"Maaf menganggu, Tuan. Saya mendapat kabar jika Nyonya Chloe akan segera pulang dari rumah sakit. Tuan Garvin tengah mengurus semuanya."
Mendengar itu, membuat sudut bibir Dave tertarik, melengkung dan memperlihatkan senyuman sinis.
"Bagus, segera siapkan mobil. Aku ingin cepat sampai rumah."
"Baik, Tuan." Melangkah mundur dan hilang dari balik pintu.
Tangannya merogoh ponsel yang berada di dalam saku kemejanya.
"Kau segera ke rumahku, sekarang. Persiapkan segala yang aku mau seperti biasa. Jangan ada yang terlewat."
Tanpa menunggu balasan dari orang di seberang sana, Dave langsung mematikan sambungannya secara sepihak. Meraih jas hitamnya yang tersampir di kursi lalu mulai melangkah keluar dari ruang kebesarannya.
***
"Semuanya Nancy, urus semua keperluannya. Ingat, kulit Chloe sangat halus. Maka pastikan semuanya kualitas ter
Garvin datang, menyampirkan selimut dipundak Chloe yang menelungkup. Pria itu melihat, bahkan sedari tadi ia berdiri di samping pintu kamar Chloe yang terbuka celah sedikit. Rasanya, Garvin nampak begitu bodoh tidak bisa berbuat lebih banyak untuk adiknya.Keji, Garvin tahu itu, ia sudah menjadi sosok yang keji sejak lama, ketika ia mengiyakan untuk menyerahkan Chloe sejak saat itu keji menjadi nama tengahnya.Garvin hanya mengamati Chloe yang terbangun, menatap langit malam tanpa bulan dan bintang, terlihat kelam dan menyedihkan sampai puncaknya gadis itu menangis dalam diam, menyakitkan, hidup Chloe memang menyakitkan, hati, pikiran juga badan, benar-benar sempurna. Satu kesatuan yang benar-benar menyakitkan."Tidur, Chloe. Kau baru saja kembali dari rumah sakit."Kalimat itu menjadi penutup di malam Chloe. Setelahnya, Garvin memilih pergi dari kamar si cantik sebab sudah tidak kuasa menjadi saksi dalam hidu
"Tidak, aku tidak ingin pergi darimu, Chloe. Kau tidak boleh mencintai Dave. Tunggu aku sebentar lagi, aku akan membawamu pergi dari sini. Bersabarlah sedikit."Sepertinya, setan sedang merasuki Garvin, ia menarik Chloe semakin dekat lalu mencium bibir gadis yang sedang sakit itu dengan keras dan tiba-tiba. Chloe tidak sempat memberontak karena tidak lama kemudian Garvin sudah menindihnya di atas ranjang."Garvin! Apa yang kau lakukan?!" Chloe memekik.Pria itu kerasukan, sebisa mungkin ia menyilangkan tangannya di depan dada. Tidak, Garvin tidak boleh melakukannya ini, mereka adalah saudara kandung. Terlebih lagi, Dave akan kembali besok."Jangan lakukan ini, Vin. Ini tidak benar!""Jika dia mati, maka aku adalah pembunuhnya.""Garvin!" Daniel memekik ketika pria itu jatuh pingsan di bawahnya. Sebenarnya, apa maksud perkataan Garvin?***C
"Kau seperti orang hamil, Vin."Daniel menggeleng tidak habis pikir dengan sahabatnya yang baru terbangun langsung muntah-muntah, bahkan sebelum ia memberikan asupan susu hangat seperti anjuran dokter."Dia habis mabuk berat semalam, Niel. Jangan aneh-aneh kalau bicara." Emily, istrinya. Gadis itu memukul lengan Daniel yang berbicara seenak jidatnya."Memang, kau senang begitu jika sahabatmu ini menghamili anak orang? Aish, kau benar-benar. Kau bisa mendapat pemberitaan perihal sahabat sekaligus karyawanmu ini."Danuek mendengus. "Ya, setidaknya dia berarti memiliki kekasih dan normal. Garvin terlalu lama sendiri, aku jadi curiga, jangan-jangan Garvin tidak menyukai seorang gadis.""Astaga, Daniel!" Emily memekik dan si tersangka sontak saja terbahak mendengar pekikan itu, tanpa menyadari jika Garvin tengah mematung di tempat.Bayangan ia menyetubuhi Chloe semalam
"Kau sangat lembut, aku suka." Setelahnya, suara Chloe menghilang, teredam bantal besar di sampingnya."Apa yang kau katakan, Chloe? Aku tidak dapat mendengarnya dengan jelas." Chloe menggeleng seraya berdehem.Dave mengedikkan bahunya, menarik semakin tinggi selimut untuk menghangatkan Chloe lalu ia melenggang pergi. Sepertinya, Chloe membutuhkan istirahat.Tanpa menyadari jika Chloe mulai menjatuhkan air matanya, menangis karena terharu karena sikap Dave yang terasa begitu lembut. Apa sesungguhnya, sekarang ia sudah berada di surga? Tadi, Chloe berdoa jika ia dilahirkan kembali, ia berharap hidupnya akan bahagia. Apa ia sudah mati dan hidup di alam yang berbeda dengan sosok malaikat yang menyerupai Dave? Dunia dimana ia hidup bahagia dan memiliki kekasih bernama Dave Taylor yang baik hati?***"Sial." Garvin mengumpat dalam hati seraya melihat pada kaca spion, Daniel mengikutinya. Dan sialnya juga, pe
"Kau harus mengatakannya padaku jika apa yang baru saja aku katakan dilakukan oleh Dave. Kau harus janji, Chloe." Nancy berkata sekali lagi sebelum pergi.Chloe mengangguk. "Aku berjanji, aku akan mengatakannya padamu.""Baiklah. Segera hubungi aku." Nancy harus memastikan sesuatu."Kalau begitu, aku pergi dulu."Nancy mengambil tasnya kemudian melenggang pergi, ia berpapasan dengan Dave yang baru saja dari dapur membawa sebuah gelas, tanpa mengatakan apapun pada pemuda Taylor itu, Nancy melenggang setelah mengangguk kecil."Semoga saja, prasangkaku selama ini benar." Nancy menghembus napasnya pelan sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil dan segera melesat ke universitas.***"Chloe."Sebelum tubuh Chloe sempat menyentuh lantai, Dave sudah menangkap lebih dulu tubuh Chloe yang melangkah oleng, langkahnya terlihat begitu goyah."Kau tak a
Namun, belum juga niatnya terlaksana sebuah ketukan pintu membuatnya berjengit kaget dan seketika saja wadah itu terjatuh tumpah mengenai kakinya. Celine mendesis lalu mengumpati siapa pelaku yang sudah menggagalkan niatnya."Celine, apa kau di dalam?""Ya, aku di dalam." sahut Celine seraya merapihkan pakaiannya, tak lupa ia juga memoleskan sedikit lipstik agar tidak kentara gugup."Kenapa kau lama sekali? Giliranmu akan segera tiba. Cepatlah sedikit jika kau tidak ingin kena tegur lagi." Itu sang manager dengan mulutnya yang sangat cerewet."Sebentar." Setelah ia rasa tak ada yang aneh dari wajah dan pakaiannya, Celine bergegas keluar dan langsung mendapati seorang wanita yang tengah menatapnya dengan alis tertaut."Apa kau sakit?" Celine menggeleng. Lalu, tanpa banyak omong ia segera melesat pergi dari sana."Aish, anak itu!"
"Aku meninggalkan istriku di rumah, kau pasti ingat jika ia sedang sakit. Aku tidak bisa berlama-lama di sini. Ah iya, kalau kau sudah sembuh cepat datang ke rumahku."Dave meraih mantelnya yang tersampir di kursi setelah mengatakan inti kedatangannya, setelah itu ia berbalik. Baru berapa langkah menuju pintu, suara Garvin kembali terdengar. Sebuah pertanyaan yang rasanya seperti awan hitam pembawa badai."Apa, Chloe baik-baik saja?"Baik-baik saja? Dave menggumam dalam hati."Tentu.""Dave!"Blam.Pintu itu sudah tertutup sempurna.***"Katakan padaku jika Dave mencium keningmu dengan begitu lembut dan hangat." Nancy berkata dengan begitu mantap."Ciuman di kening itu menandakan kasih sayang, kau tahu kan? Cinta itu saling mengormati bukan saling menuntut. Ciuman di kening tandanya ia mencintaimu dan juga menghormatimu
"Apa Chloe hamil?" tanya wanita itu dengan antusias. Sungguh, ia memang menunggu kehadiran sang cucu pertama.Dave terdiam sejenak, memandang wajah ibunya dengan raut yang sulit diartikan."Tidak, Chloe belum hamil."Mendadak, raut wajah sang ibu berubah menjadi datar lalu tanpa di sangka malah menonjok lengan kekar Dave."Cepatlah buatkan aku cucu, umurku sudah tua. Kita tidak tahu kapan ajal dan umur berakhir. Aku ingin sebelum itu terjadi, aku bisa merasakan memiliki seorang cucu yang menggemaskan. Kau tahu, Dave? Aku sangat iri dengan teman-teman ibu yang sudah memiliki banyak cucu. Sedangkan aku? Satupun aku tidak punya." ujar wanita itu yang malah terdengar seperti curhatan.Dave yang tidak tahu harus merespon seperti apa hanya bisa terdiam. Lalu tak lama, bangkit dari duduknya."Aku akan menyuruh supirku menjemput ibu. Aku harus segera kem
