"Kau harus menemui Nyonya Chloe." kata Jeremy saat Dave sudah terlihat lebih baik. Yah, bagaimanapun masalah kalau tidak dihadapi tidak akan selesai.
"Setidaknya untuk saat ini kau harus menemaninya karena dia sedang sakit. Jangan menambah masalah dengan menghindar. Kalau dia marah maka itu tugasmu untuk menghentikan amarahnya." rasanya hanya itu saja masukan yang dapat diberikan untuk saat ini. Setidaknya kalau Dave mengatakan ia ingin memperbaiki keadaan, ia harus menghadapinya terlebih dahulu kan?
***
"Rumah memang terbuat dari dinding dan jendela, sedangkan rumah tangga tercipta dari kasih sayang dan cita-cita mulia. Karena dalam rumah tangga bukan tentang siapa yang paling baik, melainkan bagaimana kita bersama-sama untuk menjadi lebih baik setiap hari."
***
"Malang?" Emily agak terkejut mendengar penuturan Yuna yang baru saja mengatakan akan pindah ke Malang. Bukannya apa, lagipula orangtua gadis itu juga memang menetap di sana,
"Aku menerima kau bukan sebagai pajangan semata. Tak muluk-muluk, aku hanya ingin dihargai. Apa kau sanggup?"***"Bibi Emily.""Kenapa Darren menangis? Bukankah jagoan tidak boleh menangis?" Emily berucap sembari menghapus air mata yang mulai mengalir di pipi anak itu."Ibu sakit parah, bagaimana bisa aku tidak menangis?"Hati perempuan itu ikut teriris. Dia mengenal Darren sejak kecil dan anak itu sangat baik, tapi kenapa harus mengalami kejadian seperti ini."Siapa bilang? Siapa yang bilang kalau Ibu sakit parah? Kan, Ibu Darren sedang tidur, dia hanya lelah.""Dokter bilang begitu—""Kalau Dokter mengatakan mama sakit parah, bukankah Dokter pasti akan menyembuhkannya? Kan tugas Dokter adalah menyembuhkan orang sakit, kan?" gantian Daniel yang sumbang suara. Pria itu juga rupanya ikut merasakan kesedihan yang dirasakan si bocah."Jadi jangan berse
"Apa kau yakin ingin menetap di Malang?"Yuna mengendus napas sebal dan seketika pergerakannya yang sedang memasukkan pakaian ke dalam koper terhenti, lalu gadis itu menatap jengah ke arah Ansel yang sedang duduk di jendela dengan secangkir kopi di tangannya."Tentu saja, apa kau tidak melihat apa yang sedang aku lakukan? Dan lagi, bukankah kau sendiri yang sudah mencarikan aku rumah di sana. Kau ini sungguh bodoh atau bagaimana, hah?"Ansel terkekeh di tempatnya dan itu semakin membuat tanduk di kepala Yuna muncul semakin bercabang."Tenanglah, aku hanya bertanya saja.""Aku lebih menyukai jika kau tutup mulut daripada terus bertanya seperti itu. Membuat kepalaku pecah saja." Yuna kembali bersungut-sungut."Aku hanya tidak menyangka saja kau benar-benar kalah dalam permainan ini, bahkan hanya melihat ibunya kau sudah seperti orang gila, sampai ingin pindah s
"Semua sudah berlalu, kau sudah tidak bisa mengulang apa yang sudah kau perbuat dulu. Padi yang kau tanam sudah membuahkan hasil, yakni beras yang akan meracuni dirimu sendiri."***Setelah siap dengan segala keperluan Dokter yang akan ia butuhkan nanti. Yuna dan Ansel segera berlalu dari ruangan mereka menuju ruangan Sheila dengan segera.Dokter jaga bilang, Chloe terus mengalami kejang-kejang sejak dua puluh menit yang lalu dan sampai sekarang tidak ada perubahan yang signifikan.Emily dan Darren kembali di buat terkejut ketika mendengar derap langkah kaki yang berjalan mendekat ke arah mereka. Sontak saja, mereka menoleh dan langsung mendapati dua Dokter berlarian menuju ruangan Chloe."Bibi Emily." lirih Darren yang nampak begitu ketakutan sekaligus panik."Tenang saja, berdo'a saja agar Ibu di dalam sana segera sembuh. Oke, sayang?" Darren mau tak mau mengangguk lemah. Kini,
