“Oke, sebentar izin bernapas!” pinta Anggun dengan napas tersenggal-senggal. Namun, sebenarnya dia sedang merencanakan sesuatu.
“Menyerahlah, gadis cantik! Kamu tidak bisa kemana-kemana!”
Anggun pura-pura terjatuh tetapi sebenarnya dia akan melakukan—
Dor! tujuh peluru dia tembakan dengan cepat ke kaki para penjahat itu dan kemudian bergelinding ke belakang mobilnya untuk bersembunyi.
“Aaa …,” suara teriakan tujuh penjahat yang kakinya terluka oleh tembakan Anggun.
“Kemana wanita itu? cepat cari dan kita habisi saja! ternyata yang berbahaya itu adalah wanita tersebut bukan kedua pria tadi,” ujarnya dengan kaki pincang.
Mereka pun berpencar mencari Anggun dengan kaki yang terpincang-pincang. Dari belakang mobil tampak lelaki yang mengenakan celana panjang hitam di dekat mobil sedang mencarinya. Anggu
Para polisi tersebut membawa penjahat-penjahat tersebut ke rumah sakit. Mereka berharap nyawa mereka terselamatkan dan dalangnya tertangkap. Anggun pun membawa Vino ke rumah sakit. Karena, Vino sudah tidak sadarkan diri.***Tim medis langsung membawa Vino ke Unit Gawat Darurat (UGD) untuk diperiksa lebih lanjut. Sedangkan Romeo dan Anggun menunggu di pintu luar ruangan UGD."Sebenarnya apa yang terjadi Romeo? Pak Vino diapakan oleh mereka?" tanya Anggun penuh kekhawatiran."Ketika kami sedang melawan mereka tiba-tiba perut Pak Vino kesakitan. Dan di bagian perut yang sakit para penjahat tersebut malah menambahnya dengan sebuah pukulan. Dari situ pak Vino ambruk. Aku tidak bisa melawan mereka seorang diri karena mereka membawa senjata tajam dan senjata api. Aku lebih baik menyerah dan mengulur waktu, menunggu anak buah ayahku dan polisi datang. Eh, yang datang lebih malah wonder women," ujar Romeo penuh rasa kagum kepada Anggun karena ternyata
"Shit," umpat Nisa dengan geram. Dia pun mondar mandir sembari menggigit kuku jari tangannya karena sedang merasa cemas. Dia takut jika kejahatannya terungkap dan kemudian ditangkap oleh pihak yang berwajib.***"Kamu tenang saja, aku kira mereka sekarang sudah tewas karena keracunan. Racun itu terbuat dari bisa ular king cobra. Jika di gigit langsung oleh king cobra dalam beberapa menit korban gigitan akan meninggal. Karena ini olahan, racunnya tidak langsung membunuh korban tetapi sedikit demi sedikit menggrogoti tubuh korban. Jika dari mulutnya sudah keluar darah, maka, dalam hitungan menit mereka akan tewas."Nisa pun kembali tersenyum licik. Dia sekarang memikirkan rencana jahatnya lagi untuk menumpas orang-orang yang akan menggagalkan rencananya."Baiklah, sebelum Rico bangun, aku akan menutup telepon."Panggilan mereka berakhir dan nomor telepon pria misterius itu pun di h
Romeo pun menyusul Vino ke arah pintu dan kemudian dia memeluk Vino dari belakang. “Romeooo ….” Clek! “Aku hanya mau membukakan pintu untuk bapak. Tidak usah berteriak seperti itu, yang lain sudah pada tidur. Aku masih normal, tidak akan macam-macam kepada bapak. Apalagi harus merusak bokong bapak yang indah. Hahaha,” gelak tawa Romeo terdengar sangat renyah ketika melihat sang dosen killer yang ditakuti satu kampus ketakutan oleh tingkahnya. Dia pun menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur dengan masih terpingkal-pingkal. “Kamu—” Dengan emosi, Vino menindih dan menduduki Romeo dan kemudian mencekik longgar mahasiswa tidak berakhlak tersebut. “Tolong-tolong,” teriak Romeo. “Pak, Jangan lakukan itu kepadaku—” Dari pintu kamar yang terbuka, Anggun, Vita dan Allina melihat perbuatan Vino yang mereka anggap tidak senonoh kepada
“Nah itu, kan, alasan Nisa menyerang bapak. Lalu, apa alasan Nisa mau membunuh Anggun?”“Itu yang membuatku penasaran dan Rico pun memintaku untuk melindungi Anggun. Untuk sementara kita harus menemani Anggun sampai Rico sembuh dan pulang ke rumah.” sahut Vino yang masih penasaran dan ini akan menjadi teka-teki baru baginya untuk dipecahkan.Bruk! Tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan sendirinya. Dan kemudian di susul Anggun yang tidur sembari berjalan. Mereka berdua hanya bisa melihat apa yang akan dilakukan oleh Anggun. Anggun pun naik ke atas tempat tidur lalu berbaring di antara Vino dan Romeo. Romeo dan Vino bingung mereka harus bagaimana? Ingin rasanya membangunkan putri tidur itu. Namun, tidur Anggun tampak pulas, sehingga mereka tidak tega membangunkan wanita tersebut untuk pindah ke kamarnya.Mereka pun memutuskan untuk tidur bertiga di atas ranjang yang luas. M
Anggun tiba-tiba naik ke tubuh Romeo. “Pak Vino, ini bagaimana?” tanya Romeo yang takut jika dia diapa-apakan oleh Anggun. “Aku masih perjaka!” racaunya dengan raut wajah cemas sembari meringis ketakutan, tetapi jika keperjakaannya direnggut oleh Anggun, dia dengan senang hati akan merelakannya.“Aku juga tidak tahu harus bagaimana?” jawab Vino yang kebingungan.Mata Vino membelalak ketika Anggun akan menundukkan wajahnya kepada Romeo. Dengan cepat Vino mengambil bantal dan segera meletakan bantal tersebut di atas wajah Romeo. Ternyata benar saja, Anggun dengan keadaan tertidur pun menciumi bantal tersebut. Vino pun jadi membayangkan bahwa dia yang sedang berciuman dengan Anggun. “Anggun!” tutur Vino dengan suara berbisik sembari memegang bibirnya yang merah.Sedangkan Romeo, dia sudah hampir kehabisan napas karena wajahnya ditutup oleh bantal ditambah posisi Anggun yang be
“Aaa …,” teriakan Anggun menggema ketika dia terbangun dari tidurnya.“Ada apa,” Vino dan Romeo terbangun dari tidurnya karena teriakan Anggun.Anggun merasa asing dengan apa yang dia lihat di depan matanya. Kamar ini bukan kamarnya melainkan kamar tamu tempat Rico dan Romeo menginap. Dia langsung melihat dalaman pakaiannya, ternyata masih utuh tidak ada yang hilang. Dia bingung kenapa dia bisa berada di sini? Tatapan langsung menghunus tajam ke arah Romeo dan Vino.“Apa yang kalian padaku? Kenapa aku bisa di sini?” tanya Anggun mengintimidasi kepada Vino dan Romeo yang duduk di sofa cokelat sembari tertunduk karena masih mengantuk.“Kami tidak melakukan apa-apa kepadamu!” jawab Romeo sembari menguap dan meregangkan otot-otot kedua tangannya.“Aku tidak percaya!” Anggun pun bergegas pergi dari kamar tamu menuju ke
"Heuh," Allina terkejut ketika Anggun melontarkan pertanyaan kepadanya. "Aku hanya sedang melihat chat yang masuk di ponselku," ucap Allina berbohong. Kemudian dia menyimpan telepon genggamnya itu di atas meja tempat memotong sayuran."Allina bantu aku memotong wortel, daun bawang dan kentang ini. Untuk wortel dan kentang kamu potong dadu-dadu kecil sedangkan daun bawang kamu iris tipis-tipis!""Siap!" jawab Allina. Dia pun mematuhi perkataan Anggun dan melaksanakan perintahnya.Sedangkan Anggun sedang membuat beef teriyaki, ayam goreng mentega, dan cumi saus tiram. Dia begitu sibuk di dapur sehingga tidak sadar bahwa Romeo dan Vino sedari tadi memperhatikannya dari meja makan.Akhirnya, bekal untuk rekreasi telah selesai dibuat dan dikemas. Sekarang dia tinggal membuat nasi goreng dan telur mata sapi untuk sarapan pagi.***Mereka semua sudah berkumpul di me
Anggun pun membuat Ramen dan Shusi untuk cemilan mereka yang kelelahan karena habis rekreasi. Sedangkan Rico dia sedang berbincang dengan Romeo dan Vino masalah kejadian tempo hari. Rico pun meminta kepada mereka agar selalu menemani dan melindungi Anggun. Karena, dia sedang berusaha membuat Anggun benci dan menghindar darinya untuk sementara. Jika Anggun selalu dekat dengannya, maka, akan berdampak pada keselamatan Anggun sendiri.Mereka berdua pun paham dengan kondisi Rico saat ini. Dan mereka berdua pun akan menjaga rahasia agar Anggun tidak tahu maksud dari perlakuan Rico yang kerap kasar terhadapnya. Sebab, jika Anggun tahu, dia pasti akan keras kepala dan terus menyelidiki tentang Nisa seorang diri dan itu akan membahayakan nyawanya.“Setelah waktunya tiba, aku akan memberitahukan siapa Anggun sebenarnya kepada kalian. Hanya untuk saat ini, aku mohon bantuan kalian berdua,” untuk pertama kalinya seorang Rico memohon kepada
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad