Share

Bab 21

Sebuah pesan dari Bu Naimah, ia mengancam akan melaporkanku ke polisi karena pencemaran nama baik. Nama baik? Hahaha, hampir saja aku tertawa.

Toh, memang benar apa yang kukatakan tadi, bahwa anak gadis Bu Naimah sudah berbadan dua.

[Awas kamu, Fira. Lihatin pokoknya!] pesan darinya masuk lagi. Kali ini, aku membalasnya.

[Iya, Bu, tak lihatin sambil ngopi.]

[Loh, kok malah ngeledek?]

Aku mengerutkan dahi. Bagian mana ngeledeknya? Dasar ibu-ibu kurang seons!

Aku menoleh ke arah Mas Lian. Ia tengah mengutak-atik mesin jahit yang sudah lama tak terpakai. Ya, dulunya aku memang seorang penjahit. Namun karena kewalahan mengelola warung, akhirnya aku memilih merelakan pekerjaan itu. Padahal lumayan, seminggu bisa ada empat atau lima pembuatan baju, belum lagi yang ingin obras, ngecilin, motong, dan lain-lain.

Kuhampiri ia yang tengah menunduk di bawah, tangannya terampil membuka

"Mau diapain sih, Mas?"

"Mau Mas benerin aja. Kalau nggak salah, Ibu bisa menjahit, kan?"

Aku menoleh ke arah Ibu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status