"Mbok, ayo telepon papa Keenan. Bilang sama papa supaya papa mau ke sini dan bilang kalau mama sudah memaafkan papa," kata Abiya.Mbok Narti memandang majikannya penuh tanya, meminta persetujuan untuk menelpon mantan suaminya. Sementara Kemala sendiri benar-benar sudah bingung dan merasa dilema. Tapi, saat ini mungkin hanya itulah yang bisa dia lakukan untuk membuat putrinya kembali ceria. Sepertinya dia memang harus menuruti kemauan Abiya sebelum gadis kecilnya itu bertambah marah."Telepon saja, Mbok," ucapnya lirih.Mbok Narti pun langsung mengambil ponselnya, kemudian memencet nomor kontak Keenan. Saat itu bertepatan dengan Keenan yang baru saja keluar dari komplek perumahannya untuk menuju ke kantor. Dia sengaja berangkat pagi-pagi karena sudah beberapa kali dirinya datang terlambat dan juga mendapat teguran dari atasannya. Tetapi ketika dia melihat ada panggilan masuk dari Mbok Narti wajah Keenan pun langsung berubah. Laki-laki itu dengan cepat mengangkat telepon dari pembant
"Kamu udah nggak marah sama aku kan? Aku minta maaf Mala, aku tidak menyangka jika Irene akan melakukan hal yang buruk kepadamu. Aku janji aku akan bicara dengannya. Aku senang kamu sudah memaafkan aku dan mengizinkanku untuk bertemu dengan anakku lagi," kata Keenan usai menjabat tangan mantan istrinya. Senyumnya mengembang sempurna melihat sikap Kemala sudah tak segarang sebelumnya."Mama udah maafin Papa, kok. Dan mama juga nggak akan ngelarang kita untuk ketemu, Pa. Bener kan, Ma?" kata Abiya kepada Kemala.Gadis kecil itu terlihat nyaman dalam pelukan ayah kandungnya. Sementara wajah Keenan makin berseri-seri. Dia merasa sangat senang karena Mbok Narti menelpon dan menyuruhnya datang atas permintaan Kemala juga Abiya.Sementara itu dari jarak beberapa meter, Abimanyu mengepalkan tangan dan memukul setirnya berulang kali. Meski belum pernah diperkenalkan langsung dengan lelaki itu, Abimanyu sangat yakin bahwa dia adalah Keenan--mantan suami Kemala. Dan bohong jika dia tidak cemburu
"Pagi-pagi ngelamun!" Irene yang sedang melamun mengangkat wajahnya, kemudian menatap malas ke arah sahabatnya."Aku lagi mikir, Hen," jawabnya. Heni tertawa kecil sambil menaruh tas di atas meja lalu duduk di kursi kerjanya."Mikirin apa sih? Suamimu lagi?" Irene menggelengkan kepala, kemudian menatap sama sahabatnya dengan kedikan bahu."Kemarin aku temuin Kemala. Aku bilang kalau sebaiknya dia tuh ngaca. Dia tuh nggak pantes banget sama Pak Abimanyu." "Ya ampun! Aku nggak ngerti lagi deh sama kamu. Sebenarnya salah Kemala sama kamu tuh apa sih, Ren? Toh sekarang kamu udah sama Keenan kan? Perkara dia mau sama siapapun, itu bukan urusan kamu. Trus kalau dia sama Pak Abimanyu, emangnya kamu dirugikan dalam hal apa sih, Irene sayang?" Heni menggeleng-gelengkan kepala gemas."Jelas dirugikan dong, Hen. Kalau dia sampai menikah dengan Pak Abimanyu, artinya kan dia bakalan jadi bos kita. Kebayang nggak sih kalau dia jadi bos dan tau aku kerja di sini? Bisa bisa dia injak-injak aku nt
"Jadi kamu benar-benar mau ke rumah sakit menemui Bu Rosmala?" tanya Heni dengan mata membola."Memangnya kenapa kalau aku mau menemui Bu Rosmala? Aku nggak bisa diem aja lihat Kemala bahagia di atas penderitaanku, Hen. Kehidupanku sama Mas Keenan itu baik-baik aja sampai aku ketemu dia di apotek waktu itu. Aku benar-benar nyesel nyeritain itu sama Mas Keenan," kata Irene.Heni hanya menghela nafas panjang. Sahabatnya ini memang susah untuk dialihkan perhatiannya. Padahal menurutnya, Kemala itu tidak melakukan kesalahan apapun pada sahabatnya. "Terserah kamu aja deh. Yang penting aku nggak mau ya kalau nanti sampai terlibat terlalu jauh dalam masalahmu, Ren," ucapnya kemudian.Irene langsung mendelik pada sahabatnya dengan kesal. Dia merasa jika Heni saat ini tidak lagi berpihak kepadanya."Kamu nggak dukung aku, Hen?" tanya Irene."Sikap kamu ini nggak bisa didukung, Ren. Aku sih cuma pengen pernikahan kamu sama Keenan langgeng. Makanya kamu jangan nyari masalah," kata Heni.Wanita
Pagi itu Kemala benar-benar merasa sangat gelisah. Malam sebelumnya, Keenan menelpon dan mengatakan jika hari itu akan mengantarkan Abiya ke sekolah.Abiya tentu saja senang mendengar hal itu. Namun tidak demikian halnya dengan sang ibu. Kemala seolah seperti terpojok. Kali ini dia tidak bisa menolak kehadiran Keenan akibat janji yang pernah diucapkan pada putri semata wayangnya.Kemala tidak mungkin tak mengizinkan pertemuan ayha dan anak itu. Terlebih setelah insiden kemarahan Abiya beberapa hari yang lalu."Bu, Pak Keenan sudah datang. Non Abiya sudah siap juga. Mereka menunggu ibu di depan,"kata mbok Narti. Kemala menganggukkan kepalanya, kemudian Ia pun berjalan keluar kamar dan segera menuju ke halaman depan. Ternyata benar, Keenan sudah berpakaian rapi dengan raut muka terlihat bahagia. Sesekali terlihat lelaki itu sibuk merapikan rambut putrinya."Hari ini aku boleh pergi sama papa ke sekolah kan, Ma? Aku mau kenalin papa sama teman-teman aku," kata Abiya."Iya boleh. Tapi m
Jauh di luar kota …Bu Fenny--ibunda Tabitha yang juga sahabat Bu Rosmala– rupanya selalu mengikuti perkembangan hari-hari sang putri. Mendengar sahabatnya dirawat, wanita itu pun berinisiatif untuk menjenguk. Tentu saja, dia memiliki maksud lain dari kunjungannya.Sebenarnya, usaha Bu Fenny sedang diambang kebangkrutan. Oleh sebab itu dia sangat bersemangat menerima perjodohan yang ditawarkan oleh Bu Rosmala."Jadi, gimana keadaan calon ibu mertua kamu itu?" tanyanya pada sang putri begitu mereka akhirnya kembali bertemu."Kondisinya sih udah mulai baik, Ma. Tapi, aku masih belum bisa bikin Abimanyu bertekuk lutut sama aku. Dia itu benar-benar cinta mati deh kayaknya sama tuh janda," jelas Tabitha dengan nada gusar.Melihat putrinya merengut, Bu Fenny langsung mengembangkan senyum. "Kamu nggak boleh kalah dong. Kamu harus berusaha untuk memisahkan Abimanyu dengan kekasihnya itu. Seharusnya kamu bisa dengan mudah karena kamu didukung oleh Tante Rosmala. Intinya, kamu jangan mau kalah,
Pagi itu Bu Rosmala sudah diizinkan oleh dokter pulang dari rumah sakit. Kondisi kesehatannya memang sudah berangsur membaik. Tetapi, tentu saja dokter berpesan untuk menjaga emosi pasien supaya tidak kembali drop. "Habis ini jangan banyak pikiran, Ma. Kalau mama sakit semua anak-anak mama jadi repot. Kasihan Mbak Galuh sama Mbak Lintang. Suami dan anak mereka sampai tidak terurus gara-gara harus nungguin mama di rumah sakit," kata Abimanyu sambil menggandeng ibunya menuju mobil.Sementara itu, Galuh dan lintang mengikuti dari belakang dengan mobil mereka masing-masing.Memang benar apa yang dikatakan Abimanyu. Selama beberapa hari dirinya berada di rumah sakit, waktu Galuh dan Lintang tersita untuknya. Beruntung, Bu Rosmala memiliki menantu-menantu yang pengertian. Mereka tidak protes sama sekali dengan istri yang tak pernah pulang ke rumah karena merawat ibu mereka.Saat tiba di rumah, ternyata Bu Fenny dan Tabitha rupanya telah menyiapkan hidangan spesial untuk kedatangan Bu Rosma
