Dalam satu tahun dunia Azalea berubah begitu cepat sekarang ia sudah menjadi seorang istri diusianya yang baru 19 tahun. Usia muda untuk sebuah pernikahan dan suaminya sekarang berusia hampir 28 tahun. Hampir berbeda sembilan tahun.
Semua itu tak menjadi halangan untuk Azalea karena Glen sangat mencintainya itu yang dibutuhkan Azalea saat ini. Di usia mudanya wanita muda ini sudah mendapatkan segalanya.
Glen pun memutuskan untuk pindah kota tak ingin ada hubungan lagi dengan Amaya lagi. Semua kendali perusahaan sudah ia pegang termasuk saham milik Adiko.
Dengan cara yang tak disangka-sangka Glen pun berhasil mendapatkannya karena ia tak mau jika Amaya mendapatkan semuanya. Tak hanya itu saja Glen juga memindahkan perawatan ibunya Tika tanpa sepengetahuan Amaya.
Glen sudah memutuskan untuk memutuskan hubungannya dengan Amaya semuanya sudah ia lepaskan. Kantor cabang pun semuanya dipindahkan dalam waktu yang cepat serba cepat semuanya sudah berada dalam kendali Glen.
Baru dua hari ini Mecca mulai mengakui Azalea walaupun gadis itu sering menanyakan Amaya. Glen selalu mengatakan kalau Amaya sudah tak mau mengurus Mecca lagi.
Glen ingin Mecca membenci Amaya karena tinggal bersama Amaya kurang baik untuk psikologis Mecca. Walau sebenarnya Amaya tak pernah menunjukan keburukannya di depan Mecca tapi, Glen tak ingin Mecca diasuh Amaya.
Azalea itu sangat sabar sekali tak memaksakan Mecca namun, ia tegas. Sikap itu lah yang tak pernah ditujukan oleh Amaya. Glen memutuskan bekerja di rumah saja sesekali datang ke kantor. Pria ini ingin menghabiskan banyak waktu dengan Mecca dan Azalea.
"Kak," panggil Azalea.
"Yah," jawab Glen memperhatikan Azalea.
Azalea pun mendekati Glen dan melingkarkan tangannya ke pundak suaminya. Sesaat Glen pun menciumi tangan Azalea dan menoleh pada Azalea.
"Ada apa?" tanyanya beranjak bangun dan kini Glen yang memeluk Azalea.
"Aku ingin kuliah! Bukankah Kakak sudah berjanji untuk mewujudkannya," jawab Azalea sembari menoleh pada suaminya.
"Baik tapi, ada syaratnya?"
Azalea mengerutkan keningnya. "Syarat?"
"Yah!"
"Apa?"
"Berikan Aku anak darimu!"
Azalea tersenyum. "Aku sudah lama tak minum obat KB!"
"Benarkan."
"Iya."
"Kalau begitu, ayo kita buat lagi!" seru Glen sambil melumat bibir Azalea.
Glen sangat berhasrat sekali kapanpun pria ini mau, Azalea pun harus mengikuti keinginannya. Gairahnya nego besar bahkan jika tak ada Mecca bisa-bisa Azalea tak diizinkan bangun dari tempat tidur.
Dengan cepat kini keduanya sudah polos. Sebelum itu Glen pun mengunci ruangannya dari dalam agar keduanya tau jika ada yang masuk atau mengetuk pintu.
Glen sudah membaringkan tubuh Azalea di meja mengangkat kedua kakinya dan senjata Glen pun siap meluncur ke area sensitifnya. Glen sangat menikmati permainan Azalea yang membuatnya mengila bahkan menjadikan Glen candu padanya.
Azalea selalu memberikan hal-hal yang membuat Glen tak bisa melepaskannya. Berapa uang pun tak masalah ia keluarkan yang paling penting Glen bisa mendapatkannya.
Azalea seorang wanita muda yang selalu jujur apa adanya dan itu yang Azalea perlihatkan tak pernah berbohong padanya. Apa pun yang ada dalam diri Azalea selalu dikagumi Glen.
Glen masih bergairah walaupun cairan cintanya sudah keluar dari senjatanya. Glen masih ingin bercinta dengan Azalea sampai suara ketukan pintu membuat Glen pun menyudahi pertempurannya dengan Azalea.
Baik Azalea dan Glen pun segera memakai pakaiannya kembali dan membuka pintu ruangan ini. Terlihat Mecca cemberut karena orang tuanya lama sekali membuka pintu.
"Ada apa?" tanya Glen sambil tersenyum.
"Kenapa lama sekali dibuka pintunya?" balik tanya Mecca cemberut.
"Maaf-maaf...."
Azalea pun keluar dari ruangan Glen. "Sayang, ada apa?" tanya Azalea sambil tersenyum.
"Bukannya tadi Bunda sudah janji mau membawaku membeli mainan!" seru Mecca cemberut.
"Ya, ampun. Maaf Sayang! Bunda lupa. Ayo Kita berangkat sekarang," ajak Azalea.
"Bunda ganti baju dulu," pinta Mecca.
"Kenapa?"
"Karena pakaian Bunda tak sama denganku!"
Azalea pun tersenyum karena saat ini Mecca mengunakan overall rok pendek berwarna merah muda.
"Oke... Bunda ganti pakaian dulu yah."
"Jangan lupa rambut Bunda harus sama seperti Elsa. Aku sudah seperti Anna," pinta Mecca.
"Oke."
Azalea pun melangkah meninggalkan ruangan Glen yang masih bingung dengan ucapan putrinya Mecca.
"Sayang, Elsa dan Anna itu siapa?" tanya Glen bingung.
"Ayah, itu film favorit Aku, film Frozen. Ada Elsa kakaknya ratu salju dan adiknya Anna. Kenapa Ayah tak tau sih?" tanya Mecca cemberut.
Glen tertawa dengan ucapan Mecca. Ternyata banyak hal yang tidak diketahui oleh Glen tentang putrinya dan dalam satu minggu saja Azalea bisa mengetahui favorit dari putrinya.
Beberapa saat kemudian Azalea pun datang dan sudah mirip dengan Quinsa dan berpakaian kayaknya gadis seusianya dan ceria dan bahagia.
Melihat Azalea sangat senang menjadi diri sendiri seperti itu membuatnya menjadi merasa bersalah karena memintanya menjadi seorang ibu dan istri.
Glen ikut dalam acara Azalea dan Mecca sebagai supir pribadi mereka dan membayar semua belanjaan mereka berdua. Glen sangat senang Azalea dekat putrinya.
Pria itu memikirkan banyak hal membuatnya tak ingin kehilangan Azalea. Ia tau kalau perasaannya egois tapi, Glen benar-benar mencintainya setelah istrinya meninggal. Tak asa wanita yang membuatnya jatuh cinta seperti cinta Glen pada Azalea.
Azalea sangat cocok sekali dengan Mecca. Putrinya begitu membuat Azalea kerepotan karena harus menuruti Mecca dengan permintaan macam-macam yang membuat Glen pun menepuk keningnya.
Wajah Glen sendiri terlihat masih muda dan fress tak terlihat kalau usianya sudah 28 tahun. Semuanya seperti pasangan yang lainnya. Mecca selalu memanggil Azalea, Bunda Lea dan Ayah Glen dan beberapa orang pun ada yang memperhatikan semua ini.
Glen sendiri tak peduli apa kata orang. Di kota ini hanya beberapa yang mengenalinya. Sehingga Glen dan Azalea bisa berjalan-jalan dengan santai tanpa memperdulikan lain.
Bagi Glen asalkan Mecaa bahagia apa pun bisa dilakukan. Di kota ini Glen bisa bebas berjalan-jalan tanpa ada wartawan ataupun yang mengawasinya. Semuanya bisa dilakukannya tanpa ada rasa khawatir.
Di kota ini sangat berbeda dengan tempat tinggalnya dulu. Setidaknya di sini lebih damai daripada di sana. Di kota ini orang-orang cuek dengan kehidupan orang lain. Karena rata-rata di sini hanpir tiga perempat penduduknya orang-orang kelas atas.
Tak ada pengemis ataupun penipu lainnya. Untuk tinggal di sini pun dikenai pajak yang sangat tinggi. Rata-rata yang tinggal di kota ini para artis dan juga pejabat daerah dan tak pernah saling mengusik.
Jika ada yang melanggar peraturan pun akan dikenai denda dan diusir dari kota dan tak diizinkan datang kembali ke kota. Jika sudah diusir di kota ini tinggal di kota manapun akan dianggap sampah. Yang paling membuat Glen suka kota ini mempunyai peraturannya sendiri.
