Share

Kabar Desi

Penulis: Harumi Aina
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-08 19:37:50

"Sebenarnya, Marissa bukan anak kandung saya," tampik Om Seno sedih.

Marissa? Anak Om Seno? Tunggu, jangan-jangan Marissa yang sering datang mengganggu Pak Adit itu anaknya Om Seno. Bukankah Om Seno bilang namanya Widya? Aku harus bertanya pada Om Seno sendiri.

"Om, Marissa anak Om. Bukannya Widya?" tanyaku penasaran.

"Kamu kenal dengan Marissa?" tanya Om Seno balik.

"Ayu udah beberapa kali ketemu Marissa di sini, Pak Broto! Dia nggak tau kalo Marissa itu anak Pak Broto karena saya juga baru tau kalo anda itu Om nya Ayu," jelas Pak Adit menjawab.

Om Seno mengangguk lalu menoleh padaku. "Ayu, nanti aja kapan-kapan Om cerita ya soal Marissa. Nggak enak kalo mengganggu Pak Adit di sini, apalagi ini kantor nggak etis bicara masalah keluarga," ucap Om Seno padaku.

Aku mengangguk mengerti, kemudian Om Seno beralih pada Pak Adit. "Kedatangan saya ke sini ingin minta maaf pada Pak Adit. Karena masalah Marissa yang sudah merepotkan Anda. Tadi Mamanya Marissa menelepon saya dan marah kare
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Idaman CEO   Belajar dandan

    Sampai di rumah, Ibu sedang mengangkat jemuran. Melihatku pulang, Ibu segera menghampiriku sambil menenteng pakaian. "Loh, tumben kamu hari ini cepat pulang?" tanya Ibu heran. "Iya, Bu! Pak Adit mengizinkan pulang, lagian hari ini udah selesai mengerjakan pekerjaan penting," jawabku sembari melepas sepatu. "Apa itu? Pasti kamu sukses dengan masakan baru," tebak Ibu. Aku menggeleng. "Bukan, Bu! Pak Adit mengajak Ayu bertemu klien, juga mengajari Ayu bagaimana proses negoisasi dengan klien." "Benarkah? Alhamdulillah, berarti Bos kamu udah percayai kamu kerja di kantornya," ucap Ibu tersenyum. Hatiku juga senang dan ingin secepatnya bisa bekerja penuh di kantor. Banyak misi yang harus aku lakukan untuk membuat orang-orang yang sudah menghancurkan hidupku merasakan akibatnya. Setelah masuk, aku langsung mandi dan berganti pakaian. Tak sabar ingin mencoba berdandan dan eksekusi berbagai make up yang aku pinjam dari Desi. Ya, selain temu kangen aku juga meminjam alat make up Desi aga

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-10
  • Wanita Idaman CEO   Ke pesta

    "Hari ini, nggak usah masak siang! Kita makan di luar aja sekalian mengajakmu membeli gaun. Saya pikir kamu pasti nggak punya gaun cantik kan!" ujar Pak Adit memastikan. "Ada satu, Pak! Om Seno yang belikan kemarin." "Itu kan beda, saya ingin semua saya yang belikan. Sudah, nanti ikut saja! Saya berangkat dulu," ucap Pak Adit sambil menghidupkan mobil. Aku masuk ke dalam rumah, karena Pak Adit bilang tak masak. Aku pun mengerjakan hal yang lain. Ah, bagaimana kalo aku mencuci baju Pak Adit saja. Dengan bersenandung kecil, mencari pakaian kotor. Walaupun sudah kotor, Pakaian Pak Adit masih wangi. Aku mencium sekilas sebelum masuk ke mesin cuci. Seketika sadar, aduh apa yang barusan aku lakukan. Menciumi baju Pak Adit, sungguh memalukan kamu Ayu! Ingat dia itu Bos bukan suami kamu, batinku bicara. Siangnya, aku tiba di perusahaan. Begitu di depan meja sekretaris, menyuruhku langsung masuk ke dalam kantor. Aku pun mengetuk pintu dan terdengar seruan dari dalam. Begitu aku buka pint

