Share

Kegemparan

Penulis: Fazruli Rifkyana Ulfah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Nania berjingkat keluar dari kamarnya dengan langkah yang nyaris tanpa suara. Saat itu masih pukul tiga pagi, dan rumah yang Nania tempati masih sangat sepi seperti tak berpenghuni.

Brata sendiri memutuskan untuk tidur terpisah karena merasa bahwa Nania belum sepenuhnya siap untuk seranjang dengannya.

Nania tak tahu dari mana pikiran seperti itu datang, tapi Nania akan menghargainya sebagai sebuah pemikiran dari manusia secerdas Brata yang penuh dengan perhitungan.

Kembali lagi ke Nania yang tengah menuju dapur. Ada beberapa dapur di rumah itu. Satu dapur yang digunakan para pembantu untuk meracik makanan mereka, satu lagi adalah dapur khusus para koki yang tak boleh digunakan tanpa persetujuan kepala pelayan, dan satu sisanya adalah dapur yang sangat bersih dengan satu kompor induksi dan juga gelas-gelas mahal yang digantung di atasnya. Dapur terakhir tak pernah digunakan, dan Brata berpesan agar Nania tak repot-repot memasak di sana.

Sebagai seorang istri, Nania ingin kesan pertaman
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Hina Bernama Nania   Maskot

    Entah kenapa atmosfer rumah megah terasa berbeda. Nania tak bisa untuk tak berdebar ketika dia melangkah. Ditambah, sepatu yang ia pakai terasa terlalu nyaman dibandingkan sepatu hak tinggi yang harus berkali-kali dia sol ulang.“Yuk.” Brata tiba-tiba menarik Nania dan membuat wanita itu bergerak kikuk.“Tuan. Kita mau ke mana?”“Jangan panggil aku dengan sebutan Tuan.” Brata tampak dingin dan tak suka cara Nania memanggilnya.“Tapi, Tuan.”“Nan ....” Brata berbalik dan hampir membuat Nania menabraknya. “Aku suamimu. Aku berhak meminta apa yang setiap suami ingin agar istrinya lakukan.”“Tapi ... ““Tidak ada tapi.”Nania melirik dan merasa tenggorokannya kering seketika. “Haruskah kupanggil Tuan dengan sayang?”“Ha?”“Sayangku?”Entah kenapa wajah Brata terasa panas. Dia ingin tersenyum tapi dia tak ingin kehilangan wibawanya.“Atau mau kupanggil dengan sebutan lain?”“Tidak!” Entah kenapa Brata tak mau menyetujui hal itu. “Aku hanya kaget.” Dia masih tak berani menatap

  • Wanita Hina Bernama Nania   Wanita Hina Bernama Nania

    Brata tersenyum. Nania ada di depannya tapi dia lebih suka dengan Nania yang terekam ponselnya.Nania tak cantik, tapi dia sangat manis dan senyum itu adalah senyum yang hampir Brata ragukan pernah ada pada Nania.“Pak?”“Sayangku lebih baik dari Pak.”“Ah, iya maaf.” Nania berbisik, “sayang.”Brata puas. Lama-lama dia terbiasa dengan panggilan itu dan tak mau Nania mengubah caranya dalam memanggil.“Kenapa?”Nania tersenyum sembari menyesap kopinya.“Aneh saja melihat Ba-Sayangku tersenyum seperti itu. Maksudku, anda sudah senyum berjam-jam sampai kopi anda dingin.”Brata terkikis. “Yah, aku baru melihat teman wanitaku yang sangat cantik.”Nania mengangguk. Dia berpikir jika Brata mungkin punya wanita lain dan hidupnya mungkin memang terbiasa ada di dekat wanita, tanpa tahu jika wanita yang Brata maksud adalah Nania sendiri.“Kamu tidak pesan makanan?” Brata bangkit dan mencari dompetnya. “Aku pesan makanan dulu, ya. Kamu tunggu saja di sini.”Nania melihat punggung bidan

  • Wanita Hina Bernama Nania   Berita

    “Binilu mana?” Seorang bersafari masuk ke dapur rumah Dono dan terlihat mencari makanan di dapur. “Eh, gua nanya. Dijawab, kek.”“Kamu nanyeak?”“Eh, dia ngelawak. Serius gua nanya.” Pria bersafari itu kini mengunyah selembar mendoan yang lekas habis dalam hitungan detik.“Lu gak usah nanyain Nania, lah. Males gua.”Sosok bersafari itu tertawa seakan Dono pelawak. “Dicerein, lu? Kenapa? Nania jadi simpenan pejabat, sekarang?”Mata Dono melirik tajam. Dia seperti tak suka dan hendak menelan temannya itu.“Kalo gua bilang gua males, artinya gua males. Bisa gak sih lu ....”“Gua ketemu Nania di mall.” Kali ini wajah teman Dono terlihat serius. “Gua dilabrak di sana. Wah. Kalo gua gak sempet kabur, udah abis kali gua.”Dono tampak tertarik. “Serius lu?”“Iya, gua tuh ....”“Don! Sini kamu!” Suara Ibu Dono terdengar. Dia mendekat dengan tak sabar saat tahu anaknya tak menggubrisnya. “Lihat dulu nih Hp. Istrimu jadi sorotan, nih.”Sebuah siaran terlihat. Dalam siaran itu, Nania m

  • Wanita Hina Bernama Nania   Berubah

    "Bud, kamu udah panasin mobil saya?" Brata tampak sibuk dengan ponselnya. Pagi ini ada janji penting yang harus dia utamakan dan tak mau telat barang sedetik pun. "Nanti berangkat sama Nania aja, ya. Kamu pakai mobil yang lain." Lalu ponsel di tutup. Tepat saat pembicaraan itu berhenti, sebuah tangan muncul memegang dasi Brata dan membuatnya terkejut. "Nan?" Brata berdebar tanpa bisa ditahan. Kemunculan Nania dan wangi tubuhnya membuat otak Brata sedikit tak berfungsi."Tuan mau pergi sepagi ini?" tanya Nania tanpa berani menatap wajah Brata. Jujur, dia juga berdebar saat ada di dekat pria itu. "Saya pikir Tuan akan ada di pengadilan dengan saya hari ini."Brata tersenyum. Nania memang terlalu aneh hingga merasa lebih tenang kalau memangil Brata dengan Tuan. Brata sendiri sudah cukup sering memberi tahu Nania agar paling tidak memanggil namanya saja, tapi Nania adala Nania yang selalu sungkan di setiap kesempatan."Aku harus ke kantor. Hari ini ada rapat penting. Perusahaan yang merge

  • Wanita Hina Bernama Nania   Wanita yang Berbeda dan Pesta

    Tak.Suara sendok memecah keheningan. Acara sarapan yang seharusnya hangat, justru jadi horor yang dimulai dengan wajah Brata yang kaku.Nania sendiri tak bernafsu makan, dan hanya menyuap apa yang ada di piring dengan rasa sedih di dada. Bagaimana pun ucapan suaminya masihlah terngiang hingga tidurnya malam tadi terasa tak nyaman.Sebenarnya apa yang membuat Brata seperti itu? Nania sendiri mempertanyakan apakah seluruh perhatian Brata selama ini hanyalah hobi orang kaya yang suka berbuat aneh dan bosan setelah menuntaskan semua misinya? Apakah selama ini Nania hanya dianggap sebagai wanita hina yang gampang dikerjai perasaannya.“Aku berangkat,” ucap Brata tanpa menengok ke arah Nania. Dia menghilang di balik pintu megah rumah yang Brata sebut akan menjadi milik Nania.“Apa kau tak melihat kecanggungan hari ini, Bi Hanna?” Seorang asisten mendekat hanya untuk memulai gosip. Toh bagi mereka, Nania tak berbahaya. Nyonya muda mereka itu terlalu lemah untuk melindungi dirinya sendiri da

  • Wanita Hina Bernama Nania   Champaign yang Tumpah

    Brata tak berharap banyak pada kedatangan Nania. Situasi dingin di rumahnya membuat Brata berpikir jika mungkin Nania tak akan lagi mau melihat wajahnya. Walau di sisi lain, Brata juga sangat yakin jika Nania lebih dewasa dalam menyikapi keegoisannya.Masih ada keinginan bagi Brata untuk bersama Nania. Tapi ada juga ego di dalam dirinya yang tak ingin Nania merasa aman di sisi pria lain. Walau kenyataannya tak seperti itu.Brata masih memeriksa ponselnya. Menurut perhitungannya setelah membuka maps, Nania akan datang dalam waktu dua jam. Dan sekarang dua jam sudah berlalu.“Traffic Jakarta memang gila. Sudah malam pun masih saja jalanan macet.” Tadinya Brata mencoba untuk menghubungi Budi, sampai mobil yang asistennya bawa mendekat ke arah lobby dan memperlihatkan sosok yang Brata tunggu.Dimulai dari kaki sawo matang yang mencuat dari pintu mobil. Sepatu berwarna senada dengan gaun berhasil membuat penampakan kaki itu jadi sangat menonjol. Jakun Brata sendiri naik turun ketika dia me

  • Wanita Hina Bernama Nania   Obsesi

    “Keterlaluan kamu, Ev.” Brata menunjuk wajah Evani. Dia tak lagi memikirkan manusia-manusia di sekeliling mereka yang mencoba mencerna apa yang terjadi.Tapi secara tak terduga, Evani justru tampak santai. Dia adalah tipe yang tak pernah meragukan semua hal yang dia lakukan, walau pun hal itu hanya sebentuk kesalahan terbesar.Yang Evani tak tahu, Brata akan semakin melindungi Nania jika Evani membuatnya terluka.“Beb, aku cuma mau ia sadar di mana posisinya.” Evani merangkul Brata yang lantas pria itu tepis. “Lagi pula kamu milik aku.”“Berhenti jadi wanita mengesalkan!”“Lalu bagaimana dengan Nania? Apa kau pikir dia bukan wanita semacam itu?” Evani marah. Dia menunjuk wajah Brata setelah mencoba tenang tidak lagi membuahkan hasil. “Semua yang ada di pesta ini tahu kalau seharusnya kamu jadi milikku.” Evani menyentuh dagu Brata. Dagu yang mengeras karena rasa kesalnya. “Dia itu gak seharusnya menyentuh apa yang bukan jadi miliknya, dan apa yang kulakukan hari ini adalah hal yang san

  • Wanita Hina Bernama Nania   Bakti Sang Istri

    Menunggu. Menunggu adalah hobi yang Nania lalui bahkan sebelum mengena Brata. Di awal pernikahannya dengan Dono, Nania akan menunggu suaminya di depan pintu dan menyambutnya dengan pelukan hangat.Semua itu dia lakukan sebelum akhirnya kondisi ekonomi mereka memburuk. Saat itu Nania baru sadar jika pernikahan tak hanya tentang cinta, tapi juga tentang finansial yang harus dipenuhi.Sebenarnya hidup mereka bisa saja berjalan tanpa adanya hambatan dan kekerasan, tapi seperti manusia yang lain, selalu saja ada perasaan kurang yang terpenuhi dengan jalan pintas. Dono mulai merasa jika dia tak bisa hidup hanya dengan dua puluh ribu sehari, dia juga mulai memikirkan rokok dan juga tambahan untuk bersenang-senang.Hanya saja, Nania tak pernah mengerti kenapa jalan keluarnya harus ditempuh dengan menjual dirinya?Dono membujuk Nania dengan alasan ingin membuka usaha yang lebih menguntungkan rumah tangga mereka. Dimulai dengan seorang preman yang membayarnya dengan uang dua ratus ribu. Dan Don