Bersambung
Dengan berat hati Amaya pun memutuskan untuk mengugurkan kandungannya. Ia tak tau mengakuinya ataupun mengurus janin ini. Hidupnya akan benar-benar hancur jika ia melakukan ini.Dengan di temani sang Ibu, Santi. Amaya pun datang ke seorang dukun beranak di daerah yang jauh dari kotanya bahkan untuk sampai ke tempatnya membutuhkan waktu sampai empat jam."Kamu yakin akan melakukan ini?" tanya Santi lagi memastikan."Yah, Ibu! Hidupku akan hancur jika anak ini ada?" jawab Amaya penuh dengan keyakinan.Santi pun menghembuskan napas panjang dan tak bisa berkata-kata lagi. Semua keputusan itu berada di tangan Amaya. Santi melihat putrinya yang lebih kejam dari dirinya sendiri.Dulu Santi tak mempunyai keberanian seperti Amaya sekarang. Sampai ia pun bisa menjebak orang lain untuk menjadi ayah Amaya tapi, semuanya hancur karena kebohongan yang ia lakukan.Jika saja Santi kejam seperti Amaya, mungkin hidupnya tak
Selama beberapa hari Amaya merasakan sakit yang teramat menyiksa di bagian perutnya. Setelah aborsi itu perutnya sering merasa sangat sakit.Amaya terus saja meneteskan air matanya dan mengepalkan tangannya. Kemarahannya benar-benar tak terbendung lagi kalau ia sangat marah sekali pada Glen.Entah berada di mana Glen sekarang? Rasanya ini benar-benar tak adil untuknya. Semua yang Glen lakukan tak adil untuknya. Kenapa Glen melakukan semua ini?Kenapa Glen tak memberikan kesempatan untuknya berubah? Memikirkan semua ini membuat tekanan darahnya naik dan ia pun harus dilarikan ke rumah sakit setelah ia pulang melakukan aborsi.Perutnya sangat sakit sekali tapi, hatinya lebih sakit dari ini. Ia sangat frustrasi karena Glen. Amaya menyadari kalau ia benar-benar mencintai Glen. Sekarang semuanya sudah terlambat ia tak tau di mana Glen sekarang.Kepa
Tak banyak berpikir panjang Santi pun menyetujuinya. Semuanya demi putrinya apa pun bisa ia lakukan. Ia tak mau jika harus kehilangan Amaya putrinya yang ia perjuangkan selama ini semuanya demi Amaya.Keselamatan Amaya nomor satu yang lain Santi tak mau peduli lagi. Amaya harus bangkit dari keterpurukannya. Ia harus membalas Glen. Pria itu harus merasakan berlipat-lipat penderita yang Amaya rasakan saat ini.Santi terpaksa mengeluarkan uang banyak untuk menyembuhkan putrinya. Semuanya demi Amaya. Santi tak tega jika harus melihat Amaya seperti ini secara terus-menerus. Karena Amaya yang ia lihat bukan Amaya seperti ini.Sebenernya yang membuat Amaya sakit lama itu dirinya sendiri tak mau bangkit. Seluruh hidupnya hancur ketika wanita lain datang kepada kehidupannya. Wanita itu yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi padanya.Amaya merasa kalau hidupnya sudah tak berarti l
"Nak, Ibu senang karena sekarang Kamu mau berusaha untuk sembuh," ungkap Santi berkaca-kaca karena melihat perubahannya sekarang.Amaya tersenyum. "Aku sadar Aku tak bisa seperti ini terus-menerus...." Amaya menghentikan ucapannya."Apakah karena Dokter Juan?" tanya Santi memperhatikan wajah Amaya.Amaya hanya menoleh dan tak menjawab pertanyaan Ibunya. Santi hanya bisa menerka-nerka saja karena semenjak Amaya dirawat Dokter Juan perkembangan Amaya mulai meningkat."Aku ingin jalan-jalan," pinta Amaya.Santi pun menganggukan kepalanya dan keluar dari ruang inap Amaya ia meminta perawat untuk menyiapkan kursi roda untuk putrinya. Beberapa saat kemudian perawat pun datang membawa kursi roda yang diberikan pada Santi.Setelah itu Santi pun masuk kembali dan membantu Amaya naik kursi roda untuk keluar jalan-jalan di sekitar rumah sakit.Begitu keluar ruangan Amaya merasakan udara yang baru m
