Zafirah hanya bisa menatap wajah wanita seksi yang berada di depannya. Senyumnya terindah walau wanita di depannya tidak bisa melihat bagaimana senyum Zafirah yang tertutup dengan cadar."Sekarang apa lagi yang kamu inginkan?"Zafirah tersenyum lembut pada Jelita senyum yang tidak sedikitpun pemuda dari wajahnya."Aku. Menginginkan suamimu, paham!" ucap Jelita setelah itu ia berdiri berniat meninggalkan kediaman Azril. "Tunggu!" Jelita membalikan tubuhnya. "Ada apa lagi?" sahut Jelita malas, melihat kearah Zafirah dengan sikap angkuhnya "Duduklah, Jelita. Aku ingin bicara denganmu." Jelita mengikuti perkataan Zafirah dan kini mereka duduk kembali di ruang tamu. "Katakan ada apa?!""Kamu, adalah wanita yang cantik juga baik hati. Aku yakin di luar sana masih banyak pria yang menyukaimu. Jadi aku minta menjauhlah dari kami. Kamu tahu hubungan kami adalah hubungan yang sah? Kamu juga sudah tahu jika Azril telah memilihku menjadi istri sahnya, aku harap kamu mengerti dan mengikhlaska
Senyum Jelita tercetak jelas di wajahnya saat melihat reaksi Azril. "Akhirnya aku berhasil membuat dirimu kembali padaku dan kamu Zafirah, bersiaplah untuk keluar dari kediaman Azril. Aku akan menggantikan dirimu menjadi Nyonya, bukankah itu menjadi impian wanita di dunia ini menjadi nyonya menerima kemewahan yang telah di berikan suami dan aku akan menghabiskan uang untuk shopping bukan hanya itu saja sejak lama aku mengharapkan menduduki posisi sebagai nyonya. Aku adalah kekasih Azril dan sudah sepantasnya menjadi istrinya bukan wanita ninja itu." Gumam Jelita dalam hati. Dengan keyakinan penuh bahwa semua akan kembali padanya."Sayang, maafkan aku. Tapi aku," ucapan Azril terhenti ketika bibir Jelita menyapu bibir Azril. Mereka saling melumat terdengar desahan dari bibir mereka. Azril melepas semua baju yang melekat pada tubuhnya, bahkan Jelita lebih dulu melepasnya dan bermain di milik Azril yang telah lama ia rindukan. Gejolak yang tidak bisa di tolak seorang Azril ketika Jelita m
Waktu menunjukkan pukul sembilan malam, Azril tidak kunjung kembali. Mengingat kembali kata-kata yang terucap oleh Jelita jika ia dan Azril kembali bersama bahkan mereka melakukan hubungan terlarang mereka seperti sebelumnya. Lelah sudah hati dan jiwanya menghadapi ujian, pernikahan yang tidak di harapkan namun Zafirah melakukannya dengan ketulusan dan tanggung jawab sebagai seorang istri untuk melayani suaminya.'Ya Allah hamba percaya di balik ujian ini engkau telah menyiapkan keindahan untukku, kebahagiaan yang engkau janjikan pada umatnya setelah mampu melewati ujian yang engkau berikan. Keindahan dan kebahagiaan yang luar biasa yang akan datang padaku. Hamba menunggunya dengan ke ikhlasan dan jalan yang engkau ridhoi,' ucapnya dalam hati helaan napas terdengar berulang kali menghilangkan keraguan yang datang tidak hentinya mengusik relungnya yang mencoba untuk bertahan sebagai seorang istri yang baik walau pada akhirnya lelah datang menyergapnya.Zafirah kembali menatap pintu yang
Mengingat bagaimana seorang Azril, yang memintanya untuk membantu melupakan Jelita wanita yang dia cintai. Bahkan hingga saat ini, tetapi sebagai seorang istri Zafirah ingin mengikuti apa yang di inginkan imamnya."Assalamualaikum, Zafirah," kata Azril saat mendekati Zafirah yang tengah menyiapkan sarapan pagi bersama dengan Bibi Melati."Wa'alaikumsalam, kak Azril duduklah,"Zafirah mengambil piring, menyendok nasi goreng dan telor dadar di atasnya. Tugas yang tidak pernah ia lupakan, walau hal ini baru berapa kali di lakukan olehnya."Duduklah, kita sarapan pagi bersama,"Zafirah menganggukkan kepalanya. Ia duduk hadapan Azril. Dengan cadar yang telah di buka oleh Zafirah membuat jantung Azril berdetak tidak karuan, rasa gugup menyelimuti dirinya melihat wajah cantik dan teduh wanita di depannya.Baru berapa suapan tiba-tiba suara langkah kaki mendekati ruang keluarga. Zafirah mengangkat wajahnya melihat siapa gerangan yang bertemu sepagi ini."Selamat pagi sayang,"Azril menolehkan
