“Kita harus memberikan keyakinan pada tuan Theo agar dia berpihak pada kita, kau tahu kan dukungan Alesha sangat kuat? Harapan kita adalah saudaranya, tuan Theo.” Ucap Rebecca dengan serius pada kekasihnya tersebut.Mereka membicarakan hal ini di sebuah club malam, di bawah musik yang derdetum dengan keras mereka memikirkan strategi yang matang untuk membuat Alesha tak dapat menyentuh mereka.“Itu sangat sulit, tuan Theo lebih beringas dari tuan Matteo, dan tuan Matteo lebih berpower. Hanya mengandalkan tuan Theo belum cukup, sayang.” Troy mengatakannya dengan logis sambil meneguk wine di tangannya.“Lalu kita hanya diam saja saat Alesha akan membuat perhitungan dengan kita nanti? Kau tahu bukan jika dia bisa mengambil hati tuan Matteo kita bisa habis karena telah menjualnya ke madam rose.’ Ucap Rebecca dengan serius.Troy mempertimbangkannya dengan matang, namun pilihan untuk membuat tuan Theo berada di pihak mereka adalah sesuatu yang kurang untuk melindungi kita.“Dibanding dengan
“Bagaimana pemeriksaannya?” Matteo bertanya dengan serius pada dokter Anderson yang mana dia utus untuk menyembuhkan penyakit demensia Alessia saat ini.Dokter Anderson menjawab dengan penuh keyakinan, "Pemeriksaan yang saya lakukan menunjukkan adanya tanda-tanda demensia yang cukup mengkhawatirkan pada nona Alessia. Namun, saya akan meresepkan beberapa obat dan memberikan saran perubahan gaya hidup yang dapat membantu mengatasi gejala-gejalanya."Matteo menatap dokter dengan serius, "Saya ingin memastikan bahwa Anda melakukan segalanya untuk membantu Alessia. Apa yang bisa saya lakukan untuk mendukungnya?"Dokter Anderson merespons, "Kehadiran Anda sendiri adalah dukungan yang besar. Selain itu, pastikan Alessia mengikuti rencana pengobatan dan menghindari stres berlebihan. Serta, penting juga bagi Anda untuk memahami kondisinya agar dapat memberikan dukungan yang optimal."Matteo mengangguk, "Saya akan melakukan yang terbaik untuknya. Terima kasih, Dokter."Setelah dokter pergi, Mat
“Tuan, ada yang ingin bertemu dengan anda.” Ucap Jack pada Theo yang saat ini sedang bersantai di ruang kerjanya.Theo langsung melirik ke arah Jack, “Aku tak ada janji dengan siapapun hari ini, siapa yang datang?” Tanya Theo dengan dingin.“Tuan Troy Marteen dan nona Rebecca.” Ucap Jack dengan sopan.Theo mengerutkan dahinya, “Siapa itu? Aku merasa tak pernah mengenal mereka.” Ucap Theo dengan datar, tatapan dingin mengarah ke arah Jack.Jack mencoba memberikan penjelasan, "Tuan, mereka adalah pasangan yang baru-baru ini cukup dikenal dalam dunia bisnis. Tuan Troy Marteen adalah pengusaha di bidang teknologi dan investasi, sedangkan nona Rebecca adalah kekasihnya."Theo mendengus, "Apa urusanku dengan mereka? Aku sibuk."Jack menjelaskan lebih lanjut, "Mereka ingin mengadakan pertemuan dengan tuan untuk membahas potensi kerjasama di masa depan. Sepertinya mereka memiliki tawaran bisnis yang menarik."Theo memandang Jack dengan tajam, "Tawaran bisnis? Baiklah, biarkan mereka masuk."J
