Share

Pintu Surga

Author: Isna Arini
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Kenapa orang tuamu memberi nama Mentari?" tanya mas Rayyan sore itu.

Seperti biasa, kami akan menghabisi waktu bersama di taman kota setelah pulang kerja dihari Sabtu. Hubungan kami sudah berjalan selama satu bulan, selama itu kami pulang pergi bersama. Kadang kala pria itu mampir ke kosanku saat kami pulang kerja bersama untuk mencoba masakanku. Di kosan itu tidak ada larangan teman pria datang, dengan syarat tidak lewat jam malam dan tidak menutup pintu kamar jika ada tamu datang. Hanya jika hari Sabtu saja kami pergi keluar agar tidak kemalaman saat pulang.

Kami lebih banyak menghabiskan waktu bersama di taman, dan tempat terbuka lainnya. Menghindari hal-hal yang mungkin terjadi seperti waktu lalu saat hujan turun dengan deras. Mungkin aku memang bukan wanita yang baik dan sudah pernah melakukan hubungan badan berkali-kali, tapi aku tidak ingin membuat mas Rayyan terjerumus melakukannya denganku.

"Ibu bilang agar aku menjadi wanita yang bersinar seperti Mentari. Tapi sepertinya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • WANITA YANG MERINDUKAN SURGA    Dicampakkan

    Aku masih terus berusaha mencari waktu yang tepat untuk berbicara dengan Mas Rayyan tentang masa laluku menjadi wanita simpanan, sebelum Pak Bagas yang akan mengatakannya entah dengan cara bagaimana. Namun sepertinya waktu tidak berpihak padaku, baik Mas Rayyan maupun aku sangat sibuk menjelang akhir tahun seperti ini. Bahkan mas Rayyan sering kali lembur dan kami tidak bisa pulang bersama, tidak juga punya waktu untuk pergi berdua di hari Sabtu seperti biasanya. "Maaf ya, kita gak bisa pulang bareng beberapa hari ini. Mas masih sibuk," ucapnya siang itu saat makan bersama. Kami hanya makan berdua saja, mbak Aira sedang keluar kantor bersama atasan kami. "Tidak apa-apa mas, kamu fokuslah bekerja. Aku tahu semua orang sibuk saat ini termasuk aku," jawabku sambil tersenyum. "Setelah ini kita bisa libur bersama," ucapnya sambil tersenyum padaku. "Aku tidak sabar ingin bertemu dengan ibumu," lanjutnya lagi. Aku tersenyum getir mendengar perkataannya, membayangkan sebuah kekecewaan y

  • WANITA YANG MERINDUKAN SURGA    Terluka

    Aku terbangun disebuah kamar dengan cat berwarna putih tulang. Mataku segera memindai ruangan, disampingku tampak tertidur dengan pulas pria yang tadi membawakan, Pak Bagas. Dengan panik segera kubuka selimut yang menutupi tubuhku, aku menarik nafas lega saat melihat pakaianku masih melekat dengan lengkap dibadanku. Perlahan aku membalikkan tubuhku, tertidur miring dan menghadap pada Pak Bagas yang matanya terpejam, seakan-akan tak punya beban setelah membuat hidupku dalam kekacauan.Dia pria yang tampan dan mapan, tapi sudah beristri. Lagi pula kemapanannya karena keluarga isterinya itu. Andai saja dia belum beristri, mungkin saja aku akan jatuh hati padanya. Selama ini dia memperlakukan diriku dengan baik, meksipun dia membayar tubuhku. Aku dikejar-kejar oleh pria beristri tapi dicampakkan oleh pria lajang. Apa takdirku hanya akan menjadi wanita simpanan, wanita ke-dua, atau wanita penggoda. Tidak, aku tidak akan terjebak lagi dengan situasi seperti itu. Jika tidak ada laki-laki l