Pada awalnya Felix juga ingin menempuh pendidikan ditempatyang sama dengan Darren tapi mempertimbangkan nanti orang tuanya hanya bertiga saja jadi Felix memilih tinggal. Anak itu menempuh pendidikan di tempat yang sama dengan Mario."Kau terlihat senang sekali?" Dave yang baru selesai mandi segera menghampiri Chloe yang tengah mempersiapkan bajunya sambil tersenyum bahagia."Tentu saja. Aku sangat merindukan Darren." katanya."Kalian video call setiap hari dan masih mengatakan rindu? Astaga." Dave mengacak pelan rambut Chloe yang sudah tertata membuat wanitanya itu mengerutkan bibirnya lucu. "Melihatnya secara langsung jelas berbeda dengan melihat dilayar. Aku terkadang iri dengan Celine dan Garvin." katanya."Felix anak yang ceria dan tidak pergi jauh sehingga Celine bisa melihatnya setiap hari. Sedangkan Garvin melihat Darren setiap hari.""Kau benar juga. Daripada kita
"Jika, kau dan Dokter itu saling mencintai. Ceraikan saja Dave. Aku juga tidak ingin memiliki menantu jalang sepertimu."Perkataan sarkas yang di luncurkan Nyonya Taylor berhasil membuat lubang di hati Celine, begitu terjal sampai terasa sangat ngilu. Sungguh, rasanya mulutnya ingin meluapkan segala perkataan yang ingin ia katakan, tapi sayangnya hanya mampu sampai di tenggorokan karena rasa nyeri di hatinya sudah sepenuhnya mengambil alih. Bahkan, untuk mengeluarkan sepatah kata saja rasanya sangat sulit."Mama."Perhatian dua orang wanita dewasa itu teralihkan saat Felix tiba-tiba saja datang dan menghampiri mereka."Sayang.""Mama kenapa menangis?"Celine langsung merengkuh tubuh si anak tapi tak dapat membuat tangisannya terhenti. Nyonya Taylor memalingkan wajahnya tidak tega melihat keadaan cucu dan juga menantunya. Tapi, ma
"Dan, kau berniat menghancurkan rumah tangganya." sela Nyonya Taylor dengan pandangan bengis. Mungkin, jika muncul sinar laser di sana Ansel sudah tinggal nama."Iya, pada awalnya memang seperti itu. Tapi, ketika aku melihat Felix, aku kasihan pada anak itu.""Lantas, mengapa kau bisa berbuat seperti itu pada Celine?""Saya bukanlah orang munafik yang mengatakan bahwa saya sudah tidak lagi mencintai Celine. Saya masih mencintai menantu Nyonya."Nyonya Taylor menggertak giginya kuat-kuat. Dave dan Chloe belum usai, menanti pertamanya itu masih berada di rumah intensif dan belum ada kemajuan untuk penyakitnya. Sekarang, di tambah lagi dengan permasalahan Celine dengan Dokter yang bern
Dave yang menyadari kehadiran sang anak tak berani mendekat. Darren sedang dikabuti dengan kesedihan dan ia tidak ingin Darren semakin tertekan melihatnya jika ia menghampiri anak itu. Toh, Darren sedang bersama Emily dan ia percaya jika wanita itu dapat menjadi tumpuan untuk Darren. Lengkap sudah penderitaan Dave, ia sangat tidak becus menjadi ayah dan sangat tidak bertanggung jawab sebagai suami. Pantas saja, Chloe menggugat cerai padanya."Terkadang Tuhan menggunakan rasa sakit untuk mengingatkan, mengoreksi, mengarahkan, dan menyempurnakan hidup kita. Bertahanlah, Chloe. Aku janji aku akan menjadi ayah dan suami yang baik untukmu.""Baiklah, Bi. Aku mau." Darren berbalik dan langsung mengangguk pada Emily.Emily tersenyum. "Darren memang anak baik. Kita makan sekarang, yuk."Nyonya Jacobs itu menuntun Darren agar duduk di kursi tunggu dan mulai menyiapkan m
"Wow, kau bahkan rela mengungkap identitas mu sebagai dokter tripel-board, Nona Joko, demi menyelamatkan Chloe?" Ansel yang sedari tadi menunggu di luar berkomentar saat Yuna keluar ruanganDokter Joko atau si kelinci kuning adalah salah satu dari beberapa dokter terhebat yang pernah ada karena memiliki kemampuan super jenius juga menjadi kebanggaan rumah sakit tempatnya bekerja selama ini. Joko atau Yuna selama ini begitu dihormati ketika berkarir di Amerika karena kemampuannya. Berbagai pujian sering mendatanginya karena hasil kerjanya yang selalu memuaskan. Petinggi rumah sakit mereka yang terdahulu yang pernah divonis lumpuh bahkan kini menunjukan perubahan signifikan setelah di operasi oleh Yuna, oh ya dia juga bagian dari tim peneliti yang menciptakan vaksin untuk sebuah virus berbahaya. Walau masih muda perstasinya sangat mengagumkan. Yuna selain pada dasarnya cerdas dia juga sangat ambisius dan selalu ingin menjadi yang terdepan maka inilah hasilnya.
Pesta besar di kediaman Taylor sekaligus penyambutan kembalinya putra sulung yang menempuh pendidikan di negeri jauh, Amerika Serikat.Kedatangannya telah ditunggu dan rupanya bukan hanya oleh keluarga dirumah tapi satu negara ini karena bahkan di bandara internasional yang menjadi tempatnya mendarat nanti bak pesta sambutan pribadi telah diatur dengan sedemikian rupa oleh penggemar keluarga pengusaha.Sementara dibandara begitu diramaikan oleh orang yang menunggu anak pertama keluarga Taylor, dirumah kediaman diramaikan oleh gelak tawa anak-anak yang katanya ikut membantu para orang tua untuk menyiapkan acara penyambutan.Di pimpin oleh Axel yang mana paling tua diantara rombongan anak-anak entah sudah berapa kali mereka memecahkan balon hingga mengagetkan. Meskipun sudah di tegur pun akan terjadi lagi dan lagi. Itu yang disebut membantu?"Kak~" suara Mario yang merengek karena terus saja di jahili Felix dan Leo.
Sebagai jawaban dari pihak salah satu rumah sakit ternama di Amerika - John Hopkins yang dimintai tolong oleh dokter rumah sakit Indonesia, mereka mengatakan kalau salah dua dari dokter hebat mereka tengah berada di negara tersebut dan dengan senang hati akan memberikan bantuan.Ketika mereka menanyakan apakah bisa membantu seorang pasien yang sedang dalam keadaan kritis karena sumsum tulang belakangnya yang patah dan menusuk dada hampir mengenai jantung sosoknya langsung terpikirkan. Dokter dengan sertifikat tripel-board yang juga merupakan lulusanterbaik universitas John Hopkins dan bahkan meraih gelarnya di usia muda.Namun tidak terpikirkan sebelumnya kalau dokter tersebut terlihat begitu belia. Yeah, di mata para dokter senior tentu saja sosok yang kini berdiri sambil menunjukan tandapengenal dari rumah sakit bergengsi itu masih sangat belia bahkan mungkin bisa terlihat seperti anaknya kalau mereka jalan bersama.Yang mereka pi
"Kalau kau sungguh ingin dia sembuh, maka jangan bertindak seenak jidatmu. Biarkan mereka yang mengerti menanganinya. Setidaknya dengan begitu aku bisa merasakan sedikit simpatimu."Rasanya sesuatu ikut meremas hati Emily, ia bisa merasakan bagaimana kesakitan dalam setiap ucapan yang keluar dari mulut Garvin, cinta seorang kakak kepada sang adik yang luar biasa besar dan ketakutan akan kehilangan. Entah bagaimana sesungguhnya rumah tangga pasangan Taylor ini hingga tampaknya Garvin sangat membenci seorang Dave Taylor.Dan, Dave sendiri terlihat begitu bersalah. Apakah rumor yang beredar tentang rumah tangga Dave Taylor dan kedua permaisurinya adalah kebenaran? Bahwa dia hanya mencintai salah satunya saja dan tidak dengan keduanya? Bahwa sang ratu sesungguhnya di anggap oleh Dave hanya sebatas tragedi sementara selirnya adalah cinta yang sesungguhnya?Astaga. la tidak berani membayangkan hal itu terjadi padanya. Membayangkan membagi
Pada sebuah taman bunga yang luas, yang udaranya terasa segar dan sangat sulit ditemukan di kota Jakarta. Chloe Moretz Lautner merasakan kalau dia seperti sudah berada di belahan bumi yang lain karena betapa menyegarkannya tempat ini.Tenang, segar dan sangat nyaman. Bunga-bunga yang tumbuh juga menebarkan semerbak wewangian memanjakan penciumannya."Di mana ini?" ia bertanya-tanya sembari kakinya melangkah pada jalan setapak untuk menyusuri semakin dalam padang bunga tersebut."Tempat yang indah dan nyaman. Tapi, apakah aku seorang diri?" Oh ya, apa tidak ada orang lain lagi yang mengunjungi tempat seindah ini? Kenapa hanya ada dirinya. Padahal tempat ini sangat cocok untuk piknik keluarga atau kalau tidak mungkin bisa berkencan. Seperti Edward Cullen dan Bella Swan."Chloe." baru saja gadis cantik itu memikirkan tentang piknik atau kencan, telinganya mendengar suara seseorang memanggil namanya.Di