“Ayah, aku ingin bertemu kak Sia!” Veronica sejak tadi merengek untuk bertemu dengan Alessia. Hari ini adalah hari liburnya bersekolah sehingga banyak waktu yang membuatnya bosan.“Ini masih pagi, kenapa kau begitu rewel sayang?” Tuan Henrey langsung menggendong putrinya di pangkuannya.“Aku ingin mengajak kak Sia liburan, ayah.” Ucap Nica sambil memeluk ayahnya dengan manja.Tuan Henrey menghela nafasnya lalu mengangguk, “aku akan menghubungi asisten kakakmu.” Lalu tuan Henrey memanggil asistennya untuk memberitahu tentang hal ini.Setelah beberapa saat dia kembali, “Tuan, hari ini nona Alessia akan mengikuti perjalanan bisnis dengan tuan Matteo ke swiss.” Ucap asisten tuan Henrey tersebut.“Ah, begitu ya,” sahut Tuan Henrey sambil memandang Veronica yang terlihat kecewa. “Nica, mungkin lain kali, ya? Kakakmu sedang memiliki kesibukan yang tidak bisa dihindari.”Veronica tampak kecewa, tetapi Tuan Henrey mencoba untuk menghiburnya. “Mungkin setelah kakakmu kembali dari perjalanan b
“Selamat datang tuan, Matteo. Saya sangat senang bertemu dengan anda.” Ucap tuan Bernard yang merupakan salah satu investor terbesar yang akan mendanai proyek yang akan mereka jalankan.Matteo hanya mengganggu dengan sikap datarnya, “Terima kasih, tuan Bernard.”Tuan Bernard tersenyum tipis sambil melihat ke arah belakang, “Sepertinya anda sudah menikah, kapan anda menikah dan tak mengundang saya?” Tanyanya sambil melihat wanita dan satu anak kecil yang berada di meja lain.Mereka saat ini memang berada di salah satu restoran gaya klasik di Swiss dan Alessia dipaksa ikut oleh Matteo meskipun harus berada di meja yang berbeda.“Saya belum menikah.” Jawabnya karena paham dimana mata tuan Bernard melihat.“Oh hahaha, saya baru ingat tentang rumor anda. Semoga kalian segera menuju ke hubungan yang serius.” Ucapnya dengan ramah.Matteo hanya mengangguk lalu mereka bergabung dengan kolega lainnya untuk membahas bisnis yang akan berlangsung.Disisi lain, Alessia tengah menikmati makan malamn
“Dia sangat sombong, aku benar-benar tak sabar hari dimana dia tak berani mengangkat mukanya, “ Ucap Rebecca dengan kesal karena pertemuan mereka malam tadi.Troy yang melihat kekasihnya sedang dalam mood yang buruk langsung memeluknya, “Dia hanya iri sayang, untuk apa kau begitu marah. Kau lihatkan aku semakin sukses, dan kau tahu tuan Matteo pasti juga membuat dia hanya sebagai mainan.”Rebecca melepaskan diri dari pelukan Troy dengan wajah yang masih terlihat kesal. "Aku tahu, tapi dia selalu berhasil membuatku merasa rendah. Aku benci melihatnya seolah memiliki segalanya."Troy tersenyum, mencoba menenangkan kekasihnya. "Biarkan dia merasa iri. Kita berdua sudah memiliki segalanya, dan tak ada yang bisa mengubah itu. Tidak perlu membiarkan emosimu terganggu olehnya."Rebecca menghela nafas, mencoba mengendurkan ketegangan. "Kau benar, Troy. Aku tidak boleh terlalu memikirkan Alessia. Aku memilikimu dan kebahagiaan kita bersama."Troy mencium kening Rebecca dengan lembut, "Aku menc
“Kau kemana saat liburan kemarin?” Tanya Yessi saat Veronica baru saja masuk ke kelasnya. Sekolah Veronica merupakan sekolah dasar internasional yang hanya diisi oleh beberapa tokoh penting. Bahkan dalam satu kelas ini tidak lebih dari dua puluh anak saja karena mereka sangat fokus dan tak sembarangan anak bisa lolos disini.Veronica yang baru saja meletakkan tasnya langsung tersenyum cerah, “Ke Swiss bersama kak Sia dan kak Matteo.” Jawabnya dengan wajah meninggi untuk memamerkan hal ini, karena dia tahu Yessi akan iri padanya.“Kau bersama dengan kakak tampanmu itu? Oh Nica kau bukan sahabatku lagi, benarkan Anna?” Ucap Yessi dengan nada merajuk.Anna yang tadi hanya fokus pada boneka barbienya langsung mengangguk, “Nica jahat tidak mengajak kami.” Ucapnya dengan tenang dan tak terlalu menggebu seperti Yessi.Veronica terkekeh, “Kan kalian liburan ke london dan Paris. Jadi aku liburan sendiri juga dong.”“Tapi kenapa selama kita bersahabat baru kali ini kau dekat dengan kakakmu?” Ta
Mansion Velus adalah mansion dengan desain furniture yang sangat kental dengan khas italia dengan cat berwarna putih bersih. Sepanjang jalan terdapat patung kuda yang menghiasi kanan kiri jalan untuk menuju pintu utama. Jarak antara gerbang depan dengan pintu utama cukup jauh hingga harus menggunakan kendaraan khusus untuk menuju ke sana.Alessia yang melihat itu cukup kagum dengan desain yang dia anggap kuno ini, “Ini lebih cocok disebut museum.” Gumam Alessia. Karena di abadnya dulu, tempat seperti ini sudah dijadikan sejarah dan tempat tinggal mereka sudah jauh lebih modern dari ini.“Nona, ayo masuk.” Vivi menyadarkan lamunan Alessia yang membuat wanita itu sedikit terkejut. Begitu dia keluar dari mobil sudah banyak pelayan yang berjejer di depan nya seperti menyambutnya hingga seorang pria yang terlihat seperti kepala pelayan disini menghampiri mereka berdua.“Selamat datang di mansion Velus, nyonya masa depan. Saya Mosi, kepala pelayan mansion ini.” Ucap pria dengan rambut putih
“Kau kembali begitu cepat.” Matteo menyambut Alessia dengan hangat di bandara.Pagi ini Alessia telah tiba, Matteo mengira jika wanita itu akan lama berada disana.“Aku merindukan Liam.” Jawab Alessia dengan tenang.“Aku? Apa kau juga merindukan aku, Sia?” Tanya Matteo dengan senyum manisnya.Alessia tampak tersenyum melihat itu, namun dia memilih untuk berjalan menuju ke parkiran mobil mereka.“Alessia, apa kau masih ingat penawaranku? Bagaimana? Apakah kau bisa menerimaku kembali?” Tanya Matteo dengan penuh harap.Sudah lama dia menunggu, dia tak bisa menunggu terlalu lama lagi.Alessia berhenti sejenak, memandang Matteo dengan serius. "Matteo, aku perlu waktu untuk memikirkannya dengan baik. Ini bukan keputusan yang bisa aku ambil begitu saja." Suaranya tenang, tetapi penuh dengan kepastian.Matteo menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan kegelisahannya. "Aku mengerti. Aku akan menunggu keputusanmu, Sia." Dia mencoba tersenyum, meskipun ada kekhawatiran yang tersembunyi di
“Bagaimana?” Alessia yang baru saja tiba di New York siang ini langsung menemui David untuk melakukan pengecekan terhadap sistem yang berhasil dibuat.“Ada di tanganku, ayo aku tunjukkan.” David memimpin jalan menuju ke ruangannya.Setiap langkahnya menggambarkan keraguan dan ketidaksabaran yang ketara.Hingga sampai diruangan, dia melihat sebuah alat yang benar-benar persis di bayangannya.Dia adalah sistem AI nya yang dia pasang di dalam mobil, dia adalah Lucy.Alessia menyentuh benda itu yang nantinya akan di pasang dalam mobilnya.“Apakah ii sudah berfungsi?” Tanyanya pada David.David mengangguk dengan senyum bangga. "Ya, sudah siap dan berfungsi dengan baik. Lucy dilengkapi dengan teknologi canggih yang akan memungkinkanmu untuk mengendalikan berbagai fitur mobil dari jarak jauh, mulai dari navigasi hingga pengaturan suhu."Alessia tersenyum puas, merasa lega melihat hasil kerja keras mereka. "Bagus sekali. Terima kasih, David. Kita telah mencapai titik ini berkat kerja kerasmu.