"Aku ingin memaafkanmu. Mengulang kembali semua hal yang pernah kita lakukan saat masih bersama. Aku ingin kembali di mana hati ini belum terluka karena kecewa. Namun, sepertinya hal itu tidak mungkin. Walaupun aku kembali dan berusaha menghindar dari rasa kecewa, hatiku akan tetap merasakannya karena cinta yang kugenggam dengan ketulusan hati, berharap kau mengerti."***"Apa ini?""Anda bisa membukanya."Dengan perasaan yang tidak enak, jari jemari wanita itu mulai membuka isi amplop yang diberikan Jeremy. Membaca isi kertas itu dan langsung terkejut. Entah sejak kapan, anaknya itu berbakat menjadi agen persembunyian yang ulung."Apa? Dave—"Jeremy mengangguk. "Ya, Dave mengidap painic disorder serta gangguan pasca trauma. Itulah alasan mengapa dia bertindak seperti itu pada Chloe. Ia merasa di tolak, ditolak oleh istrinya atau keluarganya. Atau juga kemarahan besar keluarganya. Itu menimbu
"Selang infus Chloe macet di tengah hingga tubuhnya tidak terpenuhi oleh cairan. Mungkin, karena terlalu lama tidak mendapat cairan itu membuat tubuh Chloe melemah dan kembali drop.""Apa? Mengapa tiba-tiba bisa macet seperti itu?" Kini, giliran Emily yang bertanya dan itu langsung mengundang keingintahuan Garvin."Hm, aku tidak tahu. Namun, sepertinya—""Ada seseorang yang sengaja menekannya." Garvin menyela ucapan Ansel dan kilat kemarahan langsung muncul di dua matanya.Ansel bergidik ngeri ketika melihat urat di tangan Garvin yang terkepal mulai menonjol. Pria itu sedang tidak main-main dengan emosinya saat ini."Dave. Kau akan habis di tanganku." cicit Garvin yang terdengar begitu mengintimidasi.Yuna dan Ansel saling bertatapan dengan pandangan yang sulit di artikan.***Aku adalah seorang ibu, anakku adalah anakmu. Tapi cintamu untuk anakku tak p
Pagi sudah menyapa ketika Dave membuka matanya. Erangan keluar dari bibir tipisnya. Sedikit terusik dengan udara lumayan dingin yang menyapa kulitnya. Menyapu pandangan kepenjuru ruangan, ini kamarnya. Pusing dikepalanya masih menyerang ketika pemuda Taylor itu bangkit lalu duduk bersandar pada dashboard ranjang.Ketika akan menyibak selimut -berniat ke kamar mandi, Dave baru tersadar jika tubuhnya telanjang dibalik selimut putih itu. Sontak rasa terkejut mendominasi. Sedikit takut dengan segala pikiran negatif yang mulai bersliweran di otaknya. Buru-buru menyibak selimut disisi sampingnya. Betapa bertambah terkejutnya ketika melihat bercak warna merah disana.Dave yakin jika bercak merah itu adalah bercak darah. Jika prasangkanya benar, maka semalam pasti terjadi sesuatu antara ia dan Celine. Dabe mengacak frustasi rambut coklatnya. Merasa kesal dan marah pada dirinya. Bagaimana bisa dia melakukan hal itu dengan Celine dalam keadaan mabuk.
