Dering ponsel yang berbunyi Alessia abaikan begitu saja, sudah hampir satu minggu dia tak menunjukkan wajahnya ke hadapan Matteo. Dia masih sangat membenci pria itu yang menjadikannya seperti jalang rendahan miliknya.Dengan segelas kopi panas, dia menyeruput dan melihat ke arah pergerakan saham di layar komputernya.Uang yang dia hasilkan kini naik drastis akibat analisis sahamnya yang bagus, sekarang dia sudah bisa lepas cengkraman pria itu dan tak membutuhkan suntikan dana dari pria brengsek itu lagi.“Ini sangat bagus, aku harus mencari peluang bisnis di negara lain.” Gumam Alessia. Uang yang berhasil dia kumpulkan saat ini sudah ratusan juta dollar.Dia mencari beberapa koneksi untuk dia hubungkan, dia akan menggebrak dunia bisnis otomotif dalam satu tahun ini dengan kemunculannya.Wajahnya yang tenang mulai bangkit dan mengambil jaket panjangnya, musim sudah akan memasuki waktu dingin, dia akan berjalan-jalan mencari makanan hangat.Saat dalam perjalanan, dia berpapasan dengan d
Dua bulan berlalu dengan cepat, Alessia yang menikmati hidup bak nyonya besar di mansion Velus tampak santai dengan meminum segelas anggur mahal yang dimiliki mansion ini.“Nona, apakah anda ingin buah apel? Jika iya saya akan memotongnya.” Ucap Vivi dengan sopan di samping Alessia yang tengah menikmati suasana sore di kamarnya tersebut.“Tentu, kau paling mengerti diriku.”Vivi tersenyum senang dan mengangguk dan dengan semangat memotong buah apel di samping Alessia.Alessia yang melihat matahari terbenam langsung melihat ke arah jamnya, “Sudah jam segini, aku harus menyambut pria itu.” Ucap Alessia sambil bangkit dari duduknya.“Nona, tapi buah anda?” Tanya Vivi.“Taruh saja, aku akan memakannya nanti.” Jawab Alessia dengan berlalu pergi dari kamarnya tersebut.Tepat pukul enam sore hari, Matteo tiba dengan Josh yang berada di belakang pria itu. “Selamat datang….” Senyuman manis itu tercetak jelas di bibir indah Alessia untuk menyambut kedatangan pria itu.Matteo yang melihat itu t
“Saya bisa memberikan salah satu gedung di negara metropolitan yang cukup strategis, namun sesuai kesepakatan saya memiliki tiga puluh persen saham.” Ucap Reygan Tenor.Keluarga Tenor adalah keluarga yang memiliki kedekatan dengan keluarga Filcher, hubungan baik mereka berlangsung turun temurun ke anak cucu mereka. Maka tak heran, jika kedua keluarga tersebut menduduki posisi bisnis paling tinggi di negara ini dan memiliki aset puluhan milyar dollar.Pria yang sama kuatnya dengan Matteo, dan tak kalah tampan dari pria tersebut. Pria yang memiliki pengaruh kuat di bidang ekonomi negara ini tampak mendukungnya dengan serius. “Tiga puluh persen terlalu besar, tuan Rey. Sepertinya anda ingin memeras saya, huh?” Alessia bersikap dingin pada pria itu. Meskipun kali ini dia meminta bantuan pria itu, tapi dia tak bisa terlalu dimanfaatkan.Alessia memang mendekati pria itu secara diam-diam tanpa diketahui oleh Matteo, tapi dia tak menyangka pria itu sangat licik dan penuh intrik untuk mendap
“Ada sedikit perbedaan informasi dan nama yang saya dapatkan tuan.” Di ruangan yang didominasi warna abu-abu hitam tersebut, Gara melaporkan apa yang baru saja dia temukan atas informasi mengenai Alessia sesuai dengan perintah bosnya itu. “Apa maksudmu?” Reygan tampak bingung dengan penjelasan dari Gara tersebut. “Alessia yang anda cari tidak saya temukan, namun saya mendapatkan nama asli wanita itu adalah Alesha. Ada sedikit perbedaan disini namun saya memastikan orang tersebut adalah sama. Namun, menurut rekam jejak, sifat dan perilakunya seolah berbanding terbalik. Saya juga melihat berita dan mencari informasi yang akurat jika dia di ambil oleh tuan Matteo dari rumah bordil. Tak hanya itu dia sekarang tengah melakukan hubungan serius dengan tuan Matteo. Sejak saat itu, wanita itu seperti orang yang berbeda.” Jawab Gara dengan ekspresi yang serius. Reygan yang mendengarnya tampak merenung, “Apa kau sudah menelitinya dengan baik? Tak mungkin orang berubah meskipun kehidupannya t
Suara sepatu kuda yang menapak dengan kuat dan cepat terdengar di lapangan berpacu kuda yang sangat luas tersebut, semangat yang Alessia rasakan begitu membara karena kuda yang dia tunggangi berlari sangat kencang.Alessia tertawa di atas kuda yang berlari itu dan menikmati momen yang sangat langka.“Markus, kau sangat hebat!” Pujinya.Di sisi lain, Matteo yang juga menunggangi kuda miliknya mengejar Alessia yang berada cukup jauh ke depan.Wajahnya yang dingin menyiratkan sebuah kekhawatiran untuk wanita itu, meskipun dia percaya Marcus tak akan berani melukai Alessia karena ancanamannya, tapi rasa khawatir masih ada karena wanita itu belum pernah berpacu kuda sebelumnya.“Alessia! Jangan berpacu dengan lebih cepat!” Teriaknya karena wanita itu semakin lama semakin cepat hingga Matteo hampir tak bisa mengejarnya karena power kuda mereka yang jauh.“Aku tak apa, Matt! Kudamu sangat hebat!!” Alessia seolah tak peduli dengan kecepatan kuda itu, Alessia hanya bisa merasakan kecepatan kud
“Sudah satu minggu ini nona selalu menjenguk kuda Markus, tuan.” Ucap Josh pada tuannya tersebut.Matteo yang mendengar itu menghela nafasnya pelan, “Dia memang selalu keras kepala.” “Tapi nona sepertinya ingin benar-benar merawat Markus meskipun dia tak akan bisa menungganginya lagi, seperti bentuk permintaan maafnya.” Mendengar perkataan Josh tersebut Matteo terdiam, “Itu bukan salahnya. Sepertinya aku harus menggunakan pagar tinggi agar kuda liar tak masuk lagi di arena pacu kuda.” Ucap Matteo dengan serius, karena ini bukan kali pertama masalah ini terjadi.“Baik tuan.” Josh langsung pergi dari tempat tersebut meninggalkan Matteo di ruangannya.Di sisi lain, Alessia tersenyum melihat Markus yang sudah terlihat sehat meskipun belum bisa berjalan karena kakinya yang cedera parah.“Wajahmu terlihat sedih, apa kau berpikir kau tak akan berguna lagi?” Tanya Alessia mengelus kepala kuda itu dengan lembut.Wajah kuda itu seperti menggambarkan semua kesedihannya, Alessia juga turut sedi
“Apa yang kau bicarakan dengan ayahku?” Tanya Matteo dengan serius saat mereka berdua dalam perjalanan pulang.Alessia menatap ke arah Matteo dengan tenang, “Tidak, hanya membahas hal biasa.”Matteo tampak tak puas dengan jawaban tersebut lalu mengatakan hal yang menjadi kecurigaannya. “Apapun itu, jangan kau turuti permintaannya. Kau di bawah kendaliku bukan kendalinya.” Ucapan dari Matteo tersebut membuat Alessia memutar matanya dengan malas. “Terserah kau saja.” Ucapnya dengan pelan tapi masih bisa di dengar oleh pria itu.Keduanya saling diam hingga tak ada yang membuka suara bahkan saat mereka sudah sampai di mansion Velus.Matteo segera memasuki ruang kerjanya alih-alih pergi ke kamar untuk istirahat. Josh mengikuti kemana tuannya pergi.“Apa yang dilakukan pria tua itu?” Tanya Matteo dengan wajah serius sesaat dia tiba di ruang kerjanya.“Saya belum mendapatkan informasi yang pasti, tuan. Namun sepertinya tuan Henrey seperti membuat perjanjian dengan tuan Charles.” Jawab Josh
Tinggal tersisa seminggu lagi Alessia bisa lepas dari genggaman Matteo, dan malam ini dia harus melayani pria itu.Semenjak dia kabur darinya dan menghilang, Matteo selalu memperlakukannya dengan baik diatas ranjang.“Nona vitamin anda.” Vivi masuk ke dalam kamarnya dan menyerahkan vitamin seperti biasa.Awalnya dia ragu untuk meminum vitamin tersebut karena takut pria itu memiliki rencana lain dengan obat yang seperti vitamin tersebut. Tapi selama ini dia tak mengalami efek samping apapun dan malah membuatnya segar saat di pagi hari.Namun, beberapa hari ini dia mengalami kejanggalan. Terlebih bulan kemarin dia belum datang bulan, hal ini membuat Alessia yang awalnya ingin menelan pil tersebut langsung urung.“Vivi aku akan meminumnya nanti, aku ingin pergi ke kamar mandi terlebih dahulu.” Ucapnya mencari alasan.Vivi yang mendengar itu pun mengangguk dan meletakkan vitamin dan segeals air putih tersebut di atas meja ketika Alessia masuk ke dalam kamar mandi.Di dalam kamar mandi, Al
“Kau kembali begitu cepat.” Matteo menyambut Alessia dengan hangat di bandara.Pagi ini Alessia telah tiba, Matteo mengira jika wanita itu akan lama berada disana.“Aku merindukan Liam.” Jawab Alessia dengan tenang.“Aku? Apa kau juga merindukan aku, Sia?” Tanya Matteo dengan senyum manisnya.Alessia tampak tersenyum melihat itu, namun dia memilih untuk berjalan menuju ke parkiran mobil mereka.“Alessia, apa kau masih ingat penawaranku? Bagaimana? Apakah kau bisa menerimaku kembali?” Tanya Matteo dengan penuh harap.Sudah lama dia menunggu, dia tak bisa menunggu terlalu lama lagi.Alessia berhenti sejenak, memandang Matteo dengan serius. "Matteo, aku perlu waktu untuk memikirkannya dengan baik. Ini bukan keputusan yang bisa aku ambil begitu saja." Suaranya tenang, tetapi penuh dengan kepastian.Matteo menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan kegelisahannya. "Aku mengerti. Aku akan menunggu keputusanmu, Sia." Dia mencoba tersenyum, meskipun ada kekhawatiran yang tersembunyi di
“Bagaimana?” Alessia yang baru saja tiba di New York siang ini langsung menemui David untuk melakukan pengecekan terhadap sistem yang berhasil dibuat.“Ada di tanganku, ayo aku tunjukkan.” David memimpin jalan menuju ke ruangannya.Setiap langkahnya menggambarkan keraguan dan ketidaksabaran yang ketara.Hingga sampai diruangan, dia melihat sebuah alat yang benar-benar persis di bayangannya.Dia adalah sistem AI nya yang dia pasang di dalam mobil, dia adalah Lucy.Alessia menyentuh benda itu yang nantinya akan di pasang dalam mobilnya.“Apakah ii sudah berfungsi?” Tanyanya pada David.David mengangguk dengan senyum bangga. "Ya, sudah siap dan berfungsi dengan baik. Lucy dilengkapi dengan teknologi canggih yang akan memungkinkanmu untuk mengendalikan berbagai fitur mobil dari jarak jauh, mulai dari navigasi hingga pengaturan suhu."Alessia tersenyum puas, merasa lega melihat hasil kerja keras mereka. "Bagus sekali. Terima kasih, David. Kita telah mencapai titik ini berkat kerja kerasmu.
