“Aaa …,” teriakan Anggun menggema ketika dia terbangun dari tidurnya.
“Ada apa,” Vino dan Romeo terbangun dari tidurnya karena teriakan Anggun.
Anggun merasa asing dengan apa yang dia lihat di depan matanya. Kamar ini bukan kamarnya melainkan kamar tamu tempat Rico dan Romeo menginap. Dia langsung melihat dalaman pakaiannya, ternyata masih utuh tidak ada yang hilang. Dia bingung kenapa dia bisa berada di sini? Tatapan langsung menghunus tajam ke arah Romeo dan Vino.
“Apa yang kalian padaku? Kenapa aku bisa di sini?” tanya Anggun mengintimidasi kepada Vino dan Romeo yang duduk di sofa cokelat sembari tertunduk karena masih mengantuk.
“Kami tidak melakukan apa-apa kepadamu!” jawab Romeo sembari menguap dan meregangkan otot-otot kedua tangannya.
“Aku tidak percaya!” Anggun pun bergegas pergi dari kamar tamu menuju ke
"Heuh," Allina terkejut ketika Anggun melontarkan pertanyaan kepadanya. "Aku hanya sedang melihat chat yang masuk di ponselku," ucap Allina berbohong. Kemudian dia menyimpan telepon genggamnya itu di atas meja tempat memotong sayuran."Allina bantu aku memotong wortel, daun bawang dan kentang ini. Untuk wortel dan kentang kamu potong dadu-dadu kecil sedangkan daun bawang kamu iris tipis-tipis!""Siap!" jawab Allina. Dia pun mematuhi perkataan Anggun dan melaksanakan perintahnya.Sedangkan Anggun sedang membuat beef teriyaki, ayam goreng mentega, dan cumi saus tiram. Dia begitu sibuk di dapur sehingga tidak sadar bahwa Romeo dan Vino sedari tadi memperhatikannya dari meja makan.Akhirnya, bekal untuk rekreasi telah selesai dibuat dan dikemas. Sekarang dia tinggal membuat nasi goreng dan telur mata sapi untuk sarapan pagi.***Mereka semua sudah berkumpul di me
Anggun pun membuat Ramen dan Shusi untuk cemilan mereka yang kelelahan karena habis rekreasi. Sedangkan Rico dia sedang berbincang dengan Romeo dan Vino masalah kejadian tempo hari. Rico pun meminta kepada mereka agar selalu menemani dan melindungi Anggun. Karena, dia sedang berusaha membuat Anggun benci dan menghindar darinya untuk sementara. Jika Anggun selalu dekat dengannya, maka, akan berdampak pada keselamatan Anggun sendiri.Mereka berdua pun paham dengan kondisi Rico saat ini. Dan mereka berdua pun akan menjaga rahasia agar Anggun tidak tahu maksud dari perlakuan Rico yang kerap kasar terhadapnya. Sebab, jika Anggun tahu, dia pasti akan keras kepala dan terus menyelidiki tentang Nisa seorang diri dan itu akan membahayakan nyawanya.“Setelah waktunya tiba, aku akan memberitahukan siapa Anggun sebenarnya kepada kalian. Hanya untuk saat ini, aku mohon bantuan kalian berdua,” untuk pertama kalinya seorang Rico memohon kepada
Dengan berat hati Rico harus mencoba masakan Nisa. Nisa pun menunggu pendapat Rico tentang masakannya.Rasanya ingin menangis ketika Rico mencicipi masakan tersebut. Ketika kuah ramen yang harusnya gurih berubah menjadi seperti kolak pisang yang rasanya sangat manis."Bagaimana rasanya, Sayang?" tanya Nisa dengan tatapan mendamba.Rico tidak tega jika harus mematahkan hati Nisa tentang masakannya di depan orang lain. "Rasanya luar biasa, Sayang! Perfecto," puji Rico kepada masakan Nisa sembari memberikan senyuman palsu.'Aku bisa sakit perut beneran jika makan masakan Nisa. Mungkin ini sebuah karma karena telah mencela masakan Anggun,' gumamnya dalam hati"Habiskan, ya, Sayang!" pinta Nisa kepada Rico.Wajah Rico seketika memucat, saat Nisa memintanya untuk menghabiskan makanan tersebut. "Aduh, kepalaku kok tiba-tiba pusing, Sayang! Mungkin karena masakan Anggun tadi. Bisakah, membawaku ke kamar?" pinta Rico dengan bersandiwara.
Anggun, tidak menyangka bahwa Rico akan sepeduli itu kepadanya. 'Tetapi, kenapa dia tidak pernah bersikap manis kepadaku? Terkadang aku ingin menjadi Nisa yang di peluk-peluk, di usap-usap kaya kucing anggora.'***"Mas, sepertinya aku tidak bisa tidur di rumah malam ini. Aku mau melihat temanku di rumah sakit. Dia tidak ada yang menjaga. Orang tuanya menitipkan kepadaku," ujar Nisa sembari memakai lipstik di bibirnya."Tetapi, aku juga tidak ada yang mengurus selain kamu," jawab Rico sembari berpura-pura sedih."Aku akan meminta Anggun malam ini untuk menemanimu, toh, istrimu bukan aku saja. Dia, kan, yang istri sahmu! Jadi, dia yang harus berkewajiban merawatmu.""Tetapi, aku tidak bisa jauh darimu, Sayang! Tolong jangan pergi!" pinta Rico dengan nada memelas."Hanya malam ini, oke!"Nisa mengecup kening Rico kemudian pergi dari kamar. Namun, sebelum dia pergi ke luar rumah. Dia mengetuk ke kamar Anggun.Anggun pu
"Shit," umpat Rico. 'Kenapa selalu ada pengganggu Tuhan!' ungkapnya dalam hati sembari garuk-garuk kepala yang tak gatal.Anggun pun membuka pintu kamar Rico dan ternyata ada mereka berempat di luar sana yaitu: Vino, Romeo, Allina, dan Vita."Kalian bukannya sudah tidur?" tanya Anggun dengan heran, yang kemudian keluar dari kamar Rico.Anggun tidak mau jika mereka masuk ke dalam kamar Rico. Karena, di sana ada foto pernikahan mereka berdua. Jangan sampai mereka tahu tentang pernikahannya dengan Rico."Kami semua sudah tidur. Cuma Allina heboh, dia membangunkan kami dan mengatakan bahwa kamu hilang di culik si kuntilanak Nisa!" ucap Romeo sembari mengucek matanya yang masih mengantuk."Hahaha, Nisa tadi pergi dan menitipkan Mas Rico kepadaku," jawabnya dengan santai."Kamu tidak apa-apa berdua dengan Rico di dalam sana?" tanya Vino khawatir jika Rico hilaf dan berbuat macam-macam kepada Anggun. Walau bagaimanapun Rico itu pria normal da
"Anggun sedang apa, kamu?" tanya Rico yang sedang menunggunya di meja makan."Loch, kenapa Mas Rico ada di meja makan! lalu tadi yang memelukku siapa? Jangan-jangan aku tadi berhalusinasi lagi," gumamnya dalam hati.Rico menatap aneh ke arah Anggun. Dia menghampiri Anggun dan mendekati wanita yang sedang membuatkan bubur untuknya."Anggun ini kenapa?" tanya Rico khawatir pada saat melihat luka lebam yang terlihat dari kerah daster istrinya."Ini bukan apa-apa, hanya terkena tendangan saja, saat berkelahi kemarin malam," jawab Anggun dengan santai."Apa?" Rico terkejut lalu menyentuh luka lebam itu."Aw," spontan Anggun menjerit karena luka lebam itu masih terasa sakit."Apa ini sakit?" tanya Rico dengan mata berkaca-kaca.Anggun hanya menjawab dengan menganggukkan kepalanya.Rico terus memandangi Anggun dari belakang. Wanita cantik itu harus menderita karnanya. Harusnya, diusianya sekarang adalah masa-masa in
"A-apa buka baju?" tanya Anggun dengan cemas. 'Ya Tuhan, bagaimana ini? aku belum siap melakukannya!' ungkap Anggun dalam hati.Anggun terus memegangi bajunya. Dia tidak mau membuka bajunya sama sekali. Apa lagi sekarang dia sudah tidak memakai bra. Karena, kebiasaannya ketika akan tidur dia selalu membuka penyangga dada."Cepatlah, buka bajumu! Biarkan aku menjalankan kewajibanku sebagai suami!""Katanya, tadi kalau sudah di kamar langsung tidur." Anggun mengingatkan Rico dengan apa yang telah Rico katakan ketika di dapur."Ya sudah, aku bantu buka bajumu, ya!" ujar Rico dengan penuh kelembutan.Rico pun membuka daster Anggun. Dan betapa terperangah ketika dia melihat dua bukit indah yang memiliki puncak dada berwarna pink muda. Kini Anggun hanya menggunakan segitiga pengaman untuk menutupi bagian tubuh sensitif yang lain.Gleg! Rico terus menerus menelan salivanya. Melihat dua bukit kembar Anggun membuatnya haus dan ingin meraup serta menc
Gleg! Rico menelan saliva berulang-ulang. Dia tidak percaya ternyata Anggun sendiri yang memintanya untuk melakukan hal tersebut.'Akh, obat sialan. Kenapa mataku jadi mengantuk. Tidak, aku tidak boleh kalah oleh rasa kantukku, semangat belah duren, Rico!' racaunya dalam hati.Anggun pun merebahkan tubuhnya dengan terlentang. Dia pun memejamkan matanya agar tidak terlihat gugup.Rico pun membuka seluruh pakaiannya tanpa sisa. Begitu pun Anggun, G-string yang menghalangi organ favoritenya dia lemparkan begitu saja secara random.Rico mulai mengecup tubuh Anggun dari ujung kaki dengan lembut. Dan setelah dia berada di pangkal paha, dia pun membenamkan wajahnya di antara kedua paha milik Anggun."Argh," desah Anggun mulai keluar dari bibirnya karena merasakan hembusan napas Rico.Rico pun mulai mengecup dan memesrai di bagian organ paling sensitif milik Anggun. lingual Rico menari dengan lincah dan cantik sehingga membuat Anggun mengerang
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad