Pasangan yang tengah dimabuk cinta itu duduk bersama di ruang makan. Menikmati hidangan yang telah dimasak oleh Sofia. Semenjak ia memutuskan untuk tidak bekerja di kantor. Kini, ia memilih menyibukan diri dengan melayani sang suami di rumah. Salahsatunya yaitu memasak makanan untuk Reyfaldi. "O-ya, Sayang. Tadi siang, mantan mertuamu menemui saya di kantor." Dahi Sofia mengerut. "Ada apa dia menemuimu?""Ia menyerahkan uang ganti rugi perusahaan," terangnya. "Darimana si nenek tua itu mempunyai uang sebanyak itu?" gumam Sofia dalam hati. "Lalu, apakah kamu membebaskan Alvian?!" tanyanya lagi. "Ya! Saya sudah mencabut laporannya sekaligus memecatnya dari perusahaan!" Mantan istri Alvian itu tersenyum miring. Ia merasa dendamnya selama ini sudah terbalaskan. Sofia yakin, setelah ini, Alvian akan hidup dalam kesulitan. Ketika bekerja saja Alvian terkadang kekurangan. Apalagi jika tidak bekerja. "Baguslah ...! Aku senang kamu sudah memecatnya." ***"Silahkan ..., sekarang Anda su
Wanita yang tengah hamil muda itu tiba-tiba merasa mual mencium aroma parfum milik Reyfaldi. "Tapi, Sayang?" "Sana, pergi!" Sofia mendorong tubuh Reyfaldi. Ia benar-benar merasa mual dan ingin pria itu menjauh darinya. Reyfaldi yang khawatir kemudian berteriak memanggil Mbok Nah. Tak sampai menunggu lama. Pelayan yang sangat setia itu berjalan dengan setengah berlari menghampiri Reyfaldi. "Ada apa, Tuan?!" "Tolong Sofia, Mbok. Tiba-tiba saja ia merasa mual," ucapnya dengan panik. Pria yang hendak pergi bekerja itu berdiri dengan gelisah di balik pintu kamar. Ia sangat khawatir Sofia akan mengalami muntah-muntah hingga tak masuk makanan seperti sebelumnya. Setelah menunggu selama beberapa saat. Pelayan berseragam hitam itu membuka pintu kamar. Reyfaldi yang sedari tadi berdiam diri di sana langsung bertanya pada Mbok Nah. "Sofia kenapa, Mbok?" "Nona Sofia hanya merasa mual karena mencium wangi parfum Anda, Tuan. Anda tidak perlu cemas. Memang pembawaan wanita hamil ada yang s
"Mas Alvian?" Wanita yang tengah memegang buah stroberi itu tersentak ketika melihat seseorang yang sudah sangat tidak asing lagi berdiri di balik badannya. Sofia memberi jarak, mundur sebanyak beberapa langkah. Sedangkan Reyfaldi berdiri dengan tegap menyembunyikan wajah tampannya di balik topi hitam. "Mas ..., bagaimana kalau kita ganti susunya dengan-," Kata-kata dari wanita yang tengah menggendong bayi itu menggantung di udara, setelah dirinya melihat tiga manusia yang tengah berdiri saling melempar tatapan tajam. Alvian mendengus kasar. "Jadi, dia adalah suamimu?" tunjuknya pada Reyfaldi. "Ya! Dia adalah suamiku. Kenapa memangnya, hah?!" "Kamu yakin hidup bersama si laki-laki aneh ini?" tunjuknya lagi. Mendengar perkataan Alvian, Sofia tiba-tiba emosi. Ia tak terima jika Reyfaldi dikatakan pria aneh. Meski pada awalnya ia pun menilai Reyfaldi merupakan sosok yang aneh. "Bukan dia yang aneh. Tapi kamu yang aneh. Tidak hanya aneh , kamu pun seorang pengkhianat!" ucap Sofia
Ambar merasa tak terima mengetahui Alvian diperlakukan seperti itu oleh Reyfaldi. Ia berniat akan melaporkan Reyfaldi ke kantor polisi. Namun, Clara mencegahnya. "Sudahlah, Bu! Lagi pula, Mas Alvian juga salah. Ia yang lebih dulu memulai dengan mendorong Sofia hingga terjatuh!" ujar Clara. "Ditambah, kita tidak akan menang jika melawan Reyfaldi. Pria itu memiliki banyak uang. Ia bisa melakukan apa saja dengan uangnya!" tambahnya lagi. "Aduh ..., ada-ada saja kamu, Alvian! Bagaimana jika mereka yang akan melaporkan kamu?! Gara-gara kelakuan kamu kemarin saja, Ibu sudah banyak mengeluarkan uang!" Alvian menyandarkan tubuhnya di sofa ruang televisi. Ia benar-benar sangat kesal pada Reyfaldi lantaran sedari dulu ia selalu tidak bisa mengalahkannya dalam hal apapun. Clara membawa Elza masuk ke dalam kamar lalu menidurkannya. Setelah bayi mungil itu tertidur, ia langsung menghampiri Alvian yang masih duduk termenung sembari menahan sakitnya. Istri Alvian itu membuka lemari es, mengambi
Wanita yang tengah hamil itu menjadi lebih sensitif dari sebelumnya. Perasaanya menjadi lebih mudah tersakiti dan selalu over thinking. Ditambah dengan rasa trauma dirinya yang pernah dikhianati karena fisik yang gendut, membuatnya sangat takut jika sampai terulang kembali. "Sayang ...," Reyfaldi menatap keheranan. "Mengapa dihentikan sambungan teleponnya? Saya benar-benar tidak mengenalnya. Seharusnya kamu mendengarnya hingga selesai." Sofia merasa tidak siap. Ia takut mendengar sesuatu yang akan menyakitkan hatinya. Sehingga tanpa berpikir panjang, ia menghentikan sambungan teleponnya lalu melemparnya. Tak berselang lama. Ponsel Reyfaldi kembali berdering. Terlihat di dalam layar sebuah panggilan dari nomor yang tidak ada di dalam kontaknya, dengan photo profile wanita sebelumnya. Secepatnya, Reyfaldi meraih ponsel kemudian menjawab panggilannya di hadapan Sofia dengan menekan tombol pengeras suara agar Sofia bisa ikut mendengarnya. "Hallo ...!" "Hallo, apakah benar kamu yang
Mobil hitam milik Reyfaldi melaju membelah kemacetan kota Jakarta. Tak lepas sedikitpun gelayut manja Sofia dari lengan Reyfaldi. Sehingga, pria itu mengatur laju kendaraannya hanya dengan menggunakan tangan kanannya. Sementara, tangan kirinya ia letakkan di perut Sofia. "Rey ..., aku tak menyangka, ternyata kamu tau dimana alamat rumahku tanpa aku memberitahukannya." "Sudah saya katakan, saya pernah mencarimu kesini. Namun, pada saat itu, saya tidak memiliki keberanian untuk menemuimu."Pasangan suami istri itu turun dari mobil yang sudah terparkir di depan rumah mendiang orang tua Sofia. "Aku benar-benar tak menyangka akan menginjakkan kakiku di tempat ini lagi!" ucapnya terpaku. Reyfaldi menekan bel yang menempel di tembok samping pagar. Seorang wanita yang wajahnya sama dengan yang ada di photo profile apliakasi berkirim pesan itu membuka pintu pagar."Apakah kamu yang tadi pagi berbicara denganku melalui telepon?" tanyanya seraya tersenyum ramah. Pria tampan yang mengenakan k
Dua sosok yang sudah tidak asing lagi, terlihat berjongkok di hadapan makam orang tua Sofia. "Bibi Ella?" Wanita yang penasaran itu berbalik badan, kemudian berjalan cepat kembali menuju makam. Namun, Reyfaldi langsung mencekalnya. Ia khawatir jika Sofia melangkah secara tergesa-gesa, itu akan membahayakan janin yang ada di dalam kandungannya. "Berjalanlah secara perlahan, Sayang. Ingat bayi kita!" Sofia langsung menghentikan langkahnya. Kedua telapak tangan ia simpan di area perut, mengelus-elus dengan lembut. Pria dan wanita yang bersimpuh di depan makam itu menjadi terkesiap setelah melihat Sofia berjalan menghampirinya. Mereka beranjak, kemudian berlari meninggalkan makam. "Tunggu ...!" teriak Sofia. Tak mengindahkan teriakan Sofia, kedua manusia itu berlari tunggang langgang. Mereka takut Sofia akan marah perihal penjualan rumah orang tuanya. "Sudah, Sayang. Tidak perlu dikejar." cegah Reyfaldi menahan tangan Sofia. "T-tapi," "Biarkan saja. Mungkin mereka belum siap untu
Pria yang mengenakan atribut ojek online itu beranjak, kemudian membuka pengaman kepalanya. Ia juga terbelalak melihat sosok pria yang selama ini tak lepas dari hidupnya. "Reyfaldi" pekiknya seraya menahan nyeri pada bagian kaki. Melihat darah yang merembes keluar dari kaki Alvian cukup banyak. Reyfaldi mengesampingkan perasaan bencinya pada lelaki itu. Segera ia menelepon ambulance untuk membawa Alvian ke rumah sakit. "Tidak! Tidak perlu panggil ambulance. Aku masih bisa mengendarai motorku sendiri!" cetus Alvian."Apa kamu akan membiarkan darahmu habis di sepanjang jalan, hah?! Lihat kakimu. Sepertinya kaki kananmu patah!" ucap Reyfaldi setelah ia memperhatikan Alvian yang hanya berdiri bertumpu dengan satu kakinya. Tak lama kemudian, Alvian ambruk di atas aspal. Reyfaldi membantu memapahnya ke pinggiran jalan. Orang-orang disana pun turut membantu dengan meminggirkan motor Alvian yang bagian depannya sudah terlihat hancur. Sofia diam mematung di dalam mobil selama beberapa saa
"Mbooook ...!" Teriak Ella memecah keheningan. Mbok Nah segera berlari menghampiri Ella. Ia kaget melihat cairan yang sudah tergenang di kaki Sofia. "Nona ... Anda akan melahirkan?!" "Segera hubungi Reyfaldi! Aku akan membawa Sofia kerumah sakit bersalin!" titah Ella panik. Dengan panik. Wanita itu segera memboyong Sofia masuk ke dalam mobil peninggalan orang tua Sofia yang terparkir di halaman rumah Reyfaldi. Kemudian, Ella menyalakan mesin mobil dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit bersalin tempat Sofia memeriksakan kehamilannya. Untungnya, wanita yang sempat menjadi pengemis itu sudah ahli dalam mengemudikan mobil. Sehingga, tak membutuhkan waktu yang lama untuk Sofia bisa tiba di Rumah sakit. Ella berlari ke bagian administrasi. Untung saja saldo di rekeningnya terisi uang hasil penjualan beberapa hari kebelakang. Sekitar 10 juta Ella melakukan deposit di rumah sakit tersebut. Tim medis segera bertindak dengan cepat. Sofia ditangani dengan sangat baik di rumah sakit
Sofia keluar dari ruangan tak layak huni tersebut. Ia menyeka air mata di pipi kemudian berbicara dengan Reyfaldi sambil berbisik."Sayang ..., bisa tolong Paman Danu? Aku sangat tidak tega melihatnya," ucap Sofia seraya menitikan air mata. Reyfaldi kemudian menyeka air di pipi Sofia dengan lembut. "Tentu, Sayang. Saya akan segera memanggil ambulace." Sofia mengangguk dan tersenyum haru. "Terima kasih, Sayang." Tak lama berselang, sebuah mobil ambulance tiba di depan jalan. Tim medis segera membawa Danu ke rumah sakit untuk diperiksa. Ella masuk dan duduk di dalam ambulance. Sedangkan Sofia bersama Reyfaldi mengikuti dari belakang. Setibanya di rumah sakit, Reyfaldi segera memesan kamar kelas VVIP, yaitu kamar termahal yang tersedia di rumah sakit tersebut. Danu segera ditangani oleh tim medis. Beberapa pengecekan dilakukan oleh dokter. Beruntung, bukan penyakit berbahaya yang diderita oleh Danu. Melainkan hanya asam urat namun cukup akut. "Sofia ... ruangan ini pasti sangat mah
"Bibi Ella?" Wanita yang tengah hamil besar itu beringsut mundur kemudian berbalik badan dan pergi meninggalkan Ella di ruang tamu. Ia merasa sangat benci pada Bibinya itu. Namun, Reyfaldi langsung mencekalnya. "Ayolah, Sayang ... bukankah tadi kamu berniat akan memaafkannya," bujuk Reyfaldi. "Tuhan saja pemaaf, apagi kita yang hanya sebagai hamba," tambahnya lagi. Sofia termenung beberapa saat. "Baiklah ..., aku akan menemuinya!" Wanita bertubuh besar itu kemudian berbalik badan dan melangkah kembali ke ruang tamu. Ia menjatuhkan bokongnya dengan pelan di atas sofa. Sedangkan Reyfaldi memilih untuk menunggu di dalam kamar, tak ingin mencampuri urusan bibi dan keponakan itu. "Sofia ... akhirnya kamu mau menemuiku." Mata wanita itu berkaca-kaca. "Aku benar-benar minta maaf atas perbuatanku dan Paman Danu. Kami melakukannya karena sangat terdesak. Pada saat itu, kami selalu diancam oleh debt collector. Sehingga kami merasa stress dan gelap mata. Tidak ada cara lain bagi kami selai
Pria yang menjabat sebagai CEO itu membungkuk lalu mendaratkan kedua tangannya di lengan bagian atas Alvian. Kemudian, mengangkat tubuh itu ke atas. "Jangan lakukan itu. Kamu tidak perlu bersimpuh di hadapanku!" Lagi-lagi, Alvian berucap terima kasih pada Reyfaldi. Pun juga dengan wanita tua yang sedari tadi berdiri di sana. Ia meminta maaf dan mengucapkan banyak terima kasih pada Reyfaldi. "Mulai minggu depan. Kembalilah ke perusahaan. Jadilah kepala produksi yang tidak akan mengecewakan saya lagi!" tutur pria tampan itu. Kepala yang semula menunduk, langsung terangkat wajahnya. "Apa?! Apa aku tidak salah dengar, Rey?" Reyfaldi tersenyum sekilas. "Bekerjalah lebih giat, agar kehidupan anakmu terjamin!" Alvian menyatukan kedua telapak tangannya seolah berterima kasih pada Reyfaldi. "Aku akan berusaha jadi karyawan terbaik. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang kamu berikan, Rey!" Pria yang mengenakan kemeja hitam itu berpamitan. Ia berniat segera pulang karena mengingat
Alvian bergegas naik ke dalam mobil milik tetangganya yang menawarkan bantuan padanya. "Maaf, pak. Saya menjadi merepotkan," ucapnya pada Bapak pemilik mobil. "Tidak sama sekali, Pak." Ambar tidak mengetahui kejadian yang terjadi semalam pada anaknya itu. Ia mengira, selama Clara bekerja menjadi LC karaoke, rumah tangga Alvian baik-baik saja. Bagai tersambar petir, tiba-tiba saja wanita tua itu mendengar kabar jika menantu kesayangannya itu kecelakaan bersama pria lain secara mengenaskan. Dan yang paling membuatnya merasa tercengang adalah berita tentang perselingkuhannya bersama pria beristri. Tak banyak berkata. Di dalam perjalanan, mereka hanya terdiam. Ambar dan Alvian masih merasa sulit untuk memahami apa yang tengah terjadi. "Kamu harus menjelaskan banyak hal pada ibu, setelah ini!" cetus ambar. Setelah menempuh perjalanan selama dua jam. Akhirnya mereka sampai di rumah sakit yang dituju. Alvian dan Ambar melangkah dengan sedikit keraguan dan ketakutan. Mereka merasa tida
Keributan yang terjadi di kediaman Alvian membuat para tetangga penasaran. Beberapa warga mengintip dari balik jendela menyaksikan pertengkaran yang terjadi. Ketua RT dan beberapa warga di pemukiman itu langsung menghampiri rumah Alvian untuk mencari tau dan melihat keadaan Alvian. Namun, mereka dikagetkan oleh suara teriakan Alvian yang menyatakan bahwa dirinya ingin mati. Segera, mereka menerobos masuk ke dalam rumah Alvian tanpa permisi. Melihat Alvian yang telah siap menghujamkan pisau ke dadanya. Sontak, salah satu warga berteriak. "Hentikan!! Kamu tidak boleh melakukannya!" Alvian otomatis membuka matanya. Salah satu warga yang datang langsung menyambar pisau yang berada di dalam genggaman tangan Alvian. Kemudian, meyadarkan lelaki itu dari tindakan bodohnya. Alvian menangis tak terkendali. "Tenang ... tenangkan diri anda, Pak Alvian. Beberapa orang warga mengelus pelan punggung Alvian. Sementara, satu orang lainnya mengambil segelas air minum lalu meminumkannya pada Alvian
