Anggun memeluk Rico begitu erat ketika suaminya itu akan pergi. “Mas, titip papa. Aku pasti akan merindukanmu!” ungkap Anggun yang tak mau melepaskan pelukan dari suaminya.
“Kamu jaga diri baik-baik di sini. Jaga makan, jangan sampai ketika aku datang menjemputmu, kamu kurus kering. Nanti aku tidak tega mengajakmu cucus,” canda Rico untuk mencairkan suasana agar mereka berdua tidak larut dalam kesedihan.
Anggun mencebikkan bibir dan memicingkan matanya karena sebal dengan perkataan sang suami. Di saat mau berpisah masih bisa mengatakan candaan yang tidak bermakna.
“Jangan manyun gitu, istriku yang cantik seperti bidadari tiba-tiba jadi kata kaya pantat ayam.”
“Ikh, apaan sih. Nyebelin banget.”
Anggun memukul lembut dada bidang sang suami. Wajahnya merengut karena mau menangis. Dia ingin menangis bukan karena candaan Rico melainkan u
~Dua minggu kemudian~Linda telah pulang dari rumah sakit, dan Anggun merawat sang mama dengan sangat baik hingga Linda sekarang sudah sehat dan pulih seperti sedia kala.Di pagi yang cerah Anggun pergi ke balkon untuk menikmati udara sejuk karena jika agak siang cuaca sudah berubah menjadi sangat panas. Hari-harinya sangat membosankan, apalagi ketika mamanya merampas ponsel agar tidak berhubungan dengan Rico.Anggun berusaha menyabarkan diri, karena dia tidak mau sang mama emosi dan penyakitnya kambuh. Sedangkan, suami dan papanya sedang menjalankan misi di Jakarta demi mempertahankan ikatan pernikahan, baik pernikahannya maupun pernikahan kedua orangtuanya. Serta menyelesaikan semua permasalahan yang ada.Sekarang dia sangat merindukan Rico. Dia benar-benar kehilangan komunikasi dengan sang suami. Dia bagai burung kenari yang dikurung di sangkar emas. Semua fasilitas dia dapat tetapi tidak bisa men
Rasanya, Anggun ingin mengamuk dan mengumpat wanita itu. Namun, dia tidak mau terpancing emosi yang menyebabkan terjadi masalah baru.Anggun pun memalsukan suara agar wanita siluman ular betina tidak mengenalinya. Dia akan berpura-pura sebagai rekan bisnis Mas Rico.“Maaf, Bu. Kalau tidak salah ini nomornya bapak Rico. Apakah Pak Riconya ada?” tanya Anggun dengan suara berlogat jawa.Nisa berpikir bahwa yang menelepon adalah wanita yang menyukai mantan suaminya. Kemudian dia pun menjawab, “Pak Rico sedang beristirahat dulu, dia kelelahan karena kehabisan energi. Maklum pengantin baru bawaannya ingin bercinta di setiap waktu.”Deg!Anggun sudah terbakar rasa cemburu. Ingin rasanya dia ke Jakarta dan menjambak rambut Nisa. Dia pun hampir melempar handphone jadul milik si Mbok. Namun, Anggun langsung menenangkan pikirannya dengan menarik napas yang teratur.
Setelah Nisa tertangkap dan dibawa ke kantorpolisi, Anggun pun menanyakan kepada suaminya, bagaimana dia bisa menjebak Nisa dengan mudahnya.~Flashback~Ketika Rico selesai mandi. Dia melihat ponselnya berdering. Dia tidak tahu, siapa pemilik nomor itu karena nomor itu begitu asing dan tidak tersimpan di kontak ponselnya. Dia pun enggan untuk mengangkat telepon itu. Namun, dia mengurungkan niatnya dan mengangkat telepon tersebut. Dia berharap bahwa itu Anggun yang menghubungi dengan nomor baru. Karena dia tahu, ponsel milik Anggun dirampas oleh mama mertuanya.“Hallo,” sapa Rico dengan perasaan mendamba.“Mas Rico.” Sahut dari seberang telepon tersebut. Dia tahu, bahwa ini bukan suara wanitanya. Tersirat kekecewaan di wajah oriental pria tampan itu. Namun, dia juga mengenal suara wanita yang sedang meneleponnya.“Nisa?” tanya Rico i
Pisau yang berada di tangan Anggun tiba-tiba terjatuh. Dia memegang kepala karena merasakan pusing yang teramat menyakitkan. Pandangannya mulai kabur dan berkunang-kunang. Tubuhnya terhuyung dan kemudian jatuh pingsan.Linda terkesiap melihat putrinya yang tergeletak di atas lantai. Dia langsung menghampiri anaknya dan berteriak meminta bantuan para pelayan untuk memindahkan Anggun ke kamar.Di sisi lain, dengan kedua tangan yang diborgol, Nisa menundukkan kepala karena tak bisa menghentikan tangis. Hatinya benar-benar patah dan begitu sakit. Dia tidak menyangka bahwa Rico tega menjebaknya dengan berpura-pura ingin rujuk kembali. Dia merutuki diri sendiri karena kebodohannya. Dengan mudahnya dia percaya begitu saja bahwa mantan suaminya itu masih mencintainya.“Mas, kamu jahat. Kamu menipuku, padahal aku begitu mencintaimu,” racaunya di dalam mobil sembari menangis.Nisa pun tiba di kanto
Anggun pun keluar kamar dengan hati-hati. Dia menuruni anak tangga dengan perlahan-lahan. “Mama,” teriak Anggun dengan wajah berbinar sembari membawa alat tes kehamilan. Dia terus mencari keberadaan mamanya.Di ruang kerja, Linda mendengar teriakan Anggun. Dia pun segera bangkit dari tempat duduk dan ke luar dari ruang kerjanya untuk menemui sang anak.“Mama,” Anggun memeluk erat mamanya dengan wajah berseri dan senyuman manis.Linda begitu lega melihat Anggun telah kembali ceria. Dia mengira ketika Anggun sadar, putrinya itu akan memusuhi bahkan membencinya. Namun ternyata tidak, bahkan, Anggun terlihat sangat bahagia. Akan tetapi, dia pun penasaran. Mengapa, Anggun yang sedari kemarin selalu murung dan terlihat sendu kini mendadak berubah?“Kesayangan mama sepertinya sedang bahagia,” Linda memancing Anggun untuk mengatakan penyebab kebahagian yang sedang dirasaka
Rico dan Rangga duduk di trotoar sembari memeluk lutut karena mereka sudah lemas dan kedinginan. Tubuh kedua para suami bucin itu menggigil dengan mata yang meredup karena mengantuk. Mereka pun membenamkan kepalanya di sela-sela antara dada dan lutut.Namun mereka tidak menyadari ada dua bidadari membawa payung dan melindungi tubuh mereka dari guyuran hujan lebat. Kedua pria itu mendongak dan kemudian tersenyum ketika melihat wanita yang mereka cintai ada di depan mata.
Pagi pun tiba. Anggun bangun dari tidur dengan perasaan tenang dan lega tidak seperti biasanya. Tidur semalam adalah tidur yang berkualitas untuknya selama dia tinggal di Surabaya—kediaman keluarga Willey.Anggun melihat ke arah samping dengan mata yang masih menyipit, mendadak matanya membulat saat tidak mendapati sang suami di sampingnya. Seketika, dia menjadi panik dan beranjak dari tempat tidur untuk mencari Rico. “Mas," panggil Anggun sembari melangkahkan kaki ke kamar mandi. Namun, ternyata ayah Rico junior tidak ada di sana. "Kemana dia?” Anggun pun berjalan ke arah pintu keluar. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti ketika dia melihat cermin besar yang berada di dalam kamar.Di cermin tampak jelas wajahnya sangat pucat. Setelah itu, dia merasakan perutnya kembali mual. Dia kembali memuntahkan seisi perutnya hingga tidak ada lagi yang tersisa. Tubuhnya sangat lemas ditambah kepala pusing. Dia pun teringat
Rico meninggalkan Anggun seorang diri di kamarnya dan kemudian menemui mertuanya di ruang keluarga. Karena, dia masih memiliki hutang penjelasan kepada Linda. Dia ingin benar-benar menyelesaikan kesalahpaham yang terjadi agar kelak tidak ada lagi kejadian sama terulang kembali.“Ma, Pa,” panggil Rico kepada kedua mertua yang sedang duduk santai berdua di ruang keluarga.“Kemarilah!” sahut Linda sembari tersenyum manis.Rico pun ikut bergabung dengan mereka dan duduk di sofa single. “Ma, Aku ingin menjelaskan tentang masa laluku yang suram. Aku tidak ingin menyembunyikan apapun lagi. Aku kapok.”“Sebenarnya, tidak usah. Karena, papa telah menjelaskan kepada mama. Namun, jika Nak Rico bersikeras ingin menceritakan, mama akan mendengarkan.”Rico pun mulai menceritakan dari awal pertemuan dengan Nisa hingga perceraian itu terjadi. Dia p
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad