Share

AKTING TERBAIK

Penulis: Hanin Humayrohumayro
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kevin diam, tapi aku yakin dia setuju dengan rencana ini. Ia pasti ingin namanya bersih kembali. Menurut Adnan, Jim dan Kevin itu saingan dari dulu. Maka mengadu domba mereka adalah jalan menuju kesuksesanku.

Aku pura-pura ke toilet. Aku yakin Jim akan mengikuti. Dia pasti ingin membungkam sekingkuhannya ini. Dan tentu akan membuat janji-janji manis lagi.

Setelah melepas hajat, aku segera keluar toilet. Dan hohoho di ujung lorong sudah berdiri ayah bayiku.

“Rindu padaku?” tanyaku saat jarak kami sudah sangat dekat. Ia tak berkata, malah membawaku ke tempat lebih tersembunyi.

“Mengapa memblokirku lagi, Sayang. Mau membuangku, ya. Apa kau tak rindu malam-malam indah kita?”

Jim tak bicara. Ia seperti sedang menyusun kata untuk mengatakan hal penting. Barulah setelah sekian detik diam, mulutnya terbuka.

“Aku akan memberimu sepuluh miliar. Anggap sebagai ucapan maafku. Kita tak bisa melanjutkan hubungan ini.”

Kata-katanya seperti batu yang dilempar ke dalam cerukan hatiku. Lalu, men
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ati Husni
dasar pelakor..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • WAJAH ASLI ISTRI BARUKU    VIRAL

    “Sepertinya jangan, kita pulang saja. Lihatlah suasana pesta mantanmu jadi ricuh, ” usul Kevin dengan suara tak terlalu pelan. Mungkin karena suasana ramai jadi harus berlomba dengan kegaduhan. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Benar saja apa kata Kevin. Suara teriakan Cindy masih terdengar meski orangnya sudah tak terlihat. Keluarga Pratama satu per satu keluar ruangan. Dan, orang-orang saling membicarakan kejadian ini. Sudah tak berbisik lagi, tapi terang-terangan. Satu hal lagi yang tak kalah nengerikan, para tamu undangan mengarahkan pandangannya padaku. Melihat hal itu, nyaliku ciut juga. Kurapatkan tubuh pada Kevin agar dia mengerti bahwa mantan selingkuhannya ini butuh perlindungan.. “Bawa aku keluar dari sini, cepat!” pintaku. Tak mungkin saat ini masih berada di pesta. Bisa-bisa aku akan jadi bahan tontonan manusia. Bahkan lebih mengerikan dicibir dan direndahkan. Kevin memapahku menuju pintu keluar. Di bawah tatapan sinis orang-orang, aku melangkah. Rasan

  • WAJAH ASLI ISTRI BARUKU    TAWARAN

    Pria dan wanita itu saling pandang, lalu kembali mengarahkan wajahnya padaku. Menurut prediksiku tuan Pratama telah menerima, tapi istrinya belum. “Kita buat kesepakatan. Kami akan menjamin hidupmu dengan kemewahan, tapi hubunganmu dengan Jim harus berakhir. Setelah anak itu lahir, dia akan menjadi anak Cindy.” Kata-kata nyonya Pratama seperti palu yang menghantam dadaku. Jadi, ini maksud sesungguhnya aku dipanggil. Kurang ajar sekali mereka berani mempermainkanku. “Maaf, saya tidak bisa menerima kesepakatan itu. Saya takkan menyerahkan anak ini pada siapapun. Kalau Anda tak bisa menerima saya, tak apa, saya akan membesarkannya sendiri. Saya masih muda dan bisa bekerja!” gertakku. Kalian harus tahu bahwa Ela tak mudah diperdaya. Enak saja mau menyingkirkanku, lalu mengambil bayinya. Aku tidak sebodoh itu. “Lalu, apa maumu?” tanya tuan Pratama. “Saya ingin anak ini punya status yang jelas. Saya takkan menjual anak pada siapapun. Kalau memang tak diterima, tak apa, biar saya besar