"Sofia?!" Ella menatap lekat Sofia. Penyesalan langsung menyeruak di hatinya. "Maafkan Bibi, Sofia ...."Tatapannya berpindah pada bagian perut Sofia yang sudah dalam keadaan hamil besar. "Kamu sudah hamil?! Akhirnya kamu hamil juga, Sofia!" tatapnya sayu. "Dimana Alvian?" Wanita berusia 47 tahun itu mengedarkan pandang. Ia melihat sosok pria tampan berperawakan atletis dan terlihat kaya berdiri di dekat Sofia. "Mengapa kamu tidak bersama Alvian?" tanya Ella. Sedari tadi Sofia tak mengeluarkan sepatah kata pun. Jantungnya berdegup kian kencang karena menahan emosi.Ella memegang tangan Sofia. Namun, Sofia menghempaskannya dengan kasar. "Jangan sentuh aku!" bentaknya. Reyfaldi mendekat. "Maaf, Anda siapa?" tanyanya pada Ella. "Saya Ella, Bibinya Sofia!" jawabnya dengan nada bergetar. "Kamu, siapa?" tanya Ella balik. "Sudah! Tidak usah pedulikan dia. Dia bukan Bibiku. Aku sama sekali tidak mengenalnya!" sergah Sofia seraya mendelik.Sofia kemudian menarik lengan Reyfaldi untuk ma
"Pagi, sayang ... hari ini jadi, kan?" tanya Sofia pada lelaki yang baru saja membuka matanya. "Iya, Sayang!" jawab Reyfaldi dengan suara khas bangun tidur. Hari ini, Sofia berniat berbelanja kebutuhan persiapan untuk kelahiran bayinya. Sebuah kamar khusus untuk bayi akan ia persiapkan. Yaitu, kamar bekas Sofia sewaktu pertama datang ke rumah tersebut. "Lihat, Sayang ... aku ingin seperti ini interiornya." Tunjuk Sofia pada layar ponselnya memperlihatkan gambar ruangan bayi yang bernuansa white soft blue.Perkiraan Dokter, bayi yang tengah di kandung oleh Sofia adalah berjenis kelamin laki-laki. Sesuai dengan harapan Reyfaldi yang sangat menginginkan anak laki-laki agar dapat melanjutkan perusahaannya. "Baiklah, Sayang. Saya akan segera menghubungi jasa interior agar bisa secepatnya selesai."Reyfaldi langsung meraih ponselnya dan menghubungi jasa interior. Ia meminta agar secepatnya dilakukan renovasi sesuai dengan permintaan Sofia. Mengingat waktunya sudah tidak banyak lagi. Se
Wanita pelakor itu terbelalak. Ia langsung berjalan mendekati Sofia. Namun, wanita yang tengah hamil besar itu langsung berbalik badan mencoba menghindar dari Clara. Tapi, wanita jalang itu malah mengejar Sofia. "Sofia ... aku mohon jangan katakan ini pada Alvian!" Jalang itu terus memohon dengan wajah memelas. "Tenang saja! Lagi pula, itu bukan urusanku!" ucap Sofia dengan raut dingin tak peduli. Clara menoleh pada Reyfaldi. Pria yang menundukan wajahnya itu hanya diam mematung. "Pak, Reyfaldi ... tolong jangan-," "Siapa ini?" pangkas pria yang bersama Clara. Mendengar suara bariton dari balik badannya, mata wanita perusak rumah tangga orang itu langsung membola dengan sempurna. Cepat, ia berbalik badan dan mengubah mimik wajahnya menjadi tersenyum manis. "O-ya, ini kenalkan temanku, namanya Sofia dan ini suaminya!" ujar wanita itu seraya mengarahkan tangannya pada Sofia dan Reyfaldi. Dengan senyum masam, keduanya mengulurkan tangan menyambut ajakan bersalaman pria tua yang be