Beranda / Fantasi / Wanara / Mendapatkan Kabar Kurang Baik

Share

Mendapatkan Kabar Kurang Baik

Penulis: CahyaGumilar79
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah melakukan pendaratan dengan sempurna, Wanara langsung bergegas menuju ke sebuah desa yang ada di tepi pantai tersebut. Desa tersebut merupakan tempat kelahirannya tidak jauh dari perkampungan nelayan tempat Wanara bertemu dengan Jasena dan Sumadra.

Tetapi rasanya aneh sekali, karena tak kelihatan satu orang pun di sekitar desa tersebut.

"Guru! Aku datang!" teriak Wanara dengan suara lantang dengan air muka berseri-seri.

Mendengar suara teriakan dari Wanara. Tiba-tiba saja, orang-orang dari desa tersebut keluar dari persembunyiannya, semua beramai-ramai mengerumuni dan mengelu-elukan Wanara.

"Ternyata, kau Wanara. Kami mengira kau makhluk dari angkasa yang terbang dan mendarat di sini akan membuat malapetaka," ujar salah seorang dari mereka.

Kemudian, ada seorang pria berkata, "Wanara, kau tega sekali meninggalkan gurumu seorang diri."

"Guruku di mana guruku?" tanya Wanara tampak sudah tidak sabar lagi ingin berjumpa dengan gurunya.

"Ki Agen
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanara   Kemurahan Hati Sang Guru

    Di atas udara, ia memutar tubuhnya dan melesat ke arah selatan. Dalam sekejap mata, Wanara sudah tiba di sebuah gubuk sederhana milik Ki Ageng Jayamena yang telah lama ia tinggalkan.Matanya yang tajam mengawasi sekeliling rumah tersebut. Kemudian, ia meluncur turun dari ketinggian dan mendarat tepat di hadapan rumah sederhana yang berdiri kokoh di tengah perkebunan pisang yang berjajar rapi di sepanjang jalan dan di bagian sisi kanan dan kiri rumah tersebut.Kemudian, Wanara melangkahkan kakinya mendekati daun pintu rumah itu. Ia tampak ragu untuk mengetuknya. "Apakah guru akan memaafkan aku?" desis Wanara berdiri di balik pintu dengan menampakkan wajah penuh kegundahan.Akan tetapi, rupanya Ki Ageng Jayamena sudah mengetahui kedatangan muridnya itu. Maka dari dalam rumah, ia pun berkata mempersilahkan Wanara untuk menunggunya di beranda rumah."Duduklah, Wanara. Sebentar lagi aku akan keluar!" kata sang guru."I–iya, Guru," jawab Wanara gugup, kemudi

  • Wanara   Wanara Mendatangi Barak Prajurit

    Keesokan harinya, Wanara langsung mendatangi tempat yang dituju. Yakni, barak para prajurit kerajaan Rawamerta yang menamakan diri mereka sebagai prajurit Dewa petir.Ketika sedang terbang, Wanara mendengar suara gaduh orang-orang sedang tertawa. Seperti sedang merayakan sesuatu.Dengan cepat, ia menukik turun dari udara menuju ke arah asal suara itu.''Aku rasa, itu adalah tempatnya," desis Wanara mengarahkan dua bola matanya ke beberapa bangunan barak yang berjajar rapi di sepanjang pantai.Kakinya segera menginjak tanah kembali, tepat di depan deretan barak-barak tersebut. Ratusan prajurit kala itu tengah beristirahat sambil berbincang-bincang, tampak kaget dengan kedatangan Wanara."Hai, pasukan Dewa petir!" seru Wanara.Para prajurit itu tampak ketakutan. Mereka mengira Wanara adalah siluman yang datang dari langit, para prajurit itu hendak berlari masuk ke dalam barak. Namun, Wanara segera mencegahnya, "Prajurit Dewa petir jangan kabur kalian!" be

  • Wanara   Wanara Berhasil Menumbangkan Panglima Rasoma

    Wajah Panglima Rasoma memang terlihat garang. Tubuhnya tampak kekar berotot dan tinggi mirip raksasa, dengan membawa sebilah pedang bergagang kepala naga, sepasang matanya bulat dan tajam wajah Wanara."Hai, Algojo!" teriak Wanara menyambut kedatangan Panglima Rasoma. "Kenapa kau tidak mau menatap wajahku?" sambung Wanara bertanya.Panglima Rasoma menunduk, kemudian mengangkat wajahnya, dan tertawa lepas ketika melihat Wanara. Lantas, ia berkata, "Tubuhmu sangat kecil, kau juga tidak membawa senjata. Tapi keberanianmu sungguh luar biasa, meskipun tidak sepadan dengan kondisimu.""Hai, Algojo! Jangan pernah kau menghinaku, aku bukan anak kemarin sore!" hardik Wanara membentak keras.Begitu menghentikan ucapannya, Wanara langsung melangkah maju. Panglima Rasoma tampak memandang sebelah mata, ia tidak percaya kalau Wanara mempunyai kesaktian tinggi."Hai, Anak muda! Jika aku melawanku, apa kata dunia persilatan? Aku pasti dapat cibiran karena sudah melawan pendekar seper

  • Wanara   Membentuk Sebuah Kekuatan

    Satu minggu kemudian, Wanara sudah menjemput Jasena, Sumadra, dan Ki Butrik yang merupakan pengawal pribadinya. Semua atas perintah Ki Ageng Jayamena yang menginginkan kawan-kawannya Wanara berkumpul di desa tersebut dan segera menghimpun kekuatan untuk membentengi diri dari cengkraman penguasa jahat kerajaan Rawamerta."Aku berharap kalian ikut ke pulau Jowaraka, ada tugas penting dari guruku!" kata Wanara berbicara di hadapan kawan-kawannya.Belum sempat menjawab, tiba-tiba Resi Wana sudah menyahut dari belakang sambil melangkah menghampiri Wanara dan kedua rekannya."Kalian berangkat duluan! Tujuh hari ke depan, kami pun akan bertolak ke sebrang dan akan ikut berjuang menegakkan keadilan di tanah Jowaraka!" tandas Resi Wana.Wanara dan kedua rekannya langsung berpaling ke arah datangnya pria senja itu. Kemudian, mereka menjura sambil membungkukkan badan seraya memberi hormat kepada sang guru."Terima kasih, Guru," sahut Wanara."Berangkatla

  • Wanara   Tugas Untuk Ki Butrik

    Pada suatu siang, selesai melatih para murid padepokan tersebut, Wanara duduk termenung di sebuah bebalean bambu di beranda barak. Lantas ia memanggil Jasena, Sumadra, dan sekalian memanggil Ki Butrik yang sudah menjadi pengawal pribadinya itu."Duduklah, ada hal penting yang ingin aku bicarakan!" kata Wanara lirih."Baik, Raden," sahut Ki Butrik menjura hormat, dan langsung duduk di hadapan Wanara.Demikian pula dengan Jasena dan Sumadra, mereka pun langsung duduk bersebelahan dengan Ki Butrik. Mereka tampak penasaran menunggu Wanara untuk segera berkata.Wanara menghela napas dalam-dalam, kemudian berkata lirih, "Kita akan membentuk sebuah pasukan yang kuat, agar dapat membela diri bila diserbu oleh pihak kerajaan." Dua bola matanya bergulir mengamati tiga pria yang ada di hadapannya.Kemudian, Wanara berkata lagi, "Tapi aku justru merasa cemas. Bagaimana kalau hal ini diketahui lebih dulu oleh pihak kerajaan? Sedangkan kelompok kita belum mahir dalam berl

  • Wanara   Wora Saba Bertolak Ke Pulau Jowaraka

    Hanya dalam waktu sekejap saja, ia sudah tiba di kuta Sera yang merupakan ibu kota kerajaan Jantara. Suasana kuta tersebut tampak ramai, banyak orang berlalu-lalang di jalanan utama kuta tersebut.Ki Butrik melangkah perlahan sambil mengamati suasana kuta. Sejenak, ia menghentikan langkah."Aku harus segera ke padepokan Resi Wana, kalau lama di sini bisa-bisa aku tergoda dengan makanan-makanan yang ada di warung-warung itu. Sedangkan aku tidak membawa uang sekeping pun," desis Ki Butrik, kemudian, ia melangkah ke sebuah perkampungan yang berada di perbatasan kerajaan Jantara dan Bayu Urip. Tampak di sebrang sungai desa tersebut yang sudah masuk ke dalam wilayah kerajaan Bayu Urip, banyak sekali rumah-rumah yang dijadikan tempat pandai besi untuk produksi senjata tajam."Di sini banyak sekali orang yang mahir dalam membuat berbagai senjata," kata Ki Butrik terus mengamati kegiatan warga yang sedang bekerja membuat senjata-senjata tajam. "Pantas saja desa ini

  • Wanara   Pertarungan Di Ujung Desa

    Sikap pria itu, tentu membuat Ki Butrik semakin geram saja. "Rupanya kalian ini memang sengaja memancing emosiku," kata Ki Butrik tampak marah."Apa yang kau katakan memang benar, kami menantang kalian untuk bertarung," sahut pria paruh baya berkepala botak itu, ia tampak angkuh dan sombong."Baguslah kalau memang seperti itu." Ki Butrik mulai ancang-ancang untuk segera bertarung dengan para pendekar tersebut.Begitu pula dengan Burma dan Wora Saba, mereka pun langsung bersiap untuk segera melakukan perlawanan terhadap keenam pendekar itu.Dengan demikian, pertarungan pun tak dapat dihindari. Mereka langsung mengeluarkan jurus andalan masing-masing, saling memukul dan menendang satu sama lain. Hingga pada akhirnya, Wora Saba dan Burma dapat dijatuhkan oleh lawannya.Dengan kalahnya Burma dan Wora Saba, menjadikan Ki Butrik semakin amarah. Ia langsung membaca sebuah mantra, menghela napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya secara mengagetkan. Saat itu la

  • Wanara   Wanara Membobol Gudang Persenjataan

    Siang itu, tanpa diketahui oleh rekan-rekannya. Wanara diam-diam berangkat menuju istana kerajaan Rawamerta, ia berniat akan membobol gudang persenjataan istana kerajaan Rawamerta."Tindakanku ini memang salah, niat mencuri ke istana. Meskipun mencuri, aku rasa Dewa tidak akan marah, karena ini untuk keperluan perjuangan melawan kezaliman," ujar Wanara berkata sambil melayang terbang menuju ke arah timur.Setelah tiba di atas atap istana ia langsung meluncur turun, dan mendarat tepat di belakang istana dekat dengan gudang persenjataan. Ia langsung melangkah mengendap-endap."Besar sekali gudang senjata ini," ucap Wanara sambil mengamati bangunan besar yang berada di belakang istana tersebut.Wanara menyelinap ke pojokan dinding gudang persenjataan itu, karena ada dua orang pengawal yang sedang berjaga-jaga di depan pintu gudang tersebut."Aku harus melumpuhkan mereka terlebih dahulu, agar dapat masuk ke dalam ruangan itu," bisik Wanara sambil mengamati gerak

Bab terbaru

  • Wanara   Kunjungan Persahabatan

    Setelah berhasil mengalahkan siluman-siluman tersebut, Raja Wanara langsung mengajak para senapatinya untuk kembali ke tenda saat itu juga. Sementara itu, kedua permaisurinya pun sudah terjaga dari tidur mereka, dan tengah menunggu kedatangan suami mereka dengan perasaan cemas. Setibanya di perkemahan, sang raja segera memerintahkan kepada para prajuritnya agar tidak lengah dan bersiaga penuh secara bergiliran. Karena, sang raja khawatir akan datang kembali teror dari para siluman utusan Raja Nainggolo. "Sebaiknya, kalian tetap bersiaga dan berjaga secara bergiliran!" kata sang raja mengarah kepada salah seorang prajurit senior yang bertanggung jawab atas tugas keamanan di perkemahan tersebut. "Baik, Baginda Raja. Hamba akan segera mengaturnya," jawab prajurit senior itu. Malam terasa semakin dingin, suasana pun sudah mulai sepi. Tidak terlalu gaduh oleh hilir-mudik para prajurit, karena sebagian dari mereka sudah terlelap tidur. Dan hanya men

  • Wanara   Pertarungan Raja Wanara dengan Siluman

    Siluman itu sangat tangguh. Ia dapat bertarung dengan sebaik-baiknya. Meskipun usianya sudah tua, namun ia memiliki pengalaman dan kemampuan memancing Raja Wanara dengan gerak tipu yang diperagakannya."Kau telah melumpuhkan kawanku, maka terimalah pembalasan dariku ini!" bentak siluman itu bersuara keras dan terdengar parau."Berhentilah! Jangan kau menganggu kami!" Raja Wanara pun balas membentak sambil meloncat tinggi dan memukul keras kepala makhluk tersebut.Sontak tubuh siluman itu terhempas jauh hingga membentur batu padas yang ada di sekitaran tempat tersebut. Akan tetapi, ia tidak menyerah begitu saja. Siluman itu bangkit dan menggeram sambil menatap tajam wajah sang raja, dari mulutnya menyemburkan api bak seekor naga."Hati-hati, Baginda Raja!" teriak Senapati Jasena tampak khawatir melihat pemandangan seperti itu.Raja Wanara hanya tersenyum sambil meloncat tinggi demi menghindari serangan dari siluman tersebut yang menyemburkan api dar

  • Wanara   Raja Wanara Bertarung dengan Dua Siluman

    Pada malam harinya, Raja Wanara dan ketiga senapatinya tengah berbincang santai di depan tenda sambil menikmati sajian sederhana yang tersedia di hadapan mereka.Sementara itu, Santika dan Sekar Widuri sudah terlelap tidur di dalam tenda dengan dikawal ketat oleh para prajurit wanita yang menjadi pengawal pribadi sang ratu."Susana malam ini sangat dingin sekali. Akan tetapi, langit sangat cerah dan bulan pun bersinar terang. Sungguh indah luar biasa," desis Senapati Yandradipa mengangkat wajahnya menatap keindahan langit yang tampak cerah itu."Mungkin ini pertanda akan datangnya musim kemarau, setelah lama kita mengalami musim Siak," sahut sang raja sambil menikmati hidangan sederhana yang disajikan oleh para pelayannya.Kemudian, Senapati Jasena menyahut pula, "Iya, Baginda. Sepertinya ini memang sudah waktunya pergantian musim."Raja Wanara menghela napas dalam-dalam, kemudian mengangkat wajahnya dan memandangi langit yang tampak cerah itu, ser

  • Wanara   Lembah Kalen Laes

    Ketika matahari sudah terik dan terasa panas menyengat. Maka, Senapati Jasena langsung menyeru kepada para prajuritnya untuk segera beristirahat dan mendirikan tenda di sebuah hutan yang ada di bawah perbukitan dekat dengan lembah Kalen Laes yang masih masuk ke dalam wilayah kerajaan Bayu Urip bagian timur."Sebaiknya kita beristirahat saja dulu! Ini adalah tempat yang bagus, sang raja pasti menyukai tempat ini!" seru Senapati Jasena. "Kalian segera dirikan perkemahan dan persiapkan makanan untuk sang raja dan permaisurinya!" sambung Senapati Jasena kepada para prajurit dan juga para pelayan yang ikut dalam rombongan tersebut."Baik, Gusti Senapati," sahut salah seorang pimpinan pelayan tersebut menjura kepada sang senapati.Setelah itu, mereka pun langsung membagi tugas dengan mendirikan tenda terlebih dahulu untuk dijadikan tempat penyimpanan bahan-bahan makanan. Setelah itu, mereka segera mempersiapkan kebutuhan untuk memasak dengan dibantu oleh puluhan p

  • Wanara   Perjalanan Panjang

    Setelah kematian Rosapati, akhirnya para pendekar dari gerombolan tersebut, merasakan bahwa mereka telah dikelilingi oleh beberapa prajurit yang kuat. Mereka menyerang dengan begitu semangat dari berbagai penjuru.Demikian pula dengan Senapati Yamadaka dan Senapati Yandradipa, mereka memiliki ketangkasan dalam memainkan pedang mereka. Sehingga lawan-lawannya tidak pernah berhasil menyentuh tubuh kedua senapati itu dengan ujung senjata mereka."Kita sudah akal dan cara untuk mengalahkan para prajurit itu, kita tidak bisa lagi melanjutkan perlawanan terhadap mereka. Sebaiknya kita lari saja dari tempat ini! Kau lihat sendiri, Rosapati pun sudah binasa!" ujar salah seorang pendekar dari kelompok pemberontak itu. Ia mulai ragu melihat pemandangan seperti itu.Kawannya itu hanya dapat menggeram dan menahan kemarahan karena ia dan kawan-kawannya tidak dapat membebaskan diri dari cengkraman para prajurit kerajaan Bumi. Lawannya yang mereka hadapi ternyata memiliki

  • Wanara   Dihadang Oleh Sekelompok Pengacau Keamanan

    Ketika rombongan Raja Wanara sudah tiba di sebuah hutan yang berada di luar wilayah kerajaan Bumi. Tepatnya di sebuah alas yang masuk ke dalam wilayah kedaulatan kerajaan Bayu Urip, tenyata rombongan tersebut sudah dihadapkan dengan sebuah ancaman dari kelompok kecil yang sering melakukan teror di wilayah kerajaan Bayu Urip. Mereka berusaha untuk melakukan tindakan penghadangan terhadap rombongan Raja Wanara.Para prajurit yang mengawal sang raja tampak siap dalam menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Karena mereka sudah diberi tugas secara langsung oleh Senapati Jasena pada setiap kelompok yang ada di bawah pimpinan panglima masing-masing. Senapati Jasena telah memerintahkan para prajuritnya untuk melawan siapa saja yang dianggap berbahaya terhadap keselamatan sang raja dan kedua permaisurinya."Siapa mereka?" tanya sang raja mengerutkan kening sambil mengamati puluhan orang bersenjatakan pedang berbaris rapi menghadang di tengah jalan.Kemudian,

  • Wanara   Sang Raja Meninggalkan Istana

    Keesokan harinya, Senapati Jasena dan para prajuritnya langsung melakukan persiapan jelang keberangkatan mereka pada hari itu menuju ke wilayah kerajaan Buana Loka, dalam rangka kunjungan persahabatan dari pihak kerajaan Bumi kepada pihak kerajaan Buana Loka yang merupakan sebuah kerajaan sahabat yang kini menjadi sekutu kerajaan Bumi.Dengan gagahnya, ia melangkah menuju ke barak para pelayan yang berada di belakang barak prajurit. Sang senapati langsung menghampiri salah seorang kepala pelayan yang hendak ikut dalam rombongan Raja Wanara."Selamat datang di barak kami, Gusti Senapati," ujar seorang pria berusia sekitar 30 tahun dengan sikap ramahnya menjura kepada sang senapati.Senapati Jasena hanya tersenyum, lalu berkata, "Sebaiknya pedati yang mengangkut barang logistik kebutuhan makanan dan lainnya langsung dikeluarkan sekarang! Tunggu di depan istana, sebentar lagi kita akan segera berangkat!" perintah Senapati Jasena kepada para pelayan istana dan kusir yang

  • Wanara   Dua Ratu Bijaksana

    Satu hari menjelang keberangkatan rombongan sang raja. Maka, Senapati Jasena dan dua senapati lainnya yang hendak ikut mengawal sang raja sudah mempersiapkan segalanya yang tentu akan dibutuhkan dalam melakukan perjalanan jauh tersebut."Apakah kita perlu membawa pasukan panah, Senapati?" tanya Senapati Yandradipa mengarah kepada Senapati Jasena yang merupakan panglima senior di kerajaan Bumi."Aku rasa mereka sangat penting untuk dilibatkan dalam pengawalan ini. Kau siapkan 50 prajurit panah yang benar-benar memiliki kemampuan tinggi! Sisanya bawa saja para prajurit campuran dan jangan lupa sertakan lima orang kusir pedati yang akan membawa barang-barang keperluan logistik dan peralatan lainnya!" jawab Senapati Jasena menuturkan.Dengan demikian, Senapati Yandradipa dan Senapati Yamadaka langsung meluncur ke barak prajurit yang berada di belakang istana utama, untuk menyiapkan para prajuritnya yang akan diperintahkan untuk mengawal sang raja dan kedua perma

  • Wanara   Dua Pengawal Baru Sang Raja

    Pagi itu, Panglima Yandradipa dan Yamadaka sudah berada di ruang utama istana kerajaan Bumi. Mereka datang memenuhi undangan dari sang raja, bahkan dijemput langsung oleh utusan istana yang diperintahkan oleh sang raja menjemput kedua punggawanya ke istana kepatihan Waraya timur."Aku sangat senang mendapat kabar tentang keberhasilan kalian," ujar sang raja tampak semringah. "Oleh sebab itu, kalian aku minta untuk datang ke istana ini. Karena, sang guru sepuh memintaku untuk menganugerahkan gelar kepada kalian berdua," sambung sang raja menyampaikan maksud dan tujuannya dalam mengundang kedua punggawanya tersebut.Panglima Yandradipa dan Yamadaka saling berpandangan, raut wajah mereka tampak semringah. Dengan kompaknya mereka menjura kepada Raja Wanara dan Maha Patih Ramanggala."Terima kasih, Baginda Raja. Ini merupakan bentuk penghormatan Baginda terhadap kami berdua," sahut Panglima Yandradipa sambil membungkukkan badan di hadapan sang raja.Raja Wan

DMCA.com Protection Status