  • WANITA YANG MERINDUKAN SURGA    Pembuktian

    Dengan geram aku mendorong tubuh Pak Bagas hingga terpental menjauhiku. "Plakk, plakk!" Dua tamparan mendarat dipipi pria itu kanan dan kiri. Pak Bagas terlihat shock dan terdiam dengan apa yang aku lakukan padanya. Tangannya memegangi pipinya yang mungkin saja terasa sakit. Aku pun tidak menyangka dengan reaksiku baru saja. Ya Allah aku menampar pria itu, ibu bilang semarah apapun jangan pernah mendaratkan pukulan pada wajah seseorang. Wajah adalah bagian tubuh yang dimuliakan, jika hendak memukul pilihlah bagian tubuh yang lain. "Ma-maaf," lirihku. "Aku akan turun disini." Saat aku hendak membuka pintu mobil lagi-lagi pria itu menarik tubuhku, membawaku dalam dekapannya. "Aku yang harusnya minta maaf. Lakukan apapun padaku, kamu boleh memukulku dan meluapkan amarahmu tapi jangan menangis. Aku tidak suka melihatnya, aku juga sedih jika melihatmu seperti ini." Aku malah semakin ingin menangis, meluapkan semua beban yang ada didalam hatiku. Badanku terguncang dalam dekapannya,

  • WANITA YANG MERINDUKAN SURGA    Pria yang Berubah

    "Kamu ikut denganku karena pria itu?" tanya Pak Bagas. "Apa perlu aku jawab?" Aku balik bertanya."Sampai kapan kamu akan memikirkan pria itu, Mentari?""Aku sudah melupakannya." Kami sama-sama terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing sambil menatap jalanan yang semakin padat merayap. Hari ini memang beberapa karyawan pulang lebih telat dari biasanya, aku sendiri pulang setelah salat Ashar. "Kita mau kemana Pak?" tanyaku memecah keheningan. "Bagaimanapun jika makan malam, sudah lama aku tidak pernah makan denganmu." Aku tidak menanggapi ucapan Pak Bagas, biarlah jika pria ini ingin mengajakku makan malam. "Pak, mampir dulu ke masjid didepan itu," ucapku menunjuk bangunan masjid dengan cat warna hijau muda. "Ngapain?" tanyanya seakan tidak mengerti. "Bentar lagi Maghrib, lebih baik kita nunggu Maghrib di tempat itu dulu," jawabku datar. Orang ke masjid ya untuk salat, gak mungkin mau belanja. Begitu saja pakai tanya. Saat ini, aku mulai rajin kembali kewajiban lima waktu. J

  • WANITA YANG MERINDUKAN SURGA    Calon Suami?

    "Siapa pria yang kemarin menjemputmu?" tanya Mas Rayyan. Kami sedang mengobrol sambil menikmati makanan yang sudah terhidang di depan kami. "Pria yang sama dengan yang mas lihat divideo itu," jawabku apa adanya. Entahlah, aku tidak akan menutup-nutupi apapun. Aku akan menjawab semua pertanyaan meskipun sekarang dia tidak berhak tahu dengan kehidupanku lagi. Entah kebohongan atau kejujuran yang akan keluar dari mulutku nantinya. "Kalian masih berhubungan?" "Awalnya tidak, sudah lama aku meninggalkan dunianya. Namun dia datang lagi dan membuat kekacauan dalam hidupku, hidup yang aku pikir akan baik-baik saja. Setelah mengacaukannya sepertinya dia ingin memperbaikinya, setelah membuatku dalam kesedihan nampaknya dia ingin menghiburku," tuturku panjang lebar sambil mengaduk-aduk nasi dalam piringku. Entah bagaimana bisa aku begitu tenang menghadapi pria didepanku ini. Menjawab pertanyaannya dengan sangat santai. "Aku minta maaf sudah menyakitimu waktu itu. Seharusnya aku tidak berk