“Tuan Henrey datang menemui anda, tuan.” Josh memberikan informasi itu pada Matteo yang sedang fokus melihat dokumen perusahaan.Mendengar sang ayah ingin menemuinya, Matteo langsung melirik ke arah Josh.“Bawa dia masuk.” Ucapnya dengan dingin.Matteo menarik napas dalam-dalam. Dia menyadari bahwa pertemuan ini mungkin akan membawa banyak ketegangan, mengingat hubungan yang rumit antara mereka.Ketika Tuan Henrey memasuki ruangan, Matteo menatapnya dengan tatapan serius. "Apa yang bisa aku bantu, Ayah?" tanyanya tanpa menunjukkan ekspresi emosional apa pun.Tuan Henrey memandang anaknya dengan serius. "Aku mendengar tentang kehadiran Liam di mansionmu. Kau tidak memberitahuku bahwa anak itu disana," ujarnya dengan nada yang dingin.Matteo tetap tenang meskipun dihadapkan pada pertanyaan ayahnya yang mengejutkan. "Aku tidak melihat alasan untuk memberitahumu. Liam adalah urusanku, bukan urusanmu," jawabnya tegas.Tuan Henrey mengangguk dengan serius. "Namun, kau harus mempertimbangkan
“Tuan, ada nyonya besar dan nona muda.” Bisik Josh pada tuannya yang saat ini saat mereka sedang makan malam bersama.Matteo yang mendengar itu terdiam lalu melirik ke arah Alessia yang berada di sebelahnya.“Siapa?” Tanya Alessia ketika melihat Matteo meliriknya.“Ibu tiri.” Jawabnya dengan singkat.Alessia yang mendengar itu mengangguk.“Bawa dia masuk, kenapa kau malah diam?” Tanya Alessia dengan bingung.Matteo mengangguk dan memberi isyarat kepada Josh untuk mempersilakan tamu-tamu tersebut masuk. Dengan sigap, Josh meninggalkan meja makan untuk membuka pintu.Beberapa saat kemudian, seorang wanita paruh baya dengan penampilan yang anggun dan elegan memasuki ruangan, diikuti oleh seorang gadis cantik di belakangnya. Wanita paruh baya tersebut adalah nyonya Irish dan Veronica."Kak Alessia!” Veronica langsung berlari menghampiri Alessia yang tak pernah dia temui begitu lama.Alessia berdiri dan menangkap pelukan Veronica dengan hangat.Nyonya Irish tersenyum dan menghampiri mereka
Di ruang kerjanya yang begitu sunyi, Reygan tampak tenang mengerjakan dokumen perusahaannya.Ada begitu banyak disini, meskipun bisa dikerjakan besok entah mengapa perasaannya malam ini menjadi tidak terlalu nyaman.Dalam setiap jam Gara selalu melaporkan perkembangan Matteo dalam mencari Liam, namun sejak dua jam terakhir tak ada kabar dari asistennya yang membuatnya merasa aneh.Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi, hari sudah sangat larut dan bahkan sebentar lagi fajar akan muncul.“Apa dia ketiduran?” Gumamnya.Hingga tak berapa lama suara dentuman keras terdengar dari luar mansion, seperti ada ledakan dan detik berikutnya lampu semua padam.“Apa ada yang konslet?” Pikirnya dengan heran.Tanpa berpikiran buruk lain, dia mulai berjalan keluar dari kegelapan, tapi sebuah bogeman mentah tiba-tiba menyerang dirinya.BUG! BUG!“Siapa kau?” Reygan berusaha melawan orang yang sedang menyerangnya dengan brutal itu dengan kekuatan yang dimilikinya.Namun, dia tak berpikir jika ini sangat k
