Beranda / Romansa / Wanita Incaran Sang Billionaire / (S2) 12. Gagal menahan diri

Share

(S2) 12. Gagal menahan diri

Penulis: Strrose
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-05 14:00:51

Lumia terduduk di sofa untuk beberapa waktu, mencoba menenangkan pikirannya yang terus berputar. Ia memejamkan matanya, tetapi bayangan Dylan dan kata-katanya terus terngiang di kepala.

Saat matanya terbuka, tatapannya tertuju pada mangkuk bekas mie didepannya. Lumia tiba-tiba teringat sesuatu. Dylan. Dia belum makan sama sekali.

Dengan rasa bersalah yang tiba-tiba muncul, Lumia bangkit dari sofa dan melirik jam dinding. Sudah hampir tengah malam, dan Dylan belum menyentuh makanan apapun sejak selesai mengajarinya sekitar dari siang hingga sore

Tanpa berpikir panjang, Lumia berjalan menuju kamar tamu yang ditempati Dylan. Pintu kamar itu tidak terkunci, sedikit terbuka, memungkinkan cahaya dari dalam keluar. Lumia ragu sejenak, berdiri di depan pintu, lalu mengetuknya pelan.

“Dylan?” panggilnya, tetapi tidak ada jawaban.

Ia mengintip ke dalam. Ruangan itu rapi, dengan koper Dylan tergeletak di sudut. Namun, kamar mandi yang berada di da

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 13. Ajari aku

    Ini baru malam pertama dari dua minggu yang akan datang namun Dylan sudah tak bisa menahan diri. Ciuman yang semula hanya lumatan kini berubah menjadi cumbuan panas saat lidah Dylan ikut terlibat didalamnya“Buka mulutmu” Bisik Dylan serakLumia membeku sejenak, tubuhnya kaku di bawah kendali Dylan yang begitu mendominasi. Bisikan serak itu membuat tubuhnya bergetar, tetapi entah bagaimana, ia menemukan dirinya patuh. Bibirnya sedikit terbuka, memberi ruang yang segera Dylan manfaatkan.Ciuman mereka menjadi lebih dalam, intensitas yang semakin meningkat membuat suasana di antara mereka semakin panas. Dylan menarik tengkuk Lumia dengan lembut tetapi tegas, menjaga jarak mereka tetap dekat, sementara tangannya yang lain bergerak perlahan menyusuri lengannya, menciptakan sensasi yang asing tetapi tak bisa diabaikan.Lumia mengerang kecil di sela-sela ciuman mereka, wajahnya memerah tetapi pikirannya kabur oleh sensasi yang terus menguasainya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 14. Tidur bersama

    Erangan dan desahan yang Lumia berikan hanya membuat Dylan semakin menggila. Dia menjatuhkan tubuh Lumia ke ranjang, ditindihnya tubuh Lumia dengan bibir yang terus meninggalkan jejak dileher dan dada Lumia“Dylan.. aku..”“Shit!”Dylan menarik diri dengan kasar, nafasnya terengah-engah, tubuhnya hampir gemetar menahan dorongan yang begitu kuat. Matanya penuh perasaan campur aduk—hasrat, keinginan, dan… ketakutan. Dia tidak mau merusak Lumia. Dia tahu jika dia terus seperti ini, mereka akan melewati batas yang tak bisa kembali.Dengan langkah tergesa, Dylan mundur ke kamar mandi, menutup pintu dengan keras. Cermin di dalam kamar mandi memantulkan wajahnya yang kacau, tak bisa menenangkan perasaannya. Dia mengarahkan wajahnya ke air dingin, mencoba menenangkan dirinya.Dia harus menahan diri, tapi bayangan Lumia yang ada di ranjang, bibirnya yang terangkat dalam erangan itu, dan tubuhnya yang penuh dengan bekas c