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-10
  • Wanita Idaman CEO   Bertemu di pesta

    Pak Gading melirikku lalu menoleh Pak Adit. "Siapa wanita ini?" tanyanya heran, Pak Gading tidak mengenalku karena penampilan baruku. "Kenalkan, dia Ayu, calon istriku! Eks manajer yang dulu Pak Gading pecat!" kata Pak Adit tersenyum. Mata Pak Gading membulat sempurna, terkejut. Tentu saja, aku lebih lagi saat Pak Adit mengaku aku calon istrinya. Entah apa maksud Pak Adit mengatakan itu, yang pasti Pak Gading sangat malu mengingat kejadian dulu itu. "Ayu?" katanya tak percaya. Aku mengulurkan tanganku dan berusaha tersenyum manis. "Iya, saya Ayu! Pak Gading masih ingat, kan!" Dengan kikuk Pak Gading mengangguk dan menjabat tanganku. Wajahnya menyiratkan seperti mimpi melihatku berubah dan kini diakui calon istri dari seorang Bos besar, Aditya Pratama Sulistyo. Dari ekor mataku terlihat Pak Adit sangat menikmati momen kejutan ini. Ah, ternyata Pak Adit pintar memainkan perannya. Aku berharap pengakuan Pak Adit itu benar, bukan saja hanya ingin membantuku menjatuhkan mental orang-

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-02
  • Wanita Idaman CEO   Kejutan untuk mantan suami

    "Akhirnya, lepas juga dari dia!" kata Pak Adit sambil mengambil minuman yang disajikan pelayan. Pak Adit mengambilkan aku minum, aku menerima kemudian meneguknya sedikit. Mataku terus mengitari ruangan besar yang mulai padat tamu undangan. Saat tertuju pada pelaminan, aku tersedak. Pak Adit segera mengambil tisu dan mengelap bibirku yang ketumpahan minum. "Kamu nggak apa-apa 'kan, kok bisa tersedak?" "Pak, ini sebenarnya pesta pernikahan siapa?" tanyaku ingin kejelasan. "Anak perempuan Pak Bobby, anak buah saya. Kenapa, kamu kenal?" tanya Pak Adit heran. Aku menggeleng sambil menatap pelaminan. Menatap seseorang yang yang sedang bahagia menyalami para tamu. Seseorang yang lumayan tampan kini memakai baju pengantin. Dia adalah Mas Lucky, mantan suamiku. "Menantu Pak Bobby itu saya kenal, dia adalah Lucky Alamsyah anak buah saya. Asisten Pak Bobby dianak cabang perusahaan," jelas Pak Adit menerangkan. Jadi, ini pernikahan Mas Lucky dengan Maya yang dihadiri banyak Bos perusahaan.

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-02
  • Wanita Idaman CEO   Pulang

    Pak Adit segera mengejar ku sampai di parkiran mobil pun menjadi heran. "Tunggu Ayu! Kamu kenapa?" "Sebenarnya, apa tujuan Pak Adit mengatakan pada semua orang kalo Ayu calon istri Pak Adit?" tanyaku meminta kejelasan. "Bukankah, kamu ingin saya membantumu agar mereka nggak merendahkanmu lagi?" sergah Pak Adit merasa benar. Oh, jadi Pak Adit hanya membantu saja tanpa ada perasaan khusus padaku. Malangnya kamu Ayu, sudahlah mungkin aku bukan tipe Pak Adit. Wanita miskin sepertiku seharusnya bersyukur, Pak Adit masih mau menerima sebagai asisten. "Pak, kita pulang aja. Ayu capek!" kataku sambil masuk kedalam mobil. "Kamu nggak mau makan lagi? Kan tadi blom habis nasinya," Pak Adit membujuk agar masuk lagi. "Ayu udah kenyang, antar Ayu pulang aja Pak!" Pak Adit yang menggeleng pun terpaksa menuruti dan berjalan memutar, lalu membuka pintu mobil dan masuk. Pak Adit menoleh ke arahku sebelum menghidupkan mobil. Namun, aku memalingkan wajah dan memandang keluar jendela. Suara ramai

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-03
  • Wanita Idaman CEO   Isi hati Adit

    "Kalian ini apa-apaan, sih? Dari gedung sampai sini, itu aja yang kalian ucap. Apa salah kalo saudaraku miskin, toh kalian juga dulu miskin sebelum kenal denganku," hardik Om Seno marah. Makjleb, perkataan Om Seno barusan seperti membuat mereka berdua tertampar. Jadi, dulunya mereka juga miskin. Huh, dasar sombong! gerutu ku dalam hati. Aku masih penasaran dengan cerita yang sebenarnya. Tentang Om Seno dan keluarganya, benarkah Marissa itu cuma anak tiri Om Seno lalu seperti apa masa lalu anak istrinya itu sebelum kenal Om Seno. Aku harus bertanya pada Om Seno nanti. "Ayo, Mas! Kita pulang sekarang, aku udah ngantuk," ajak Tante Fitri sambil menguap. "Mbak, kami pulang dulu ya! Kapan-kapan nanti Seno kemari lagi," ucap Om Seno pamit. "Ya, hati-hati dijalan, No! Terima kasih udah ngajak Mbak ke pesta," jawab Ibu senyum dan melambai tangan. Kulihat Marissa hanya mencibir sinis dan Tante Fitri menutup kaca mobil dengan angkuh. Ibu lalu mengajakku masuk kerumah, kami barengan melepa

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-03
  • Wanita Idaman CEO   Mulai bekerja

    Setelah sehari merehatkan badan, aku masuk kerja kembali seperti biasa. Pukul enam pagi sudah tiba di kediaman Pak Adit. Jika biasa Pak Adit masih memakai piyama, kali ini sudah bersiap akan olahraga. Walaupun hati kecewa, tapi aku tetap bersikap biasa agar Pak Adit tidak curiga. "Pagi, Pak! Ayu akan menyiapkan pakaian dan sarapan," Aku menyapa Pak Adit yang berdiri di halaman rumah. "Ya, masuk aja! Saya akan olahraga sebentar," jawab Pak Adit sambil melakukan pemanasan. Gegas aku masuk ke dalam rumah dan naik ke lantai atas. Kamar Pak Adit sudah rapi, aku masuk ke ruang ganti pakaian. Saat menyiapkan pakaian kerja Pak Adit, aku melihat sebuah kotak kecil di meja aksesoris. Kotak apa itu? Dari bentuknya saja sudah mewah, sepertinya kotak cincin. Penasaran, aku pun membukanya. Kilau cahaya keluar saat kotak terbuka dan membuat mataku membulat. Benar, sebuah cincin dengan mata berlian mahal. Untuk siapa Pak Adit membeli cincin ini, apa ada wanita istimewa di hati Pak Adit? Wanita i

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-04
  • Wanita Idaman CEO   Syarat untuk Pak Gading

    "Oh ya, Pak Adit kenapa nggak datang malah mengutus kamu calon istrinya?" tanya Pak Gading heran, mungkin hanya mengenalku sebagai calon istri Pak Adit. "Pak Adit nggak bisa datang karena ada rapat. Saya sebagai asisten Pak Adit sudah mendapat mandat dari beliau untuk membahas hal perusahaan dengan anda," jawabku tegas. Ya, aku harus bisa menunjukkan wibawa seorang asisten Bos besar. Pak Gading yang awalnya ragu kemudian menghela napas. Dia juga menyerahkan sebuah map, aku mencoba membaca dan mempelajari. Aku mengerinyitkan dahi. "Apa perusahaan anda sudah separah ini?" "Ya, karena itu saya meminta bantuan pada Pak Adit untuk memberi pinjaman modal sebesar sepuluh milyar," jawab Pak Gading tertunduk lesu. "Tapi, kami nggak bisa mempercayai anda begitu saja, Pak!" ujarku menolak. Kini saatnya aku membalikkan ucapannya padaku dulu. "Kenapa? Bukankah modal segitu gampang buat Pak Adit?" tanyanya heran. "Memang gampang, tapi kami nggak percaya begitu saja pada anda. Jadi, maaf kam

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-04

Bab terbaru

  • Wanita Idaman CEO   Saling mengancam

    Aku tersenyum mencoba bersikap ramah. "Tante Fitri, ada apa pagi-pagi kesini?" tanyaku. "Halah, nggak usah pura-pura kamu Ayu! Kamu pasti sudah merayu suamiku agar memberikan perusahaan ini padamu kan!" kata Tante Fitri dengan keras. Tanpa tendealing, Tante Fitri langsung mengamuk. Aku yang merasa malu dilihat banyak orang pun mengajak Tante masuk ke kantor untuk berbicara baik-baik. "Tante, bisa kita bicara di kantor? Agar nggak mengganggu yang lain bekerja," ajak ku sambil melangkah. Akan tetapi, langkahku di cekal. "Kenapa? Kamu malu kalo yang lain tau bahwa sebenarnya kamu orang miskin yang sudah merayu suami orang, hah!" hardiknya. Mendengar suara Tante Fitri mulai banyak pasang mata yang melihatnya. Aku bukannya malu terhadap diriku tapi malu dengan kelakuan Tante Fitri. Bisa saja aku memanggil satpam untuk menyeretnya keluar tapi selama masih berhubungan dengan Om Seno, aku pun harus sabar. Setidaknya menjaga image baik Om Seno didepan orang. "Terserah Tante mau bilang ap

  • Wanita Idaman CEO   Ulah Tante Fitri

    "Diam kamu! Marissa bukan anakku, apa kamu pikir aku akan menyerahkan perusahaan pada kalian yang hanya gila harta dan suka menghamburkan uang. Dan kamu Fitri, sebenarnya apa yang kamu lakukan selama ini di perusahaan?" selidik Om Seno marah. "Apa maksud Papa?" tanya Tante Fitri heran sekaligus terkejut. Wajahnya seperti ketakutan. Kami semua memandang pertengkaran Om Seno dan istrinya. Karena malu jadi tontonan, akhirnya Om Seno pamit pada kami. "Maaf semuanya, saya pulang duluan ya!" Dengan gusar Om Seno melangkah pergi sambil mendorong paksa Marissa dan Tante Fitri naik mobil. Ibu cuma menggeleng kasihan melihatnya. Sedangkan orang tua Mas Adit ikut heran, aku menowel tangan Mas Adit agar membawa orang tuanya pulang. Mas Adit mengerti lalu mengajak Om dan Tante pergi. Kami berjalan bersama menuju parkir, setelah para tetua masuk mobil tinggal aku dan Mas Adit di luar. Kekasih hatiku itu menggenggam erat tanganku. "Ayu, nanti sampai rumah telepon Mas ya, Yang! Kamu masih ingatk

  • Wanita Idaman CEO   Dilamar

    "Ayu, walaupun begitu kami nggak akan melarang karena demi kebahagiaan Adit kami hanya bisa mendukung dan mendoakannya. Kami nggak akan mengganggu hubungan kalian lagi dan merestuinya. Bukankah begitu, Pa?" tanya Tante Ria pada suaminya. "Benar, apa yang diucapkan istri saya. Sebenarnya kami ingin menguji sampai mana kesetiaan kalian dalam hubungan ini. Kami juga ingin mencari menantu yang mencintai Adit tulus tanpa status dan embel kekayaan. Sekarang kami bisa melihat bahwa kamulah calon menantu yang tepat untuk Adit." Om Ridho akhirnya buka suara. Aku berjalan mendekati keduanya dan membantu agar mereka bangun. "Om dan Tante, Ayu sudah maafkan kalian! Ayu juga minta maaf kalo masih ada kekurangan!" "Nggak Ayu, kamu sudah sempurna! Adit sudah menjelaskan pada kami bahwa kamu sosok istri yang diinginkannya. Tante mohon beri Adit kesempatan ya! Besok, kami akan balik keluar negeri. Tolong jaga Adit untuk kami," pinta Tante Ria memohon. Karena terharu aku refleks memeluk Tante Ria.

  • Wanita Idaman CEO   Permintaan maaf Adit dan orang tuanya

    "Ayu! Tunggu!" panggil Pak Adit. Kami bertiga berhenti melangkah dan menoleh kebelakang. Terlihat Pak Adit mengejar sampai tersengal-sengal. Begitu sudah mendekat beliau berhenti, aku menunggu apa yang akan dikatakannya. "Ayu, maafkanlah orang tua saya atas perbuatannya. Sungguh saya nggak mengira mereka akan melakukan hal memalukan itu," ucap Pak Adit sedih. Aku masih diam, memberi kesempatan Pak Adit untuk mendengar penjelasannya. Sengaja ingin berlama-lama menatap wajahnya. Bagaimanapun aku juga merindukannya. Tiba-tiba tanpa aku duga, Pak Adit berlutut. Matanya berembun menatap dalam padaku. Aku dan Ibu juga mister Nicholas menjadi terkejut, tak menyangka Bos besar seperti Pak Adit mau berlutut di depanku hanya ingin permintaan maaf dariku. "Pak Adit bangun! Jangan begini, nggak enak dilihat orang," kataku akan berniat membuatnya bangun tapi Pak Adit tak bergeming. "Nggak, Ayu! Sebelum kamu memaafkan orang tua saya, maka saya akan terus berlutut," kata Pak Adit menyedihkan.

  • Wanita Idaman CEO   Menghancurkan mimpi Marissa

    Mencari keberadaan Om Seno dan keluarganya. Saat ada yang mengangkat tangan, aku segera menoleh. "Sini, Ayu!" panggil Om Seno. Semua mata memandang ke arahku saat mendengar Om Seno memanggil. Marissa dan Tante Fitri cemberut tak senang. Sedangkan Pak Adit sampai tak berkedip, Tante Ria dan suaminya melongo. Aku dan Ibu berjalan dengan anggun menuju meja dimana dua keluarga saling bertemu itu. Hingga tiba, Om Seno bangun lalu memperkenalkan diriku pada calon besan. "Pak Ridho dan Bu Ria, kenalkan ini keponakan saya dan Ibunya," ucap Om Seno menunjuk. Kulihat Tante Ria dan suaminya menganga tak percaya. Aku tersenyum mengangguk dan membatin, ini belum seberapa Tante Ria. Nanti kalian akan lebih terkejut lagi. "Jadi, Ayu keponakan anda ternyata Pak Broto?" tanya Tante Ria masih tak percaya. "Benar, saya dan Ibunya sudah lama berpisah jadi baru ini bertemu. Bagaimana, cantik kan keponakan saya!" puji Om Seno sengaja membuat Marissa cemburu. "Papa apa-apaan sih! Sudah tentu cantik a

  • Wanita Idaman CEO   Mr. Nicholas

    Sudah beberapa hari sejak diriku menggantikan posisi Om Seno, sejak itu pula kesibukanku menjadi direksi. Aku mencoba untuk berbaur dan mengenal semua staf dan karyawan. Sejauh ini mereka menghormati diriku selaku Bos grup Atmajaya. Om Seno masih malang melintang di perusahaan untuk membantuku sampai aku bisa mandiri. Bahkan aku masih mempersilahkan Om Seno duduk di kursi kebesarannya dan aku duduk di hadapannya. Awalnya Om Seno menolak tapi aku minta hanya sampai aku bisa berdikari. Seperti hari ini, aku dan Om Seno asyik mempelajari tentang kerjasama dengan perusahaan lain. Tiba-tiba aku teringat proyek dengan perusahaan asing itu. "Om, gimana proyek dengan perusahaan asing itu? Apa mau kita saja yang mengerjakan?" tanyaku. "Kemarin Pak Adit nggak jadi ambil kah?" Aku menggeleng tak tau. "Kemarin Pak Adit bilang proyek itu diserahkan pada Om aja. Tapi entah sekarang gimana, Ayu kurang tau." "Kalo gitu, Om telepon dulu!" ucap Om Seno lalu mengambil ponsel dan menelepon. Aku me