  • WANITA YANG MERINDUKAN SURGA    Berjamaah

    Dengan senyumnya yang menawan, Pak Bagas langsung meraih hand bag milikku dan membawanya. Apa-apaan ini, dia ingin membawakan tasku. Tidak ingin berebut dengannya akhirnya aku mengalah juga. "Jadi benar Pak Bagaskara calon suami kamu, Ri?" tanya mbak Aira padaku. Aku binggung hendak menjawab apa, bagaimana bisa tiba-tiba saja Pak Bagas mengaku seperti itu. Mas Rayyan tampak memandangku seperti meminta jawaban. "Kita bukan siapa-siapa lagi mas, jadi apa pedulimu dengan semua ini," ucapku dalam hati. "Ri, ditanya kok malah bengong sih?" ucap Pak Bagas mengagetkan diriku. "Menurut Mbak Aira, kami cocok tidak jadi pasangan suami istri?" Aku balik bertanya.Pertanyaan konyol macam apa ini, masa malah bertanya seperti itu pada orang lain. Biarlah daripada aku menjawab iya atau tidak.Tak habis pikir aku dengan Pak Bagas, apa dia tidak memikirkan dampak yang akan aku terima setelah pengakuannya ini. "Cocok saja, Pak Bagas terlihat dewasa dan kamu terlihat apa adanya. Mungkin saja beliau

  • WANITA YANG MERINDUKAN SURGA    Manisnya Kebersamaan

    Mendengar perkataan pak Bagas, refleks tanganku melingkar dipinggangnya dan memeluknya dengan erat. Ada rasa nyaman menelusup didalam hatiku. Cukup lama aku terisak dengan posisi seperti itu."Mentari, kalau kita seperti ini terus sepertinya aku tidak bisa menahan diriku," lirih pak Bagas. Menyadari situasi itu, aku segera mendorong tubuhnya hingga lelaki yang sedang memelukku itu terjengkang ke belakang. "Aduh!" pekiknya. "Kamu ini pendekar wanita atau semacamnya, sih. Kuat banget tenaganya." "Bapak yang mulai duluan," sunggutku kesal. "Aku yang mulai ngapain? kan kamu yang mulai menangis duluan. Aku hanya mengikuti naluri lelakiku, saat melihat wanita menangis.""Oh, jadi Bapak akan memeluk semua wanita yang menangis gitu?" "Bukan begitu, Mentari. Iissh, sudahlah lupakan. Jadi bagaimana lamaranku tadi?""Lamaran yang mana?" tanyaku pura-pura tidak mengerti. "Udah sana pulang, kan sudah selesai shalatnya," usirku. "Tega sekali kamu mengusirku. Ini masih sore, baru jam enam lew

  • WANITA YANG MERINDUKAN SURGA    Dua Pria Berseteru

    "Aku mau bicara denganmu," ucapnya sambil mendekat padaku. "Bicaralah mas," sahutku dengan bersandar dipintu gerbang."Tidak disini, ayo kita keluar sebentar." "Tapi ini sudah malam mas," tolakku. "Sebentar saja, jam sembilan kita udah pulang." Mas Rayyan ini hendak membicarakan apa sih, pakai acara keluar pada jam segini. Bukankah besok kami harus masuk kerja juga. "Ayolah, Mentari. Sebentar saja," bujuknya. "Aku kunci pintu kamar sama ambil tas dulu ya." "Oke, aku tunggu disini." Segera aku naik ke kamar kosku, mengganti kemejaku dengan kaos dan kardigan. Tidak mungkin aku pergi dengan memakai kemeja kerja yang sejak tadi pagi aku kenakan. Menyisir rambutku dan mengikatnya, lalu meraih Sling bag dan bergegas turun menemui Mas Rayyan yang masih menungguku dengan setia di depan pintu gerbang. Begitu kami sudah Sama-sama diatas motor, Mas Rayyan segera menjalankan kendaraan roda dua tersebut. Aku tidak bertanya sama sekali hendak kemana kami pergi. Hingga akhirnya Pria yang ad

Latest chapter

  • WANITA YANG MERINDUKAN SURGA    Ending

    "Mbak, kenapa harus aku yang jadi sekretaris pribadinya?" tanyaku pada Mbak Aira. "Lalu siapa lagi, masa aku? kalaupun mencari orang baru butuh waktu, jadi lebih baik kamu saja. Kamu ini gimana sih, orang-orang senang naik jabatan, kamu malah pakai bertanya," tutur Mbak Aira panjang lebar. Entah kenapa, aku merasa tidak nyaman saja menyandang status itu. Padahal semua orang di kantor ini juga baik-baik semua. "Orangnya baik gak, Mbak?" tanyaku pada temanku itu. "Baik, bule lagi."Memangnya kenapa kalau bule, ada-ada saja Mbak Aira ini. Aku memang belum pernah bertemu dengannya, hanya saja namanya sama seperti orang yang pernah ada dalam masa laluku. Ah mungkin nama itu termasuk nama pasaran. Saat atasan baru kami itu datang pertama kali untuk mengenalkan diri, saat itu aku sedang mengambil cuti karena kematian ayah mertuaku. Harapanku yang menginginkan agar atasanku tersebut adalah bukan orang yang aku kenal ternyata hanyalah sebuah harapan. Satu hari sebelum aku bertemu dengan

  • WANITA YANG MERINDUKAN SURGA    Rekaman

    Setelah mendapat apa yang kunginkan, aku segera kembali ke cafe, tidak mau membuat Mentari menunggu terlalu lama. Dua buah alat perekam suara dengan ukuran sangat kecil telah aku dapatkan, aku akan menyimpannya di dalam tas kerja istriku. "Apa aku terlalu lama meninggalkan dirimu?" tanyaku pada Mentari yang dengan setia masih menungguku di dalam ruanganku. "Tidak, Mas. Mau pulang sekarang?" "Ayo!" Tanpa beristirahat lagi, aku dan Mentari keluar dari ruanganku dan berjalan beriringan keluar cafe. Tujuan kami adalah pulang ke rumah. Seperti biasanya, sesampainya di rumah kami akan membersihkan diri secara bergantian di kamar mandi. Namun jika sedang ingin, kami akan menghabiskan waktu cukup lama di dalam kamar mandi berdua. "Mentari, tolong ambilkan handuk. Ketinggian," teriakku dari dalam kamar mandi. Tadi aku lihat istriku itu sudah menyiapkan handuk di atas tempat tidur, namun aku sengaja tidak membawanya. Untuk apa lagi coba, tentu saja agak aku bisa memanggilnya dari dalam k

  • WANITA YANG MERINDUKAN SURGA    Menjaga, Bukan Curiga

    Wanita yang Merindukan SurgaPOV Bagas"Mas, aku hari ini nggak usah dijemput, aku akan ke cafe sendirian baru kita pulang bareng," Begitulah yang di katakan Mentari saat menelponku tadi siang saat jam makan dan istirahat. Aku sebenarnya tidak mau istriku itu jalan sendirian pulang kerja, kebiasaan mengantar dan menjemputnya, bagiku seperti sebuah pekerja, seperti sebuah rutinitas. Aku melakukannya dengan senang hati, tapi sepertinya kali ini dia ingin pulang sendiri. Katanya ingin menikmati kendaraan umum lagi. Ada-ada saja, biasanya orang menikmati kemudahan, ini malah ingin mengulang masa-masa sulitnya dulu. Ketukan pintu membuyar lamunanku. "Masuk!" Seruku dari dalam.Seorang karyawan wanita masuk ke dalam ruanganku."Pak, ada tamu yang mencari Bapak. Namanya Pak Galang." Galang, untuk apa dia ke sini menemuiku. Aku sudah memutuskan hubungan dengannya saat dia melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan pada istriku. Bahkan aku memutuskan hubungan bisnis, aku mengambil alih

  • WANITA YANG MERINDUKAN SURGA    Pria Itu Lagi

    Seminggu sudah berlalu dari kepergian bapak mertuaku, Mas Bagas terlihat masih belum bisa menerima kenyataan itu. Aku tahu rasanya kehilangan orang yang kita sayangi, meskipun saat itu aku masih kecil, tapi rasa sakitnya masih bisa aku rasakan hingga sekarang. "Mas, kalau kamu masih mau disini bersama ibu, disinilah dulu. Aku akan kembali ke kota sendiri. Nanti aku yang akan melihat dan mengecek keadaan cafe di sana sepulang kerja." Aku berkata sambil membereskan baju-baju kami. Melihat Mas Bagas tidak bersemangat saat bekemas, membuatku mengatakan hal tersebut.Bukan tanpa alasan aku harus segera kembali ke kota. Aku sudah menambah masa cuti dengan alasan kematian mertuaku. Rasanya aku tidak bisa lagi menambah liburan di sini, apalagi hingga menunggu empat puluh hari wafatnya mertuaku. "Nggak apa-apa, mas akan pulang juga. Mana mungkin aku tega membiarkan dirimu pergi sendirian?" Tolak Mas Bagas, tidak setuju dengan ideku."Aku dulu terbiasa kemana-mana sendiri jadi tidak masalah.

  • WANITA YANG MERINDUKAN SURGA    Pesan Mertua

    Aku terbangun dari tidur seorang diri, kemana perginya suamiku. Tadi setelah makan siang, kami beristirahat dan tidur siang. Mas Bagas yang kelelahan langsung tertidur pulas begitu tubuhnya bersentuhan dengan bantal. Sedangkan aku perlu waktu lebih lama hingga akhirnya mataku bisa terpejam. Aku segera bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamar, mencari dimana suamiku berada atau mungkin bisa membantu kesibukan mertuaku dan mengakrabkan diri dengan wanita yang sudah melahirkan suamiku. "Dia anak tunggal, kamu anak tunggal. Bagiamana jika kalian susah punya anak?" terdengar suara ibu mertuaku berbicara dengan Mas Bagas. Suara itu terdengar dari arah ruang tamu. Aku yang sudah keluar dari kamar akhirnya urung untuk mendekat pada mereka karena mendengar perkataan itu. Aku lebih memilih untuk berdiri di tempatku, entah untuk menguping atau karena kakiku enggan melangkah meninggalkan tempat ini. "Mana ada hubungannya Bu," sahut Mas Bagas. "Buktinya, sampai sekarang dia belum hamil

  • WANITA YANG MERINDUKAN SURGA    Tentang Buah Hati

    "Apa aku perlu ikut, mas?" tanyaku pada Mas Bagas saat dia hendak pergi ke cafe. Mungkin Mas Bagas hendak menemui Pak Galang atau menyelesaikan pekerjaan kemarin yang belum selesai. "Tidak perlu, mas gak mau kamu ketemu dengan laki-laki itu. Kamu tungguin di kamar saja ya? bosan gak? apa mau jalan-jalan?" "Nggak mas, aku di kamar saja." "Aku akan cepat kembali," ucapnya sambil mencium keningku sebelum pergi. Seharusnya aku ikut dengannya seperti rencana awal Mas Bagas memperkenalkan aku pada usahanya di kota ini, namun kejadian kemarin membuat semuanya jadi berantakan. Kenapa juga Pak Galang dan Mas Bagas harus berteman. Setelah kepergian Mas Bagas, aku memilih untuk bersantai didalam kamar. Bermain dengan smartphone milikku dan menonton film kesukaanku. Hal yang sudah lama sekali tidak pernah aku lakukan karena kesibukanku. Seharusnya saat ini akupun juga sibuk, namun nyatanya Mas Bagas memintaku untuk beristirahat saja. Aku menonton film hingga selesai beberapa judul, hingga

  • WANITA YANG MERINDUKAN SURGA    Digoyahkan

    Segera kudorong pintu kamar mandi yang ternyata tidak dia kunci. "Apa yang kamu lakukan?" tanyaku sambil mematikan shower yang terus mengguyur tubuhnya. Aku perhatikan sejak tadi dia menggosok bagian tubuhnya yang sama dibawah guyuran air. Tidak ada jawaban darinya, tangannya tetap saja menggosok lehernya dengan kasar hingga kulitnya semakin terlihat memerah. "Kalau mandi kenapa bajunya tidak dibuka?" Lagi, aku bertanya sambil menahan tangannya agar tidak melakukan hal yang sama. "Lepaskan aku, mas! Aku sedang berusaha menghilangkan tanda ini dari tubuhku. Aku membencinya," sahutnya dengan berlinang air mata. Hatiku ikut nyeri melihat bulir bening itu meluncur melewati pipinya tanpa henti. "Mas yang akan membantumu menghilangkannya. Ganti bajumu dengan ini. Kamu sudah terlalu lama dikamar mandi," ucapku sambil meraih jubah mandi yang tergantung tidak jauh dari tempat kami berada. "Ini tidak akan hilang bahkan sampai satu minggu. Bagaimana kamu bisa menghilangkannya, aku benci

  • WANITA YANG MERINDUKAN SURGA    Kekhawatiran

    POV BagaskaraSiang itu setelah makan siang, aku dan Mentari langsung pergi ke cafe milikku yang di kelola oleh Galang, temanku. Sesampainya disana, Istriku itu pergi lagi ke hotel dengan alasan sakit perut dan mual. Padahal aku hendak mengenalkannya pada Galang. "Nyari siapa sih? kenapa panik begitu?" tanya Galang saat aku keluar lagi dari ruang kerjanya sambil menelpon Mentari dan mencarinya di luar cafe."Kamu lihat tadi wanita yang datang bersamaku? Dia balik lagi ke hotel karena sakit, aku ingin mengantarkannya terlebih dahulu tapi ternyata dia sudah naik taksi," tuturku panjang lebar. "Sudahlah, dia sudah naik taksi. Lagian kan bukan anak kecil, pasti sampai dengan selamat. Banyak yang harus kamu periksa di dalam sana, udah lama banget kamu gak datang kesini," sela Galang.Aku membenarkan perkataan temanku itu, lagi pula Mentari bilang, aku tidak perlu mengkhawatirkannya. Setelah kembali lagi kedalam ruang kerja Galang, temanku itu langsung memberikan setumpuk file yang katany

  • WANITA YANG MERINDUKAN SURGA    Pelecehan

    Pak Galang semakin dekat denganku. Dan seperti kebanyakan lelaki jika menginginkan wanita dengan paksa, dia akan menarik tangannya dan memeluknya. Saat hal itu dilakukan pria itu padaku, dengan refleks yang aku pelajari, kubanting saja tubuhnya yang lebih besar dari badanku. Sepertinya hal yang aku pelajari selama ini memang sangat berguna untuk membela diri, tidak sia-sia aku meluangkan waktu dan uang untuk mempelajarinya. Lelaki dengan kemeja berwarna merah maroon itu terlihat terkejut dengan posisi masih telentang. "Wow, aku tidak menduga kamu bisa melakukannya. Tapi sepertinya ini akan jauh lebih menyenangkan, daripada wanita yang hanya menangis dan pasrah, aku lebih suka wanita yang melawan. Apa kamu juga sekuat itu di ranjang," ucapnya sambil berdiri. "Tadi aku memang tidak siap dengan apa yang akan kamu lakukan karena kupikir kamu seperti wanita pada umumnya. Sepertinya kamu tidak tahu jika menjadi asisten dan supir pribadi tuan Alex itu harus memiliki skill bela diri juga

DMCA.com Protection Status