wajah dari Santi yang meneteskan air matanya dan menghapusnya kembali. Melihat reaksi Santi seperti ini, Juan semakin penasaran dengan apa yang terjadi pada Amaya?Santi pun menghapus air matanya dan tersenyum pada dokter muda itu."Apa yang ingin dokter tau tentang Amaya?" tanya Santi serius."Semuanya Bu. Aku ingin mengetahui semuanya yang berkaitan dengan Amaya dari masa lalunya sampai kehidupannya yang sekarang," jawab Juan tak kalah serius.Santi tersenyum. "Mana ponsel dokter?" t
Tiba-tiba saja Juan terbangun tengah malam. Ia sekaligus bangun sampai membuat kepalanya pusing. Buru-buru ia melihat ponselnya. Ada satu pesan yang belum ia baca.Juan pun membuka chat masuk yang belum dibaca."Sebenarnya Amaya tak seperti dulu! Satu kejadian merubah hidupnya menjadi seperti ini," balas chat Santi sekitar jam 20.00 malam.Dokter Juan pun melihat jam dinding di kamarnya. Waktu menunjukkan jam 00.30."Ya ampun tak mungkin aku membalas chat Ibu Santi jam segini," gumamnya.Juan membaca berulang-ulang chat dikirim oleh Santi beberapa jam yang lalu."Sebenarnya apa yang terjadi padanya?" tanyanya dalam hati."Aku ingin mengenalmu lebih dekat Amaya," ucapnya sendiri.Hampir semalaman Juan tak bisa tidur. Dalam hatinya terus-menerus bertanya-tanya apa ya
"Ada apa?" tanya Juan lagi."Bapak yakin menyukai Mba Amaya?" balik tanya Desi serius."Ada apa dengan Amaya?""Tak ada apa-apa? Hanya saja aku merasa ada sesuatu yang ia sembunyikan dari Bapak. Maaf sebelumnya jika saya ikut campur. Saya hanya ingin memberikan saran sebelum Bapak mengenal lebih jauh mending Bapak selidik dahulu masa lalu dari Mba Amaya karena sudah banyak gosip tidak sedap yang saya dengar tentangnya. Aku sendiri tak tau gosip itu benar atau tidak. Aku tak melihat sendiri akan tetapi, lebih baik Bapak cari tau sendiri. Aku minta maaf kalau aku ikut campur terlalu jauh. Aku seperti ini karena benar-benar menganggap Bapak sebagai teman yang sudah mengenal lama dengan Bapak," tutur Desi menjelaskan semuanya.Juan tersenyum. "Terima kasih atas sarannya. Aku yakin dengan pilihanku kalau Amaya seorang gadis yang baik. Semua itu kan gosip belum tentu itu benar," uca
Seseorang laki-laki terdiam sesaat saat ia melihat wanita yang ia cari? Ia harus memastikan kalau wanita itu benar-benar wanita yang ia cari.Hampir setiap malam ia memikirkannya, apa pun yang terjadi ia akan mendapatkannya.***Pagi-pagi sekali Juan sudah berada di rumah sakit. Ia sudah membeli beberapa makanan sehat dan tentunya bergizi untuk Amaya.Tok-tokSuara ketukan pintu membuyarkan Amaya dan Santi pada pagi itu."Dokter Juan," sapa Santi sambil tersenyum.Juan pun masuk ke dalam ruangan. "Selamat pagi," sapa Juan pada Santi dan Amaya.Lagi-lagi ekspresi wajah Amaya masih saja datar."Kalian sudah sarapan?" tanya Juan sembari mengeluarkan beberapa makanan dalam kantong plastik yang ia bawa."Sebentar lagi Pak Dokter," jawab Santi.
Seorang pria menatap Azalea dari jauh. Sekali lagi ia melihat Azalea kembali bersama laki-laki dan satu anak kecil. Pria tersebut tak bisa melihat dengan jelas siapa pria yang bersama Azalea."Jeny," gumamnya merasa sangat yakin sekali dengan apa yang ia lihat.Secara diam-diam pria itu mengikuti ke mana Azalea pergi. Bahkan ia lupa tujuannya berada di sini saat melihat wanita yang selalu ada di pikiran.Hasratnya benar-benar bergejolak dengan fantasi kotornya memikirkan Azalea pada saat ini? Karena memikirkan hal kotor celana pun basah tanpa ia sadari.Langkahnya cepat ingin mengetahui di mana wanita pujaannya berada di kota yang sama dengannya. Ia penasaran di mana Jeny tinggal?Suara telpon membuyarkan lamunannya. Seketika pria itu kesal saat melihat sebuah nama yang tertera di layar ponselnya. Rasanya ia ingin membanting ponselnya tapi, mau tidak
Dengan terpaksa Adiko pun menyetujui syarat pembebasannya. Karena tak ingin suaminya di sel tahanan. Yesi pun sengaja membayar polisi agar bisa bersama Adiko si kantor polisi untuk menemaninya satu malam ini."Kamu pulang sendiri?" tanya Anggra saat melihat Ardyan sendiri."Iya Kak, ibu bersih keras tak mau pulang. Dia ingin menemani Om Adiko," jawab Ardyan kesal."Jadi kasusnya bagaimana?""Yah, bebas bersyarat saya sudah meminta bantuan pengacara untuk membantu Om Adiko. Tapi, tetap saja karena Om Adiko memang bersalah dalam kasus ini," jawab Ardyan kesal."Karena itu setelah menikah kamu jangan biarkan Tari di sini," ungkap Anggara tiba-tiba."Oh iya, kenapa kakak selalu melarang Tari untuk tinggal di sini? Aku penasaran saja?""De, kakak sangat mengenal Adiko seperti apa? Dia seseorang yang li
Kayra membasuh wajahnya dengan air di wastafel. Ia tak menyangka kalau ia akan bertemu kembali dengan Anggara.Awalnya ia tak pernah menyadari perasaannya karena ia sendiri mencintai laki-laki lain walau hubungannya pun kandas dengannya."Kenapa malah seperti ini?" tanyanya sendiri.Wanita itu pun menatap wajahnya di cermin. Di kota ini tak ada yang tau masa lalunya. Karena Kayra sudah meninggalkannya di kota itu sebelum ia memutuskan untuk tinggal di sini. Ia sudah tak memakai nama itu lagi.Kayra sudah memakai nama aslinya yaitu Nindya Rahayu. Saat seseorang memanggilnya dengan nama Kayra, entah kenapa ia tak menyukainya.Nama itu sesuatu hal yang menurutnya sangat menjijikan karena dengan nama itu ia menjual dirinya.Tanpa sadar ia pun meneteskan air matanya dan kembali membasuh wajahnya dengan air.
"Saya perhatian kamu selalu memperhatikan Dokter Mulan?" tanya Anggra pada laki-laki yang ada di depannya."Ma-maafkan saya, Mas! Jika itu sangat menganggu hubungan kalian saya tak akan memperhatikan Dokter Mulan lagi," jawabnya serius.Anggara mengerutkan keningnya. "Sepertinya wajahmu tak asing? Mirip-mirip siapa yah?" balik tanyanya.Sekarang giliran laki-laki ini yang mengerutkan keningnya."Wajah kamu itu mirip Surya Gumilang!""Surya Gumilang memang ayah saya Mas! Saya putra bungsu Surya Gumilang, Alinaru Gumilang.""Pantas saja wajahmu tak asing. Saya diundang ke pesta pernikahan Kakakmu Serin dan Barca, satu tahun yang lalu kalau enggak salah.""Rupanya Mas mengenal keluarga saya dengan baik.""Yah, saya dan ayahmu pernah menjalin kerja sama dalam satu proy
Anggara masih mengikuti mobil yang ada di depannya dan ternyata menuju rumah sakit yang sama seperti tujuannya. Laki-laki itu pun menggelengkan kepalanya ternyata tujuannya sama.Ia melihat sekitar dan mulai mencari wanita yang ada di dalam mobil yang ia ikuti tadi."Ke mana dia pergi? Cepat sekali menghilangnya," gumamnya sendiri.Anggara pun melangkah memasuki rumah sakit. Semenjak Ayahnya memberikan saham rumah sakit padanya, membuatnya harus sering bolak-balik ke rumah sakit."Kak Anggra, sudah di tunggu di ruang meeting," ucap Mulan adik dari ayah kandungnya satu ayah beda ibu."Yah, sudah kumpul semua?""Ada beberapa yang sudah hadir.""Kamu, mau ke mana?" tanyanya karena berjalan berlawanan arah."Aku mau meriksa pasien."