  • Wanita Idaman CEO   Menangkap pelaku

    Malamnya, aku mengajak Ibu untuk menghadiri pesta perusahaan. Itu juga permintaan Om Seno, dengan memakai gamis pemberian Om Seno dulu Ibu terlihat anggun. Om Seno datang menjemput kami lalu bersama-bersama hadir ke pesta. Sampai disana sudah banyak yang datang. Memakai baju ala-ala ke pesta semua terlihat gembira. Begitu kami memasuki aula, semua menyambut hormat dan kami duduk di kursi utama. Acara dimulai, sebelum Om Seno memberi kata sambutan menyingkir kebelakang untuk menelepon. Tak lama terlihat hadir banyak pria yang memakai jaket. Dari perawakannya aku tau mereka polisi yang menyamar agar tak terjadi kegaduhan dan pelaku kabur. Beberapa polisi terlihat berbaur agar tak kentara dengan pura-pura ikut menikmati pesta ini. Aku celingukan mencari para pelaku, syukurlah akhirnya mereka datang semua. Acara pun dimulai, Om Seno naik ke panggung dan memberi kata sambutan. "Terima kasih pada kalian yang sudah mau hadir, malam ini saya akan umumkan siapa aja dari para pegawai dan ka

  • Wanita Idaman CEO   Pengalihan warisan

    Hari ini mulailah dijalankan rencana. Sejak kedatangan Om Seno ke rumah malam itu, kami menyusun sebuah rencana untuk menangkap semua dalang kejahatan di perusahaan. Om Seno mengatakan agar saat menangkap tersangka, Tante Fitri jangan sampai ditangkap dulu. Nanti ada bagian sendiri buatnya, karena Om Seno masih ingin mengungkap siapa lelaki preman yang sudah diberinya uang itu. Yang paling penting perusahaan bisa distabilkan dan dibenahi dulu. Aku berangkat ke kantor seperti biasa, Om Seno yang menjemput. Setibanya di perusahaan sudah banyak para staf dan karyawan yang berdatangan. Pukul sembilan pagi, Om Seno kembali mengadakan rapat. Setelah semua orang berkumpul dan duduk tenang, Om Seno pun mulai buka suara. "Pasti kalian semua bertanya-tanya ada apa dengan rapat yang tidak biasa ini. Saya cuma ingin memberitahu bahwa perusahaan ini sudah rutin mengadakan acara dan pesta penghargaan pada staf dan karyawan yang berprestasi setiap tahun. Jadi, esok hari perusahaan akan mengadaka

  • Wanita Idaman CEO   Mengumpulkan bukti

    Om Seno masuk ke kantor saat aku sedang mengecek data pemasaran. Aku coba untuk bertanya mengenai target pasar apa yang di kerjakan perusahaan. "Om, mengenai soal ini kerjasama dengan perusahaan atau pasar mana saja yang sedang berjalan?" tanyaku sambil menyerahkan data ke tangan Om Seno. Om Seno segera mengecek sebentar. Awalnya mengangguk kemudian mengerutkan dahi. "Data ini pasti salah! Ini sudah melebihi dari perkiraan," ucap Om Seno. "Ayu pikir pun begitu, Om. Karena nggak mungkin semua ini lewat tanpa sepengetahuan Om. Ayu sudah memeriksa kalo beberapa pasar itu hasil labanya bukan ke perusahaan tapi ke rekening seseorang. Ayu akan mendatangi pasar yang aneh itu, meminta informasi dari bos nya," jelas ku menerangkan. Pantas perusahaan rugi begitu banyak, ada seseorang yang jahil menggunakan barang atau produk perusahaan Om Seno untuk mengeruk kekayaan sendiri. Mengatasnamakan produk dari grup Atmajaya tapi hasil laba masuk ke rekeningnya sendiri. Ini tak bisa dibiarkan karen

DMCA.com Protection Status