Home / Romansa / Wajah Asli Adikku / Datangnya Lamaran

Share

Datangnya Lamaran

Author: Syarlina
last update Last Updated: 2021-12-10 19:41:25

"Kenapa Bu Fatimah?" tanya Ibu tidak sabaran.

 "Anak saya itu duda anak satu," lanjutnya. Ayah langsung melirikku, kuhela napas panjang tidak tahu harus menjawab apa. Semua keputusan kuserahkan ke Ayah. Kalaupun Ayah setuju, maka aku pun ikhlas menerima.

 Kalau boleh memilih, aku akan menolak. Bukan karena mendengar dia duda, tapi lebih ke rasa trauma yang belum hilang. Aku masih takut, masih terbayang kegagalan yang telah lalu. Lebih tidak tega melihat Ayah yang bersikeras mencarikanku calon suami.

 "Kami boleh ketemu anak Ibu? Setidaknya kami ingin melihat dan menilai seperti apa dia. Saya rasa ini hal yang lumrah bukan?" Pertanyaan Ayah dianggukkan kepala oleh Bu Fatimah.

  "Orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya, apalagi untuk pendamping hidup. Saya pun tidak dapat memutuskan sekarang, izinkan kami berunding terlebih dulu," sambung Ayah.

 "Iya, saya mengerti. Nanti saya akan minta dia longgarkan waktu untuk bertemu Bapak dan keluarga. Kebetulan dia sangat sibuk," jelas Bu Fatimah.

 "Memangnya apa pekerjaan anak Ibu?" tanya Ibu tampak penasaran.

 "Dia cuma karyawan biasa. Biasalah, akhir bulan selalu dikejar deadline." Bu Fatimah menyunggingkan seulas senyum tipis.

 "Oh." Ibu membulatkan bibir dengan menarik satu sudut bibirnya. 

 "Terima saja, Yah. Daripada tidak ada sama sekali. Susah kan mencari lagi, memang mau anaknya jadi perawan tua."

Degh. Kutolehkan kepala ke arah Ibu.

 Tega. Kenapa Ibu menyebutku begitu di hadapan Bu Fatimah? Setidaknya jangan menjatuhkan harga diriku di depan orang yang ingin melamar. 

 Wanita paruh baya yang duduk di hadapanku hanya tersenyum tipis saat kami terpaut pandang.

 "Maaf, Bu. Sebelumnya terima kasih sudah berkenan datang kemari ingin melamar anak kami--Maysarah. Seperti yang sudah-sudah, kami akan pertimbangkan setiap tawaran yang datang termasuk dari Ibu," ucap Ayah dengan sopan. Ayah juga memberikan nomor telepon yang bisa dihubungi, begitupun sebaliknya dari pihak Bu Fatimah. 

 Setelah pembicaraan dirasa cukup, Bu Fatimah pun pamit pulang. Tidak lupa dia juga memperlihatkan gambar anaknya yang kuketahui bernama Samudra. Tampan. Dilihat dari gambar tersebut, umurnya sekitar tiga puluhan. 

 ***

 "Ibu apa-apaan menyebut May begitu di depan Bu Fatimah?" Ternyata Ayah tidak terima aku dikatakan begitu oleh Ibu. Beliau membahasnya lagi setelah BunFatimah pergi. Aku masih berada di hadapan mereka, belum beranjak masuk ke kamar.

 "Loh, salah lagi kan Ibu. Lihat May, semua yang Ibu katakan selalu salah di mata ayahmu." Aku mendesah berat melihat perselisihan ini terus terjadi di antara mereka. 

 "Memang salah kalau Ibu minta Ayahmu menerima lamaran wanita tadi?" Gegas Ibu bertanya tajam ke arah Ayah.

 "Bukan masalah lamaran, tapi ucapan Ibu yang bilang May menjadi perawan tua," tegur Ayah menjawab pertanyaan Ibu.

 "Benar kan? Apa yang salah. Kalau ditolak siapa lagi yang mau menikahi May. Ini momen yang pas saat May gagal ke jenjang pernikahan, dan ada yang menggantikan. Apalagi para tetangga sudah banyak yang berbisik menyebut May anak sial."

 "Ibu!" Bentak Ayah. Tetiba ia memegang dada sebelah kiri meringis kesakitan.

 "A--ayah? Ayah kenapa? Jantungnya kumat lagi?" Aku segera merangkulnya, bertanya dengan cemas. Ia menggeleng. Ibu secepat kilat pergi dan datang kembali membawakan obat Ayah.

 "Yah, minum dulu obatnya," pinta Ibu menyodorkan obat ke tangan Ayah.

 "Istirahat dulu, Yah. Jangan banyak pikiran. Maafkan perkataan Ibu tadi." Tampak penyesalan dari perkataan Ibu barusan. Setelah menegak obatnya, Ibu menuntun Ayah masuk kamar.

 Ini tidak boleh dibiarkan berlarut. Aku harus mengambil keputusan. Aku tidak mau Ayah terlalu keras memikirkan anaknya ini yang belum menikah juga. Biarlah luka yang menganga ini harus diobati dengan senyuman Ayah. Mungkin lukaku akan berangsur sembuh. Demimu Ayah, May akan menerima lamaran ini apapun resikonya.

 ***

 "Ya, mau gimana lagi, gue kesal sama dia." Samar kutangkap suara yang tidak asing di telinga. Kutajamkan Indra pendengaran.

 "Tega Lu ya, Nir. Padahal kakak Lu itu baik, kita aja kalau mampir ke rumah Lu selalu disuguhkan cemilan yang enak." Suara yang lain menimpali. 

 Aku duduk di salah satu cafe yang tempat dudukku berhadapan dengan dinding partisi berbahan kaca. Jadi suara dibalik dinding penyekat itu kedengaran tapi wajahnya tidak, karena kaca buram yang mengaburkan penglihatan. Aku sedang duduk menunggu seorang teman.

 "Mau gimana lagi. Gue kesal Ayah itu terlalu sayang dengan anak kandungnya, sedangkan gue selalu di nomor duakan." Bukankah ini suara Nirmala.

 "Namanya juga anak bawaan, ya disayanglah. Cuma cara Lu apa nggak keterlaluan. Sudah dua kali Lu gagalkan pernikahannya, dan ini mau yang ketiga kalinya. Apa lagi rencana Lu buat gagalin yang sekarang?" 

 Siapa yang dibicarakan mereka? Apakah itu aku? Yang gagal nikah sampai dua kali itu aku kan? Dadaku terasa berdegup kencang. Perasaanku jadi tak enak.

 Jadi benar kecurigaanku selama ini kalau Nirmala lah dibalik semua kegagalan pernikahanku. Kenapa adik tiriku itu begitu tega melakukan semua ini? Apakah rasa irinya pada kasih sayang Ayah sampai menimbulkan kebencian yang mendalam?

 Deg. Terlalu serius aku sampai tidak sadar tetiba ada tangan yang menepuk pundakku dari belakang. Siapa?

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
hhhjjjjjkkkkjfd
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Wajah Asli Adikku   Busuk dibalik Wajah Cantiknya

    "May!""Astagfirullah," lirihku berucap sembari mengelus dada. Linda.Ternyata Linda yang menepuk bahuku dari belakang. Bikin kaget saja."Eh, kamu kenapa May tegang begitu? Kayak habis lihat setan saja. Ini di siang bolong loh May, jangan bilang aku setannya." Linda memundurkan kursi di sebelahku untuk duduk."Nggak. Nggak kok. Aku kaget saja." Kutempelkan jari telunjuk ke bibir isyarat diam pada Linda. Temanku ini terlihat bingung dengan mengernyitkan keningnya."Ada a--""Kak May!" Aku dan Linda refleks menoleh ke asal suara. Nirmala, jadi benar dia orang yang ada di sebelah tempatku duduk, yang hanya dibatasi dengan dinding partisi kaca."Kakak ada di sini, sedang apa?" Nirmala bertanya

    Last Updated : 2021-12-10
  • Wajah Asli Adikku   Perbedaan Kami

    Sejak aku tahu kebusukan hati Nirmala, sejak saat itu pula aku berhenti bersikap baik padanya. Tak ada senyum hangat untuk sang adik durjana.Kurang apa aku padanya? Setiap apa yang diinginkannya, selalu kupenuhi. Setiap dia ada kesulitan juga selalu ku tolong. Bahkan boneka kesayangan dulu, ku ikhlaskan untuknya karena dia menginginkannya, padahal boneka itu satu-satunya kenangan dari almarhumah Bunda.***Aku mau boneka itu, Bu …!" Rengekan Nirmala tak berhenti, saat melihat boneka kecil Teddy bear kesayangan yang berada di pelukanku."Itu kecil sayang, nanti Ibu beli yang besar sekali, iya kan Ayah?" Bujuk Ibu dengan mengerlingkan mata ke arah Ayah. Lelaki--ku itu mengangguk."Nggak! Aku mau

    Last Updated : 2021-12-10
  • Wajah Asli Adikku   Jati Diri Calon Maysarah

    Hari yang disebutkan Ayah, akhirnya tiba juga. Bu Fatimah akan datang bersama Samudra, anaknya. Lucunya Nirmala jatuh sakit tepat di hari ini. Bagiku dia hanya pura-pura saja agar tetap berada di rumah. Entah apa yang akan direncanakannya, aku sudah berpasrah diri kalau memang laki-laki yang bernama Samudra itu bukan jodohku. Mungkin Tuhan sedang mempersiapkan jodoh terbaikNya."Biarlah dia tetap di rumah. Ibu malah khawatir kalau dia harus diungsikan ke tempat lain. Lagian Ayah kan tahu, Nirmala ini kalau sakit, orangnya manja banget. Dikit-dikit Ibu." Ibu menatap Nirmala dengan penuh cinta. Diusapnya lembut rambut bergelombang Nirmala. Ia terbaring lemah di tempat tidur dengan berselimutkan sampai batas leher."Memang kamu sakit apa, Nir? Kok mendadak," tanyaku menyelidik."Ehm ... Nggak tahu, tiba-tiba n

    Last Updated : 2021-12-10
  • Wajah Asli Adikku   Menyelami Hati Samudra

    "apa!" Ibu terkejut mendengar siapa jati diri Samudra sebenarnya. Begitu juga dengan kami yang berada di sini. Aku bahkan tidak tahu menahu siapa sosok calon suamiku ini."Kenalkan Pak, saya Nirmala, anak marketing. Baru masuk dan masih dalam masa percobaan enam bulan." Tangan Nirmala masih mengambang di udara menunggu sambutan dari Samudra.Lelaki yang sedang ditunggu sambutan tangannya ini melirikku sekilas, lalu, "Samudra," jawabnya dengan menangkupkan kedua tangan di dada tanpa mengulurkan tangannya ke arah Nirmala. Aku kaget, apalagi melihat Bulan malah tertawa terkikik, melihat uluran tangan Nirmala yang tidak diterima ayahnya."Kayaknya Tante ini juga nggak tahu Nek, kalau bukan perempuan tidak boleh salaman," celoteh Bulan masih dengan tawa yang belum hilang. Aku sampai mengulum senyum saat Nirmala menarik tangannya dengan malu.&nbs

    Last Updated : 2021-12-10
  • Wajah Asli Adikku   Permintaan Nirmala

    Aku mematut diri di cermin. Menatap bayangan sendiri. Kulepas kacamata yang sudah bertengger manis di pangkal hidung. Mengamati sebentar wajah ini tanpa kaca berbingkai dua tersebut, lalu memasangnya kembali.Perkataan Nirmala terngiang kembali di telinga. Apa hubungannya dengan kacamata ini? Aku hanya menggunakannya saat ke sekolah saja. Lagian ke sana buat ngajar, bukan buat narik perhatian kaum Adam. Heh! Saranmu tidak perlu keturuti. Gaya pakaian seharianku juga tidak kuno, apalagi ketinggalan jaman. Penampilanku masih modis. Lebih baik jadi diri sendiri. Tidak ingin juga jadi orang lain, apalagi jadi kamu, Nir.Kepalaku menoleh ke suara pintu yang berderit. Nirmala. Untuk apa lagi dia masuk ke kamarku sepagi ini? Apa gegara dia barusan muncul di benakku? Sepertinya aku harus memasang alarm di ponsel, sebagai pengingat untuk selalu mengunci pintu.

    Last Updated : 2021-12-10
  • Wajah Asli Adikku   Secret admirer

    Setiap hari aktivitasku hanya seputar rumah dan sekolah. Setelah selesai ngajar, maka langsung pulang ke rumah. Pergi keluar kalau ada kepentingan mendesak saja atau memang ada ajakan dari teman terdekat. Itu pun perginya cuma sebentar. Biasanya pergi pas weekend atau libur ngajar.***"Kasihan ya Bu May. Gagal terus nikahnya. Mungkin kena karma ibunya kali. Iya kan Lin?" Kaki yang ingin melangkah masuk ke dalam kantor guru, terhenti di depan pintu yang terbuka. Kuusap pelan dada, meredakan emosi yang mulai naik. Selalu saja ada yang mengaitkan tentang nasib burukku yang gagal menikah dengan almarhumah Bunda."Hussstttt! Jangan bicara sembarang. Memang takdir saja. Lagi pula mungkin itu cara Tuhan menyeleksi jodoh Bu May. Asal Bu Rahma tahu, calon Bu May yang sebelumnya nggak ada yang beres. Untunglah Bu May dikasih lihat terlebih dulu daripada menyesal di kemudian," timpal Linda membelaku. Linda memang

    Last Updated : 2022-01-14
  • Wajah Asli Adikku   Kaget

    Tidak mungkin Ken--pemuja rahasiaku itu. Kalau memang ia, kenapa bisa menyukaiku dan memberikan banyak hadiah, serta untaian kata suka. Apa bagusnya aku di mata anak bau kencur ini? Penampilanku saja kalah jauh dengan siswi cantik yang sering dekat dan mengejarnya.Lagipula kalau kutanyakan tentang secret admirer itu, kurasa dia tidak akan mengaku, atau bisa jadi bukan dia. Justru malah aku yang malu karena sudah menudingnya sebagai sang pemuja rahasia. Itu memalukan. Mau ditaruh dimana mukaku saat ngajar nanti.Bukan, pasti bukan dia. Anak tengil ini tidak mungkin menyukaiku apalagi sampai mengajak menikah."Ada apa Bu? Saya ganteng. Udah biasa, Bu. Jangan melihat saya seperti itu, saya malah tambah ganteng jadinya. Kan Bu May bisa lihat sendiri kalau banyak cewek pada ngejar saya." Ken memuji dirinya sendiri karena kutatap intens. Nyesel rasanya menatapnya be

    Last Updated : 2022-01-15
  • Wajah Asli Adikku   Nirmala nyebelin

    "Ken, Rio. Pulang ke rumah ya! Jangan keluyuran lagi dengan masih mengenakan seragam sekolah," perintahku pada dua anak didik yang salah satunya masih menatapku penuh tanya. Aku berlalu masuk ke dalam mobil duduk di samping Nirmala.Aku menatap lekat perempuan yang masih mengenakan pakaian kerja di sampingku ini."Bingung ya Kak, kenapa aku bisa berada di dalam mobil ini?" tanyanya sesuai dengan apa yang bersarang di benakku.Nirmala tersenyum sambil mendekatkan badannya lebih maju ke arahku."Pak Biru minta khusus aku buat nemani Kakak. Takut selera Kakak terlalu biasa atau rendahan." Nirmala tersenyum saat mengatakannya. Saat dia menekankan kata rendahan, aku tahu dia sedang mengejekku."Kenapa Kak? Masih tidak percaya?" Aku melengos dengan menatap ke depan."Atau perlu kuhubungi Pak Biru dan bilang calon istrinya t

    Last Updated : 2022-01-17

Latest chapter

  • Wajah Asli Adikku   Ekstra part 5: Ken

    POV AuthorTernyata belum siap aku,Kehilangan dirimu.Belum sanggup untuk jauh darimu.Yang masih s'lalu ada dalam hatiku.Tuhan, tolong mampukan aku.'Tuk lupakan dirinya.Semua cerita tentangnya. yang membuatku s'lalu teringat akan cinta yang dulu, hidupkanku.Ken menghela napas panjang, lalu menghembuskannya. Lagu yang sedang diputar di cafe shopnya, membuat dadanya terasa sesak karena terkenang seseorang. Padahal lagu dari Stevan Pasaribu tersebut sedang hits dan sering diputar di media elektronik."Gas, matikan lagu itu. Putar yang lain saja," titahnya pada pegawainya bernama Bagas, yang kebetulan lewat di hadapannya."Siap Bro!" Ken hanya mengerjap. Ia kembali duduk di pojok kursi sambil mengamati ruangan cafe yang mulai terisi oleh para pengunjung. Cafenya mulai menamp

  • Wajah Asli Adikku   Ekstra part 4: Akhir kisahku

    Semalaman mengurung diri di kamar. Mata sembab dan bengkak. Penampilanku kacau. Ibu ternyata memanggil Kak May. Sebenarnya aku malu, tapi mungkin ada baiknya meminta maaf padanya, siapa tahu rasa sakit ini berkurang. Kami akhirnya bicara dari hati ke hati. Kuceritakan bagaimana Raihan memutuskanku. Kak May bilang dia tidak pernah mendoakan yang buruk untukku. Kenapa aku bisa berpikiran seperti itu padanya? Kak May benar, inii hanya teguran dari Allah karena perbuatan jahatku. Aku kembali menuturkan kata maaf padanya. Sekarang aku sadar kalau perbuatan kita, entah baik atau buruk pasti akan berbalik ke arah kita kembali. Aku berjanji akan menjadi pribadi yang baru dan tidak akan menyakiti orang lain.***Di kantor, aku bersikap biasa saja. Aku dan Raihan seolah tidak saling kenal. Kami bagaikan orang asing kembali. Kulihat ia malah menjalin hubungan dengan wanita lain, teman satu kantor lainnya, padahal baru bebera

  • Wajah Asli Adikku   Ekstra part 3: Penyesalan

    Aku tidak ingin dipenjara. Kenapa perhiasan itu bisa berada di kosanku? Siapa yang sengaja meletakkannya di sana? Pasti Hanin. Bukankah dia yang melaporkanku atas kasus ini?Kak May. Hanya dia yang bisa membantu. Dengan bersuamikan Pak Biru, masalahku pasti teratasi. Kak May tidak mungkin abai.Aku meminta Ibu membujuk Kak May agar mau membantuku. Pasti Kak May tidak akan menolak. Kenapa sulit sekali menjadi orang baik. Baru saja memulai hubungan baik dengan Kak May, sudah ditimpa musibah seberat ini.Beberapa kali melihat ke arah arloji. Tidak terasa sudah dua jam berada di sini. Lelah. Entah sudah berapa pertanyaan mereka lontarkan kepadaku. Hingga tiba-tiba salah satu petugas bilang aku bisa pulang.Aku tercengang. Katanya aku bebas. Laporan untukku sudah dicabut, dan aku boleh pulang. Secepat ini

  • Wajah Asli Adikku   Ekstra part 2: wajah Asliku

    "Bodoh! Bodohnya aku! Seharusnya kujauhi wanita licik sepertimu. Mana ada wanita baik yang merebut kekasih hati kakaknya. Kenapa aku baru sadar sekarang?""Aku yakin kamu cuma mempermainkanku. Sedari awal kamu yang mendekati, merayuku hingga rela meninggalkan Maysarah dan menyakiti hatinya. Benar kan? Kenapa La? Kenapa tega melakukan semua ini padaku?" tambahnya lagi. Tidak ada tatapan cinta yang kutangkap dari kedua matanya.Akhirnya lelaki di depanku ini sadar juga. Sayang sudah terlambat.'Ayo Mala, bersandiwara lah dulu. Yakinkan Ibram jangan sampai lelaki ini bertindak diluar kuasamu.'"Kamu berkata apa? Jangan berspekulasi yang tidak-tidak tentangku. Kamu salah paham, Mas." Aku mencoba bertahan dengan kepura-puraan ini, meyakinkannya kembali."Aku tidak bisa dibohongi lag

  • Wajah Asli Adikku   Ekstra part 1

    POV NirmalaAku menatap seseorang dari atas ke bawah. Kupindai penampilannya. Masih cantikkan aku. Masih tinggian aku, dan masih lebih aku kemana-mana.Kulihat ia mendekap erat boneka bear kecil yang sudah berwarna kusam. Pasti itu benda kesayangannya.Muncul sebuah ide di kepalaku. "Bu, Mala mau itu," tunjukku pada boneka tersebut. Ibu memandang heran ke arah sosok anak kecil yang berada di hadapanku."Jangan, itu kotor. Mending kita beli yang baru yang lebih besar," bujuk Ibu berbisik di telingaku. Namun aku bersikeras menginginkan boneka yang berada di tangan anak tersebut. Dengan rengekan dan tangisan kerasku, Ibu dan laki-laki dewasa yang sekarang harus kupanggil ayah, akhirnya luluh dan memaksa anak itu memberikannya padaku.***

  • Wajah Asli Adikku   Maaf dan Memaafkan

    "Karma apaan? Kamu memangnya dapat karma apa?" tanyaku sedikit kesal setelah ditudingnya begitu."Karma sama kayak Kak May. Ditinggal pas lagi sayang-sayangnya." Nirmala menarik tisu dan menyapu air matanya yang kembali menitik. Wajah sembabnya menandakan ia menangis sudah terlalu lama."Jangan muter-muter jelasinnya. Aku ada kelas hari ini. Dari tadi kamu bilang karma dan karma. Ingat Nir, di dunia ini tidak ada yang namanya karma. Yang ada tabur, tuai. Siapa yang menabur, dia pula yang kelak menuai. Jadi apa yang terjadi denganmu bisa saja akibat perbuatanmu sendiri." Mendengar penjelasanku, Isak tangisnya semakin keras."Kak May benar. Ini semua pasti azab dari Tuhan karena dulu menyakiti Kak May. Raihan meninggalkanku dengan alasan yang sama seperti laki-laki brengsek itu katakan pada Kak May." Ia mengelap air mata yang membasah

  • Wajah Asli Adikku   Karma?

    Ibu seperti terkejut saat melihatku datang bersama Mas Sam dan ibu mertua. Namun dia tetap mempersilakan kami masuk."May, kok kamu bawa ibu mertua sama suamimu kemari," bisik Ibu saat aku berdiri di sampingnya."Oh, itu kan May bilang mau ke sekolah pas di telepon tadi, dan waktu itu bareng mereka, Bu," bisikku pula. Sepertinya Ibu tidak suka aku datang bersama Mas Sam dan ibu mertua. Nampak sekali dari raut wajahnya."Silakan duduk besan, izin sebentar mau membuat minuman," ucap Ibu ramah mempersilakan Mas Sam dan ibu mertua duduk."Nggak perlu repot Bu, kita cuma mengantarkan May ke sini. May, Ibu sama Sam pergi dulu, nanti biar Mang Diman yang kemari buat antar kamu ke sekolah. Ibu lupa ternyata ada janji sama klien sekarang ini," ujar Ibu sembari menengok jam di pergelangan tangannya dan beralih

  • Wajah Asli Adikku   Kondisi Hanin

    "Bu Asri masih menghubungi Ibu. Dia terus mengabarkan keadaan Hanin. Ibu belum membalas apapun pesan darinya. Jadi, menurut kalian, Ibu harus gimana?" Tampak gurat kebingungan menghiasi wajah Ibu.Hubunganku dengan Ibu sudah membaik. Semalam kami bicara dari hati ke hati.Aku dan Mas Sam saling lirik di meja makan mendapati pertanyaan Ibu."Gimana May?" Mas Sam ikutan bertanya."Kok May yang harus jawab. Bu, hubungan Ibu sama Ibu Asri itu urusan Ibu. Kalau beliau meminta dijenguk atau meminta support ya silakan saja Bu. May tidak keberatan. Kecuali Ibu ikut mendukung menikahkan Mas Sam sama Hanin, baru May protes dan tidak setuju," ujarku menjawab kerisauan beliau dengan mendelik tajam ke arah Mas Sam.Mas Sam mengerutkan keningnya kutatap seperti itu.

  • Wajah Asli Adikku   Mengulik rasa penasaran

    Sejak naik ke lantai atas, aku tidak turun lagi ke bawah. Mengurung diri di kamar hanya dengan rebahan di atas kasur. Rasa kesal masih menghinggapi relung hati. Aku terus berpikir tentang permintaan gila ibunya Hanin. Seharusnya ibunya berpikir bagaimana cara menyembuhkan sakit jiwanya anaknya, bukan malah menjerumuskan lebih dalam, dengan menuruti semua keinginannya.Suara pintu dibuka, memaksaku menoleh ke arah sana. Mas Sam, ia baru pulang kerja. Aku hanya melihatnya sekilas lalu fokus kembali ke layar ponsel berpura sibuk mengamati isi dalamnya.Saat kami bertaut pandang, tatapan Mas Sam menyiratkan sesuatu. Dia pasti sudah tahu kejadian di ruang tengah dari ibunya. Mungkin juga Ibu cerita tentang aku yang mengabaikannya dengan tidak mau membuka pintu kamar ini saat diketuk. Bukannya tidak sopan, hanya saja aku perlu waktu untuk menenangkan hati yang sempat panas akibat mendengar sebuah per

DMCA.com Protection Status