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 15. Romansa gelap

    Dylan menghela napas lagi, kali ini lebih berat, lalu berbalik menuju kopernya di sudut kamar. Dia mengambil kaus tipis tanpa lengan serta celana pendek dan mengenakannya, mencoba mengalihkan pikirannyaSetelah memakai baju, Dylan berbalik dan melihat Lumia sudah menatapnya, matanya bersinar penuh antisipasi. “Sudah selesai? Apa aku sekarang boleh memelukmu lagi?” tanyanya dengan nada polos yang terdengar seperti jebakan.Dylan menggeleng sambil tersenyum kecil. “Kau benar-benar tahu cara membuatku gila, ya?”Lumia terkikik kecil, lalu menepuk tempat di sebelahnya, mengisyaratkan agar Dylan bergabung. “Ayo, Dylan. Aku tidak menggigit, kau tahu.”Dylan berjalan pelan, mendekati tempat tidur, dan akhirnya duduk di samping Lumia. Ia merasa tegang, tapi juga anehnya damai. Baru pertama kali Dylan merasakan ini pada seorang perempuan, dan ini perempuan yang 10 tahun lebih muda darinyaDylan mengusap kepala Lumia denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 16. Kesempatan

    Lumia terbangun perlahan, matanya membuka sedikit demi sedikit, menangkap cahaya pagi yang mulai merayap masuk melalui celah tirai. Jam di meja samping tempat tidur menunjukkan pukul 5.33 pagi. Dengan hati-hati, ia mengubah posisi tubuhnya, hanya untuk menemukan Dylan yang masih terlelap di sebelahnya.Wajah Dylan terlihat tenang, kontras dengan sosoknya yang biasanya penuh karisma dan intensitas. Rambutnya sedikit berantakan, membuatnya terlihat lebih muda dan kurang menakutkan. Lumia menatapnya dengan senyum tipis, matanya memperhatikan setiap detail wajah Dylan—garis rahangnya yang tegas, bulu mata yang panjang, hingga bibirnya yang sedikit terbuka.“Kenapa kau bisa secantik ini bahkan saat tidur?” gumam Lumia pelan, nyaris berbisik pada dirinya sendiri.Dia menahan diri untuk tidak menyentuh wajah Dylan, meskipun ada dorongan besar untuk melakukannya. Hanya sekali saja, pikirnya, tapi ia tahu bahwa Dylan pasti akan terbangu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 17. Hubungan

    Dylan mengantarkan Lumia ke sekolah, mengemudi dengan tenang meskipun dalam dirinya ada perasaan campur aduk. Sesampainya di depan gerbang sekolah, dia berhenti, memandang Lumia yang sudah mulai bersiap untuk keluar.“Kau baik-baik saja di sini?” tanya Dylan dengan nada lembut, matanya penuh perhatian.Lumia mengangguk sambil tersenyum, namun ada sedikit kecanggungan yang terlihat. “Iya, aku akan baik-baik saja. Terima kasih sudah mengantar” jawabnya, suaranya masih terdengar pelan.Dylan hendak membuka pintu mobil, namun Lumia menahannya“A-aku bisa keluar sendiri” Jawab Lumia membuat Dylan langsung menatapnya tak sukaDylan mengerutkan kening, matanya menyempit melihat Lumia yang tampak gugup. “Kenapa kau tiba-tiba seperti ini?” tanyanya dengan nada rendah yang terdengar sedikit curiga.Lumia menunduk, menghindari tatapan Dylan. “Aku hanya… tidak ingin teman-temanku melihatku dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 18. Bullying

    “Aku ke toilet dulu” Ucap Lumia pada Grace saat jam istirahat tiba“Mau kutemani?” Tawar GraceLumia tersenyum lalu menggeleng pelan “Tak usah, kita bertemu dikantin saja” ucapnya. Lumia memutuskan untuk pergi ke toilet terlebih dahulu.Begitu Lumia masuk ke salah satu bilik toilet, tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar di luar. Lumia tidak terlalu memikirkannya sampai pintu toilet tempatnya berada digedor“Hei! Siapa di luar?” Lumia bersuara cukup nyaring. Tidak ada jawaban, hanya tawa kecil yang terdengar samar.Buk..Kali ini suara tendangan pada pintu toilet. Lumia menggeram pelan, barulah setelah buang air kecil dia membuka pintu dan....“Oh, lihat siapa ini.” Suaranya dipenuhi ejekan.Lumia menatap ketiga gadis didepannya dengan datar, salah satu dari mereka, gadis yang berada ditengah maju“Kau pikir siapa dirimu? Ayahmu memang perdana menteri, ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 19. Perlindungan