Abimanyu berusaha untuk memendam perasaannya dan mengontrol emosi yang saat itu sedang menguasai pikirannya. Hatinya terbakar cemburu melihat foto di mana Kemala seolah tampak berbahagia bersama mantan suaminya.Abimanyu merasa tersisihkan dan sangat tidak ada harganya sama sekali. Dia pun kemudian segera memanggil Sisil– sang sekretaris.Sisil yang beberapa saat sebelumnya mendengar suara keributan di ruangan snag bos, bergegas masuk meski sebenarnya merasa takut akan terkena marah."Kamu tahu siapa yang masuk dalam ruangan saya tadi?" tanya lelaki itu setengah membentak."Ma-af Pak, sejak datang saya nggak lihat ada yang masuk ke ruangan Bapak. Tadi hanya OB yang membersihkan ruangan seperti biasa, Pak," jawab wanita itu dengan terbata."Kamu nggak bohong kan?""Sama sekali tidak, Pak." Abimanyu terdiam. Sisil sudah lama bekerja dengannya dan hampir tidak mungkin jika membohonginya. Abimanyu pun telah sangat mengenal sifat Sisil dengan baik."Ya sudah, kamu kembali bekerja saja. Ak
Nguing nguing ...Suara sirine mobil polisi pun akhirnya terdengar di lokasi pergudangan itu. "Cepat! Cepat! Amankan lokasi!" Reno mengeluarkan tangannya dari kaca dan memberi kode pada anak buahnya. Tidak lama kemudian, beberapa mobil polisi langsung berhenti di sekitar tempat persembunyian Gery dan komplotannya itu. Para polisi langsung keluar dan menodongkan senjatanya pada beberapa preman yang mereka jumpai dan dengan mudah pula dibekuk. Sementara itu Reno dan timnya masuk ke dalam gudang dan langsung berpencar. Reno sempat menggeleng melihat kacaunya kondisi di dalam gudang. Dia sendiri langsung berteriak lantang dari tengah-tengah ruangan. "Menyerahlah! Kalian sudah dikepung!" teriak Reno sambil melepaskan tembakan ke beberapa arah kosong. Dor! Dor! Dor!Suara keras itu sontak membuat semua orang kaget. Meski begitu, tak semua dari mereka menghentikan gerakannya. Beberapa diantaranya malah berpencar dengan panik karena tentu saja tidak ada yang mau ditangkap. Alih-alih te
Abimanyu menghempaskan tubuh Surya dengan keras dan berniat melawan beberapa lelaki lain yang makin mendekat, saat matanya sekilas melihat sosok Kemala melintas tak jauh darinya."Astaga! Apa yang dia lakukan di sini!" geramnya. Abimanyu bergerak cepat menghajar para lelaki itu, lalu bersiap untuk mengejar Kemala. Namun langkahnya rupanya dihalangi oleh anak buah Surya yang sudah kembali bangkit dari tempat mereka tersungkur.Orang-orang itu maju bersama untuk menghajar Abimanyu yang mulai tidak bisa konsentrasi penuh karena kehadiran kekasihnya. Hingga akhirnya, salah satu dari lelaki itu menemukan kelengahan Abimanyu dan memukul dengan telak tepat di pipinya. "Auwh!"Dengan menahan sakit, Abimanyu meradang. Dia langsung maju menerjang lelaki berperawakan tak terlalu tinggi itu dan menarik kaos pria itu dengan sedikit mengangkatnya. Tubuh lelaki itu terangkat, lalu Abimanyu menghantam wajahnya dengan tinju sebelum mendorong tubuhnya keras-keras sampai menabrak tubuh temannya yang
Abiya tidak berhenti menangis, sampai Gery terlihat sangat pusing karenanya. Dibentak pun, gadis kecil itu tetap saja tak menghentikan tangisannya. Bahkan semakin dibentak, tangis Abiya semakin meledak-ledak. Bu Fenny yang akhirnya sudah masuk ke dalam tempat persembunyian, menatapnya dengan mengerikan. Gery pun masih menyeringai memandangi gadis kecil itu, saat mendadak pintu gudang terbuka dan Surya masuk sambil menyeret Tabitha. "Akh, lepaskan! Lepaskan!" teriak Tabitha yang bergerak dengan kewalahan mengikuti langkah Surya memasuki gudang. Surya terus menyeret gadis itu sampai mendekati Bu Fenny. Wanita itu tak hanya kaget, bahkan sampai membelalak melihat perlakuan lelaki itu pada putrinya. "Apa yang kamu lakukan pada anakku? Apa yang kamu lakukan, Surya?!" bentaknya. Fenny langsung menghampiri Surya dan mendorong tubuh lelaki itu. Kekuatan Bu Fenny yang tak seberapa, bahkan tak bisa membuat tubuh Surya bergeming. Namun justru langsung melepaskan Tabitha dengan mendorongnya s
Abimanyu begitu geram dan emosi, tapi dia sama sekali tidak bisa membiarkan Kemala terancam. "Sayang...""Cukup, Mas! Kita sudah banyak membuang waktu! Lebih baik cepatlah menyetir karena kita harus sampai ke lokasi sebelum semuanya terlambat!" rengek wanita itu.Abimanyu pun menghembuskan nafas panjangnya sebelum mengangguk dan kembali melajukan mobilnya. *****Sementara di tempat lain, Lintang sudah bertemu dengan Reno dan timnya. Mereka rupanya telah mendapatkan lokasi target yang mereka kejar. "Itu lokasi kawasan gudang yang banyak terbengkalai! Kalau mereka berada di sana, sudah pasti tempat persembunyiannya adalah salah satu gudang di sana. Kita harus memastikan gudang mana di antara banyaknya gudang yang sudah terbengkalai itu tempatnya! Kita benar-benar membutuhkan titik lokasi lagi dari Tabitha agar menghemat waktu kita!" kata Reno pada Lintang. Lintang yang mendengarnya pun mengangguk. "Aku mengerti sih! Berarti kita hanya bisa menunggu pesan dari Tabitha? Berharap saja
Abimanyu masih melajukan mobilnya dengan kencang. Dia merasa sangat khawatir dengan kondisi Mbok Narti. Selama di jalan pun Kemala terus berkirim pesan dan bertelepon dengan Lintang maupun dokter Andini untuk memberitahukan kabar terkini meski belum ada kemajuan yang berarti. "Din! Bagaimana kondisi Mbok Narti, dia baik-baik saja kan?""Kami sudah merawatnya! Jangan khawatir, Mala. Dia aman di sini, tapi sepertinya dia masih shock sampai. Masih terus menangis dan belum bisa memberikan keterangan lainnya! Aku tadi sudah sempat bicara dengannya sih!" jelas dokter Andini.Hati Kemala ngilu mendengarnya. Bahkan Kemala langsung menitikkan air matanya saat ini. Kesedihannya bukan hanya untuk Abiya, tapi juga pembantu rumah tangganya itu."Aku kasihan padanya, Din! Tolong jagakan dia untukku!" ucapnya dengan sisa tangis. Tentu hatinya sedang sangat kacau karena penculikan putrinya, tapi wanita itu tetap masih memikirkan orang lain. "Pasti, Kemala! Aku akan memberikan perawatan yang terbai
"Bagaimana? Kamu sudah mendapatkan informasi tentang pria bernama Gery itu?" tanya Reno pada salah satu anak buahnya. "Saya sudah mendapatkan alamatnya dan tim sudah ke sana, Pak. Tapi rumahnya sepi! Info dari tetangga, pria itu suka judi dan jarang pulang!""Hmm! Cari tahu lagi ke mana tempat yang biasa dia kunjungi dan segera gerebek semuanya!""Baik, Pak!"Reno sedang mulai mempelajari berkas yang dilaporkan anak buahnya lebih lanjut saat ponselnya berbunyi. Rupanya dia menerima laporan dari anak buahnya yang lain dari TKP tempat penculikan Abiya. Reno membelalak kaget dan langsung menelepon Abimanyu dan Kemala yang saat ini ada di TKP. "Benarkah namanya Gery?" Meski sudah menduganya, Reno tetap ingin memastikan."Benar, Ren! Ada saksinya di sini! Aku minta tolong untuk temukan anakku sekarang!" ucap Abimanyu dengan nada panik."Baik! Tenang, Bi! Aku akan mengerahkan timku! Rupanya mereka bergerak lebih cepat!"Reno menutup teleponnya sambil tidak berhenti mengumpat. "Perhatian
"Hei, itu dia! Dia sudah berbelok!""Ya, kamu benar! Ini saatnya kita mengepung mobil itu! Ingat, yang pertama yang harus dilumpuhkan adalah sopirnya! Telepon oeang-orang di belakang dan kita beraksi sekarang!"Gery dan timnya pun bertindak cepat. Mobil Mbok Narti yang awalnya masih melaju, berbelok ke jalan yang lebih sepi menuju ke kompleks perumahan mendadak disalip oleh mobil Gery. Mobil itu pun langsung berhenti di depan menghadang taksi yang ditumpangi Mbok Narti.Sedangkan di belakang, mobil orang-orang bayaran Gery juga berhenti mengapit taksi online itu. CitttSontak sopir taksi menghentikan mobilnya mendadak, sampai bannya berdecit. "Astaga, mau apa mereka?!" seru sang sopir. Mbok Narti sendiri yang masih berbalas pesan dengan Kemala pun nampak kaget. "Apa itu, Pak? Kenapa berhenti mendadak?""Ada mobil di depan, Bu! Di belakang juga ada, tidak tahu apa maunya! Biar saya lihat, Bu!"Dengan cepat, sang sopir keluar dari mobil dan langsung melihat apa mobilnya ada lecet at
"Bagaimana? Apa sudah ada kabar?" "Belum ada, Pak! Polisi juga masih mencari keberadaan Fenny dan Tabitha!""Apa kalian sudah mencari tahu tentang Gery?""Kami sedang mencarinya saat ini, Pak!""Baiklah! Lakukan dengan segera!""Baik, Pak!"Reno, teman Lintang yang merupakan seorang anggota kepolisian yang menangani kasus itu, masih nampak gelisah karena menghilangnya buruannya. Lintang sengaja menemuinya untuk menanyakan secara langsung bagaimana kedua wanita itu bisa lolos."Maaf, Lin! Belum ada perkembangan apa-apa saat ini, tapi kami curiga dengan seseorang bernama Gery!" "Gery? Kurasa aku pernah mendengar nama itu! Nanti akan kucoba tanya ke mama, siapa tahu mama mengenalnya!" kata Lintang akhirnya. "Ya, kalau ada yang mengenal pria itu maka lebih baik lagi karena bahkan Tabitha pun sekarang ikut dengannya!""Waktu pertama kali mamaku mengenalkan Tabitha ada kami, aku lihat dia itu sebenarnya gadis yang biasa saja. Tidak terlalu agresif seperti belakangan ini. Mungkin ibunya
Tabitha masih terus berusaha membuka mata ibunya yang belum juga terbangun. Keduanya ditinggalkan di sebuah rumah kecil, sementara Gery pergi bersama temannya untuk melaksanakan rencananya. Gery meminta orang untuk menjaga dua wanita itu selama kepergiannya, tapi Tabitha memanfaatkan kesempatan itu untuk mempengaruhi Bu Fenny. "Kamu harus percaya padaku, Ma! Gery itu tidak sebaik yang kamu pikir! Kalau Mama bisa berpura-pura di hadapan Bu Rosmala selama ini, maka dia juga sama, Ma! Dia hanya berpura-pura di depanmu! Buka mata Mama! Buka matamu!" seru Tabitha dengan sisa air matanya yang masih mengalir. "Cukup, Tabitha! Sejak tadi kamu terus berusaha mempengaruhi Mama! Mama nggak mengerti dengan semua ini! Mama mencintainya dan hubungan kami sudah berlangsung lama! Apa lagi yang harus Mama ragukan darinya? Memang dia bukan pria baik seperti yang kamu pikir, tapi dia adalah pria yang bisa membawa kita ke kehidupan yang lebih baik! Dia setia sama mana! Dia nggak pernah berkhianat sama