Bab terbaru

  • Wanita Hina Bernama Nania   Aroma Kasmaran

    "Rasa lapar bukanlah hal terpenting bagi manusia seperti saya, Tuan." Nania menerawang entah kepada apa. Matanya yang hitam kecoklatan itu seperti membayangkan masa lalunya yang tak pernah diliputi bahagia."Yang terpenting bagi saya adalah, apakah orang-orang di sekitar saya bisa tidur nyenyak. Apakah mereka bisa bangun keesokan harinya tanpa banyak mengeluh."Mata itu kemudian menatap pada sosok Brata. Seorang pria yang entah bagaimana bisa terlarut dengan semua cerita Nania.Brata yang mengerti apa yang Nania rasa, kemudian bangkit. Dia mendekati Nania, memeluknya dan mengecup keningnya."Entah apa saja yang sudah kamu lalui selama ini. Yang jelas, aku tak mau kamu kembali menjadi Nania yang dulu."Nania menarik napas. Entah kenapa dia begitu tenang saat ada di peluk pria itu. Entah kenapa dia tak ingin lepas walau tahu bahwa dirinya tak pantas ada di naungan seorang Brata.***Nania membuka laptopnya dengan susah payah. Dia kehilangan fokus pada beberapa kolom dokumen yang sengaja

  • Wanita Hina Bernama Nania   Makan

    "Ga, Gado-gado?" Suara Budi seperti seekor tikus yang terkena jebakan. Dia tak mengira jika seluruh effort yang dia keluarkan adalah untuk mengabulkan keinginan Nyonyanya berjualan gado-gado. "Nyonya mau buka usaha gado-gado?" ulang Budi."Ya, Pak Budi. Ada yang salah?Sebenarnya tak ada yang salah. Semua bebas menentukan keinginannnya dalam menjalani hidup. Bahkan burung unta juga tak harus bisa terbang untuk mendapatkan predikat burung.Hanya saja, berjualan gado-gado tampaknya terlalu aneh. Biasanya, para wanita kaya akan memikirkan usaha elegan seperti sebuah rumah makan bergaya klasik yang lampu-lampunya dibiarkan temaram, atau sebuah coffee shop dengan biji kopi yang dimasukkan dalam toples demi sebuah kesan bahwa coffee shop itu hanya menggunakan biji kopi asli di menu mereka.Dan gado-gado tampaknya tak sesuai denga ciri khas mahal keluarga Sudibyo. Budi bisa membayangkan betapa murkanya Nyonya Martha jika tahu menantu yang tak dia inginkan justru mendirikan sebuah rumah makan

  • Wanita Hina Bernama Nania   Harga yang Pantas

    "Loh? Pak Budi udah kerja?" Nania terkejut saat Budi siap di depan mobil yang akan dia gunakan hari itu. "Pak! Bapak istirahat aja. Nanti saya hubungi suami saya, ya?""Tidak usah, Nyonya." Budi tersenyum santun dan meletakkan lap yang dia gunakan untuk menghapus bekas tetes air d mobil tuannya. "Saya sengaja bekerja hari ini karena bosan di kamar setiap hari.""Jangan khawtir pada Budi, Nyonya. Dia dan Tuan Brata sama-sama keras kepala dan tak bisa diam saja menunggu sembuh. Saya rasa tubuh mereka dibuat dari semacam lempengan besi.""Bi, jangan keterlaluan." Budi berusaha menahan kecepatan suara Bi Hanna yang entah kenapa semakin mudah berkomentar ketika ada di dekat Nania. "Nyonya tak perlu khawatir. Aku dan Tuan terlalu kuat untuk ditumbangkan."Sebenarnya Nania merasa kesal. Baru saja tadi pagi dia mendapati Brata yang hampir jatuh saat kesusahan berdiri. Dia ingin baik Brata mau pun Budi duduk tenang dan sembuh seperti sedia kala tanpa harus memaksakan diri bekerja.Apa yang seb