    “Tenang saja, ini bukan masalah besar. Aku sudah membalas mereka,” ucap Lumia dengan bangga, senyumnya samar, meski pipinya masih memerah.“Bukan masalah besar?” Suara Dylan terdengar seperti gemuruh yang menghentak di udara, penuh tekanan. Dia meraih bahu Lumia, menarik tubuhnya sedikit menjauh agar bisa melihat lebih jelas. Matanya mengamati bekas tamparan di pipi Lumia dengan tajam.“Kau pasti bercanda, Puppy” gumamnya, suaranya rendah namun penuh emosi. “Lihat saja pipimu. Aku tidak akan membiarkan siapa pun, tidak peduli siapa mereka, menyentuhmu seperti ini.”“Aku tidak ingin membuat masalah, Dylan.” Lumia menundukkan kepalanya, suaranya melemah. Dia mencoba menahan perasaan cemasnya, tidak ingin situasi ini semakin rumit.Namun, Dylan tidak mau mendengarkan. Wajahnya berubah serius, bahkan lebih tegas dari sebelumnya. “Masalah apa yang kau maksud? Aku akan melindungimu, Lumia. Jangan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 20. Heartbreak

    Setelah keluar dari sekolah, Dylan mengemudi dengan cepat menuju kantor pusat HL Architects, salah satu perusahaan di bawah naungan Hilton Company. Lumia memperhatikan pemandangan di luar jendela, semakin lama suasana terasa berbeda.“Kukira kantormu di New York” Lumia memecah keheningan, menatapnya bingungDylan tersenyum kecil, matanya tetap tertuju ke depan. “Benar, aku sering bekerja dari kantor cabang di sana. Tapi perusahaan ini berpusat di Washington. Semua pengambilan keputusan besar dilakukan di sini.”Lumia mengangguk paham “Tapi kenapa kita kesini?” tanya Lumia“Aku menculikmu” jawab Dylan dengan kekehan ringanLumia memutar bola matanya mendengar jawaban Dylan, tetapi bibirnya menyunggingkan senyum tipis. “Oh, jadi sekarang aku korban penculikan? Apa yang kau inginkan, uang tebusan?” godanya sambil melipat tangan di dada.Dylan melirik sekilas, senyumnya melebar. “Aku ada rapat sebentar dengan tim perancangan, kau bol

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09

Bab terbaru

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (5) Happy End

    Kediaman Hilton yang luas dan elegan terlihat semakin hidup hari itu. Di ruang tengah yang mewah, suara tawa dan obrolan lembut bercampur dengan tangisan kecil bayi yang sesekali terdengar.“Akhirnya kalian datang juga. Lumia sudah menunggu” kata Dylan sambil mengarahkan pandangannya ke Matthias. “Dan siapa ini? Calon kakak besar yang gagah, ya?”Matthias tersenyum lebar, jelas sekali jika dia senang mendapat perhatian dan menjadi pusat perhatian “Uncle Dylan! Mana bayinya?” tanyanya tanpa basa-basi.Dylan tertawa kecil dan mengangguk. “Di sana, dengan Aunty. Tapi hati-hati, ya. Dia masih sangat kecil.”Matthias mengangguk penuh semangat. Dengan panduan Lova, ia berjalan ke arah sofa besar tempat Lumia duduk. Wanita muda itu terlihat anggun meskipun kelelahan, mengenakan gaun sederhana yang nyaman. Di pelukannya, seorang bayi mungil dengan kulit kemerahan sedang tidur nyenyak.“Lova, terima kasih sudah datang” sapa Lumia dengan senyum lembut. Matanya berbinar saat melihat Matthias mend

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (4) Dunia tak berubah

    Matahari bersinar hangat di atas taman hijau yang luas. Angin lembut menerpa rambut Lova yang tergerai, membuatnya merasa lebih damai dari biasanya. Dia duduk di atas tikar piknik yang empuk, mengenakan gaun longgar yang menonjolkan perut besarnya. Di sebelahnya, Matthias tertidur pulas dengan kepala di pangkuannya, tangannya kecilnya masih menyentuh perut Lova seolah sedang mencoba merasakan gerakan adik kecilnya.Lova tersenyum lembut, mengusap rambut Matthias dengan penuh kasih. Pandangannya lalu beralih ke Caid, yang duduk di sebelahnya, tangan kekarnya melingkar di pinggangnya dengan erat. Matanya yang gelap tampak lebih lembut hari itu, penuh perhatian saat menatap istri dan anaknya."Dia sudah tidak sabar, ya," gumam Caid sambil menyentuh tangan Matthias yang masih berada di perut Lova. "Setiap hari dia bertanya kapan adiknya keluar."Lova terkekeh pelan, matanya bersinar bahagia. "Dia memang sangat antusias. Tapi aku juga tidak kalah senangnya. Akhirnya,