“Nona Alessia?!” Vivi yang baru saja selesai membuang sampang di luar bangunan mansion terkejut saat melihat nona yang dia layani dulu datang ke mansion bersama dengan tuan mereka.Alessia yang melihat Vivi langsung tersenyum, “Kau tambah cantik sejak terakhir aku lihat.” Puji Alessia dengan jujur.Vivi tersipu malu, namun hatinya sangat senang ketika melihat nonanya kembali.“Apakah anda sehat?”Alessia mengangguk, “Aku sehat.”Obrolan mereka berlanjut bahkan meninggalkan Matteo yang masih berada di luar.Saat dia ingin masuk mengikuti Alessia bersama pelayannya itu, Josh dengan tergesa datang ke arah Matteo dengan wajah serius.“Tuan, ada masalah besar.” Llau Josh membisikkan sesuatu tentang masalah yang baru saja terjadi.“Liam hilang??” Matteo sangat terkejut dengan berita tersebut.Josh mengangguk. “Setelah makan mala tadi tuan muda ingin berjalan-jalan di taman belakang, namun tak tahu bagaimana tuan muda menghilang begitu saja, tuan.”Matteo segera merespons dengan serius terh
Ceklek.Suara pintu terbuka membuat orang yang berada di dalam mengalihkan pandangannya dengan wajah tenang seperti air yang menyembunyikan arusnya.“Kau terlambat… Sia.” Matteo tersenyum tipis menatap wanita itu.“Dimana Liam?!” Alessia tanpa basa basi langsung mengajukan pertanyaannya segera seperti tujuannya di awal.Matteo dengan tenang mulai bangkit dan berjalan ke arah Alessia untuk menghapus jejak mereka.Dan tanpa tanda Matteo langsung memeluk wanita itu di dalam dekapannya.“Apa kau tak merindukanku?” Suara rendah itu terdengar serak.“Kita tak dalam kondisi seperti ini, Matteo.” Peringat Alessia dengan dingin.Dalam dekapannya itu, Matteo tampak tersenyum namun tak ada niat untuk melepaskan wanita itu dari pelukannya.“Tapi aku sangat merindukanmu.” Hati Alessia berdebar mendengar hal itu, namun dia segera sadar dan melepaskan pelukan itu.“Aku ingin bertemu dengan Liam.” Ucap Alessia dengan dingin.“Dia tak ada disini.” Jawab Matteo dengan santai.Alessia menaikkan alisny
“Apa kau sudah tahu berita tentang keluarga pejabat yang kaya itu? Dia tersandung kasus korupsi.” Gracia dengan semangat menunjukkan berita itu pada David.“Sudah biasa, tapi kenapa baru tercium sekarang?” Tanya David sambil memakan makanan yang dibawa kekasihnya itu.“Tak tahu juga, dan kau tahu anak bungsunya ternyata satu taman bermain dengan Liam dulu.”David yang mendengar itu langsung menghentikan makanannya.“Sangat kebetulan sekali.” Gumam David.“Tak hanya itu, pengusaha ekspor impor juga tersandung kasus ilegal. Dan lagi-lagi putranya juga satu taman bermain dengan Liam.”David melirik ke arah Gracia, tentu itu bukanlah kebetulan yang tak disengaja.“Ini sedikit aneh,”Gracia mengangguk mendengar komentar David. “Tapi aku tak melihat Liam beberapa hari ini. Kemana dia? Dan dimana kak Sia?” Tanya Gracia dengan penaaran.David menghela nafasnya saat mengingat itu, “Ada banyak masalah, dia terbang ke london jam tiga pagi tadi.”Gracia yang mendengar itu terkejut, “London? Apa
“Setelah tes DNA dilakukan hasilnya 99,9 persen jika Liam Petrova adalah putra biologis anda, tuan Filcher.” Dokter Sam memberikan hasilnya kepada Matteo.Kertas yang dipegang oleh Matteo hampir robek saat dia menggenggam terlalu kencang. Hatinya sangat terguncang mengetahui fakta itu.Saat dia berjalan keluar, dia terus melamun memikirkan bagaimana bisa hal ini tak diketahuinya sejak awal.“Bagaimana mungkin.” Gumamnya, ada rasa bersalah dan penyesalan yang tak bisa dia gambarkan.Hingga pikirannya berkelana jauh hingga di malam terakhir mereka bersama, “Darah, apa darah itu ada saat aku terlalu keras hingga melukai janinnya?” Gumamnya.Kedua tangannya mengepal dengan kuat, dirinya sangat marah mengapa dia tak menyadarinya sejak awal.“Daddy!” Suara itu menyadarkan Matteo dari lamunannya, di depannya Liam yang bersama dengan Josh tengah memakan es krim di luar parkiran rumah sakit.Senyumnya terbit, Liam putranya. Dia masih tak menyangka ternyata dia memiliki anak setampan ini tanpa