Glen pergi begitu saja sudah benar-benar muak berada di rumah. Rasanya ia tak ingin kembali ke rumah dan meninggalkan semuanya tapi, jika dipikir lagi ia masih punya Mecca.
Laki-laki itu pun berpikir untuk mempertemukan Mecca dan Azalea akan tetapi, bagaimana membujuk putrinya agar mau jalan-jalan tanpa ada Amaya. Lama ia berpikir sampai Glen pun sampai di rumah Momy El.
Glen pun memarkirkan mobilnya dan tanpa sadar ia bertabrakan dengan Anggara. Keduanya saling mengerutkan keningnya dan Anggara terlihat cuek karena ia sedang mengandeng Keyra.
Glen memperhatikan rivalnya itu dan masuk ke dalam rumah.
"Wah, Tuan Glen selamat datang," sambut Momy El begitu Glen datang.
Glen pun tersenyum.
"Tunggu sebentar, Aku akan panggil Jeny ke sini!" hardiknya.
Laki-laki itu pun mengangguk dan duduk di ruang tengah tempat para orang biasa menunggu.
Wanita gendut itu mencari sekitar tak ada Azale
Kalau bukan karena Mecca yang menelponnya Glen tak akan pulang ke rumah. Pagi-pagi sekali Glen sudah pulang, pada pagi itu juga Mecca langsung menyambutnya."Ayah," panggilnya.Glen pun langsung mengendong anak perempuan yang berusia lima tahun itu dan mencium keningnya."Ayah, hari ini Aku ingin mandi sama Ayah !" hardiknya."Tumben?" Glen mengerutkan keningnya."Karena sekarang hari pertama Aku masuk sekolah," ucapnya bersemangat."Benarkah! Ayo Kita mandi," ajak Glen langsung melepaskan baju tidur yang Mecca kenakan.Saat bersama putrinya Glen seorang yang lembut dan penyayang dan selalu memanjakannya. Dari balik pintu Amaya tersenyum melihat Glen dan Mecca."Ibu, Ayo mandikan Aku juga," pintanya sambil tersenyum.Glen pun menoleh dan bersikap dingin saat Amaya datang. Glen memang tak pernah menunjukan sikap bencinya di depan Mecca. Glen selalu ramah setiap kali ad
Seorang membukakan pintu ruangan Glen yang terlihat sedang membuka beberapa berkas."Maaf Pak, ada yang ingin bertemu dengan Bapak," ucap Sekretaris Sindi."Siapa?" tanya Glen sembari melihat ke arah Sindi.Sindi pun mempersilahkan seseorang untuk masuk ke ruangannya."Anggara," panggilnya mengerutkan keningnya.'mu -laki itu pun masuk dan terus saja menoleh pada Sindi yang berpamitan keluar untuk kembali ke tempatnya. Anggara pun duduk di hadapan Glen."Ada apa?" tanya Glen sinis."Aku hanya ingin berkunjung saja ke sini apa tak boleh," jawabnya santai."Sudah tak perlu basa-basi ada apa?" balik tanyanya."Ngomong-ngomong sekertaris mu cantik juga," gumannya tak menghiraukan pertanyaan dari rivalnya ini.Glen pun menghembuskan napas panjang. Ia tau benar sifat Anggara seperti apa? Seorang badboy yang kurang ajar karena tak hanya satu wanita saja yang per
Tak ada yang sadar kalau Alvi sudah tak pulang sampai tiga hari. Tak ada yang menanyakan ke mana Alvi. Semenjak ia pergi dengan pria pincang itu setelah itu tak ada kabar lagi.Tiba beberapa polisi pun datang dan mengejutkan wanita yang biasa di panggil Momy El. Kedatangan beberapa polisi ini benar-benar di luar dugaan sampai mengejutkan pemilik rumah."Selamat siang, bisa bertemu dengan pemilik rumah?" tanya salah satu polisi yang datang ke rumah Momy El."Yah, Saya sendiri. Ada apa?" balik tanya wanita gendut itu."Tadi pagi di perbatasan jalan tol kami menemukan seorang mayat wanita berusia sekitar 20-22 tahun. Keadaannya penuh luka di sekujur tubuhnya itu yang menyebabkan korban tewas sekitar sehari yang lalu," ucap Polisi yang bernama Rian.Wanita gendut itu pun mengerutkan keningnya dan bingung dengan ucapan polisi itu. Polisi itu pun membawa mayat itu ke rumah Momy El. Polisi itu juga mengatakan kalau mayat itu
Tepat pada malam hari dengan jalan terpincang-pincang Adiko pun pulang ke rumahnya setelah seminggu pergi entah ke mana? Pria ini sudah tak mengurus perusahaannya namun, ia masih memegang kendali penuh atas perusahaan yang ia miliki.Putra semata wayangnya Glen tak bisa berbuat apa-apa karena ia hanya mengolah saja tak memegang kendali penuh. Tetap saja semuanya atas izin darinya.Adiko masih belum memberikan kewenangan 100 persen pada putranya karena pria ini masih belum mempercayai Glen. Putranya itu tak pernah sepaham dengannya maka dari itu ia masih belum mempercayainya.Adiko melangkah pelan dengan penuh cairan merah entah apa itu? Mungkin darah karena berbau amis. Di lantai rumahnya banyak ceceran cairan merah yang membekas di sepatu yang ia pakai.Tiba-tiba saja lampu yang tadinya gelap pun kini menyala. Seketika Adiko pun tekejut dan menoleh ke belakang."Dari mana Ayah sampai pulang mengendap-endap?" tanya Gle
Samar-samar Glen membuka matanya saat sekertaris nya membangunkannya."Pak... Pak,..." panggil Sindi mencoba membangunkan Glen sedari tadi sampai 15 menit Sindi memcoba sampai akhirnya Glen pun beranjak bangun."Maaf, Pak! Saya lancang membangunkan Bapak akan tetapi, Bapak sudah ditunggu untuk rapat direksi pada pagi ini," ucap Sindi sambil menunduk takut Bos-nya ini marah.Glen mengangguk dengan setengah sadar dan beranjak bangun. Ia pun ke kamar mandi di ruangannya untuk membersihkan wajahnya agar terlihat fress kembali.Glen menatap cermin yang ada di kamar mandi sekarang ia sudah terlihat segar. Semalaman ia tak bisa tidur karena ayahnya dan juga Amaya.Dua orang itu terus saja menggangu hidupnya sampai membuat hidupnya sangat muak sekali. Beberapa kali ia menghembuskan napas panjang dan setelah itu ia keluar kamar mandi. Terlihat Sindi masih berada di ruangannya.Setelah itu Glen dan Sindi pun keluar dari r
Dalam sebulan ini Glen tak berkunjung ke rumah Momy El. Sebenarnya ia merindukan Azalea tapi, kesibukan yang menyita waktunya membuatnya tak bisa ke mana-mana.Miliki saham yang sama rata dengan ayahnya membuat Glen memiliki keuntungan yang begitu besar. Sekarang ia bisa mengendalikan semuanya dan Adiko tak bisa berkuasa lagi.Apa yang dilakukan Amaya benar-benar menguntungkannya? Namun, sekarang ia akan lebih waspada setelah ini. Amaya bisa melakukan apa pun dan Glen harus lebih cerdik dari Amaya.Seperti biasa setiap Glen datang semua wanita selalu menyambutnya berharap salah satu dari mereka bisa dipilihnya. Walaupun hanya satu malam saja itu yang menguntungkannya.Semua penghuni rumah Momy El tau kalau kedatangan Glen ke sini untuk mencari Jeny. Semua menyebut Azalea itu Jeny karena Momy El yang menamainya seperti itu. Bahkan tak ada yang tau siapa nama sebenarnya kecuali Momy El dan Azalea sendiri.Azalea langsung cemb
Pada malam itu Glen tak pulang ke rumahnya. Memang sudah seminggu ini Glen tak ada pulang ke rumah sampai setiap hari Mecca terus saja menelponnya untuk mengetahui keadaan ayahnya.Sebenarnya Mecca sangat merindukan Glen tapi, ayahnya selalu sibuk dengan pekerjaannya. Gadis kecil itu sangat pintar dan mengerti kalau ayahnya kerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.Walaupun Amaya selalu mengajarkan hal baik pada Mecca dan tak pernah memperlihatkan keburukannya selalu menunjukan hal baik. Sehingga Mecca selalu patuh padanya.Amaya juga tak pernah menjelek-jelekkan ayahnya yang jarang pulang. Amaya tak ingin Glen membalasnya tak membuatnya kehilangan segalanya.Hari ini Amaya tak ingin ke manapun ia sangat lelah dua hari ini Adiko terus saja mengempur nya tanpa henti. Bayaran yang Adiko berikan padanya sebanding dengan apa yang diberikan oleh Adiko padanya.Saham sebesar sepuluh persen itu sangat besar untuknya karena
Sudah hampir satu jam Glen dan Azalea berada di ruang Tika. Sehari kemarin Glen bersama Azalea sekarang laki-laki itu membawanya ke rumah sakit.Awalnya Azalea tak tau kenapa Glen membawanya ke rumah sakit. Azalea merasa kasihan melihat wanita separuh baya ini yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Sedari tadi Glen diam saja tanpa berkata apa-apa dan membuat Azalea pun ikut diam."Kak, sudah berapa lama ibu di sini?" tanya Azalea memecahkan kesunyian diantara keduanya.Glen pun menghembuskan napas panjang. "Dua tahun, dua tahun Ibu terbaring di sini. Tak ada yang tau apa yang terjadi pada Ibu karena saat kejadian semua Maid sedang tak ada di tempat itu. Rekaman cctv pun hilang sampai sekarang tak tau di mana rekaman itu," tutur Glen sendu.Azalea pun mengusap lembut punggung Glen. Ia tak tau bagaimana rasanya mengalami hal seberat ini. Azalea pun merasakan bagaimana rasanya tak mempunya
Dengan terpaksa Adiko pun menyetujui syarat pembebasannya. Karena tak ingin suaminya di sel tahanan. Yesi pun sengaja membayar polisi agar bisa bersama Adiko si kantor polisi untuk menemaninya satu malam ini."Kamu pulang sendiri?" tanya Anggra saat melihat Ardyan sendiri."Iya Kak, ibu bersih keras tak mau pulang. Dia ingin menemani Om Adiko," jawab Ardyan kesal."Jadi kasusnya bagaimana?""Yah, bebas bersyarat saya sudah meminta bantuan pengacara untuk membantu Om Adiko. Tapi, tetap saja karena Om Adiko memang bersalah dalam kasus ini," jawab Ardyan kesal."Karena itu setelah menikah kamu jangan biarkan Tari di sini," ungkap Anggara tiba-tiba."Oh iya, kenapa kakak selalu melarang Tari untuk tinggal di sini? Aku penasaran saja?""De, kakak sangat mengenal Adiko seperti apa? Dia seseorang yang li
Kayra membasuh wajahnya dengan air di wastafel. Ia tak menyangka kalau ia akan bertemu kembali dengan Anggara.Awalnya ia tak pernah menyadari perasaannya karena ia sendiri mencintai laki-laki lain walau hubungannya pun kandas dengannya."Kenapa malah seperti ini?" tanyanya sendiri.Wanita itu pun menatap wajahnya di cermin. Di kota ini tak ada yang tau masa lalunya. Karena Kayra sudah meninggalkannya di kota itu sebelum ia memutuskan untuk tinggal di sini. Ia sudah tak memakai nama itu lagi.Kayra sudah memakai nama aslinya yaitu Nindya Rahayu. Saat seseorang memanggilnya dengan nama Kayra, entah kenapa ia tak menyukainya.Nama itu sesuatu hal yang menurutnya sangat menjijikan karena dengan nama itu ia menjual dirinya.Tanpa sadar ia pun meneteskan air matanya dan kembali membasuh wajahnya dengan air.
"Saya perhatian kamu selalu memperhatikan Dokter Mulan?" tanya Anggra pada laki-laki yang ada di depannya."Ma-maafkan saya, Mas! Jika itu sangat menganggu hubungan kalian saya tak akan memperhatikan Dokter Mulan lagi," jawabnya serius.Anggara mengerutkan keningnya. "Sepertinya wajahmu tak asing? Mirip-mirip siapa yah?" balik tanyanya.Sekarang giliran laki-laki ini yang mengerutkan keningnya."Wajah kamu itu mirip Surya Gumilang!""Surya Gumilang memang ayah saya Mas! Saya putra bungsu Surya Gumilang, Alinaru Gumilang.""Pantas saja wajahmu tak asing. Saya diundang ke pesta pernikahan Kakakmu Serin dan Barca, satu tahun yang lalu kalau enggak salah.""Rupanya Mas mengenal keluarga saya dengan baik.""Yah, saya dan ayahmu pernah menjalin kerja sama dalam satu proy
Anggara masih mengikuti mobil yang ada di depannya dan ternyata menuju rumah sakit yang sama seperti tujuannya. Laki-laki itu pun menggelengkan kepalanya ternyata tujuannya sama.Ia melihat sekitar dan mulai mencari wanita yang ada di dalam mobil yang ia ikuti tadi."Ke mana dia pergi? Cepat sekali menghilangnya," gumamnya sendiri.Anggara pun melangkah memasuki rumah sakit. Semenjak Ayahnya memberikan saham rumah sakit padanya, membuatnya harus sering bolak-balik ke rumah sakit."Kak Anggra, sudah di tunggu di ruang meeting," ucap Mulan adik dari ayah kandungnya satu ayah beda ibu."Yah, sudah kumpul semua?""Ada beberapa yang sudah hadir.""Kamu, mau ke mana?" tanyanya karena berjalan berlawanan arah."Aku mau meriksa pasien."
Suara ketukan pintu pun membuyarkan semuanya yang sedang sarapan bersama. Semuanya saling melihat tak tau siapa yang datang?"Tamu siapa sih? Pagi-pagi sudah bertamu!" seru Yesi menggerutu karena ini terlalu pagi untuk berkunjung."Maaf, Nyonya di luar ada dua polisi mencari Pak Adiko," ucap Maid yang membuka pintu rumahnya."Polisi? Mau apa mereka?" tanyanya sendiri beranjak bangun dari tempat duduknya.Seketika wajah Adiko pun pucat pasi. Begitu istrinya pergi, ia juga buru-buru pergi dari sana. Terlihat Anggara dan Ardyan saling melihat yang terlihat bingung itu Ardyan karena ia tak tau masalahnya apa?Yesi pun berjalan ke arah pintu terlihat dua polisi sudah berdiri di depan pintu."Ada apa Pak, mencari suami saya?" tanya Yesi bingung."Bapak Adiko nya ada? Ada pelaporan terhadap Bapak Adiko,
Juan sudah memperbolehkan Amaya untuk pulang. Santi membereskan barang-barang yang ada di ruang Amaya.Wajah Santi terlihat sedih karena setelah ia keluar dari rumah sakit ia dan putrinya Tan tau akan tinggal di mana?Amaya memperhatikan kesedihan dari wajah Santi."Ibu, jangan sedih harusnya Ibu senang karena aku akan pulang!" seru Amaya."Pulang ke mana? Kita sudah tak punya apa-apa? Akan tinggal di mana Kita," jawab Santi berkaca-kaca merasa sangat sedih.Sebenarnya Amaya tak tega tapi, mau bagaimana lagi? Ia tak mau tinggal di sini terus-menerus. Jika di sini, tak hanya biaya saja yang terus membengkak ia juga akan merasa sakit tak sembuh-sembuh.Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Amaya dan Santi yang langsung menoleh ke arah pintu.Juan pun membuka pintu. "Kalian sudah siap?" tanyanya.
Amaya terus saja melakukan terapi psikologi untuk dirimu sendiri dan itu benar-benar ampuh membuat dirimu merasa rileks dan tenang.Secara berkala keadaannya mulai membaik. Rasa sakit kepala yang selalu ia derita pun secara perlahan sudah tak terasa sakit.Juan memeriksa kondisi Amaya hari ini dan dokter muda ini pun tersenyum."Kondisimu sekarang cukup baik jika seperti ini besok atau lusa bisa pulang," ucap Juan tersenyum."Benarkah?" tanyanya sumeringah.Saat ini tak ada yang membuatnya bahagia selain pulang. Akan tetapi, seketika wajah pun murung.Dokter Juan memperhatikan ekspresi Amaya yang seketika berubah."Kamu kenapa? Bukankah harusnya kamu senang pulang ke rumah?" tanya Juan penasaran masih memperhatikan Amaya."Entahlah, apakah aku punya rumah?" balik tanya A
Berkat penanganan dokter, Azalea pun bisa pulang cepat. Beberapa luka di wajahnya sudah mulai sembuh.Kali ini Glen tak akan meninggalkan istrinya lagi sekalipun itu rapat penting. Ia akan melakukannya di rumah.Karena kejadian ini juga beberapa karyawan di perusahaannya mulai bergosip dan mereka mulai mencari tau masa lalu dari istri Glen."Apa tak berlebihan aku dikawal bodyguard?" tanya Azalea pada suaminya karena Glen merekomendasikan beberapa orang untuk menjaganya."Tidak, Sayang ... aku tak mau jika sampai kejadian ini terulang lagi. Aku tak akan tenang," jawab Glen khawatir.Azalea tersenyum. "Ini terlalu berlebihan aku kan bersamamu di rumah kenapa bodyguardnya sebanyak ini?""Sudahlah, Ratuku kamu menurut yah ini demi kebaikanmu," ucap Glen sembari mengecup keningnya.Azalea menghembus n
Glen pun menelpon seseorang untuk menyelidiki semua gerak-gerik Adiko. Ia ingin mengetahui apa yang akan pria itu lakukan setelah ini?Setelah hampir tiga jam ia tertidur. Azalea pun sadar."Sayang, bagaimana kandunganku?" tanyanya pelan."Anak kita baik-baik saja, Sayang. Kamu tak perlu khawatir! Aku tak akan membiarkan dia hidup dengan tenang setelah apa yang dia lakukan padamu," jawab Glen dengan marah yang begitu besar.Azalea menghembus napas panjang. Merasa lega karena janin dalam kandungannya selamat. Tiba-tiba saja air matanya keluar lagi."Sayang, kamu kenapa?" tanya Glen sembari mengusap air matanya."Dia yang menyakitiku dulu, Mas ...! Karena dia aku merasakan rasa sakit yang teramat sangat saat semuanya di renggut olehnya," tutur Azalea mengingat kembali rasa sakit yang tak pernah bisa ia lupakan.