“Apa yang kau bicarakan dengan ayahku?” Tanya Matteo dengan serius saat mereka berdua dalam perjalanan pulang.Alessia menatap ke arah Matteo dengan tenang, “Tidak, hanya membahas hal biasa.”Matteo tampak tak puas dengan jawaban tersebut lalu mengatakan hal yang menjadi kecurigaannya. “Apapun itu, jangan kau turuti permintaannya. Kau di bawah kendaliku bukan kendalinya.” Ucapan dari Matteo tersebut membuat Alessia memutar matanya dengan malas. “Terserah kau saja.” Ucapnya dengan pelan tapi masih bisa di dengar oleh pria itu.Keduanya saling diam hingga tak ada yang membuka suara bahkan saat mereka sudah sampai di mansion Velus.Matteo segera memasuki ruang kerjanya alih-alih pergi ke kamar untuk istirahat. Josh mengikuti kemana tuannya pergi.“Apa yang dilakukan pria tua itu?” Tanya Matteo dengan wajah serius sesaat dia tiba di ruang kerjanya.“Saya belum mendapatkan informasi yang pasti, tuan. Namun sepertinya tuan Henrey seperti membuat perjanjian dengan tuan Charles.” Jawab Josh
Tinggal tersisa seminggu lagi Alessia bisa lepas dari genggaman Matteo, dan malam ini dia harus melayani pria itu.Semenjak dia kabur darinya dan menghilang, Matteo selalu memperlakukannya dengan baik diatas ranjang.“Nona vitamin anda.” Vivi masuk ke dalam kamarnya dan menyerahkan vitamin seperti biasa.Awalnya dia ragu untuk meminum vitamin tersebut karena takut pria itu memiliki rencana lain dengan obat yang seperti vitamin tersebut. Tapi selama ini dia tak mengalami efek samping apapun dan malah membuatnya segar saat di pagi hari.Namun, beberapa hari ini dia mengalami kejanggalan. Terlebih bulan kemarin dia belum datang bulan, hal ini membuat Alessia yang awalnya ingin menelan pil tersebut langsung urung.“Vivi aku akan meminumnya nanti, aku ingin pergi ke kamar mandi terlebih dahulu.” Ucapnya mencari alasan.Vivi yang mendengar itu pun mengangguk dan meletakkan vitamin dan segeals air putih tersebut di atas meja ketika Alessia masuk ke dalam kamar mandi.Di dalam kamar mandi, Al
Alessia berjalan lemas menuju ke mansion, dalam pikirannya saat ini sedang kalut memikirkan masa depan setelah ini. Dia tak pernah merencanaka jika dia akan memiliki anak di dunianya yang baru ini.“Apa yang harus aku lakukan?” Gumamnya.Vivi yang melihat nonanya baru datang dengan wajah lesu langsung menghampirinya, “Nona habis dari mana? Saya sejak tadi khawatir mencari anda.”Alessia tersenyum tipis pada pelayan itu untuk menyembunyikan apa yang sedang dia hadapi, “Vivi, buatkan aku segelas teh hijau. Aku akan pergi ke kamar.” Ucap Alessia tanpa menjawab pertanyaan dari pelayan itu.Alessia kemudian menutup pintu kamarnya dan duduk di sofa dekat jendela kamarnya yang besar.Menatap matahari yang sedang senja membuat hatinya tenang, dan Vivi datang membawa cangkir dan teko berisi teh hijau pesanannya.“Terima kasih, kau bisa pergi.”Vivi yang mendengar itu mengangguk dan pergi dari kamar Alessia.Alessia mengaduk-aduk teh hijau di cangkirnya, mencoba menenangkan diri dalam kebimbang
“Mood mu terlihat kurang bagus.” Ucap Alessia ketika melihat wajah kusut Matteo yang baru kembali.“Pria tua itu membuat ulah.” Matteo melepaskan dasinya dengan kasar hingga kemejanya menjadi kusut.Alessia tersenyum tipis, “Bukannya bagus? Bukankah perjodohan itu baik untukmu?” Tanya Alessia dengan tenang kemudian duduk menatap pria itu yang masih kesal disana.Matteo yang mendengar Alessia mengatakan hal tersebut langsung menatap tajam wanita itu, “Kau sudah tahu? Apa pria tua itu sudah memberitahumu lebih dulu tentang hal ini? Dan apa dia juga mengancammu?” Tanyanya dengan tajam seolah meminta penjelasan lebih.Namun, sikap Alessia yang tenang sulit dibaca oleh Matteo sehingga dia tak bisa mendalami apa yang wanita itu pikirkan.“Ya begitulah, tapi aku tak diancam oleh tuan Henrey. Karena aku mengatakan hubungan kita hanya kontrak. Itu saja.” Jawab Alessia dengan jujur.Matteo yang mendengar itu mengepalkan tangannya dengan kuat, “Apa maksudmu memberitahu pria itu, ha?! Apa kau ber
“Nona tidak ada dimanapun tuan.” Josh melaporkan masalah ini dengan serius pada tuannya.Malam ini mereka harus mencari nona mereka yang kabur entah kemana. Matteo yang mendengar itu menggebrak meja dengan kuat.“Apa kalian tak becus ha?!” Tanya Matteo dengan berteriak keras karena emosi yang memuncak.Hingga suara langkah kaki buru-buru masuk ke dalam ruang kerja pria itu. “Tuan… Tian saya menemukan bercak darah di ranjang dan beberapa sudut ruangan.” Vivi segera melaporkan hal itu pada tuannya sambil menunjukkan kain putih tersebut.Matteo yang mendengar itu menyipitkan matanya, “Darah? Apa Alessia terluka?” Gumam Matteo. Karena seingatnya dia tak brutal menikmati tubuh wanita itu namun dia hanya sedikit lebih keras dari biasanya.“Benar tuan, tapi darah ini begitu banyak seolah nona sedang terluka. Apa nona diculik seseorang?” Tanya Vivi dengan wajah khawatir.Matteo merasa dadanya sesak mendengar laporan Vivi. Dalam sekejap, semua kemarahannya hilang, digantikan oleh kegelisahan d
“Kenapa kau kabur dari Matteo sedangkan kau saat ini hamil?” Reygan bertanya dengan serius pada Alessia saat melihat kondisi wanita itu sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya.Dengan menemani sarapan wanita tua, Reygan menatapnya dengan tenang.Alessia yang sebelumnya menyedokkan bubur di mulutnya mendadak langsung meletakkan sendok nya di atas mangkok.“Apa itu menjadi urusanmu? Aku akan membayar jasa mu untuk kemarin.Tapi hal itu bukan menjadi wewenangmu untuk mengurusi urusan pribadiku.”Reygan menatap Alessia dengan serius, mencoba menembus kedalaman pikirannya untuk mencari pemahaman tentang alasan di balik keputusan wanita itu. Namun, tatapan dingin Alessia membuatnya menyadari bahwa ini bukanlah saat yang tepat untuk mendesaknya."Dokter sudah memberikan peringatan yang serius, dan aku tidak ingin mengambil risiko dengan kesehatanmu dan bayimu," ucap Reygan dengan tenang, mencoba menekankan pentingnya menjaga keadaan pikiran Alessia agar tetap tenang dan stabil.Alessia mena
“Tuan, anda sejak beberapa hari terakhir selalu muntah-muntah dan tak menyukai bau kopi, Apakah anda baik-baik saja? Apa saya perlu memanggil dokter untuk anda?” Tanya Josh dengan khawatir melihat tuannya Matteo yang selalu merasa tersiksa karena selalu bolak balik kamar mandi untuk muntah.“Aku tak masalah, tapi buang jauh-jauh bau kopi disekitarku. Itu membuatku tak nyaman.” Ucap Matteo dengan nada dinginnya.Josh yang mendengar itu mengangguk mengerti. Dan sekarang mereka dalam perjalanan menuju ke salah satu restoran untuk bertemu dengan klien penting. Yaitu nyonya Restha.Nyonya Restha merupakan pengusaha janda terkenal yang menjadi wanita satu-satunya yang disegani di kalangan semua bisnis karena setiap hal yang berhubungan dengannya pasti akan mendapatkan keuntungan yang baik.Setelah sampai, Matteo segera menuju ke ruang pertemuan. Disana dia bisa melihat wanita anggun yang duduk dengan tegap dan wajah yang masih terlihat muda meskipun sudah berumur empat puluh lima tahun.“Ny
“Maaf tuan, keberadaan nyonya besar dan nona kecil tidak di temukan. Apakah anda punya suatu tempat yang mungkin nyonya besar datangi?” Tanya bawahan tuan Henrey.Semua bawahan tuan Henrey sudah di kerahkan untuk mencari nyonya Irish dan Veronica selama dua bulan tengah menghilang.Pikiran tuan Henrey sangat kalut saat mendengar istri dan putrinya tiba-tiba meninggalkannya sendiri. Dia mengakui dia salah selama ini yang tak menghargai istrinya, namun dia tak menyangka Irish akan meninggalkannya selama ini.Hingga pikiran tiba-tiba tertuju di kediaman mertuanya yang sama sekali tidak dia kunjungi, terakhir kali dia mengunjungi hanya saat melamar Irish untuk menjadi istrinya.“Apa kau sudah mencarinya ke desa Tier?” Tanya tuan Henrey, karena hanya satu-satunya desa itu yang pastinya belum di cari oleh bawahannya."Belum, tuan. Kami belum mencarinya di desa Tier," jawab bawahannya dengan cepat, mencatat instruksi tuannya.Tuan Henrey mengangguk, mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Baik
“Kau kembali begitu cepat.” Matteo menyambut Alessia dengan hangat di bandara.Pagi ini Alessia telah tiba, Matteo mengira jika wanita itu akan lama berada disana.“Aku merindukan Liam.” Jawab Alessia dengan tenang.“Aku? Apa kau juga merindukan aku, Sia?” Tanya Matteo dengan senyum manisnya.Alessia tampak tersenyum melihat itu, namun dia memilih untuk berjalan menuju ke parkiran mobil mereka.“Alessia, apa kau masih ingat penawaranku? Bagaimana? Apakah kau bisa menerimaku kembali?” Tanya Matteo dengan penuh harap.Sudah lama dia menunggu, dia tak bisa menunggu terlalu lama lagi.Alessia berhenti sejenak, memandang Matteo dengan serius. "Matteo, aku perlu waktu untuk memikirkannya dengan baik. Ini bukan keputusan yang bisa aku ambil begitu saja." Suaranya tenang, tetapi penuh dengan kepastian.Matteo menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan kegelisahannya. "Aku mengerti. Aku akan menunggu keputusanmu, Sia." Dia mencoba tersenyum, meskipun ada kekhawatiran yang tersembunyi di
“Bagaimana?” Alessia yang baru saja tiba di New York siang ini langsung menemui David untuk melakukan pengecekan terhadap sistem yang berhasil dibuat.“Ada di tanganku, ayo aku tunjukkan.” David memimpin jalan menuju ke ruangannya.Setiap langkahnya menggambarkan keraguan dan ketidaksabaran yang ketara.Hingga sampai diruangan, dia melihat sebuah alat yang benar-benar persis di bayangannya.Dia adalah sistem AI nya yang dia pasang di dalam mobil, dia adalah Lucy.Alessia menyentuh benda itu yang nantinya akan di pasang dalam mobilnya.“Apakah ii sudah berfungsi?” Tanyanya pada David.David mengangguk dengan senyum bangga. "Ya, sudah siap dan berfungsi dengan baik. Lucy dilengkapi dengan teknologi canggih yang akan memungkinkanmu untuk mengendalikan berbagai fitur mobil dari jarak jauh, mulai dari navigasi hingga pengaturan suhu."Alessia tersenyum puas, merasa lega melihat hasil kerja keras mereka. "Bagus sekali. Terima kasih, David. Kita telah mencapai titik ini berkat kerja kerasmu.
“Tuan Henrey datang menemui anda, tuan.” Josh memberikan informasi itu pada Matteo yang sedang fokus melihat dokumen perusahaan.Mendengar sang ayah ingin menemuinya, Matteo langsung melirik ke arah Josh.“Bawa dia masuk.” Ucapnya dengan dingin.Matteo menarik napas dalam-dalam. Dia menyadari bahwa pertemuan ini mungkin akan membawa banyak ketegangan, mengingat hubungan yang rumit antara mereka.Ketika Tuan Henrey memasuki ruangan, Matteo menatapnya dengan tatapan serius. "Apa yang bisa aku bantu, Ayah?" tanyanya tanpa menunjukkan ekspresi emosional apa pun.Tuan Henrey memandang anaknya dengan serius. "Aku mendengar tentang kehadiran Liam di mansionmu. Kau tidak memberitahuku bahwa anak itu disana," ujarnya dengan nada yang dingin.Matteo tetap tenang meskipun dihadapkan pada pertanyaan ayahnya yang mengejutkan. "Aku tidak melihat alasan untuk memberitahumu. Liam adalah urusanku, bukan urusanmu," jawabnya tegas.Tuan Henrey mengangguk dengan serius. "Namun, kau harus mempertimbangkan
“Tuan, ada nyonya besar dan nona muda.” Bisik Josh pada tuannya yang saat ini saat mereka sedang makan malam bersama.Matteo yang mendengar itu terdiam lalu melirik ke arah Alessia yang berada di sebelahnya.“Siapa?” Tanya Alessia ketika melihat Matteo meliriknya.“Ibu tiri.” Jawabnya dengan singkat.Alessia yang mendengar itu mengangguk.“Bawa dia masuk, kenapa kau malah diam?” Tanya Alessia dengan bingung.Matteo mengangguk dan memberi isyarat kepada Josh untuk mempersilakan tamu-tamu tersebut masuk. Dengan sigap, Josh meninggalkan meja makan untuk membuka pintu.Beberapa saat kemudian, seorang wanita paruh baya dengan penampilan yang anggun dan elegan memasuki ruangan, diikuti oleh seorang gadis cantik di belakangnya. Wanita paruh baya tersebut adalah nyonya Irish dan Veronica."Kak Alessia!” Veronica langsung berlari menghampiri Alessia yang tak pernah dia temui begitu lama.Alessia berdiri dan menangkap pelukan Veronica dengan hangat.Nyonya Irish tersenyum dan menghampiri mereka
Di ruang kerjanya yang begitu sunyi, Reygan tampak tenang mengerjakan dokumen perusahaannya.Ada begitu banyak disini, meskipun bisa dikerjakan besok entah mengapa perasaannya malam ini menjadi tidak terlalu nyaman.Dalam setiap jam Gara selalu melaporkan perkembangan Matteo dalam mencari Liam, namun sejak dua jam terakhir tak ada kabar dari asistennya yang membuatnya merasa aneh.Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi, hari sudah sangat larut dan bahkan sebentar lagi fajar akan muncul.“Apa dia ketiduran?” Gumamnya.Hingga tak berapa lama suara dentuman keras terdengar dari luar mansion, seperti ada ledakan dan detik berikutnya lampu semua padam.“Apa ada yang konslet?” Pikirnya dengan heran.Tanpa berpikiran buruk lain, dia mulai berjalan keluar dari kegelapan, tapi sebuah bogeman mentah tiba-tiba menyerang dirinya.BUG! BUG!“Siapa kau?” Reygan berusaha melawan orang yang sedang menyerangnya dengan brutal itu dengan kekuatan yang dimilikinya.Namun, dia tak berpikir jika ini sangat k
“Nona Alessia?!” Vivi yang baru saja selesai membuang sampang di luar bangunan mansion terkejut saat melihat nona yang dia layani dulu datang ke mansion bersama dengan tuan mereka.Alessia yang melihat Vivi langsung tersenyum, “Kau tambah cantik sejak terakhir aku lihat.” Puji Alessia dengan jujur.Vivi tersipu malu, namun hatinya sangat senang ketika melihat nonanya kembali.“Apakah anda sehat?”Alessia mengangguk, “Aku sehat.”Obrolan mereka berlanjut bahkan meninggalkan Matteo yang masih berada di luar.Saat dia ingin masuk mengikuti Alessia bersama pelayannya itu, Josh dengan tergesa datang ke arah Matteo dengan wajah serius.“Tuan, ada masalah besar.” Llau Josh membisikkan sesuatu tentang masalah yang baru saja terjadi.“Liam hilang??” Matteo sangat terkejut dengan berita tersebut.Josh mengangguk. “Setelah makan mala tadi tuan muda ingin berjalan-jalan di taman belakang, namun tak tahu bagaimana tuan muda menghilang begitu saja, tuan.”Matteo segera merespons dengan serius terh
Ceklek.Suara pintu terbuka membuat orang yang berada di dalam mengalihkan pandangannya dengan wajah tenang seperti air yang menyembunyikan arusnya.“Kau terlambat… Sia.” Matteo tersenyum tipis menatap wanita itu.“Dimana Liam?!” Alessia tanpa basa basi langsung mengajukan pertanyaannya segera seperti tujuannya di awal.Matteo dengan tenang mulai bangkit dan berjalan ke arah Alessia untuk menghapus jejak mereka.Dan tanpa tanda Matteo langsung memeluk wanita itu di dalam dekapannya.“Apa kau tak merindukanku?” Suara rendah itu terdengar serak.“Kita tak dalam kondisi seperti ini, Matteo.” Peringat Alessia dengan dingin.Dalam dekapannya itu, Matteo tampak tersenyum namun tak ada niat untuk melepaskan wanita itu dari pelukannya.“Tapi aku sangat merindukanmu.” Hati Alessia berdebar mendengar hal itu, namun dia segera sadar dan melepaskan pelukan itu.“Aku ingin bertemu dengan Liam.” Ucap Alessia dengan dingin.“Dia tak ada disini.” Jawab Matteo dengan santai.Alessia menaikkan alisny
“Apa kau sudah tahu berita tentang keluarga pejabat yang kaya itu? Dia tersandung kasus korupsi.” Gracia dengan semangat menunjukkan berita itu pada David.“Sudah biasa, tapi kenapa baru tercium sekarang?” Tanya David sambil memakan makanan yang dibawa kekasihnya itu.“Tak tahu juga, dan kau tahu anak bungsunya ternyata satu taman bermain dengan Liam dulu.”David yang mendengar itu langsung menghentikan makanannya.“Sangat kebetulan sekali.” Gumam David.“Tak hanya itu, pengusaha ekspor impor juga tersandung kasus ilegal. Dan lagi-lagi putranya juga satu taman bermain dengan Liam.”David melirik ke arah Gracia, tentu itu bukanlah kebetulan yang tak disengaja.“Ini sedikit aneh,”Gracia mengangguk mendengar komentar David. “Tapi aku tak melihat Liam beberapa hari ini. Kemana dia? Dan dimana kak Sia?” Tanya Gracia dengan penaaran.David menghela nafasnya saat mengingat itu, “Ada banyak masalah, dia terbang ke london jam tiga pagi tadi.”Gracia yang mendengar itu terkejut, “London? Apa
“Setelah tes DNA dilakukan hasilnya 99,9 persen jika Liam Petrova adalah putra biologis anda, tuan Filcher.” Dokter Sam memberikan hasilnya kepada Matteo.Kertas yang dipegang oleh Matteo hampir robek saat dia menggenggam terlalu kencang. Hatinya sangat terguncang mengetahui fakta itu.Saat dia berjalan keluar, dia terus melamun memikirkan bagaimana bisa hal ini tak diketahuinya sejak awal.“Bagaimana mungkin.” Gumamnya, ada rasa bersalah dan penyesalan yang tak bisa dia gambarkan.Hingga pikirannya berkelana jauh hingga di malam terakhir mereka bersama, “Darah, apa darah itu ada saat aku terlalu keras hingga melukai janinnya?” Gumamnya.Kedua tangannya mengepal dengan kuat, dirinya sangat marah mengapa dia tak menyadarinya sejak awal.“Daddy!” Suara itu menyadarkan Matteo dari lamunannya, di depannya Liam yang bersama dengan Josh tengah memakan es krim di luar parkiran rumah sakit.Senyumnya terbit, Liam putranya. Dia masih tak menyangka ternyata dia memiliki anak setampan ini tanpa