Pagi ini aku bangun dengan perasaan tak menentu. Bukan karena aku sudah tidak sekamar dengan Nisa. Tapi, entah kenapa aku terus teringat ucapan Nisa semalam. Apa benar keputusanku untuk membiarkan Nisa tinggal dirumah kontrakan seorang diri? Ada perasaan khawatir, jika ia tinggal tanpa pendamping. Karena bisa saja ia semakin diperdaya oleh Bapak. Terus apa yang harus aku lakukan sekarang? Nisa sudah pindah, dan aku tak mungkin memintanya untuk kembali tinggal dirumah ini.
Aku harus tetap mengawasi Nisa. Karena aku harus tau, siapa sebenarnya Ayah dari anak yang ia kandung. Karena sampai detik ini masih menjadi teka-teki yang sulit untuk dipecahkan. Seandainya Nisa mau berterus terang. Mungkin tidak akan sesulit ini untuk mencari tahu siapa sebenarnya orang itu. Walaupun Nisa tidur dengan banyak lelaki. Tapi dalam hati kecilku mengatakan, Bapak lah yang menanam benih di rahim Nisa. Tapi aku tak cukup banyak bukti untuk menyimpulkan bahwa dia lah Pelakunya.Setelah mendapat penjelasan dari Ibu, setidaknya aku bisa lebih tenang. Karena aku tidak akan menerka-nerka lagi tentang identitasku yang sebenarnya. Kami segera menyudahi percakapan ini sebelum Bapak keluar dari kamarnya."Kalau begitu, Anton ke kamar dulu ya, Bu! Anton mau istirahat. Ibu lanjut aja nonton TV nya," ucapku lalu pergi meninggalkan Ibu di ruang TV.Ku hempaskan tubuhku di atas kasur sambil ku pandangi foto pemberian Ibu. Aku harus segera mencari tahu dimana keberadaan Ayahku saat ini. Walaupun Ibu tidak bisa memberiku petunjuk yang kuat. Setidaknya dengan foto dan surat rahasia yang kutemukan di laci kamar Ibu tempo hari, aku bisa mencari jejak nya saat ini.***
"Kamu sungguh-sungguh kan, Nis! Dengan apa yang kamu katakan?" tanyaku memastikan."Tentu, Mas! Aku tidak mungkin berbohong! Aku bicara yang sesungguhnya! Kamu ingat kan, Mas! Saat kamu akan pergi tugas ke luar kota, saat itu kamu meninggalkanku saat aku tengah datang bulan, dan setelah empat hari kamu pergi, datang bulanku selesai. Dan itu adalah masa-masa subur untuk ku. Disaat itulah Bapak mulai mempertamaiku. Disaat kau tidak ada dirumah karena tugas ke luar kota. Dan itu terjadi bukan hanya satu kali, Mas! Tapi hampir setiap kali selama kau tidak ada!" jelasnya padaku.Sesungguhnya tanpa dia menjelaskan hal itu padaku, hati kecilku sudah menduganya dari awal. Aku yakin, Bapak memang Ayah dari anak yang Nisa kandung!"Lantas! Kenapa kamu tidak berusaha menolaknya, Nis? Kalian malah terjerumus ke dalam prostitusi online yang menjijikan ini?" tanyaku menatap tajam wajah Nisa."Aku tidak ada pilihan lain, Mas! Bapak terus memaksak
Pov BapakAku harus segera menemui Nisa! Sudah 2 hari aku tidak dapat pemasukan darinya. Ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus mencari tahu, apa penyebab para tamu itu membatalkan transaksinya! Kalau seperti ini terus bisa-bisa aku kehilangan banyak rupiah.Segera kupacu mobilku dengan kecepatan tinggi. Tak sabar rasanya ingin bertemu Nisa. Gara-gara preman sialan itu, aku jadi tidak bisa memantau semuanya. Awas saja! Jika aku bertemu lagi dengan mereka berdua, aku akan buat perhitungan dengan mereka.Pagi ini jalanan cukup macet, padat dan merayap. Entah ada apa di depan. Banyak polisi lalu lalang. Sudah hampir 2 jam aku terjebak kemacetan.Berulang kali menelpon Nisa. Tapi dia tidak mengangkatnya. Kemana wanita itu? Apa mungkin dia sedang bersama seseorang? Tapi siapa? Tidak mungkin dengan Anton. Karena jelas Anton sedang berada di rumah. Lantas, apa yang sedang dia lakukan, sampai tidak