  • Wanita Hina Bernama Nania   Munculnya Setan Perayu

    Nania melihat punggung Evani menghilang. Dia hanya bisa menggeleng pasrah atas kelakuan tak sopan yang dia terima hari ini. Mungkin dia pantas atau mungkin hal semacam ini adalah hal wajar yang biasa diterima kalangan yang disebut Evani sebagai kalangan kelas bawah.Lalu mata Nania menatap Tuan Agustinus yang masih tak berdaya dengan segala alat bantu kehidupan. Dia menggenggam tangan itu, berdoa sejenak ke pada Tuhannya dan menyerahkan keajaiban yang bahkan tak bisa dilakukan manusia oleh tubuh sang pria kaya."Tuan, anda harus tetap kuat." Nania mencoba mengirim pesan positif walau mungkin Tuan Agustinus tak akan bisa mendengar. "Anda adalah orang yang luar biasa bagi keluarga anda. Nyonya Evani sangat beruntung bisa memiliki anda sebagai ayahnya." Nania mencoba memberikan segala dorongan yang bisa ia telurkan."Nyonya Evani pasti menunggu anda di rumah. Dia akan sangat bahagia jika anda kembali seperti sedia kala."Nania menarik napas dan mengalihkan pandangannya pada jendela rumah

  • Wanita Hina Bernama Nania   Hidup

    Agustinus tidak sekuat apa yang dia coba tunjukkan. Tepat saat penyiksaannya selesai, dia mulai menunjukkan wajah pucat dan juga napas yang berembus kasar.Pria itu mencoba duduk di salah satu bangku dan berusaha tetap sadar. Dia masih memikirkan putrinya dan tak mau jatuh tak sadarkan diri begitu saja.Tapi Agustinus hanya pria tua dengan berbagai masalah kesehatan. Dia mungkin berpikir jika duduk diam sembari mengatur napas akan membuat kesadarannya kembali. Tapi masalah kesehatan tidak sesederhana itu.Saat denyut jantungnya mulai menyakiti, Agustinus mulai tak lagi bisa menahan fokusnya. Dia mulai jatuh tergeletak dengan mengerang dan sekarat.Beranjak pada sisi lain di sebuah ruangan rumah sakit, berbeda dari Ayahnya yang sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit yang sama, Evani justru sudah membuka mata dan mendapati tubuhnya mulai berbau seperti obat.Dia mencoba bangkit dan duduk, tapi ada rasa linu dan juga pusing yang menyadarkannya bahwa kepalanya juga terluka dan kini di

  • Wanita Hina Bernama Nania   Kemarahan Sang Orang Tua Tunggal

    "Kemungkinan fraktur! Semoga dia tetap tak sadar sampai rumah sakit."Kericuhan terjadi saat ambulan membawa Brata."Sayang! Jangan mati! Tolong jangan mati!"Evani yang ikut masuk ke dalam ambulance, histeris seperti jika nyawanya ikut melayang.Evakuasi Evani dari para penjahat sudah berhasil dilakukan. Bahkan pemimpinnya telah diamankan setelah ditemukan tak jauh dari tempat kejadian.Yang justru bernasib naas adalah sosok Budi dan Brata. Mereka melompat dari atas gedung dan harus mengalami beberapa luka walau tubuh mereka mendarat pada tumpukan sampah tak jauh dari gedung lama itu."Brata! Demi Tuhan, jangan tinggalkan aku!"Brata mengedip. Dengan tangan gemetar, dia meraih wajah Evani yang basah dan penuh lebam."Kau tetap cantik," ujar Brata yang bicara tanpa sadar."Jangan bicara omong kosong!"Brata tersenyum samar dengan oksigen di mulutnya."Kenapa aku harus membiarkan diriku jatuh cinta padamu?"Evani terenyuh. Tangan kekar itu seperti terbenam dalam wajahnya yang banjir ai