“Tuan Henrey datang menemui anda, tuan.” Josh memberikan informasi itu pada Matteo yang sedang fokus melihat dokumen perusahaan.Mendengar sang ayah ingin menemuinya, Matteo langsung melirik ke arah Josh.“Bawa dia masuk.” Ucapnya dengan dingin.Matteo menarik napas dalam-dalam. Dia menyadari bahwa pertemuan ini mungkin akan membawa banyak ketegangan, mengingat hubungan yang rumit antara mereka.Ketika Tuan Henrey memasuki ruangan, Matteo menatapnya dengan tatapan serius. "Apa yang bisa aku bantu, Ayah?" tanyanya tanpa menunjukkan ekspresi emosional apa pun.Tuan Henrey memandang anaknya dengan serius. "Aku mendengar tentang kehadiran Liam di mansionmu. Kau tidak memberitahuku bahwa anak itu disana," ujarnya dengan nada yang dingin.Matteo tetap tenang meskipun dihadapkan pada pertanyaan ayahnya yang mengejutkan. "Aku tidak melihat alasan untuk memberitahumu. Liam adalah urusanku, bukan urusanmu," jawabnya tegas.Tuan Henrey mengangguk dengan serius. "Namun, kau harus mempertimbangkan
“Tuan, ada nyonya besar dan nona muda.” Bisik Josh pada tuannya yang saat ini saat mereka sedang makan malam bersama.Matteo yang mendengar itu terdiam lalu melirik ke arah Alessia yang berada di sebelahnya.“Siapa?” Tanya Alessia ketika melihat Matteo meliriknya.“Ibu tiri.” Jawabnya dengan singkat.Alessia yang mendengar itu mengangguk.“Bawa dia masuk, kenapa kau malah diam?” Tanya Alessia dengan bingung.Matteo mengangguk dan memberi isyarat kepada Josh untuk mempersilakan tamu-tamu tersebut masuk. Dengan sigap, Josh meninggalkan meja makan untuk membuka pintu.Beberapa saat kemudian, seorang wanita paruh baya dengan penampilan yang anggun dan elegan memasuki ruangan, diikuti oleh seorang gadis cantik di belakangnya. Wanita paruh baya tersebut adalah nyonya Irish dan Veronica."Kak Alessia!” Veronica langsung berlari menghampiri Alessia yang tak pernah dia temui begitu lama.Alessia berdiri dan menangkap pelukan Veronica dengan hangat.Nyonya Irish tersenyum dan menghampiri mereka
Di ruang kerjanya yang begitu sunyi, Reygan tampak tenang mengerjakan dokumen perusahaannya.Ada begitu banyak disini, meskipun bisa dikerjakan besok entah mengapa perasaannya malam ini menjadi tidak terlalu nyaman.Dalam setiap jam Gara selalu melaporkan perkembangan Matteo dalam mencari Liam, namun sejak dua jam terakhir tak ada kabar dari asistennya yang membuatnya merasa aneh.Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi, hari sudah sangat larut dan bahkan sebentar lagi fajar akan muncul.“Apa dia ketiduran?” Gumamnya.Hingga tak berapa lama suara dentuman keras terdengar dari luar mansion, seperti ada ledakan dan detik berikutnya lampu semua padam.“Apa ada yang konslet?” Pikirnya dengan heran.Tanpa berpikiran buruk lain, dia mulai berjalan keluar dari kegelapan, tapi sebuah bogeman mentah tiba-tiba menyerang dirinya.BUG! BUG!“Siapa kau?” Reygan berusaha melawan orang yang sedang menyerangnya dengan brutal itu dengan kekuatan yang dimilikinya.Namun, dia tak berpikir jika ini sangat k
“Nona Alessia?!” Vivi yang baru saja selesai membuang sampang di luar bangunan mansion terkejut saat melihat nona yang dia layani dulu datang ke mansion bersama dengan tuan mereka.Alessia yang melihat Vivi langsung tersenyum, “Kau tambah cantik sejak terakhir aku lihat.” Puji Alessia dengan jujur.Vivi tersipu malu, namun hatinya sangat senang ketika melihat nonanya kembali.“Apakah anda sehat?”Alessia mengangguk, “Aku sehat.”Obrolan mereka berlanjut bahkan meninggalkan Matteo yang masih berada di luar.Saat dia ingin masuk mengikuti Alessia bersama pelayannya itu, Josh dengan tergesa datang ke arah Matteo dengan wajah serius.“Tuan, ada masalah besar.” Llau Josh membisikkan sesuatu tentang masalah yang baru saja terjadi.“Liam hilang??” Matteo sangat terkejut dengan berita tersebut.Josh mengangguk. “Setelah makan mala tadi tuan muda ingin berjalan-jalan di taman belakang, namun tak tahu bagaimana tuan muda menghilang begitu saja, tuan.”Matteo segera merespons dengan serius terh
Ceklek.Suara pintu terbuka membuat orang yang berada di dalam mengalihkan pandangannya dengan wajah tenang seperti air yang menyembunyikan arusnya.“Kau terlambat… Sia.” Matteo tersenyum tipis menatap wanita itu.“Dimana Liam?!” Alessia tanpa basa basi langsung mengajukan pertanyaannya segera seperti tujuannya di awal.Matteo dengan tenang mulai bangkit dan berjalan ke arah Alessia untuk menghapus jejak mereka.Dan tanpa tanda Matteo langsung memeluk wanita itu di dalam dekapannya.“Apa kau tak merindukanku?” Suara rendah itu terdengar serak.“Kita tak dalam kondisi seperti ini, Matteo.” Peringat Alessia dengan dingin.Dalam dekapannya itu, Matteo tampak tersenyum namun tak ada niat untuk melepaskan wanita itu dari pelukannya.“Tapi aku sangat merindukanmu.” Hati Alessia berdebar mendengar hal itu, namun dia segera sadar dan melepaskan pelukan itu.“Aku ingin bertemu dengan Liam.” Ucap Alessia dengan dingin.“Dia tak ada disini.” Jawab Matteo dengan santai.Alessia menaikkan alisny
“Apa kau sudah tahu berita tentang keluarga pejabat yang kaya itu? Dia tersandung kasus korupsi.” Gracia dengan semangat menunjukkan berita itu pada David.“Sudah biasa, tapi kenapa baru tercium sekarang?” Tanya David sambil memakan makanan yang dibawa kekasihnya itu.“Tak tahu juga, dan kau tahu anak bungsunya ternyata satu taman bermain dengan Liam dulu.”David yang mendengar itu langsung menghentikan makanannya.“Sangat kebetulan sekali.” Gumam David.“Tak hanya itu, pengusaha ekspor impor juga tersandung kasus ilegal. Dan lagi-lagi putranya juga satu taman bermain dengan Liam.”David melirik ke arah Gracia, tentu itu bukanlah kebetulan yang tak disengaja.“Ini sedikit aneh,”Gracia mengangguk mendengar komentar David. “Tapi aku tak melihat Liam beberapa hari ini. Kemana dia? Dan dimana kak Sia?” Tanya Gracia dengan penaaran.David menghela nafasnya saat mengingat itu, “Ada banyak masalah, dia terbang ke london jam tiga pagi tadi.”Gracia yang mendengar itu terkejut, “London? Apa
“Setelah tes DNA dilakukan hasilnya 99,9 persen jika Liam Petrova adalah putra biologis anda, tuan Filcher.” Dokter Sam memberikan hasilnya kepada Matteo.Kertas yang dipegang oleh Matteo hampir robek saat dia menggenggam terlalu kencang. Hatinya sangat terguncang mengetahui fakta itu.Saat dia berjalan keluar, dia terus melamun memikirkan bagaimana bisa hal ini tak diketahuinya sejak awal.“Bagaimana mungkin.” Gumamnya, ada rasa bersalah dan penyesalan yang tak bisa dia gambarkan.Hingga pikirannya berkelana jauh hingga di malam terakhir mereka bersama, “Darah, apa darah itu ada saat aku terlalu keras hingga melukai janinnya?” Gumamnya.Kedua tangannya mengepal dengan kuat, dirinya sangat marah mengapa dia tak menyadarinya sejak awal.“Daddy!” Suara itu menyadarkan Matteo dari lamunannya, di depannya Liam yang bersama dengan Josh tengah memakan es krim di luar parkiran rumah sakit.Senyumnya terbit, Liam putranya. Dia masih tak menyangka ternyata dia memiliki anak setampan ini tanpa