Azalea menyiapkan sarapan untuk suaminya beberapa bulan ini hidupnya benar-benar damai tak ada yang mengusik oleh siapapun?"Mecca," panggil Azalea.Dengan langkah cepat gadis kecil itu mendatangi Azalea."Ada apa Momy?" tanyanya setelah berada dihadapannya.Azalea tersenyum melihat gadis kecil itu. "Ayo kita makan," ajaknya."Aku tak mau makan!"Azalea mengerutkan keningnya. "Kenapa?""Tadi aku sudah makan kudapan. Aku masih kenyang," jawabnya sambil menundukkan kepalanya.Azalea tersenyum lagi. "Oh, pantas saja kenapa kue Momy, tinggal separuh yah? Jadi Kamu pelakunya!" seru Azalea menggoda Mecca."Iya, Momy. Kue buahnya enak sekali. Aku tak bisa berhenti memakan kue buahnya.""Kalau gitu Kita pesan kue buah lagi gimana?" tanya Azalea sembari melihat wajah Mecca.Mecca tak menjawab tawaran Azalea akan tetapi, terlihat jelas kalau wajah Mecca itu
"Aku tak tau apa yang aku rasakan pada putri Ibu? Yang jelas aku meinginkan hubungan lebih dari sekedar pasien dan dokternya," ungkap Juan tulus dari lubuk hatinya.Tanpa sadar mendengar ucapan dokter muda ini pelupuk mata Santi pun mengeluarkan air matanya. Wanita ini benar-benar terharu dengan ucapannya.Dokter Juan masih memperhatikan raut wajah dari Santi yang meneteskan air matanya dan menghapusnya kembali. Melihat reaksi Santi seperti ini, Juan semakin penasaran dengan apa yang terjadi pada Amaya?Santi pun menghapus air matanya dan tersenyum pada dokter muda itu."Apa yang ingin dokter tau tentang Amaya?" tanya Santi serius."Semuanya Bu. Aku ingin mengetahui semuanya yang berkaitan dengan Amaya dari masa lalunya sampai kehidupannya yang sekarang," jawab Juan tak kalah serius.Santi tersenyum. "Mana ponsel dokter?" t
Tiba-tiba saja Juan terbangun tengah malam. Ia sekaligus bangun sampai membuat kepalanya pusing. Buru-buru ia melihat ponselnya. Ada satu pesan yang belum ia baca.Juan pun membuka chat masuk yang belum dibaca."Sebenarnya Amaya tak seperti dulu! Satu kejadian merubah hidupnya menjadi seperti ini," balas chat Santi sekitar jam 20.00 malam.Dokter Juan pun melihat jam dinding di kamarnya. Waktu menunjukkan jam 00.30."Ya ampun tak mungkin aku membalas chat Ibu Santi jam segini," gumamnya.Juan membaca berulang-ulang chat dikirim oleh Santi beberapa jam yang lalu."Sebenarnya apa yang terjadi padanya?" tanyanya dalam hati."Aku ingin mengenalmu lebih dekat Amaya," ucapnya sendiri.Hampir semalaman Juan tak bisa tidur. Dalam hatinya terus-menerus bertanya-tanya apa ya
"Ada apa?" tanya Juan lagi."Bapak yakin menyukai Mba Amaya?" balik tanya Desi serius."Ada apa dengan Amaya?""Tak ada apa-apa? Hanya saja aku merasa ada sesuatu yang ia sembunyikan dari Bapak. Maaf sebelumnya jika saya ikut campur. Saya hanya ingin memberikan saran sebelum Bapak mengenal lebih jauh mending Bapak selidik dahulu masa lalu dari Mba Amaya karena sudah banyak gosip tidak sedap yang saya dengar tentangnya. Aku sendiri tak tau gosip itu benar atau tidak. Aku tak melihat sendiri akan tetapi, lebih baik Bapak cari tau sendiri. Aku minta maaf kalau aku ikut campur terlalu jauh. Aku seperti ini karena benar-benar menganggap Bapak sebagai teman yang sudah mengenal lama dengan Bapak," tutur Desi menjelaskan semuanya.Juan tersenyum. "Terima kasih atas sarannya. Aku yakin dengan pilihanku kalau Amaya seorang gadis yang baik. Semua itu kan gosip belum tentu itu benar," uca
Dengan terpaksa Adiko pun menyetujui syarat pembebasannya. Karena tak ingin suaminya di sel tahanan. Yesi pun sengaja membayar polisi agar bisa bersama Adiko si kantor polisi untuk menemaninya satu malam ini."Kamu pulang sendiri?" tanya Anggra saat melihat Ardyan sendiri."Iya Kak, ibu bersih keras tak mau pulang. Dia ingin menemani Om Adiko," jawab Ardyan kesal."Jadi kasusnya bagaimana?""Yah, bebas bersyarat saya sudah meminta bantuan pengacara untuk membantu Om Adiko. Tapi, tetap saja karena Om Adiko memang bersalah dalam kasus ini," jawab Ardyan kesal."Karena itu setelah menikah kamu jangan biarkan Tari di sini," ungkap Anggara tiba-tiba."Oh iya, kenapa kakak selalu melarang Tari untuk tinggal di sini? Aku penasaran saja?""De, kakak sangat mengenal Adiko seperti apa? Dia seseorang yang li
Kayra membasuh wajahnya dengan air di wastafel. Ia tak menyangka kalau ia akan bertemu kembali dengan Anggara.Awalnya ia tak pernah menyadari perasaannya karena ia sendiri mencintai laki-laki lain walau hubungannya pun kandas dengannya."Kenapa malah seperti ini?" tanyanya sendiri.Wanita itu pun menatap wajahnya di cermin. Di kota ini tak ada yang tau masa lalunya. Karena Kayra sudah meninggalkannya di kota itu sebelum ia memutuskan untuk tinggal di sini. Ia sudah tak memakai nama itu lagi.Kayra sudah memakai nama aslinya yaitu Nindya Rahayu. Saat seseorang memanggilnya dengan nama Kayra, entah kenapa ia tak menyukainya.Nama itu sesuatu hal yang menurutnya sangat menjijikan karena dengan nama itu ia menjual dirinya.Tanpa sadar ia pun meneteskan air matanya dan kembali membasuh wajahnya dengan air.
"Saya perhatian kamu selalu memperhatikan Dokter Mulan?" tanya Anggra pada laki-laki yang ada di depannya."Ma-maafkan saya, Mas! Jika itu sangat menganggu hubungan kalian saya tak akan memperhatikan Dokter Mulan lagi," jawabnya serius.Anggara mengerutkan keningnya. "Sepertinya wajahmu tak asing? Mirip-mirip siapa yah?" balik tanyanya.Sekarang giliran laki-laki ini yang mengerutkan keningnya."Wajah kamu itu mirip Surya Gumilang!""Surya Gumilang memang ayah saya Mas! Saya putra bungsu Surya Gumilang, Alinaru Gumilang.""Pantas saja wajahmu tak asing. Saya diundang ke pesta pernikahan Kakakmu Serin dan Barca, satu tahun yang lalu kalau enggak salah.""Rupanya Mas mengenal keluarga saya dengan baik.""Yah, saya dan ayahmu pernah menjalin kerja sama dalam satu proy
Anggara masih mengikuti mobil yang ada di depannya dan ternyata menuju rumah sakit yang sama seperti tujuannya. Laki-laki itu pun menggelengkan kepalanya ternyata tujuannya sama.Ia melihat sekitar dan mulai mencari wanita yang ada di dalam mobil yang ia ikuti tadi."Ke mana dia pergi? Cepat sekali menghilangnya," gumamnya sendiri.Anggara pun melangkah memasuki rumah sakit. Semenjak Ayahnya memberikan saham rumah sakit padanya, membuatnya harus sering bolak-balik ke rumah sakit."Kak Anggra, sudah di tunggu di ruang meeting," ucap Mulan adik dari ayah kandungnya satu ayah beda ibu."Yah, sudah kumpul semua?""Ada beberapa yang sudah hadir.""Kamu, mau ke mana?" tanyanya karena berjalan berlawanan arah."Aku mau meriksa pasien."
Suara ketukan pintu pun membuyarkan semuanya yang sedang sarapan bersama. Semuanya saling melihat tak tau siapa yang datang?"Tamu siapa sih? Pagi-pagi sudah bertamu!" seru Yesi menggerutu karena ini terlalu pagi untuk berkunjung."Maaf, Nyonya di luar ada dua polisi mencari Pak Adiko," ucap Maid yang membuka pintu rumahnya."Polisi? Mau apa mereka?" tanyanya sendiri beranjak bangun dari tempat duduknya.Seketika wajah Adiko pun pucat pasi. Begitu istrinya pergi, ia juga buru-buru pergi dari sana. Terlihat Anggara dan Ardyan saling melihat yang terlihat bingung itu Ardyan karena ia tak tau masalahnya apa?Yesi pun berjalan ke arah pintu terlihat dua polisi sudah berdiri di depan pintu."Ada apa Pak, mencari suami saya?" tanya Yesi bingung."Bapak Adiko nya ada? Ada pelaporan terhadap Bapak Adiko,
Juan sudah memperbolehkan Amaya untuk pulang. Santi membereskan barang-barang yang ada di ruang Amaya.Wajah Santi terlihat sedih karena setelah ia keluar dari rumah sakit ia dan putrinya Tan tau akan tinggal di mana?Amaya memperhatikan kesedihan dari wajah Santi."Ibu, jangan sedih harusnya Ibu senang karena aku akan pulang!" seru Amaya."Pulang ke mana? Kita sudah tak punya apa-apa? Akan tinggal di mana Kita," jawab Santi berkaca-kaca merasa sangat sedih.Sebenarnya Amaya tak tega tapi, mau bagaimana lagi? Ia tak mau tinggal di sini terus-menerus. Jika di sini, tak hanya biaya saja yang terus membengkak ia juga akan merasa sakit tak sembuh-sembuh.Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Amaya dan Santi yang langsung menoleh ke arah pintu.Juan pun membuka pintu. "Kalian sudah siap?" tanyanya.
Amaya terus saja melakukan terapi psikologi untuk dirimu sendiri dan itu benar-benar ampuh membuat dirimu merasa rileks dan tenang.Secara berkala keadaannya mulai membaik. Rasa sakit kepala yang selalu ia derita pun secara perlahan sudah tak terasa sakit.Juan memeriksa kondisi Amaya hari ini dan dokter muda ini pun tersenyum."Kondisimu sekarang cukup baik jika seperti ini besok atau lusa bisa pulang," ucap Juan tersenyum."Benarkah?" tanyanya sumeringah.Saat ini tak ada yang membuatnya bahagia selain pulang. Akan tetapi, seketika wajah pun murung.Dokter Juan memperhatikan ekspresi Amaya yang seketika berubah."Kamu kenapa? Bukankah harusnya kamu senang pulang ke rumah?" tanya Juan penasaran masih memperhatikan Amaya."Entahlah, apakah aku punya rumah?" balik tanya A
Berkat penanganan dokter, Azalea pun bisa pulang cepat. Beberapa luka di wajahnya sudah mulai sembuh.Kali ini Glen tak akan meninggalkan istrinya lagi sekalipun itu rapat penting. Ia akan melakukannya di rumah.Karena kejadian ini juga beberapa karyawan di perusahaannya mulai bergosip dan mereka mulai mencari tau masa lalu dari istri Glen."Apa tak berlebihan aku dikawal bodyguard?" tanya Azalea pada suaminya karena Glen merekomendasikan beberapa orang untuk menjaganya."Tidak, Sayang ... aku tak mau jika sampai kejadian ini terulang lagi. Aku tak akan tenang," jawab Glen khawatir.Azalea tersenyum. "Ini terlalu berlebihan aku kan bersamamu di rumah kenapa bodyguardnya sebanyak ini?""Sudahlah, Ratuku kamu menurut yah ini demi kebaikanmu," ucap Glen sembari mengecup keningnya.Azalea menghembus n
Glen pun menelpon seseorang untuk menyelidiki semua gerak-gerik Adiko. Ia ingin mengetahui apa yang akan pria itu lakukan setelah ini?Setelah hampir tiga jam ia tertidur. Azalea pun sadar."Sayang, bagaimana kandunganku?" tanyanya pelan."Anak kita baik-baik saja, Sayang. Kamu tak perlu khawatir! Aku tak akan membiarkan dia hidup dengan tenang setelah apa yang dia lakukan padamu," jawab Glen dengan marah yang begitu besar.Azalea menghembus napas panjang. Merasa lega karena janin dalam kandungannya selamat. Tiba-tiba saja air matanya keluar lagi."Sayang, kamu kenapa?" tanya Glen sembari mengusap air matanya."Dia yang menyakitiku dulu, Mas ...! Karena dia aku merasakan rasa sakit yang teramat sangat saat semuanya di renggut olehnya," tutur Azalea mengingat kembali rasa sakit yang tak pernah bisa ia lupakan.