Azril melihat Jelita yang memasuki taksi hanya bisa menatapnya dengan perasaan yang sesak. Wanita yang ia cintai merajuk karena ulahnya, namun janjinya pada Zafirah entah kenapa mampu ia lupakan dalam sekejap.Wanita yang menjadi istrinya sanggup membantunya untuk melupakan kekasihnya, namun lagi-lagi dirinya yang mengingkari janjinya."Aaaarrrggggg!!! Apa yang aku lakukan? Kenapa aku tidak bisa meninggalkan Jelita? Kenapa tuhan?" Azril mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Hidupnya kembali bimbang, janji ingin merubah namun tidak kunjung ia lakukan.Setelah melihat Jelita pergi Azril memilih melanjutkan perjalanan menuju kantor, ia sudah terlambat untuk acara meeting hari ini. "Tuan, mereka sudah menunggu di ruang meeting,"Adam yang menunggu didepan ruang meeting bergegas mendekati Azri, sesaat melihat Azril keluar dari lift. "Aku akan datang, kau atur semua,"Azril meletakan tasnya dan kembali keluar dari ruangannya menuju ruang meeting. "Selamat pagi, maaf atas keterlambata
Satu bulan sudah Zafirah tidak bertemu dengan Azril. Selama itu juga Zafirah tidur di dalam kamar tamu, kamarnya yang sebelum ia pindah di kamar Azril.Mengingat percakapan satu bulan yang lalu, ketika Azril mengakui jika dirinya tidak bisa melupakan kekasihnya Jelita, sekeras apapun Zafirah berusaha membuat Azril melupakan Jelita namun hal itu tidak membuat Azril mampu melupakan kekasihnya. Selama itu pula Azril mencoba namun hatinya tidak mampu untuk menggeser nama Jelita. Tetapi sebaliknya semakin dirinya mencoba melupakan semakin besar cintanya pada Jelita. "Zafirah! Dimana kamu?"Zafirah mendekati pintu utama, terlihat Jelita berdiri dengan angkuhnya menatap pongah dirinya."Ada apa Jelita? Kenapa kamu datang-datang teriak seperti ini, tidakkah kamu bisa mengucap salam terlebih dahulu?"Zafirah duduk di sofa ruang tamu, di ikuti oleh Jelita. Menyadari tidak mendapatkan jawaban Zafirah menjatuhkan tubuhnya di atas sofa."Duduklah dulu,"Jelita mengikuti kata Zafirah ia duduk bers
Perjalanan panjang membuat mereka harus berhenti untuk beristirahat, seperti saat sekarang ini Zafirah yang akan melaksanakan shalat ashar harus berbalik arah membuat mobil yang di kemudikan oleh Azril menepi di masjid yang berada di pinggir jalan.Mereka menunaikan shalat ashar bersama. Hanya tempat yang memisahkan mereka berdua. Usai menjalankan shalat Azril yang lebih dulu keluar dari masjid dan menunggu Zafirah di depan, seorang kakek tua mendekati Azril ia mengira jika kakek itu menginginkan uang darinya namun ia hanya mengatakan sesuatu pada Azril. "Jangan pernah meragukan wanita yang berada di sampingmu, kelak jika ujian itu datang padamu. Percayalah yang ia katakan adalah kebenaran dan jika kamu mengabaikannya maka kamu akan menyesal seumur hidupmu."Usai mengatakan kakek itu berlalu dari hadapan Azril. Azril memutari parkiran bahkan tempat wudhu namun tidak ada satupun yang melihat kakek itu. Kakek tua yang tiba-tiba datang mengatakan hal yang tidak jadi mengerti oleh Azril.
