“Happy birthday to you, Happy birthday to you….”Semua tamu yang diundang dengan kompak menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Liam yang kini genap berusia tiga tahun. Wajah tampan dan menggemaskan Liam mencuri perhatian para tamu undangan. Seluruh tamu yang yang hadir merupakan teman dekat Alessia selama dia berada disini dan juga termasuk kekasih David Wang yang turut hadir dalam acara ulang tahun sederhana tersebut.Ketika lagu selesai, dengan semangat Liam meniup lilin bertingkat tiga sesuai jumlah umurnya saat ini. Lilin yang berbentuk angka tiga itu padam dengan sorak sorai para tamu yang hadir.“Apa yang kau minta tadi, boy?” Tanya Reygan dengan lembut pada putra dari wanita yang dia cintai tersebut.Liam tersenyum pada Reygan dan menatap ke arah Alessia, “Aku ingin Daddy segela pulang.” dengan suara cadelnya tersebut membuat Reygan menatap ke arah Alessia yang menatap putranya dengan lembut.Reygan tampak tersenyum tipis, tapi dalam hatinya dia tak akan membiarkan itu terj
BREAKING NEWS!Seorang anak laki-laki berusia tiga tahun terlihat sangat mirip dengan Matteo Filbert pengusaha kaya otomotif, mereka seperti pinang dibelah dua dengan versi mini.Apakah dia putra tersembunyi sang billionaire?Baca selengkapnya di TanMedia >>>>>>Berita heboh tersebut hanya perlu satu jam untuk menjadi berita panas pagi ini, bagaimana tidak TanMedia dikenal sebagai biang gosip internasional yang sudah membongkar semua rahasia yang disembunyikan orang-orang yang berpengaruh termasuk artis terkenal, pengusaha bahkan pejabat negara sekalipun.Komentar memenuhi postingan tersebut.‘Apa kau lihat dia begitu mirip dengan tuan Matteo.’‘Ini bukan hanya mirip tapi seratus persen jika dia anaknya!’‘TanMedia sangat berani mengekspose berita besar ini, tapi aku penasaran apakah ini hanya gosip atau fakta yang membuat dunia akan heboh.’‘Matteo ternyata tidak impoten sungguhan, lihat bayi mungil itu sangat menggemaskan.’‘Ada yang tahu kemana wanita yang beberapa tahun lalu semp
“Dia begitu mirip sayang, apa benar dia putra Matteo?” Tanya nyonya Irish dengan penasaran.“Aku sudah menemuinya, jika dia benar anak haram dari wanita murahan maka aku tak akan segan untuk melenyapkannya. Itu adalah aib keluarga yang besar.” Ucap tuan Henrey dengan serius.“Apa itu tak terlalu berlebihan? Kenapa kita tidak menerimanya saja? Apa kau sanggup membunuh darahmu sendiri?” Tanya nyonya Irish yang tak setuju dengan pemikiran suaminya tersebut, karena bagaimana pun anak itu tak bersalah.“Keputusanku sudah bulat. Aku tak akan menerima anak dari wanita murahan.”Nyonya Irish menghela nafasnya dengan pelan mendengar keputusan bulat suaminya namun dia tak bisa melakukan apapun.Setelah kepergian nyonya Irish, tuan Henrey berdiam diri di ruang kerjanya hingga seseorang datang dengan membawa sebuah informasi.“Menurut informasi tuan tak pernah bertemu dengan nona Alessia selama hampir empat tahun ini, tuan. Jadi sepertinya bukan nona Alessia ibu dari anak itu.” Ucap pria dengan t
“Tidak nenek! Aku ingin kelualll!” Jeritan Liam terdengar hingga sampai luar kediaman yang membuat pria dengan asistennya segera menghampirinya.“Tuan, pintu terkunci.” Ucap Josh pada Matteo saat mereka ingin masuk ke dalam.“Dobrak!” Titah Matteo yang langsung disetujui oleh Josh.Josh segera mengamati pintu, memastikan bahwa tidak ada yang mendengar ketika dia dan Matteo hendak membuka pintu dengan paksa. Dengan satu dorongan kuat, mereka berhasil membuka pintu yang terkunci.Orang yang berada di dalam rumah tersebut tampak mematung dengan kedatangan tiba-tiba dari orang yang tak mereka kenal.Namun, nenek Camila yang seperti mengenal wajah dari salah satu pria itu, hingga saat menyadari sesuatu dia langsung menarik Liam berada di balik punggungnya.“S-siapa kalian? Dan kenapa kalian tiba-tiba masuk tanpa permisi.” Nenek Camila berusaha menutupi tubuh Liam.Liam yang tahu ada bahaya juga langsung menurut saat neneknya menarik ke arah belakang tubuhnya.“Josh, bawa anak itu.” Suara d
“Bukankah kau bilang Matteo dan asistennya akan datang ke event? Sampai akhir acara pun mereka tak terlihat sama sekali.” Mereka yang berada di mobil dalam perjalanan pulang pun merasa aneh terutama Alessia yang tampak merasakan firasat buruk tentang ini.“AKu juga tak tahu, Sia. Informan ku tak mungkin salah memberikan informasi. Tapi kenapa dia tak datang sedangkan dia berada di New York, apa dia sedang merencanakan sesuatu disini?” Tanya David dengan serius.Alessia tampak terdiam hingga matanya langsung menatap ke arah David, “Ke kediaman ku sekarang!” Serunya dengan keras agar David mempercepat laju mereka.David langsung mempercepat laju mobilnya, merespons dengan cepat pada perintah Alessia yang tiba-tiba itu. Hatinya mulai berdebar-debar, merasa bahwa sesuatu yang penting sedang terjadi.Mereka tiba di kediaman Alessia dalam waktu singkat. Begitu mobil berhenti, Alessia langsung melompat keluar dari mobil, diikuti oleh David yang agak terkejut dengan tindakan mendadak Alessia.
Alessia menatap tajam Matteo, dia tak mengira jika dia harus menghadapi Matteo dalam situasi ini.“Apa pentingmu?”“Penting. Jika Liam adalah putraku maka aku akan membawanya.” Matteo mengeraskan rahangnya dan menatap tajam Alessia kembali.“Dia bukan putramu.” Bohong Alessia.“Lalu siapa ayahnya? Siapa yang kau nikahi atau kau kencani. Siapa, Sia?” Tanya Matteo dengan pertanyaan bertubi-tubi meminta penjelasan.“Reygan. Dia ayahnya.” Ucapan dari Alessia itu membuat Matteo tak percaya, entah mengapa perasaannya sakit.“Tidak mungkin.” Gumam Matteo yang menatap Alessia dengan tatapan tak percaya.“Jangan terlalu berharap lebih, aku menggunakan pil pencegah kehamilan saat bersamamu. Jadi wajah anakku yang mirip denganmu itu hanyalah bualan media, dia adalah putraku bersama Regan, dan kita akan menikah.” Ucap Alessia dengan dingin.Matteo masih tetap tak percaya, namun saat bibirnya akan mengucapkan sesuatu, tiba-tiba Liam memeluk Alessia dengan erat.“Mommy, kenapa lama sekali.” Ucap b
“Setelah tes DNA dilakukan hasilnya 99,9 persen jika Liam Petrova adalah putra biologis anda, tuan Filcher.” Dokter Sam memberikan hasilnya kepada Matteo.Kertas yang dipegang oleh Matteo hampir robek saat dia menggenggam terlalu kencang. Hatinya sangat terguncang mengetahui fakta itu.Saat dia berjalan keluar, dia terus melamun memikirkan bagaimana bisa hal ini tak diketahuinya sejak awal.“Bagaimana mungkin.” Gumamnya, ada rasa bersalah dan penyesalan yang tak bisa dia gambarkan.Hingga pikirannya berkelana jauh hingga di malam terakhir mereka bersama, “Darah, apa darah itu ada saat aku terlalu keras hingga melukai janinnya?” Gumamnya.Kedua tangannya mengepal dengan kuat, dirinya sangat marah mengapa dia tak menyadarinya sejak awal.“Daddy!” Suara itu menyadarkan Matteo dari lamunannya, di depannya Liam yang bersama dengan Josh tengah memakan es krim di luar parkiran rumah sakit.Senyumnya terbit, Liam putranya. Dia masih tak menyangka ternyata dia memiliki anak setampan ini tanpa
“Apa kau sudah tahu berita tentang keluarga pejabat yang kaya itu? Dia tersandung kasus korupsi.” Gracia dengan semangat menunjukkan berita itu pada David.“Sudah biasa, tapi kenapa baru tercium sekarang?” Tanya David sambil memakan makanan yang dibawa kekasihnya itu.“Tak tahu juga, dan kau tahu anak bungsunya ternyata satu taman bermain dengan Liam dulu.”David yang mendengar itu langsung menghentikan makanannya.“Sangat kebetulan sekali.” Gumam David.“Tak hanya itu, pengusaha ekspor impor juga tersandung kasus ilegal. Dan lagi-lagi putranya juga satu taman bermain dengan Liam.”David melirik ke arah Gracia, tentu itu bukanlah kebetulan yang tak disengaja.“Ini sedikit aneh,”Gracia mengangguk mendengar komentar David. “Tapi aku tak melihat Liam beberapa hari ini. Kemana dia? Dan dimana kak Sia?” Tanya Gracia dengan penaaran.David menghela nafasnya saat mengingat itu, “Ada banyak masalah, dia terbang ke london jam tiga pagi tadi.”Gracia yang mendengar itu terkejut, “London? Apa
“Kau kembali begitu cepat.” Matteo menyambut Alessia dengan hangat di bandara.Pagi ini Alessia telah tiba, Matteo mengira jika wanita itu akan lama berada disana.“Aku merindukan Liam.” Jawab Alessia dengan tenang.“Aku? Apa kau juga merindukan aku, Sia?” Tanya Matteo dengan senyum manisnya.Alessia tampak tersenyum melihat itu, namun dia memilih untuk berjalan menuju ke parkiran mobil mereka.“Alessia, apa kau masih ingat penawaranku? Bagaimana? Apakah kau bisa menerimaku kembali?” Tanya Matteo dengan penuh harap.Sudah lama dia menunggu, dia tak bisa menunggu terlalu lama lagi.Alessia berhenti sejenak, memandang Matteo dengan serius. "Matteo, aku perlu waktu untuk memikirkannya dengan baik. Ini bukan keputusan yang bisa aku ambil begitu saja." Suaranya tenang, tetapi penuh dengan kepastian.Matteo menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan kegelisahannya. "Aku mengerti. Aku akan menunggu keputusanmu, Sia." Dia mencoba tersenyum, meskipun ada kekhawatiran yang tersembunyi di
“Bagaimana?” Alessia yang baru saja tiba di New York siang ini langsung menemui David untuk melakukan pengecekan terhadap sistem yang berhasil dibuat.“Ada di tanganku, ayo aku tunjukkan.” David memimpin jalan menuju ke ruangannya.Setiap langkahnya menggambarkan keraguan dan ketidaksabaran yang ketara.Hingga sampai diruangan, dia melihat sebuah alat yang benar-benar persis di bayangannya.Dia adalah sistem AI nya yang dia pasang di dalam mobil, dia adalah Lucy.Alessia menyentuh benda itu yang nantinya akan di pasang dalam mobilnya.“Apakah ii sudah berfungsi?” Tanyanya pada David.David mengangguk dengan senyum bangga. "Ya, sudah siap dan berfungsi dengan baik. Lucy dilengkapi dengan teknologi canggih yang akan memungkinkanmu untuk mengendalikan berbagai fitur mobil dari jarak jauh, mulai dari navigasi hingga pengaturan suhu."Alessia tersenyum puas, merasa lega melihat hasil kerja keras mereka. "Bagus sekali. Terima kasih, David. Kita telah mencapai titik ini berkat kerja kerasmu.
“Tuan Henrey datang menemui anda, tuan.” Josh memberikan informasi itu pada Matteo yang sedang fokus melihat dokumen perusahaan.Mendengar sang ayah ingin menemuinya, Matteo langsung melirik ke arah Josh.“Bawa dia masuk.” Ucapnya dengan dingin.Matteo menarik napas dalam-dalam. Dia menyadari bahwa pertemuan ini mungkin akan membawa banyak ketegangan, mengingat hubungan yang rumit antara mereka.Ketika Tuan Henrey memasuki ruangan, Matteo menatapnya dengan tatapan serius. "Apa yang bisa aku bantu, Ayah?" tanyanya tanpa menunjukkan ekspresi emosional apa pun.Tuan Henrey memandang anaknya dengan serius. "Aku mendengar tentang kehadiran Liam di mansionmu. Kau tidak memberitahuku bahwa anak itu disana," ujarnya dengan nada yang dingin.Matteo tetap tenang meskipun dihadapkan pada pertanyaan ayahnya yang mengejutkan. "Aku tidak melihat alasan untuk memberitahumu. Liam adalah urusanku, bukan urusanmu," jawabnya tegas.Tuan Henrey mengangguk dengan serius. "Namun, kau harus mempertimbangkan
“Tuan, ada nyonya besar dan nona muda.” Bisik Josh pada tuannya yang saat ini saat mereka sedang makan malam bersama.Matteo yang mendengar itu terdiam lalu melirik ke arah Alessia yang berada di sebelahnya.“Siapa?” Tanya Alessia ketika melihat Matteo meliriknya.“Ibu tiri.” Jawabnya dengan singkat.Alessia yang mendengar itu mengangguk.“Bawa dia masuk, kenapa kau malah diam?” Tanya Alessia dengan bingung.Matteo mengangguk dan memberi isyarat kepada Josh untuk mempersilakan tamu-tamu tersebut masuk. Dengan sigap, Josh meninggalkan meja makan untuk membuka pintu.Beberapa saat kemudian, seorang wanita paruh baya dengan penampilan yang anggun dan elegan memasuki ruangan, diikuti oleh seorang gadis cantik di belakangnya. Wanita paruh baya tersebut adalah nyonya Irish dan Veronica."Kak Alessia!” Veronica langsung berlari menghampiri Alessia yang tak pernah dia temui begitu lama.Alessia berdiri dan menangkap pelukan Veronica dengan hangat.Nyonya Irish tersenyum dan menghampiri mereka
Di ruang kerjanya yang begitu sunyi, Reygan tampak tenang mengerjakan dokumen perusahaannya.Ada begitu banyak disini, meskipun bisa dikerjakan besok entah mengapa perasaannya malam ini menjadi tidak terlalu nyaman.Dalam setiap jam Gara selalu melaporkan perkembangan Matteo dalam mencari Liam, namun sejak dua jam terakhir tak ada kabar dari asistennya yang membuatnya merasa aneh.Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi, hari sudah sangat larut dan bahkan sebentar lagi fajar akan muncul.“Apa dia ketiduran?” Gumamnya.Hingga tak berapa lama suara dentuman keras terdengar dari luar mansion, seperti ada ledakan dan detik berikutnya lampu semua padam.“Apa ada yang konslet?” Pikirnya dengan heran.Tanpa berpikiran buruk lain, dia mulai berjalan keluar dari kegelapan, tapi sebuah bogeman mentah tiba-tiba menyerang dirinya.BUG! BUG!“Siapa kau?” Reygan berusaha melawan orang yang sedang menyerangnya dengan brutal itu dengan kekuatan yang dimilikinya.Namun, dia tak berpikir jika ini sangat k
“Nona Alessia?!” Vivi yang baru saja selesai membuang sampang di luar bangunan mansion terkejut saat melihat nona yang dia layani dulu datang ke mansion bersama dengan tuan mereka.Alessia yang melihat Vivi langsung tersenyum, “Kau tambah cantik sejak terakhir aku lihat.” Puji Alessia dengan jujur.Vivi tersipu malu, namun hatinya sangat senang ketika melihat nonanya kembali.“Apakah anda sehat?”Alessia mengangguk, “Aku sehat.”Obrolan mereka berlanjut bahkan meninggalkan Matteo yang masih berada di luar.Saat dia ingin masuk mengikuti Alessia bersama pelayannya itu, Josh dengan tergesa datang ke arah Matteo dengan wajah serius.“Tuan, ada masalah besar.” Llau Josh membisikkan sesuatu tentang masalah yang baru saja terjadi.“Liam hilang??” Matteo sangat terkejut dengan berita tersebut.Josh mengangguk. “Setelah makan mala tadi tuan muda ingin berjalan-jalan di taman belakang, namun tak tahu bagaimana tuan muda menghilang begitu saja, tuan.”Matteo segera merespons dengan serius terh
Ceklek.Suara pintu terbuka membuat orang yang berada di dalam mengalihkan pandangannya dengan wajah tenang seperti air yang menyembunyikan arusnya.“Kau terlambat… Sia.” Matteo tersenyum tipis menatap wanita itu.“Dimana Liam?!” Alessia tanpa basa basi langsung mengajukan pertanyaannya segera seperti tujuannya di awal.Matteo dengan tenang mulai bangkit dan berjalan ke arah Alessia untuk menghapus jejak mereka.Dan tanpa tanda Matteo langsung memeluk wanita itu di dalam dekapannya.“Apa kau tak merindukanku?” Suara rendah itu terdengar serak.“Kita tak dalam kondisi seperti ini, Matteo.” Peringat Alessia dengan dingin.Dalam dekapannya itu, Matteo tampak tersenyum namun tak ada niat untuk melepaskan wanita itu dari pelukannya.“Tapi aku sangat merindukanmu.” Hati Alessia berdebar mendengar hal itu, namun dia segera sadar dan melepaskan pelukan itu.“Aku ingin bertemu dengan Liam.” Ucap Alessia dengan dingin.“Dia tak ada disini.” Jawab Matteo dengan santai.Alessia menaikkan alisny
“Apa kau sudah tahu berita tentang keluarga pejabat yang kaya itu? Dia tersandung kasus korupsi.” Gracia dengan semangat menunjukkan berita itu pada David.“Sudah biasa, tapi kenapa baru tercium sekarang?” Tanya David sambil memakan makanan yang dibawa kekasihnya itu.“Tak tahu juga, dan kau tahu anak bungsunya ternyata satu taman bermain dengan Liam dulu.”David yang mendengar itu langsung menghentikan makanannya.“Sangat kebetulan sekali.” Gumam David.“Tak hanya itu, pengusaha ekspor impor juga tersandung kasus ilegal. Dan lagi-lagi putranya juga satu taman bermain dengan Liam.”David melirik ke arah Gracia, tentu itu bukanlah kebetulan yang tak disengaja.“Ini sedikit aneh,”Gracia mengangguk mendengar komentar David. “Tapi aku tak melihat Liam beberapa hari ini. Kemana dia? Dan dimana kak Sia?” Tanya Gracia dengan penaaran.David menghela nafasnya saat mengingat itu, “Ada banyak masalah, dia terbang ke london jam tiga pagi tadi.”Gracia yang mendengar itu terkejut, “London? Apa
“Setelah tes DNA dilakukan hasilnya 99,9 persen jika Liam Petrova adalah putra biologis anda, tuan Filcher.” Dokter Sam memberikan hasilnya kepada Matteo.Kertas yang dipegang oleh Matteo hampir robek saat dia menggenggam terlalu kencang. Hatinya sangat terguncang mengetahui fakta itu.Saat dia berjalan keluar, dia terus melamun memikirkan bagaimana bisa hal ini tak diketahuinya sejak awal.“Bagaimana mungkin.” Gumamnya, ada rasa bersalah dan penyesalan yang tak bisa dia gambarkan.Hingga pikirannya berkelana jauh hingga di malam terakhir mereka bersama, “Darah, apa darah itu ada saat aku terlalu keras hingga melukai janinnya?” Gumamnya.Kedua tangannya mengepal dengan kuat, dirinya sangat marah mengapa dia tak menyadarinya sejak awal.“Daddy!” Suara itu menyadarkan Matteo dari lamunannya, di depannya Liam yang bersama dengan Josh tengah memakan es krim di luar parkiran rumah sakit.Senyumnya terbit, Liam putranya. Dia masih tak menyangka ternyata dia memiliki anak setampan ini tanpa