  • Wanita Hina Bernama Nania   Anti Mainstream

    "Penculikan dari Evani Agustinus mulai menemuka titik terang. Diduga tersangka kasus penculikan sempat terekam oleh kamera cctv dan tengah membuang barang bukti mereka."Seorang reporter tampak serius dengan pekerjaannya. Dia harus berkejaran dengan waktu agar menjadi pembawa berita pertama atas sebuah kasus yang sempat menghebohkan Jakarta.Perihal keluarga Agustinus bukanlah berita sepele. Mereka adalah keluarga terkaya di Jakarta yang memiliki berbagai usaha hingga namanya dikenal banyak pihak.Beberapa yang menyaksikan berita itu beranggapan bahwa sang penculik terlalu berani mengambil resiko. Tampaknya mereka tak tahu kalau orang kaya bisa melakukan banyak hal untuk membalas luka yang mereka rasa. Terlebih jika luka itu didapat dari seseorang yang menyakiti anggota keluarganya."Bagaimana, Brata?" Agustinus mendekati menantunya. Mereka baru saja keluar dari kantor polisi setelah drama panjang di sana."Para polisi sudah mendapatkan laporan terakhir dari mobil terduga penculik. Se

  • Wanita Hina Bernama Nania   Rokok dan Sambal

    "Eh?" Nania tertegun. Bukan pertanyaan semacam ini yang dia duga akan keluar dari mulut sang suami. "Cem-cemburu? Tuan, apa hak saya untuk cemburu pada anda?"Brata diam dan mencoba mendekat. Ada satu hal di diri Nania yang membuatnya ingin ada di jarak sedekat itu.Bahkan Nania mulai bisa mencium bau Brata yang seperti air mandi. Pria itu bahkan belum membersihkan dirinya, tapi malah punya harum sememmikat itu.Nania memejamkan mata. Apa pun yang akan dilakukan suaminya, akan dia terima dengan pasrah dan penuh gairah.Seperti ibu jari Brata yang mengusap bibirnya dengan lembut sembari berkata, "bibirmu ada krimnya," lalu menjilat ibu jarinya seakan krim yang dia usap punya rasa yang sangat nikmat.Jika saja kulit Nania lebih putih, pasti warnanya akan semerah tomat. Brata terlalu sempurna untuk menggoda dirinya. Bahkan hal tak penting yang baru saja pria itu lakukan bisa membuat degub jantungnya menggila."Hah ..., Evani, ya?" Brata kembali pada fokus pembicaraan. Jarinya menggaruki

  • Wanita Hina Bernama Nania   Petunjuk

    "Laporannya sudah masuk, Ndan." Seorang pria berseragam menyetorkan dokumen yang baru saja dia susun filenya."Coba kamu cari panggila ln terakhir dari nomer Pak Robert. Lacak lokasinya, dan juga lacak nomer lain yang terhubung di nomer itu."Tapi, anak buah itu tak berkutik. Dia justru terliha resah dan menutup mulutnya."Kok diem?" Jelas saja hal itu memancing keheranan sang komandan."Sebenarnya kami sudah melacak pemilik nomer itu. Tapi sepertinya datanya palsu.""Maksudnya?" Informasi itu terdengar sangat tak masuk akal tapi juga menarik perhatian pemimpin kepolisian.Anak buahnya sendiri merenggut folder laporan yang sudah dia susun dan membuka lembar demi lembar laporan itu."Nama pemilik nomer itu Hamzah. Tempat tinggal dan juga seluruh identitasnya sudah kami selidiki, hanya saja ....""Hanya saja apa?""Hamzah ini sudah meninggal tiga tahun lalu, Pak. Apakah mungkin seseorang yang sudah mati bisa bangkit kembali untuk melakukan kejahatan?"Berita itu cukup mengejutkan. Polis

DMCA.com Protection Status