Satu minggu sudah mereka berbulan madu, selama itu juga sikap Azril yang lembut membuat Zafirah merasakan keyakinan jika Azril bersungguh-sungguh untuk berubah. Dan mencoba untuk menjalin kembali hubungan dengannya yang sempat merenggang lagi, walau baru berapa hari Azril memintanya untuk memperbaiki hubungan mereka.Seperti saat ini Azril berapa kali mengajaknya untuk berkeliling pantai yang indah. Namun keisengan yang di lakukan Azril membuat mereka jatuh ke pantai bersamaan. Sehingga baju yang di pakai Zafirah basah kuyup."Kak, gamisku basah." lirih Zafirah dengan senyum indah walau tidak terlihat di mata Azril namun bibir itu tercetak jelas dari balik cadar yang basah karena air, tercetak begitu jelas sehingga Azril ingin membawa Zafirah kembali ke hotel. Tidak ingin mata-mata nakal memperhatikan penampilan Zafirah dengan gamis yang basah sehingga tercetak jelas bentuk tubuhnya yang tinggi ramping. "Itu bukan salah kakak, Zafirah. Tapi kamu. Siapa suruh jalan enggak lihat-lihat y
Romi terdiam setelah mengetahui apa yang baru saja ia lihat dan dengarkan. Hatinya bahagia namun ia merasakan kesedihan dalam waktu bersamaan. Perjuangannya berakhir sebelum ia memulainya lagi, ada kebagian yang harus ia pikirkan. Jika ingin ia egois maka ia akan merebut kebahagiaannya, tetapi hati kecilnya menolak untuk melakukan hal itu. Ada senyum anak yang tidak berdosa jika ia memaksakan diri untuk melangkah, maka kebahagiaan seorang anak kecil akan hilang.Romi menghela napasnya dalam. Pertemuan pertama dengan Zafirah hingga ia jatuh cinta pada istri dari sahabatnya. Ketidak adilan yang di terima oleh Zafirah semakin membuat Romi membencinya bahkan cinta yang tumbuh semakin dalam seiring waktu yang berjalan. Namun semua harus hilang seiring dengan kebahagiaan seorang anak yang ia anggap putrinya sendiri."Assalamualaikum,""Wa'alaikumsalam, Verra? Kamu kesini, ada apa?" Romi menatap sosok wanita yang kini berjalan ke arahnya. Wanita yang akan ia nikahi berapa hari ke depan."A
Tidak ada manusia di dunia ini yang sempurna sama halnya seperti dirinya. Zafirah mencoba mengikhlaskan takdir yang telah dituliskan oleh sang Khaliq untuknya. Zafirah sama seperti wanita lain yang memiliki hati dan air mata, rasa penyesalan dan amarah yang ia pendam seorang diri tanpa bisa ia luapkan kemarahannya kepada orang lain. Kekecewaan hidupnya yang sudah ia jalani selama ini tidak membuatnya merubah diri. Ujian hidup yang datang silih berganti membuat Zafirah putus asa. Kehilangan calon imam dan harus menikah dengan orang yang tidak ia kenal sebelumnya dan harus menerima kekerasan yang ia dapatkan dari pria yang menjadi imamnya. Masih teringat jelas bagaimana Azril mengusirnya di saat ia tengah mengandung dan melahirkan putri mereka dengan bantuan seseorang yang ia tahu jika Romi sahabat dari suaminya menaruh hatinya."Maafkan aku mas Romi, bunga di dalam hatiku benar-benar sudah mekar. Namun aku tidak bisa menutup mataku jika kebahagiaan putriku berada bersama dengan ayah
Terima kasih sudah mengikuti kisah, Zafirah dan Azril. jangan lupa untuk mengikuti kisah Cia dan Aaron. dalam cerita Kekasihku Seorang Mafia.Follow, rafli123bilqis (I*)F******k, Bilqis. *****"Aaaaggghhhhh!!" "Zafirah!!!"Brukkk !!Tubuh Jelita terpental ke aspal, beruntung Azril menarik tubuh Zafirah sehingga tubuhnya tidak mengenai aspal."Astaghfirullah hal adzim, mas tolong Jelita!" Kata Zafirah panik melihat tubuh Jelita terkapar di aspal."Untuk apa kamu memikirkan, Jelita? Wanita itu hampir membunuh kamu dan anak kita, dan sekarang kamu memikirkan keselamatannya?" Kata Azril kesal dengan sang istri yang masih memikirkan kondisi Jelita, jika dirinya tidak sigap mungkin Zafirah yang berada di posisi Jelita."Bos, anda tidak apa-apa?" Adam mendekati Zafirah yang masih dalam pelukan Azril, tubuhnya bergetar ketakutan namun hati nuraninya memikirkan kondisi Jelita.Dokter dan perawat mengangkat tubuh Jelita dan membawanya ke UGD. Untuk memberikan pertolongan pertama padanya.Se
"Jelita?""Ibuuu!" Bian mendekati wanita yang duduk di kursi roda depan wajah yang sebenarnya sangat mengerikan."B— Bian, kalian?" Jelita menundukkan wajahnya dirinya tidak ingin terlihat menyedihkan di depan Mario dan putranya. Kondisinya saat ini sangat tidak mungkin untuk terlihat pada Bian dan Mario."Jelita? Apa yang terjadi denganmu? Maaf apakah karena, kamu melakukan—" ucapan Mario terhenti, memilih membantu Jelita walau bagaimanapun Jelita adalah ibu dari putranya. Wanita yang telah melahirkan putra setampan Bian walau ia tahu jika sikap baik Bian karena didikan Azril, mantan ayah tiri putranya selaku memberikan yang terbaik dan mengajarkan hal-hal kebaikan untuknya."Setelah melihat keadaanku sekarang, kamu akan menghinaku? Setelah karma yang aku terima kamu bisa menertawakan aku sepuas mu, jadi lakukan secepatnya dan pergilah dari hadapanku. Aku menerima dengan lapang dada atas hinaan kamu, Mario. Silahkan tinggalkan aku sendirian di sini." Kata Jelita menyiapkan hati untuk
Dua hari setelah pengusiran Jelita, selama dua hari itu pula keluarga Halik berada di kediaman Azril. Seperti pagi ini setelah kejadian dua hari yang lalu, Azril yang meminta untuk memperbaiki kamar utama. Walau Jelita tidak tidur diatas kamar utama yang berada di lantai dua, namun Azril tidak ingin membuat trauma pada sang istri."Assalamualaikum, sayang." Ucap Azril saat melihat sang istri telah selesai berzikir."Wa'alaikumsalam, mas Azril. Kamu sudah siap? Maaf apakah terlalu lama berzikir?" tanya Zafirah lirih."Tidak, sayang. Aku hanya bersiap, lagi pula aku hanya berkerja dari rumah." Azril menarik pinggang Zafirah menatap wajah cantik alami istrinya. Wanita yang mampu membawanya lebih baik lagi, wanita yang begitu ia cintai walau terlambat menyadarinya."Apakah, kamu ingin kita ke dokter? Aku tidak ingin luka ini menganggu mu." ujar Azril membuat wajah Zafirah merona. Luka goresan di berapa tubuhnya dan wajah cantik Zafirah walau ia tidak melihatnya namun ia yakin ada luka lai
"Baiklah," Arman melanjutkan kendaraannya mengikuti arahan Zafirah, kurang dari tiga puluh menit mobil kembali berhenti tiba-tiba membuat semua yang berada di dalam mobil terkejut."Arman ada apa lagi?" tanya Hanum."Bibi, itu mobil ugal-ugalan," kata Arman menunjuk kearah depan."Ya, sudah kamu tetap hati-hati Arman." kata Hanum."Ya bi maaf. Membuat kalian terkejut." Arman menghidupkan kembali mobilnya namun lagi-lagi mesinnya tidak bisa di hidupkan lagi. Menyadari mesinnya tiba-tiba mati membuat Arman mengucapkan istighfar, sejak kepergian mereka untuk mengantar Zafirah kembali ke kota ada banyak hal yang tidak terduga sehingga perjalanan mereka terhambat."Astaghfirullah hal adzim, Arman ada denganmu? Kenapa mobilnya bisa mati seperti ini?" Hanum keluar dari mobil di ikuti oleh Zafirah dan yang lainnya. Hatinya kembali dirundung gelisah, bukan hanya Arman tetapi mereka begitu bertanya-tanya apa yang Allah tunjukkan sehingga perjalanan mereka terhambat."Apa karena kita belum Sa