Suara ketukan pintu pun membuyarkan semuanya yang sedang sarapan bersama. Semuanya saling melihat tak tau siapa yang datang?"Tamu siapa sih? Pagi-pagi sudah bertamu!" seru Yesi menggerutu karena ini terlalu pagi untuk berkunjung."Maaf, Nyonya di luar ada dua polisi mencari Pak Adiko," ucap Maid yang membuka pintu rumahnya."Polisi? Mau apa mereka?" tanyanya sendiri beranjak bangun dari tempat duduknya.Seketika wajah Adiko pun pucat pasi. Begitu istrinya pergi, ia juga buru-buru pergi dari sana. Terlihat Anggara dan Ardyan saling melihat yang terlihat bingung itu Ardyan karena ia tak tau masalahnya apa?Yesi pun berjalan ke arah pintu terlihat dua polisi sudah berdiri di depan pintu."Ada apa Pak, mencari suami saya?" tanya Yesi bingung."Bapak Adiko nya ada? Ada pelaporan terhadap Bapak Adiko,
Juan sudah memperbolehkan Amaya untuk pulang. Santi membereskan barang-barang yang ada di ruang Amaya.Wajah Santi terlihat sedih karena setelah ia keluar dari rumah sakit ia dan putrinya Tan tau akan tinggal di mana?Amaya memperhatikan kesedihan dari wajah Santi."Ibu, jangan sedih harusnya Ibu senang karena aku akan pulang!" seru Amaya."Pulang ke mana? Kita sudah tak punya apa-apa? Akan tinggal di mana Kita," jawab Santi berkaca-kaca merasa sangat sedih.Sebenarnya Amaya tak tega tapi, mau bagaimana lagi? Ia tak mau tinggal di sini terus-menerus. Jika di sini, tak hanya biaya saja yang terus membengkak ia juga akan merasa sakit tak sembuh-sembuh.Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Amaya dan Santi yang langsung menoleh ke arah pintu.Juan pun membuka pintu. "Kalian sudah siap?" tanyanya.
Amaya terus saja melakukan terapi psikologi untuk dirimu sendiri dan itu benar-benar ampuh membuat dirimu merasa rileks dan tenang.Secara berkala keadaannya mulai membaik. Rasa sakit kepala yang selalu ia derita pun secara perlahan sudah tak terasa sakit.Juan memeriksa kondisi Amaya hari ini dan dokter muda ini pun tersenyum."Kondisimu sekarang cukup baik jika seperti ini besok atau lusa bisa pulang," ucap Juan tersenyum."Benarkah?" tanyanya sumeringah.Saat ini tak ada yang membuatnya bahagia selain pulang. Akan tetapi, seketika wajah pun murung.Dokter Juan memperhatikan ekspresi Amaya yang seketika berubah."Kamu kenapa? Bukankah harusnya kamu senang pulang ke rumah?" tanya Juan penasaran masih memperhatikan Amaya."Entahlah, apakah aku punya rumah?" balik tanya A
Berkat penanganan dokter, Azalea pun bisa pulang cepat. Beberapa luka di wajahnya sudah mulai sembuh.Kali ini Glen tak akan meninggalkan istrinya lagi sekalipun itu rapat penting. Ia akan melakukannya di rumah.Karena kejadian ini juga beberapa karyawan di perusahaannya mulai bergosip dan mereka mulai mencari tau masa lalu dari istri Glen."Apa tak berlebihan aku dikawal bodyguard?" tanya Azalea pada suaminya karena Glen merekomendasikan beberapa orang untuk menjaganya."Tidak, Sayang ... aku tak mau jika sampai kejadian ini terulang lagi. Aku tak akan tenang," jawab Glen khawatir.Azalea tersenyum. "Ini terlalu berlebihan aku kan bersamamu di rumah kenapa bodyguardnya sebanyak ini?""Sudahlah, Ratuku kamu menurut yah ini demi kebaikanmu," ucap Glen sembari mengecup keningnya.Azalea menghembus n
Glen pun menelpon seseorang untuk menyelidiki semua gerak-gerik Adiko. Ia ingin mengetahui apa yang akan pria itu lakukan setelah ini?Setelah hampir tiga jam ia tertidur. Azalea pun sadar."Sayang, bagaimana kandunganku?" tanyanya pelan."Anak kita baik-baik saja, Sayang. Kamu tak perlu khawatir! Aku tak akan membiarkan dia hidup dengan tenang setelah apa yang dia lakukan padamu," jawab Glen dengan marah yang begitu besar.Azalea menghembus napas panjang. Merasa lega karena janin dalam kandungannya selamat. Tiba-tiba saja air matanya keluar lagi."Sayang, kamu kenapa?" tanya Glen sembari mengusap air matanya."Dia yang menyakitiku dulu, Mas ...! Karena dia aku merasakan rasa sakit yang teramat sangat saat semuanya di renggut olehnya," tutur Azalea mengingat kembali rasa sakit yang tak pernah bisa ia lupakan.