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (3) Cemburu dengan anak

    Lova duduk di kursi makan dengan ekspresi tenang, tetapi jantungnya berdebar kencang. Dia telah menyiapkan sarapan untuk Matthias, yang sedang menggambar sesuatu di buku kecilnya. Caid duduk di seberangnya, membaca laporan di tablet, terlihat seperti biasa: tenang, mendominasi, dan mengendalikan segalanya."Aku hamil" kata Lova tiba-tiba, memecah keheningan dengan suaranya yang terdengar datar tapi penuh tekad.Caid menghentikan gerakan tangannya yang hendak mengambil secangkir kopi. Mata gelapnya beralih dari tablet ke wajah Lova, terpaku pada ucapan yang baru saja keluar dari bibirnya. Sekilas, ia tampak bingung, seolah otaknya membutuhkan waktu untuk mencerna informasi itu.“Aku hamil” Lova mengulang lagiKeheningan yang terjadi setelah kata-kata itu terasa berat, seperti udara di sekitar mereka mendadak berubah. Caid menatap Lova lekat-lekat, ekspresi wajahnya sulit ditebak. Jari-jarinya yang masih menggenggam tablet perlahan melonggar, hi

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (2) So Hot

    Caid menghentakan miliknya, memompa inti Lova hingga sampai pada klimaksnya. Dihentakannya dalam-dalam pinggangnya sekali lagi, tubuh mereka bergetar dalam gelombang gairah yang saling memenuhi.Ditariknya benda panjang nan berurat itu kemudian melepaskan pengaman yang berisi cairan putih kental miliknya.Keringat menetes di pelipis keduanya, namun hanya satu yang terlihat puas. Lova mendengus keras, matanya menyipit tajam saat menatap pria di atasnya.“Kenapa kau selalu main aman?” Lova bertanya dengan nada kesal, napasnya masih memburu. “Aku ingin anak lagi, Caid. Apa kau bahkan memikirkannya?”Caid menundukkan kepala, menyentuh wajah Lova dengan lembut, tetapi senyumnya yang santai hanya membuat Lova semakin frustrasi. “Matthias baru tiga tahun, Love. Kau serius ingin anak lagi sekarang?”“Ya! Aku serius” tegas Lova, menyingkirkan tangan Caid dari wajahnya.Caid tertawa kecil mendengar

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   Extra part (1) Family

    3 tahun kemudian..."Di mana Matthias?" Lova memutar tubuhnya, mencari putranya yang seharusnya berada di kamar bermain.Seorang pelayan mendekat dengan ekspresi cemas. "Nyonya, saya baru saja melihat tuan muda keluar melalui pintu belakang."Jantung Lova berdebar keras. Matthias jarang sekali pergi tanpa memberitahu. Ia tahu putranya yang berusia empat tahun itu pintar dan penuh rasa ingin tahu, tapi naluri keibuannya langsung membuatnya khawatir.Lova melangkah keluar dengan tergesa, sepatu haknya membuat suara berirama di lantai. Ketika ia mencapai taman belakang, ia mendengar suara sesuatu yang mencurigakan.Bang!Lova terhenti. Suara itu adalah tembakan—dan itu berasal dari arah taman yang lebih dalam. Jantungnya seolah berhenti sejenak. Tanpa berpikir panjang, ia berlari ke arah suara itu.Di sana, Matthias berdiri dengan sebuah pistol kecil di tangannya. Tubuh mungilnya berdiri tegak, matanya yan

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 33. Racing the limit (End)