Aku terus menatap layar ponsel, menunggu informasi dari anak buahku. Semoga saja mereka berhasil menjalankan tugasnya. Aku begitu khawatir kali ini. Bapak memang tidak punya hati. Dia bisa melakukan segala cara untuk mencapai tujuannya, dia tidak pernah berpikir sedikitpun tentang kondisi Nisa yang tengah berbadan dua."Kring! Kring!" Panggilan masuk dari anak buahku. Dengan cepat tangan ini menekan tombol hijau di layar."Halo Bos! Semuanya sudah beres! Saya sudah berhasil menggagalkan aksi pria hidung belang itu, dan saya jamin dia pasti jera dan tidak akan mengincar istri bos lagi!" ucapnya yakin."Bagus! Pastikan dia tidak akan mengadu pada Bapak saya! Ancam dia jika perlu! Jangan sampai dia mengadu dan melapor pada siapapun!""Siap, Bos! Kalau begitu sekarang saya antar istri bos dulu kembali ke rumah!""Silahkan! Antar dia dan pastikan dia aman sampai tujuan!""Baik bos! Laksanakan!" ucapnya lalu memutus s
"Itu belum seberapa, Pak! Dibandingkan penderitaanku selama ini! Bapak sebut aku wanita murahan, Bapak panggil aku pelacur! Bapak lupa? jika Bapak lah yang menjadikan aku seorang pelacur!" ucap Nisa menatap tajam kearah Bapak."Berani-beraninya kamu menjawab! Kamu pikir, kamu itu siapa, hah?" sahut Bapak penuh emosi."Apa perlu aku menjelaskan siapa aku, Pak? Bapak lupa, Saat Mas Anton tidak ada di rumah, apa yang Bapak lakukan padaku? Berulang kali Bapak menodai ku! Bapak jadikan aku budak nafsu Bapak. Bapak tidak ingat dengan itu semua?" seloroh Nisa menggebu-gebu."Bangs*t!" teriak Bapak hendak menampar wajah Nisa. Dengan cepat tanganku menghadangnya."Pergi kamu dari sini pelacur!" hardik Bapak lagi."Sudah, Pak! Sudah! Cukup! Ibu sudah capek, Pak. Lebih baik Bapak mengaku saja, agar semuanya cepat selesai," ucap Ibu berusaha menarik tangan Bapak.Bapak tetap saja kekeh tidak ma
Pov BapakIni benar-benar diluar dugaanku, kenapa Nisa dan Anton bisa bekerja sama untuk menghancurkan ku. Sepertinya ada yang tidak beres! Ini tidak boleh dibiarkan. Jika besok mereka berdua melakukan tes DNA dan ternyata hasilnya menunjukkan bahwa aku adalah Ayah biologis bayi yang dikandung Nisa, ini bisa berabe!Aku tidak mungkin menikahi Nisa! Bagaimanapun juga anak itu harus lahir dengan status sebagai anaknya Anton. Kalau tidak, rencanaku bisa gagal. Tuan Romi pasti tidak akan memberikan setengah sahamnya untuk ku.Aku harus melakukan sesuatu, aku harus membuat hasil tes itu menunjukkan bukan aku Ayah biologis nya. Aku harus menyusun rencana. Malam ini, aku tidak akan pulang ke rumah. Lebih baik aku tidur di hotel untuk malam ini.***Pagi hari aku sudah membuat rencana untuk bertemu dengan Tuan Romi. Aku akan menemuinya di anak cabang perusahaan miliknya. Hari ini aku berencana untuk meminta sejumlah uang
Setelah mendengar ajakan dari perawat, Bapak pun langsung bergegas masuk ke ruangan periksa mengikuti instruksi perawat yang menunggunya di depan pintu.Sedangkan Nisa yang baru saja keluar dari ruang periksa, langsung berjalan menghampiri kami bertiga."Mas! Alhamdulillah, semuanya lancar! Ternyata proses tes DNA nya tidak seseram yang aku bayangkan." ucap Nisa padaku. Membuat Desi semakin bingung, tampak dari raut wajahnya yang penuh tanya. Namun, aku hafal betul dengan karakter Desi. Ia bukan tipe orang yang selalu ingin tahu urusan orang lain, ia tidak akan ikut campur dengan masalah yang tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya."Ini--istri kamu, Mas?" tanya Desi ramah.
Tidak seperti biasanya, malam ini Bapak tidak keluar rumah. Dari sore Bapak masih betah dirumah. Mungkin karena besok pagi jadwalnya untuk mengambil hasil tes DNA itu. Sepertinya Bapak tidak ingin ketinggalan berita, dia pasti ingin memantau ku dan memastikan jika rencananya akan berhasil."Ton, besok pagi jam berapa kamu ke rumah sakit untuk mengambil hasil tes DNA nya? Ibu pengen ikut!" ucap Ibu memulai obrolan saat makan malam bersama."Jam 10 pagi, Bu! Tapi sebaiknya Ibu tunggu dirumah saja! Biar Anton dan Nisa saja yang ambil. Lagian, bukannya besok Ibu ada jadwal arisan dengan Ibu-Ibu komplek yah?" sahutku pada Ibu."Tapi, Ton! Ibu pengen tau, Ibu juga penasaran!" jawab Ibu lagi."Nanti setelah Anton dapat hasil tes DNA nya, Anton dan Nisa segera pulang ke rumah. Anton juga tidak sabar, ingin memastikan siapa Ayah dari anak yang dikandung Nisa!" ucapku menatap tajam ke arah Bapak.Kulihat Bapak tersenyum si