  • WAJAH ASLI ISTRI BARUKU    PENGKHIANATAN MASA LALU

    CINDY Pria yang kupuja ternyata pendusta. Jim memang bajingan. Rupanya dirinya tak benar-benar berubah. Selihai itukah ia memperdayaku setahun lamanya? Atau aku yang terlampau tolol telah percaya kembali padanya? Ini mungkin yang disebut buta karena cinta.Kata maaf hanya polesan bibir belaka. Mengapa aku begitu bodoh percaya pada mulut manisnya. Hingga saat sadar akan tipu daya, semua telah terlambat. Sebucin itu aku padanya. Bahkan, mereka tiap saat melakukan hubungan laknat. Aku tak bisa menerima kenyataan kini wanita binal itu mengandung anak Jim. Keputusanku telah bulat, cerai. “Kita tak harus cerai, Cin. Kita perbaiki segalanya dari awal. Aku akan berubah!” terang Jim yang terus berusaha meyakinkanku. Aku menepis kasar tangan Jim yang hendak menyentuh pundak. Memperbaiki apa setelah tidur dengan wanita lain setahun lamanya. Hanya perempuan bodoh yang bisa memaafkan kelakuan bejat itu. Lelaki bukan hanya Jim di dunia ini. Aku masih muda dan bisa mendapat yang lebih segalanya

  • WAJAH ASLI ISTRI BARUKU    ANGKARA

    Aku tersentak dari lamunan masa lalu saat pintu kamar diketuk. Lembaran aibku cepat ditutup agar tak terus menertawakan kesialan saat ini, tepatnya balasan kedurhakaanku pada Afgan. Lelaki yang kutukar dengan bajingan. Bahkan, itu sampai mengorbankan darah daging sendiri. Sesal itu memang di belakang. Kebejatan Jim telah membuka mata buta ini. Nyatanya segala kebaikan Jim hanyalah topeng atas kebusukannya. Kini, wajah aslinya terpampang nyata. Dia hanyalah seorang pemuja syahwat sama seperti Kevin, sepupunya. Sekarang setelah semua terkuak, Afgan telah bahagia dengan istri barunya, sementara aku sedang menuju sebuah kehancuran. Jim mengatakan orang tuanya memanggil. Katanya mereka ingin bermusyawarah untuk menyelesaikan persoalan skandal anaknya. Meski enggan, aku tidak bisa menolak undangan tersebut. Bagaimanapun juga mereka masih mertuaku. Mau tak mau aku datang juga ke kediaman ayah dan ibu mertua. Sesampainya di sana aku disambut dengan hangat seperti biasa oleh mama mertua.

  • WAJAH ASLI ISTRI BARUKU    GUGAT CERAI

    Nyatanya keluarga itu memang telah menistakan putrinya. Melegalisasi kebejatan Jim dan Ela. Bahkan, akan memaksaku berbagi posisi dengan wanita pezina terkutuk itu. “Perceraianmu akan papi urus hari ini. Namun, pembatalan kerjasama prosesnya bisa memakan waktu paling pendek tiga bulan. Dan itu pasti papi lakukan. Bukan hanya itu, papi akan menyiapkan serangkaian serangan mematikan!” Aku menghambur ke arah papi. Pria ini sangat menyayangiku. Tak mungkin dia membiarkan putri keduanya dihina orang lain. “Mungkin ini balasan atas pengkhianatanku pada Afgan. Sekarang aku baru sadar dialah pria terbaik sesungguhnya. Aku jahat, Pih sudah meninggalkannya dan menjadi jalan tak langsung meninggalnya anak kami!” Dalam pelukan papi kuluapkan sesal yang bergulung-gulung di hati. Kata demi kata terucap seiring airmata yang mulai mengalir. “Andai, andai aku tak sebodoh itu, membuang Afgan demi Jim, mungkin kami bahagia sekarang. Aku menyesal, Pi, menyesal!” Papi mengelus rambut dan punggungku.

  • WAJAH ASLI ISTRI BARUKU    MAAFKAN

    “Cin, kasih aku kesempatan. Kita mulai dari awal. Aku janji akan selalu membahagiakan kamu!” Aku memutar bola mata ke atas dan ke bawah. Lalu menyedekapkan tangan di dada. Lepas itu menghampirinya. “Cara membahagiakanku adalah tendang wanita binalmu ke jalanan, itu saja! Sanggup?” Dahi Jim mengerut, tanganya kemudian berusaha meraihku. Namun, refleks kutepis. “Jangan bicara mau membahagiakanku kalau belum bisa memasukkan pelakor ke tempat sampah! Oke aku tak ada waktu mendengar ocehanmu lagi. Aku harus ke salon biar makin glowing. Kalau sudah jadi janda aku berencana cari pasangan yang lebih segalanya darimu!” Setelah berkata begitu, aku membalikkan badan. Lalu, cepat-cepat melangkah menuju mobil. Berikutnya kendaraan melesat meninggalkan lelaki bajingan itu. Di dalam mobil, pikiranku kembali melayang. Apa yang kuucapkan pada Jim sesungguhnya berbalik dengan hati sendiri. Tak terpikirkan sama sekali setelah jadi janda untuk langsung cari pasangan. Kalimat itu hanya untuk melece

  • WAJAH ASLI ISTRI BARUKU    ITU URUSANNYA

    RIDA Aku turut bahagia atas pernikahan mas Adnan dengan Lestari. Meski baru pertama melihat, aku tahu wanita barunya itu baik. Dan, tentu nanti akan berpengaruh baik juga pada anak-anak jika sedang bersama mereka. Azka dan Azkia pun sepertinya senang pada Lestari. Aku menyadari ada tautan hati di antara mereka sama seperti tautan hati pada mas Afgan. Kudoakan pengantin dari lubuk hati terdalam. Hati ini sudah bersih dari sakit hati dan dendam masa lalu pada mantan. Toh, diapun sudah menyadari kesalahannya, dan aku pun sudah bahagia dengan pasangan baru. Mas Afgan tak pernah melepasku saat kami ada di pesta ini. Ia seolah ingin memamerkan kemesraan di depan publik. Aku malu sebenarnya, tapi tak bisa protes nanti malah digoda habis-habisan. Pria ini tak pernah lupa mengenalkanku pada relasinya. Ia dengan bangga akan mengatakan ini istri tercinta saya. Betapa tersanjung diriku yang selau merasa tak percaya diri. Mas Afgan selalu mendukungku untuk lebih yakin pada diri sendiri. Ia t

  • WAJAH ASLI ISTRI BARUKU    PRASANGKA

    Meskipun pemimpin, Alan sepertinya sangat bergantung dengan mas Afgan dalam memutuskan sesuatu. Ia seolah tak percaya pada kemampuannya sendiri. Padahal menurut suamiku, adiknya itu memlilki kemampuan besar, hanya saja suka inscure jika berhadapan dengannya.Selama mas Afgan ngobrol dengan adiknya, aku pergi ke dapur. Rencananya ingin membuat sesuatu untuk mas Afgan. Meski nanti para pelayan dengan segala cara melarang, aku tetap kukuh ingin masak. Jadilah mereka ikut serta.“Katakan saja, Nyonya mau dibuatkan apa?”.“Ayo kita masak bersama. Tolong siapkan bahannya, ya!”Akhirnya mau tak mau mereka melakukan tugas yang kuperintahkan. Aku hanya memasak kalau mas Afgan sedang libur dan ada di rumah. Dan itu jarang juga. Tak masalahlah sesekali masak sendiri untuk suami.Sampai beres masak, mas Afgan belum selesai juga ngobrol dengan Alan.. Begitulah mereka kalau sudah membahas persoalan bisnis jadi lupa semuanya.Aku minta pelayan menyiapkan makanan di gajebo taman belakang. Kami akan m

Bab terbaru

  • WAJAH ASLI ISTRI BARUKU    ENDING

    RIDA“Ela selalu bilang takut tobatnya tak diterima. Ia selalu berkata dosanya sangat besar, ia ingin menebusnya meski harus bertaruh nyawa. Ela, Ela...” Akhirnya tangisan Jim pecah. Ia menutup wajah dengan satu tangan.. Aku yang menyaksikannya pun tak kuat menahan jatuhnya air mata. “Setahun aku mendampinginya dalam sakit. Kupenuhi pintanya agar mewujudkan ketenangan. Rupanya Ela lebih ingin pergi menghadap- Nya daripada tetap di sisiku. Katanya ia tak mau menyusahkanku, ia ingin pulang saja pada Allah. Dia juga sering menyuruhku menikah lagi dan menceraikannya. Aku, aku tak bisa. Ela adalah separuh jiwaku. Kalau dia pergi aku bagaimana?” Tangisanku kini telah bersuara. Aku tak menyangka seperti itu nasib mereka. Ela, kau telah menebus dosamu sungguh. Aku akan bersaksi di hadapan-Nya nanti bahwa kau telah berada di jalan-Nya. Setelah ini aku dan Jim terjebak dalam kebisuan. Hanya tangisan yang memenuhi gendang telinga. Sunyi... * Aku diizinkan masuk ke ruang rawat Ela. Hati in

  • WAJAH ASLI ISTRI BARUKU    MENUJU ENDING

    RIDA Awalnya aku tak percaya melihat perubahan penampilan Ela. Wanita itu menutup auratnya rapat, tak berhias seperti dahulu. Pancaran wajah tak menguarkan aura keangkuhan, malah bersinar dan makin menguatkan pesona keelokan parasnya. Aku kembali mencubit punggung tangan sebelah untuk memastikan bahwa yang terlihat bukan ilusi. Kenyataannya terasa sakit tangan yang dicubit. Artinya ini alam nyata bukanlah mimpi. Kekagetanku akan perubahan penampilan Ella ditambah dengan keterkejutan melihat sikapnya. Dia mengucapkan salam dengan santun dan penuh kelembutan. Sungguh jejaknya di masa lalu benar-benar telah tertutup oleh perubahan itu. Aku hanya bisa melafadzkan hamdalah tasbih dan tahlil ketika yakin bahwa Ela memang telah berubah. Tiada kata yang dapat melukis bahagia ini selain mengucap puja puji syukur ke hadirat Ilahi. Kuseka air mata yang tak bisa dicegah untuk jatuh. Kiranya melihat musuh tobat lebih membahagiakan daripada menyaksikan kehancurannya. Ela pun sama, pipinya tel

  • WAJAH ASLI ISTRI BARUKU    TERDALAM

    ELAAku menyerahkan pemesanan makanan pada Jim. Bingung juga harus memesan apa sebab yang ada dalam daftar menu serasa asing. Aneh memang sebab kata Jim dulu kami sering ke sini. Wah, dapat darimana uang untuk membayarnya. “Makanannya pasti mahal, apa kau punya uang untuk membayar harganya?” Aku ingin memastikan bahwa kami tidak akan malu pulang dari sini. Jadi perlu diselidiki soal keuangan yang ia miliki. “Insya Allah, ada. Aku juga akan membawamu ke hotel. Kita akan menginap di sana sampai kau ingat tujuan kita ke sini. Tadinya aku mau membawamu pulang, tapi dipikir lagi lebih baik dituntaskan sekarang!” Aku hanya bisa bengong mendengar penjelasannya. Selepas itu aku hanya perlu meyakini bahwa yang dikatakan Jim itu benaLalu, aku membayangkan seperti apa kamar sebuah hotel. Pastilah bagus sekali. Kasurnya empuk, ruangannya luas, dinding kokoh dan jendela besar. Mungkin! Aku jadi tak sabar ingin ke sana. Bukan apa-apa, penasaran saja. Benarkah kenyataannya sesuai hayalanku.

  • WAJAH ASLI ISTRI BARUKU    LUPA

    ELA Mataku terbuka saat aroma tajam menembus lubang hidung. Entah apa yang dioleskan di batang dan bawah hidung. Baunya tak menyenangkan. Meski sudah terbuka, aku belum otomatis menyadari ini sedang ada di mana? Maka dari itu kesibukan sekarang adalah menggerakkan bola mata ke kanan dan kiri. Karena tak juga menemukan jawaban, aku mencoba bangun. Ternyata untuk menggerakkan badan, tenaga ini sangatlah payah. Karena gagal, aku kembali rebahan. Mungkin butuh waktu beberapa saat lagi agar pulih. “Alhamdulilah kamu sudah sadar, Sayang!” Aku menoleh pada seseorang yang kini menghampiri. Jim ya dia Jim. Ya ampun kenapa harus ada jeda dulu baru mengingat. Hubunganku saat Ini dengannya apa? Mengapa dia mencium keningku? Oh, iya kami suami istri. Tapi, dari kapan kami menikah? Lalu, mas Adnan ke mana? Astagfirullah! Apa yang terjadi denganku? Mengapa tiba-tiba lupa ini dan itu? “Aku di mana?” tanyaku pada lelaki yang kini sedang mengelus pipi ini. “Kau tak ingat?” Jim malah balik ber

  • WAJAH ASLI ISTRI BARUKU    TAKUT

    ADNAN Hari ini waktu yang kugunakan untuk membersamai keluarga. Kesempatan libur tak kusia-siakan sebab memang jarang punya waktu untuk mereka. Azka dan Azkia bukan jadwal di sini. Kemarin mereka baru dipulangkan pada Rida. Kadang, tak rela harus berpisah sementara dengan mereka. Namun, mau bagaimana lagi, hanya itu jalan nyaman agar anak-anak tetap mendapat kasih sayang orang tua kandungnya. Kurasa Rida pun sama. Meski tak diperlihatkan, aku bisa menduga ia tak rela kalau mereka dijemput. Dia akan mencium dan memeluk anak kami kalau waktu berpisah lagi. Meski saat ini sudah tak ada air mata, tetap saja di hati muncul denyut nyeri. Anak korban perceraian tetap tak bisa sama dengan anak yang hidup dalam naungan keluarga utuh. Mereka harus mengikuti ritme hidup orang tua yang telah tak satu rumah. Tak akan juga menyaksikan ayah dan ibunya bersama seiring sejalan lagi. Padahal, mungkin sangat ingin anak-anak itu melihat kembali kebersamaan tersebut. “Tuan, Nyonya maaf menganggu, ada

  • WAJAH ASLI ISTRI BARUKU    BINTANG

    ADNAN“Ini adik kak Diva, kak Azkia dan ka Azka!” terangku saat ketiga bocah itu berkumpul mengelilingi adik bayinya. Mereka baru diijinkan menengok mama Lestari dan adik bayi. “Adik, adik?” celetuk Azkia. Mungkin dia bingung mengapa yang baru lahir pun di sebut adiknya. Selama ini yang Azkia tahu, adiknya adalah anak yang dilahirkan Rida. “Iya, dedek bayi ini adalah adik kak Azkia. Sama dengan adik Alfan” jawab Lestari. Setelah mengangguk, Azkia mulai memanggil bayi baru itu dengan kata Adik. Begitu juga Azka dan Diva. Mereka terlihat antusias mencandai adiknya. “Nah, sekarang adik bayi mau mimi dulu. Ayo kita bermain di luar!” Aku menggiring tiga bocah ini keluar untuk memberi kesempatan pada Lestari menidurkan putri kami. Bayi kecil itu baru berusia tujuh hari. Di ruang keluarga tak henti-hentinya tiga anak ini bertanya. Tentang bayi, tentang ingin mengajaknya bermain.. Bahkan Azkia ingin memberinya permen. Aku terangkan perlahan bahwa permen bukan makanan bayi. Kalau sampai

  • WAJAH ASLI ISTRI BARUKU    BENARKAH

    Kami sampai di pintu gerbang mansion milik Edward Douglas alias suami Cindy. Untuk tembus ke dalam, harus melewati satpam yang tampangnya cukup garang. Jim akhirnya mengatakan bahwa Cindy pasti mau menemuinya. Ia sedikit memaksa pada satpam agar menyampaikan hal tersebut pada majikannya. Setelah debat cukup alot, akhirnya satpam itu menyerah. Dia menyampaikan kepada majikan bahwa ada tamu yang ingin bertemu. Tak lupa juga menyebut namaku. Kami butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk menunggu izin masuk ke rumah Cindy. Untunglah kami duduk di dalam mobil hingga bisa bertahan lama dalam penantian ini. Jika tidak, akan terkena sengatan mentari Jakarta yang pastilah membakar kulit. Aku dan Jim mengucapkan hamdalah ketika izin untuk masuk telah keluar. Mobil pun kembali dikemudikan oleh Jim untuk memasuki gerbang menuju pelataran.. Ternyata jarak antar gerbang dan pintu utama lumayan jauh. Kalau ditempuh jalan kaki bisa-bisa kelelahan. Luar biasa memang tempat tinggal Edward Douglas.

  • WAJAH ASLI ISTRI BARUKU    TERIMA KASIH

    “Jim, bolehkah aku minta bantuan?” “Apa, katakan saja!” “Aku ingin ke Jakarta.” Pria itu melepas pelukan, lantas mengubah posisi duduk. Ia kini menghadapkan badannya padaku. “Aku ingin menemui Rida, Adnan dan Cindy. Aku ingin minta maaf pada mereka. Bukankah kyai bilang dosa pada manusia akan diampuni Allah jika manusia itu mengampuninya.” Keputusanku untuk meminta maaf pada mereka sudah bulat. Ini adalah hasil perenungan panjang. Aku telah menang melawan ego yang selalu menghalangi atas nama harga diri. Aku tak pernah tahu kapan usia ini berakhir. Untuk itu harus segera menjalankan satu masalah yang belum terselesaikan, yaitu minta keikhlasan maaf dari orang-orang yang kusakiti. “Alhamdulillah, masya Allah. Inilah yang kutunggu, Ela. Kesediaanmu menyingkirkan ego. Besok kita minta izin kyai untuk pergi ke Jakarta. * “Pakailah kerudung dan gamis baru itu. Kita akan bertemu orang-orang baik. Anggap saja ini sebagai bentuk penghargaan pada manusia. Dan jangan sampai juga mereka

  • WAJAH ASLI ISTRI BARUKU    BANTU AKU

    “Sedang apa, Sayang?” Aku bosan mengapa lelaki itu selalu bertanya demikian. Aku sudah mengatakan bahwa sedang menimang bayi mungil ini. Apa tak melihatnya? Ah, kurasa dia sudah gila. “Sssst, bayi baru tidur, jangan berisik, nanti dia bangun!” Untunglah, lelaki ini tak bertanya lagi. Ia hanya menatapku lama. Aneh, mengapa selalu begitu. Bertanya terus diam kalau sudah dijawab. Ya, ya mungkin dia kurang waras. Kasihan sekali. “Ela, mandi, yuk. ‘Kan sebentar lagi ustazah datang!” Dasar tak waras, mengapa dia menyuruhku mandi. Aku sudah mandi dengan bayi tadi pagi. Sekarang ‘kan sudah malam. Aku menepis tangan yang ingin menyentuh tubuh ini. Dengar, ya aku ini wanita bersuami. Mengapa pegang-pegang sembarangan. Dan, dia terus memaksaku. Tanganya direkatkan pada tubuh. Aku tak mau, tak mau! “Aaaaaa!” Aku marah, aku ingin menghajar lelaki kurang ajar ini. Aku tidak terimaaa. Dan, aku pun lemas. Lalu jatuh. * “Ela, makan sedikit saja, nanti kita jalan-jalan, ayo!” Kekuatan cin

DMCA.com Protection Status