    Setelah pernikahan yang menguras emosi, Dylan membawa Lumia ke sebuah tempat yang sejak awal ia siapkan dengan hati-hati. Sebuah mobil meluncur melewati jalan kecil yang diapit oleh pepohonan, sebelum akhirnya berhenti di depan sebuah rumah yang megah namun terasa hangat.Lumia turun dari mobil dengan perlahan, matanya terfokus pada rumah di depannya. Ia berdiri diam beberapa saat, mencoba mencerna perasaannya. Rumah itu terasa aneh baginya—familiar namun seperti mimpi yang lama terkubur.“Dylan...” panggilnya pelan, suaranya hampir bergetar. “Ini...?”Dylan mendekatinya, menyelipkan tangan ke pinggangnya dengan lembut. “Masuklah. Lihatlah lebih dekat.”Lumia mengikuti Dylan memasuki rumah itu, langkahnya terasa berat karena perasaan gugup yang membuncah. Begitu pintu utama terbuka, ia langsung disambut oleh interior yang begitu detail, hingga membuat dadanya berdebar kencang. Setiap sudut rumah itu terasa seperti

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 32. Measure of sorrow

    Kamar Lumia dipenuhi aroma bunga segar dan suara gemerisik sutra. Lumia berdiri di depan cermin besar, mengenakan gaun putih sederhana namun elegan, dengan renda yang menjuntai hingga lantai. Cahaya matahari pagi menyinari rambutnya yang dibiarkan tergerai, memberikan kilauan keemasan yang membuatnya tampak memukau."Kau terlihat seperti malaikat, sangat cantik" ujar seorang wanita yang membantu menyempurnakan veil pengantinnya.Lumia hanya tersenyum kecil, tetapi ada kilatan gugup di matanya.Pintu terbuka, ayahnya, Petrus, muncul dengan setelan kemeja putih rapi yang dipadukan dengan jas abu-abu tua. Wajahnya tampak serius, tetapi sorot matanya menyiratkan kebanggaan yang sulit disembunyikan.“Lumia” panggilnya lembut, suaranya sedikit serak. Ia berjalan mendekat, memperhatikan putrinya yang kini terlihat begitu dewasa dan cantik“Papa..” Lumia berseru lirih. Rasanya dia hendak menangis namun dia tak enak dengan perias yan

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 31. Reveal

    Lumia menatap cincin di jari manisnya dengan campuran perasaan yang sulit dijelaskan. Cincin itu tidak berkilau mewah, tetapi desainnya elegan, seolah-olah Dylan tahu bahwa ia tidak menyukai sesuatu yang berlebihan.Namun, yang lebih membuatnya gelisah adalah momen ketika cincin itu dipakaikan ke jarinya—begitu mendadak, tanpa persiapan, tanpa janji, dan di depan ayahnya yang sakit.Ia menghela napas panjang, pikirannya melayang ke detik-detik itu.Dylan berdiri di hadapannya dengan raut serius, sementara Petrus mengangguk kecil, memberikan persetujuannya tanpa banyak bicara. Lumia bahkan tidak sempat memproses semuanya sebelum Dylan berlutut, mengeluarkan cincin dari sakunya, dan menatap matanya dengan intens.Lumia bahkan belum mengenal siapa pun dari keluarga Dylan. Orang tua pria itu, saudara, bahkan masa lalunya yang lebih dalam—semuanya adalah misteri baginya. Lumia mengerti bahwa Dylan bukan tipe orang yang suka membuka diri, tetapi jik

  • Wanita Incaran Sang Billionaire   (S2) 30. Lamaran

    Lumia tak bisa tenang selama disekolah, karena itu baru 10 menit sejak kelas pertama, dia langsung izin untuk pulang untuk menemani papa-nya. Namun apa yang didengarnya setelah sampai dirumah sungguh membuat dunia terasa hampaPapanya sakit dan Lumia tak tahu sama sekali“Mia...”“Apa yang sebenarnya terjadi, Pa?” tanyanya akhirnya, suaranya serak, hampir berbisik. Air mata yang ia tahan mulai memburamkan pandangannya. “Kenapa Papa tidak bilang apa-apa padaku?”Petrus menghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan lelah. “Papa tidak ingin kau khawatir, sayang. Kau masih muda, masih punya banyak hal yang harus kau pikirkan. Papa tidak ingin menjadi beban untukmu.”“Beban?” suara Lumia meninggi, nada protes yang bercampur kesedihan. “Papa bukan beban! Aku ini anak Papa, aku berhak tahu! Aku bisa membantu! Kenapa Papa malah menyembunyikan ini dariku? Apa papa akan pergi t

DMCA.com Protection Status