Elitta masih betah memeluk tunangannya di bawah lindungan selimut. Dia tidak mau ini berakhir. Apapun yang terjadi di luaran sana, dia tidak peduli. Yang terpenting sekarang adalah menikmati waktu bersama Damio.Damio. Damio. Damio.Hanya Damio yang dia inginkan sekarang, bukan orang lain. Dari pagi sampai malam tiba, dia hanya tidur bersama pria itu.Damio sendiri masih dalam masa pemulihan. Dia tidak bangun sedikitpun. Asalkan ada Elora di sampingnya, maka dia juga tidak ada masalah.Meskipun dia memang sempat terbangun akibat merasakan sesuatu yang mengintai. Tetapi, dia percaya pada pengawalnya. Untuk sekarang, dia harus puluh dahulu. Waktu berjalan begitu cepat. Lady Eizabell sudah tak mengintip mereka karena tidak kuat melihat pemandangan itu. Dia memilih untuk kembali ke hutan, menemui pelayan penyihirnya, Lloloayma.Mereka berdua masih berdiam diri di sana. Lloloayma sebenarnya bingung dengan permintaan Lady Eizabell yang lebih memilih bertahan, tapi tak jelas untuk apa meng
Malam telah datang.Ritual sedang berlangsung. Seperti yang terjadi ratusan tahun silam, para penyihir berada di sebuah bangunan tua dan mengelilingi altar pengorbanan. Ada meja altar pengorbanan yang sangat besar, dan di atasnya terdapat dua orang yang terikat. Salah satunya adalah Perdana Menteri Tyren yang tubuhnya sudah penuh sayatan.Sepanjang ritual, Lord Obsidian berada di belakang pintu masuk, mendengar suara ritual beserta teriakan kesakitan dari sang korban.Setiap kali itu terjadi, dia tertawa keras. Tidak perlu melihat acaranya langsung, dia sudah yakin kalau perdana Menteri itu merasakan rasa panas, sakit tak tertahankan akibat sihir yang memenuhi tubuhnya."Penyihir memang berbahaya," katanya kemudian.Dia melihat ke arah pepohonan yang ada di depan, lalu tersenyum licik. Bangunan ini dikelilingi oleh hutan lebat, sampai sekarang belum ada orang yang berhasil kemari.Ada banyak sekali mayat hidup yang berjaga di luaran sana. Rasanya mustahil tempat ini bisa ditembus.Kin
Jarum jam sudah menunjuk ke pukul sembilan malam. Ritual telah dilakukan berjam-jam. Saat tengah malam, itu adalah puncak dari pertarungan.Damio akhirnya dibiarkan pergi oleh Elora. Dia bersama Marko menuju ke medan pertempuran.Sementara itu, Elora tetap berada di bangunan tempat mereka bersembunyi. Tempat persembunyian ini cukup jauh dari manapun, terutama dari tempat pertempuran.Elora berdiam diri di ruang tengah, duduk di sofa sambil membaca beberapa buku tentang sejarah dunia ini. Dia ditemani oleh pelayan kembar yang setia berdiri di dekat pintu. Mereka berdua telah menyalakan lilin untuk menerangi ruangan ini karena pasokan listrik padam.Mina tampak menutup tirai jendela. Kemudian dia menaruh lilin di atas meja, dekat buku-buku Elora di tumpuk."Nona, anda butuh sesuatu yang lain?" dia bertanya.Elora berhenti membaca buku, lalu menatap Mina, kemudian saudari kembarnya. Dia berkata, "tidak tapi kalian tidak merasakan sesuatu 'kan? Dimana Haervis dan Fionnan? Aku merasa kita
Waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam. Pasukan utama dipimpin oleh raja tengah menyerang bangunan tua yang dijadikan markas utama para penyihir.Pertarungan malam hari seperti ini cukup menyulitkan. Terlebih, pencahayaan hanya berasal dari obor yang mereka bawa.Para penyihir menyerang dengan sihir yang mereka kuasai, ada seorang necromancer pula mirip seperti Lloloayma. Alhasil, Medan pertempuran itu juga dipenuhi oleh mayat hidup.Mayat-mayat tersebut akan bangkit lagi jika tidak dipotong-potong sampai tak bisa berdiri. Jadi, para prajurit sengaja menebas kaki, tangan dan kepala mereka. Kebanyakan sudah berubah jadi tengkorak, jadi cukup mudah dikalahkan.Akan tetapi, ternyata bukan hanya mayat manusia yang bisa dikendalikan, melainkan binatang. Satu per satu mayat binatang seperti serigala, anjing hutan, harimau, ular dan lain-lain bangkit dari dalam tanah. Yang dibangkitkan hanya yang baru saja mati, sehingga kondisi tubuh mereka belum sepenuhnya berubah menjadi tulang.Meng
Marko sudah menyerang semua orang yang menghadang. Vampire, vampire yang dihabisi rata-rata hanyalah vampire biasa, vampire yang selama ini cuma berani bersembunyi di kegelapan, memangsa manusia atau hewan secara diam-diam. Marko sama sekali tidak merasa bersalah membantai vampire. Justru dia bahagia bisa melenyapkan vampire-vampire haus darah itu. Dia menyebut mereka sebagai vampire palsu.Semuanya dibantai olehnya hanya dengan tangan kosong, sementara itu, Damio membantu dengan pedang lapis peraknya.Mereka sudah masuk ke ruangan demi ruangan yang membingungkan. Banyak sekali lorong panjang yang jelas dipenuhi banyak sihir. Manusia normal pasti terjebak di situ, tidak akan bisa keluar. Damio cukup mampu mengendalikan pikirannya berkat darah penyihir yang mengalir ditubuhnya.Di dalam pikirannya terselip ingatan tentang Elora. Entah apa dia bisa menemuinya besok dengan kondisi selamat. Namun, dia menghela napas panjang, melupakan pemikiran buruk barusan.Di saat seperti ini harus te
Pertarungan antara Damio melawan Lord Obsidian telah mencapai puncaknya. Tidak hanya mereka, Marko lebih dahulu menyelesaikan pertarungannya dengan meninju keras wajah si pengawal Dhampir hingga dia terlempar, lalu menabrak tembok sampai retak dan hancur.Saking kuatnya, tubuh pengawal itu tertancap di tembok. Dia memuntahkan darah segar, dan kemudian tak sadarkan diri. Dia jelas masih hidup, tetapi sudah sekarat. Tubuhnya pasti takkan bisa menahan luka-luka yang dia terima.Sebelum kesadarannya hilang, dia sempat melihat ke arah tuannya, Lord Obsidian. Kenangan masa lalunya kembali. Saat kecil, dia dibuang dan hampir dibunuh oleh penduduk di pinggiran desa karena jati dirinya seorang dhampir diketahui. Bahkan, ibu manusianya sudah dieksekusi.Menjelang kematiannya, keluarga bangsawan Obsidian datang untuk membawanya. Sejak saat itu, semua orang tahunya kalau anak dhampir itu sudah tewas di tangan bangsawan Obsidian, tapi sebenarnya dia tetap dibiarkan hidup.Di kediaman mereka, dia d
Peperangan sudah mencapai puncaknya. Bardo menyerang barisan penyihir bertudung hitam yang menjaga tempat ritual sihir berlangsung. Di sebelahnya selain ada Hanter juga ada panglima perang kerajaan Lux. Pria setengah baya itu jarang sekali kelihatan di publik, dan memang hanya muncul ketika diperlukan seperti ini.Pria tersebut maju sambil menebas semua penyihir yang menghalangi. Secara menakjubkan, tubuhnya kebal terhadap sihir, karena itulah dia bisa menerobos saja tanpa terkena efek apapun."MUSTAHIL!" salah satu penyihir yang tak percaya. Dia sudah melemparkan rapalan sihirnya terhadap pria itu tetapi tidak ada efek. Padahal, sihir-sihir mereka mampu membuat para prajurit biasa berjatuhan. Mereka semua terkena sihir yang melumpuhkan otot-otot sehingga terasa seperti mati, tapi hanya tak sadarkan diri."ARRRGH!" "aagrrh!" satu per satu suara para prajurit berjatuhan terdengar di seluruh area itu. Ruangan yang sangat luas, besar, berlangit-langit tinggi, benar-benar mampu menampu
Jarum jam tinggal beberapa menit lagi sudah menuju ke tengah malam. Tidak ada kabar juga dari Damio.Elora terdiam di tempat yang sama dan di posisi yang sama, dekat dengan jendela. Dia menjadi tidak tenang. Entah apa yang terjadi pada tunangannya itu. Apakah dia berhasil mengalahkan Leandro, Tordes dan semua musuh-musuhnya? Ataukah malah terjebak oleh permainan licik mereka?Yang membuatnya khawatir adalah Leandro. Pria vampire itu memang kuat. Dia tidak bisa tenang menghadapi ini. Tetapi, dia berusaha menguatkan diri karena percaya terhadap Marko. Marko lebih lama hidup daripada Leandro. Lagipula, dia yakin vampire itu juga jauh lebih kuat.Hanya saja, Leandro menang dalam hal pemikiran licik. Pria itu bisa membuatnya hampir terpengaruh dahulu. Untung saja, dia diselamatkan Damio, dan kesalahpahaman di antara mereka bisa teratasi."Bagaimana keadaan Damio sekarang ..." Elora tertegun sejenak, tak melanjutkan gumamnya kala melihat ada cahaya berkedip-kedip di depan sana.Iya, di luar
Elora bangun dari tidur panjangnya. Dia mengerjap-ngerjapkan mata, melihat langit-langit yang familiar.Ah, kamar tidurnya yang biasa saja.Dia bangun sambil memijat keningnya. "Bangun tidur bukannya tubuh membaik, tapi malah sakit kepala. Apa aku kebanyakan kerja? Untung saja sekarang Minggu ... Minggu 'kan?"Dia meraih ponselnya yang ada di meja nakas samping ranjang, dan memang benar sekarang adalah Minggu jam tujuh pagi.Dia tertegun sejenak, melihat kamarnya yang berantakan seperti biasa. Entah mengapa dia merasa sangat sedih.Dia menyentuh dadanya, air mata mendadak keluar dari kedua matanya. Ini membuatnya makin bingung.Dia mengusap air mata itu, lalu bergumam, "ada apa denganku? Aku menangis? Rasanya seperti sudah bermimpi lama sekali ... Apa ini alasan kenapa tubuhku kaku?"Tak mau membuang-buang waktu, dia turun dari ranjangnya, lalu melihat diri sendiri di depan cermin meja rias. Untuk sejenak, dia memperhatikan wajah sendiri."Aneh ... Aku seperti bermimpi sangat aneh, ta
'Jangan ... Damio ... Cepat pergi, tinggalkan aku di sini. Jangan mati bersamaku.'Itu adalah kata yang seharusnya diucapkan Elora, tapi tak bisa keluar. Dia hanyalah sisa jiwa yang masih bersemayam di tubuh Elora si vampire. Suara Damio pun semakin lirih, membuktikan bahwa sebentar lagi dia benar-benar akan menghilang.Tetapi, dia tidak mau Damio ikut pergi bersamanya. Ini sangat tidak masuk akal. Kenapa pria ini mau mati bersamanya, orang yang hanya bisa menjadi beban.Dia ingin menangis.Damio membelai pipi Elora, bibirnya tersenyum. Entah mengapa dia seperti bisa mengetahui perasaan Elora yang masih tertinggal.Dia berkata, "aku tahu kamu pasti memintaku untuk pergi dari sini, tapi tidak bisa. Kakiku terluka. Aku akan menemanimu sebentar lagi. Aku sudah tidak ingin berada di dunia ini, Sayang. Jika kehidupan lain itu memang ada ... Aku ingin hidup bersamamu."Usai mendengar itu, Elora benar-benar terharu. Dia tak lagi bisa mendengarkan apapun, yang bisa dia lakukan adalah pasrah s
Pertarungan puncak sudah berlangsung berjam-jam, pasukan kerajaan yang dipimpin oleh sang raja Bernardo II dan jenderal perangnya telah mendominasi peperangan itu.Saat jenderal perang menghabisi seluruh pasukan yang bukan manusia biasa dan penyihir-penyihir kuat, Bardo dibantu oleh Hanter berhasil memojokkan Tordes.Pada dasarnya Tordes memiliki kemampuan sihir yang luar biasa, tapi fisiknya cukup lemah. Lama kelamaan, dia tidak bisa mengimbangi kecepatan dari hanter. Semua orang sudah tumbang, menyisakan dirinya dan beberapa penyihir saja.Sementara itu, para pendeta yang juga merupakan anggota dari bangsawan yang ikut berperang menetralisir efek dari ritual dengan berbagai barang suci. Beruntung, mereka tidak terlalu terlambat untuk menutup lagi gerbang menuju ke neraka.Kejadian ini mengingatkan Bardo akan deskripsi di buku semasa perang ratusan tahun silam yang menghilangkan banyak nyawa penyihir. Seperti inilah wujud dari peperangan itu.Hampir separuh pasukannya harus tiada, te
Api menjalar sangat cepat di bangunan tempat persembunyian. Elora mulai panik merasakan Hawa panas yang familiar. Kenapa setiap kali pergi selalu saja ada yang membakar tempat yang dia jadikan persembunyian?Ini memuakkan.Dia berlari di bersama si kembar untuk mengungsi ke area bangunan yang belum terbakar. Mereka menunggu kedatangan Fionnan dulu.Bagaimana pun, di luar juga cukup darurat, di mana para manusia serigala menyerang dari berbagai arah.Leandro pun masih dihadang oleh Haervis yang sudah ngos-ngosan. Sedangkan, Fionnan sibuk di belakang dengan para manusia serigala.Elora menjadi khawatir dengan mereka berdua. Dia juga khawatir terhadap Damio. Tak berselang lama dari itu, dia merasakan kehadiran yang familiar pula.Langkahnya pun terhenti.Ini membuat pelayan kembar menjadi panik dan menoleh. Mita bertanya, "nona kenapa berhenti? Ayo kita tetap berlari."Mina ikut mengatakan, "iya, Nona. Area ini sudah terbakar. Kita harus ke belakang. Di sana ada Sir Fionnan.""Damio ...
Leandro datang ke bangunan tempat persembunyian Elora. Dia sedikit beruntung karena ada serangan dari kelompok manusia serigala yang mendekat. Dengan begini, dia bisa mendekat ke jendela, tepat di mana ruangan Elora berada. Dia berniat untuk memecah jendela itu, lalu masuk.Akan tetapi, sebelum niatnya terpenuhi, Haervis sudah terlebih dahulu menghampirinya, lalu berniat menendangnya.Leandro berhasil menghindar sehingga tendangan Haervis hanya mengenai udara."Serigala sialan," umpatnya.Haervis bersiap untuk menyerang lagi. Mimik wajahnya terlihat serius, tapi sebenarnya dia juga sedikit lelah. Dia sudah bertarung terus menerus, wajar saja kehabisan tenaga.Dia tidak yakin bisa menahan vampire itu lebih lama, jadi berharap agar Fionnan segera membereskan para manusia serigala yang mengamuk.Leandro tersenyum. Dia sudah tahu kalau Haervis sudah mencapai batasnya. "Kamu pasti mati kalau melawanku begini.""Aku tidak peduli.""Kenapa kalian sangat protektif pada Elora? Aku cuma ingin m
Serangan Leandro terpaksa terhenti karena kekacauan yang terjadi tepat di tengah malam. Dia tidak bisa berkonsentrasi karena pepohonan banyak yang tersambar petir dan roboh.Dia juga tidak melihat Fionnan kembali. Pengawal itu jelas sudah kembali ke rumah untuk memperingatkan akan bahaya.Dia sendiri juga tidak mengira kalau terdengar lolongan serigala di kejauhan. Pandangannya menengadah ke langit, mendengarkan lolongan itu yang tiada henti.Semakin dekat .. dekat .. dan dekat saja."Sialan." Dia mengumpat karena tidak rela Elora diserang oleh para serigala. Tetapi, dia tidak ada waktu meladeni musuh yang tiada habisnya ini.Selain itu, manusia serigala saat bulan purnama begini sangatlah kuat, berkali-kali lipat kuatnya dari biasa. Akan butuh banyak waktu untuk meladeni mereka.Dia tidak peduli apapun, dan berlari menuju ke bangunan tempat Elora seharusnya berada.Begitu keluar hutan, dia langsung disambut oleh petir yang hampir saja menyambarnya. Berdiam diri di tengah halaman sep
Damio dan Marko perjalanan menuju ke ibu kota. Keduanya sampai dalam waktu singkat. Sesampainya di sana, tidak ada yang melihat ada seseorang yang masih hidup.Darah berceceran di mana-mana, tubuh- tubuh tercabik ada di mana-mana. Tidak ada yang enak di pandang di sini.Marko melihat semua kekacauan ini. Dia melihat juga ke tembok-tembok bangunan yang sudah rusak parah."Tuan, sepertinya pertarungan di sini baru saja selesai, saya masih bisa mencium bau vampire itu," kata Marko masih melihat sekitar.Damio tertegun melihat segalanya. Dia tidak merasa ada yang berbahaya di sini. Segalanya terlihat sudah selesai.Dia berkata, "aku tidak merasakan kehadiran seseorang yang masih hidup di sini. Apa vampire sialan itu berhasil membunuh mereka semua?""Iya, Tuan, sepertinya dia baru saja pergi.""Aku penasaran ke mana dia pergi? Kamu bisa melacaknya? Apa dia ke istana? Atau mencari Lady Eizabell?""Saya tidak yakin merasakan kehadiran vampire lain di sini, Tuan, tidak ada manusia serigala at
Jarum jam tinggal beberapa menit lagi sudah menuju ke tengah malam. Tidak ada kabar juga dari Damio.Elora terdiam di tempat yang sama dan di posisi yang sama, dekat dengan jendela. Dia menjadi tidak tenang. Entah apa yang terjadi pada tunangannya itu. Apakah dia berhasil mengalahkan Leandro, Tordes dan semua musuh-musuhnya? Ataukah malah terjebak oleh permainan licik mereka?Yang membuatnya khawatir adalah Leandro. Pria vampire itu memang kuat. Dia tidak bisa tenang menghadapi ini. Tetapi, dia berusaha menguatkan diri karena percaya terhadap Marko. Marko lebih lama hidup daripada Leandro. Lagipula, dia yakin vampire itu juga jauh lebih kuat.Hanya saja, Leandro menang dalam hal pemikiran licik. Pria itu bisa membuatnya hampir terpengaruh dahulu. Untung saja, dia diselamatkan Damio, dan kesalahpahaman di antara mereka bisa teratasi."Bagaimana keadaan Damio sekarang ..." Elora tertegun sejenak, tak melanjutkan gumamnya kala melihat ada cahaya berkedip-kedip di depan sana.Iya, di luar
Peperangan sudah mencapai puncaknya. Bardo menyerang barisan penyihir bertudung hitam yang menjaga tempat ritual sihir berlangsung. Di sebelahnya selain ada Hanter juga ada panglima perang kerajaan Lux. Pria setengah baya itu jarang sekali kelihatan di publik, dan memang hanya muncul ketika diperlukan seperti ini.Pria tersebut maju sambil menebas semua penyihir yang menghalangi. Secara menakjubkan, tubuhnya kebal terhadap sihir, karena itulah dia bisa menerobos saja tanpa terkena efek apapun."MUSTAHIL!" salah satu penyihir yang tak percaya. Dia sudah melemparkan rapalan sihirnya terhadap pria itu tetapi tidak ada efek. Padahal, sihir-sihir mereka mampu membuat para prajurit biasa berjatuhan. Mereka semua terkena sihir yang melumpuhkan otot-otot sehingga terasa seperti mati, tapi hanya tak sadarkan diri."ARRRGH!" "aagrrh!" satu per satu suara para prajurit berjatuhan terdengar di seluruh area itu. Ruangan yang sangat luas, besar, berlangit-langit tinggi, benar-benar mampu menampu