"Ga-Garvin?""Kenapa? Aku tidak boleh berada di sini?""Ah, tidak. Bukan begitu, hanya saja—""Kau sebenarnya tidak pantas bahagia, Celine. Kau bahagia di atas penderitaan adikku. Aku tahu, semua bermula karena kita, tapi aku tak menduga bahwa kau akan selicik itu, bahkan di saat kau tahu Dave sudah memiliki seorang istri, itu sama sekali tidak merubah perspektifmu tentang arti pernikahan. Kalau kau kesal padaku, lampiaskan padaku, adikku tidak bersalah. Selamat menderita."***Pemuda tampan dengan setelan jas berwarna hitam dengan balutan kemeja putih di dalamnya, tengah berjalan menyusuri koridor rumah sakit.Kedua matanya terpusat pada ponsel yang berada di dalam genggamannya. Aaron tengah mengirim kabar pada Garvin bahwa ia sudah tidak di rumah sakit.Pagi-pagi sekali tadi, Garvin menghubunginya dan meminta pertolongannya untuk menjaga Chloe di rumah sakit, dikarena
"Kau sebenarnya tidak pantas bahagia, Celine. Kau bahagia di atas penderitaan adikku. Aku tahu, semua bermula karena kita, tapi aku tak menduga bahwa kau akan selicik itu, bahkan di saat kau tahu Dave sudah memiliki seorang istri, itu sama sekali tidak merubah perspektifmu tentang arti pernikahan. Kalau kau kesal padaku, lampiaskan padaku, adikku tidak bersalah. Selamat menderita."Celine memijat pelipisnya yang berdenyut sakit. Astaga, ucapan Garvin benar-benar racun bagi pikirannya. Bahkan, otaknya sedari tadi tidak pernah absen memikirkan ucapan pria itu yang ia rasa ada benarnya.Celine menatap nanar dua gelas botol soju yang ia pesan. Namun percuma, alih-alih menghilangkan rasa sakit di kepalanya yang ada kepalanya malah semakin berdenyut sakit.Namun, ketika ia hendak bangkit dari duduknya, netra hitamnya tidak sengaja melihat ke arah sudut ruangan. Di meja pojok sana, ia seperti melihat ibu mertuanya sedang berbin
Pada awalnya Felix juga ingin menempuh pendidikan ditempatyang sama dengan Darren tapi mempertimbangkan nanti orang tuanya hanya bertiga saja jadi Felix memilih tinggal. Anak itu menempuh pendidikan di tempat yang sama dengan Mario."Kau terlihat senang sekali?" Dave yang baru selesai mandi segera menghampiri Chloe yang tengah mempersiapkan bajunya sambil tersenyum bahagia."Tentu saja. Aku sangat merindukan Darren." katanya."Kalian video call setiap hari dan masih mengatakan rindu? Astaga." Dave mengacak pelan rambut Chloe yang sudah tertata membuat wanitanya itu mengerutkan bibirnya lucu. "Melihatnya secara langsung jelas berbeda dengan melihat dilayar. Aku terkadang iri dengan Celine dan Garvin." katanya."Felix anak yang ceria dan tidak pergi jauh sehingga Celine bisa melihatnya setiap hari. Sedangkan Garvin melihat Darren setiap hari.""Kau benar juga. Daripada kita
"Jika, kau dan Dokter itu saling mencintai. Ceraikan saja Dave. Aku juga tidak ingin memiliki menantu jalang sepertimu."Perkataan sarkas yang di luncurkan Nyonya Taylor berhasil membuat lubang di hati Celine, begitu terjal sampai terasa sangat ngilu. Sungguh, rasanya mulutnya ingin meluapkan segala perkataan yang ingin ia katakan, tapi sayangnya hanya mampu sampai di tenggorokan karena rasa nyeri di hatinya sudah sepenuhnya mengambil alih. Bahkan, untuk mengeluarkan sepatah kata saja rasanya sangat sulit."Mama."Perhatian dua orang wanita dewasa itu teralihkan saat Felix tiba-tiba saja datang dan menghampiri mereka."Sayang.""Mama kenapa menangis?"Celine langsung merengkuh tubuh si anak tapi tak dapat membuat tangisannya terhenti. Nyonya Taylor memalingkan wajahnya tidak tega melihat keadaan cucu dan juga menantunya. Tapi, ma
"Dan, kau berniat menghancurkan rumah tangganya." sela Nyonya Taylor dengan pandangan bengis. Mungkin, jika muncul sinar laser di sana Ansel sudah tinggal nama."Iya, pada awalnya memang seperti itu. Tapi, ketika aku melihat Felix, aku kasihan pada anak itu.""Lantas, mengapa kau bisa berbuat seperti itu pada Celine?""Saya bukanlah orang munafik yang mengatakan bahwa saya sudah tidak lagi mencintai Celine. Saya masih mencintai menantu Nyonya."Nyonya Taylor menggertak giginya kuat-kuat. Dave dan Chloe belum usai, menanti pertamanya itu masih berada di rumah intensif dan belum ada kemajuan untuk penyakitnya. Sekarang, di tambah lagi dengan permasalahan Celine dengan Dokter yang bern
Dave yang menyadari kehadiran sang anak tak berani mendekat. Darren sedang dikabuti dengan kesedihan dan ia tidak ingin Darren semakin tertekan melihatnya jika ia menghampiri anak itu. Toh, Darren sedang bersama Emily dan ia percaya jika wanita itu dapat menjadi tumpuan untuk Darren. Lengkap sudah penderitaan Dave, ia sangat tidak becus menjadi ayah dan sangat tidak bertanggung jawab sebagai suami. Pantas saja, Chloe menggugat cerai padanya."Terkadang Tuhan menggunakan rasa sakit untuk mengingatkan, mengoreksi, mengarahkan, dan menyempurnakan hidup kita. Bertahanlah, Chloe. Aku janji aku akan menjadi ayah dan suami yang baik untukmu.""Baiklah, Bi. Aku mau." Darren berbalik dan langsung mengangguk pada Emily.Emily tersenyum. "Darren memang anak baik. Kita makan sekarang, yuk."Nyonya Jacobs itu menuntun Darren agar duduk di kursi tunggu dan mulai menyiapkan m
"Wow, kau bahkan rela mengungkap identitas mu sebagai dokter tripel-board, Nona Joko, demi menyelamatkan Chloe?" Ansel yang sedari tadi menunggu di luar berkomentar saat Yuna keluar ruanganDokter Joko atau si kelinci kuning adalah salah satu dari beberapa dokter terhebat yang pernah ada karena memiliki kemampuan super jenius juga menjadi kebanggaan rumah sakit tempatnya bekerja selama ini. Joko atau Yuna selama ini begitu dihormati ketika berkarir di Amerika karena kemampuannya. Berbagai pujian sering mendatanginya karena hasil kerjanya yang selalu memuaskan. Petinggi rumah sakit mereka yang terdahulu yang pernah divonis lumpuh bahkan kini menunjukan perubahan signifikan setelah di operasi oleh Yuna, oh ya dia juga bagian dari tim peneliti yang menciptakan vaksin untuk sebuah virus berbahaya. Walau masih muda perstasinya sangat mengagumkan. Yuna selain pada dasarnya cerdas dia juga sangat ambisius dan selalu ingin menjadi yang terdepan maka inilah hasilnya.
Pesta besar di kediaman Taylor sekaligus penyambutan kembalinya putra sulung yang menempuh pendidikan di negeri jauh, Amerika Serikat.Kedatangannya telah ditunggu dan rupanya bukan hanya oleh keluarga dirumah tapi satu negara ini karena bahkan di bandara internasional yang menjadi tempatnya mendarat nanti bak pesta sambutan pribadi telah diatur dengan sedemikian rupa oleh penggemar keluarga pengusaha.Sementara dibandara begitu diramaikan oleh orang yang menunggu anak pertama keluarga Taylor, dirumah kediaman diramaikan oleh gelak tawa anak-anak yang katanya ikut membantu para orang tua untuk menyiapkan acara penyambutan.Di pimpin oleh Axel yang mana paling tua diantara rombongan anak-anak entah sudah berapa kali mereka memecahkan balon hingga mengagetkan. Meskipun sudah di tegur pun akan terjadi lagi dan lagi. Itu yang disebut membantu?"Kak~" suara Mario yang merengek karena terus saja di jahili Felix dan Leo.
Sebagai jawaban dari pihak salah satu rumah sakit ternama di Amerika - John Hopkins yang dimintai tolong oleh dokter rumah sakit Indonesia, mereka mengatakan kalau salah dua dari dokter hebat mereka tengah berada di negara tersebut dan dengan senang hati akan memberikan bantuan.Ketika mereka menanyakan apakah bisa membantu seorang pasien yang sedang dalam keadaan kritis karena sumsum tulang belakangnya yang patah dan menusuk dada hampir mengenai jantung sosoknya langsung terpikirkan. Dokter dengan sertifikat tripel-board yang juga merupakan lulusanterbaik universitas John Hopkins dan bahkan meraih gelarnya di usia muda.Namun tidak terpikirkan sebelumnya kalau dokter tersebut terlihat begitu belia. Yeah, di mata para dokter senior tentu saja sosok yang kini berdiri sambil menunjukan tandapengenal dari rumah sakit bergengsi itu masih sangat belia bahkan mungkin bisa terlihat seperti anaknya kalau mereka jalan bersama.Yang mereka pi
"Kalau kau sungguh ingin dia sembuh, maka jangan bertindak seenak jidatmu. Biarkan mereka yang mengerti menanganinya. Setidaknya dengan begitu aku bisa merasakan sedikit simpatimu."Rasanya sesuatu ikut meremas hati Emily, ia bisa merasakan bagaimana kesakitan dalam setiap ucapan yang keluar dari mulut Garvin, cinta seorang kakak kepada sang adik yang luar biasa besar dan ketakutan akan kehilangan. Entah bagaimana sesungguhnya rumah tangga pasangan Taylor ini hingga tampaknya Garvin sangat membenci seorang Dave Taylor.Dan, Dave sendiri terlihat begitu bersalah. Apakah rumor yang beredar tentang rumah tangga Dave Taylor dan kedua permaisurinya adalah kebenaran? Bahwa dia hanya mencintai salah satunya saja dan tidak dengan keduanya? Bahwa sang ratu sesungguhnya di anggap oleh Dave hanya sebatas tragedi sementara selirnya adalah cinta yang sesungguhnya?Astaga. la tidak berani membayangkan hal itu terjadi padanya. Membayangkan membagi
Pada sebuah taman bunga yang luas, yang udaranya terasa segar dan sangat sulit ditemukan di kota Jakarta. Chloe Moretz Lautner merasakan kalau dia seperti sudah berada di belahan bumi yang lain karena betapa menyegarkannya tempat ini.Tenang, segar dan sangat nyaman. Bunga-bunga yang tumbuh juga menebarkan semerbak wewangian memanjakan penciumannya."Di mana ini?" ia bertanya-tanya sembari kakinya melangkah pada jalan setapak untuk menyusuri semakin dalam padang bunga tersebut."Tempat yang indah dan nyaman. Tapi, apakah aku seorang diri?" Oh ya, apa tidak ada orang lain lagi yang mengunjungi tempat seindah ini? Kenapa hanya ada dirinya. Padahal tempat ini sangat cocok untuk piknik keluarga atau kalau tidak mungkin bisa berkencan. Seperti Edward Cullen dan Bella Swan."Chloe." baru saja gadis cantik itu memikirkan tentang piknik atau kencan, telinganya mendengar suara seseorang memanggil namanya.Di