Verra tiba di kediaman Azril sesuai permintaan Azril untuk mendekati wanita yang ada di rumahnya. Sosok yang di ketahui banyak orang adalah Zafirah. Mereka berbincang-bincang seperti biasanya dengan Zafirah, tidak ada yang yang mencurigakan namun semua yang dikatakan oleh Verra mampu membuat Jelita terkejut. Namun demikian Jelita dengan pandainya berkilah, dan membalikan keadaan. Sehingga Verra memilih untuk diam dan mengikuti apa yang di katakan oleh Jelita. Seperti pagi ini mereka kerumah sakit untuk memeriksa wajah Jelita. "Mas, apa kamu benar-benar tidak bisa untuk menemaniku? Aku ingin kamu berada di sampingku, saat pemeriksaan." Jelita yang tidak ingin Azril pergi kekantor dan mengabaikan dirinya. Berusaha untuk mengiba walau kenyataannya Azril memilih ke kantor dari pada menemaninya ke dokter. "Maaf, tapi hari ini tidak bisa. Bagaimana jika kamu pergi bersama dengan Verra? Bukankah kamu begitu dekat dengannya?" usul Azril. Menyadari perbedaan raut wajah Zafirah palsu."Tapi
Hei, semoga kalian masih mengikuti kisah Zafirah dan Azril. jangan lupa untuk mengikuti terus kisah mereka. Berapa hari kedepan "Kekasihku Seorang Mafia" Akan update, jangan lupa ikuti kisah cinta Aaron dan Cia.***"Siapa kamu yang sebenarnya?!" Suara dingin Azril membuat Jelita melonjak kaget."Azril, apa maksudmu? Aku Zafirah, apakah kamu tidak percaya padaku?" Jelita berusaha untuk meredakan emosi, dan hatinya yang ketakutan jika Azril mengetahui kebenarannya."Istriku tidak pernah memanggilku dengan kata Azril dan dia tidak pernah berpakaian seperti ini. Satu lagi, Zafirah tidak pernah merayu ataupun meminta terlebih dulu. Hal kecil yang di lakukan Zafirah tidak bisa kamu lakukan, Jelita." Kata Azril menekan kata Jelita, membuat pemilik nama ketakutan."Percaya ataupun tidak, itu terserah kamu. Jika kamu ingin mengusir ku, tidak apa-apa aku akan pergi. Dan membawa putriku dari sini." Jelita mengambil pakaiannya, namun kali ini sebuah gamis syar'i dan memakainya di depan Azril."
Mario yang ingin memperbaiki hidupnya dengan mencari keberadaan putra kandungnya. Dirinya tidak ingin jika jejaknya mengikuti sang ibu, walau dirinya memiliki kehidupan yang sama dengan Jelita. Namun tentang putranya Mario ingin memberikan yang terbaik untuknya."Permisi, apakah anda melihat wanita ini, dengan seorang anak laki-laki?" tanya Mario pada seseorang dengan memperlihatkan foto Jelita dengan Bian."Anda siapa ya?" tanya wanita yang sedang menyapu di depan rumah."Saya adalah ayahnya. Tapi —" ucapan Mario terhenti saat wanita yang tengah menyapu mengarahkan sapunya kearah dirinya. Dengan capat Mario menghindar agar tidak mengenai wajahnya."Apa kamu tahu anak itu hidup sebatang kara di sini? Wanita itu, yang mengaku sebagai ibu kandungnya pergi meninggalkannya. Setelah saya melihat dan mendengar sendiri rencana untuk membunuh seseorang dan menculiknya. Sepertinya wanita yang kamu cari itu bukan orang baik-baik, bahkan saya sendiri melihatnya bersama dengan para preman meningga