Berjam-jam telah berlalu.Elora tetap setia menemani Damio. Dia sering memerika suhu kening pria itu yang masih hangat. Itu artinya demamnya belum juga turun. Tetapi, dia bersyukur karena pria itu sudah terlelap. Hingga malam akhirnya terlewati— dan Elora bosan sendiri sehingga menyandarkan punggung di batuan besar belakangnya.Tak lama usai dia tertidur, Damio kini membuka mata karena merasakan perbedaan suhu dan hawa tidak menyenangkan. Api unggun mereka sudah hampir padam kehabisan kayu. Tidak ada sisa kayu lagi di dalam gua tersebut.Damio bangun dari pangkuan Elora, lalu berdiri— berjalan mendekati mulut gua. Malam telah terlewati, sekarang sudah hampir pagi. Cuaca sudah tidak seburuk semalam. Tidak ada gemuruh dan petir yang saling mengamuk, angin terasa tenang, hanya saja— langit masih dipenuhi awan mendung.Damio berhenti di mulut gua, melihat sekitarnya— tanah berumput masih digenangi air, banyak sekali pohon yang tumbang. Benar-benar porak porandah."Siapa barusan ..." D
Elora dan Damio mengikuti Yang Mulia Raja kembali ke sebuah bangunan besar, salah satu rumah bangsawan yang sudah terbengkalai. Tak banyak yang tahu kalau sebenarnya itu adalah salah satu rumah ibu dari Yang Mulia Raja, ratu dari raja sebelumnya.Meskipun sudah tak berpenghuni, tapi tempat ini sering dibersihkan tanpa sepengetahuan siapapun atas perintah raja. Hanya saja, empatnya memang agak usang, di beberapa bagian tembok ada yang sudah retak.Mereka semua masuk ke dalam, dan melakukan pertemuan di ruang tengah. Di ruangan luas itu terdapat sebuah meja bundar yang memiliki sepuluh kursi yang mengintarinya.Damio duduk di salah satu kursi, di sampingnya sudah duduk Elora. Bertepatan di seberang meja adalah sang raja, kemudian dua pengawal setia yang berdiri di belakang.Elora tertunduk, tidak mau bertukar pandangan dengan raja tersebut. Dia sungguh gugup, tak bisa tenang sama sekali. Di novel, pria itu memang tidak menunjukkan sikap yang buruk, tetapi sangat membenci vampire.Damio
Elora duduk di kursi yang tepat ada di seberang meja dari Bardo. Dia masih gugup, tapi sudah biasa agak lebih tenang saat berhadapan dengan pria itu. Walaupun, tentu saja tekanan berada dekat dengan karakter utama sangat berat.Tidak semua hal diceritakan oleh Damio terhadap raja tersebut. Yang diceritakan hanyalah sebatas jati diri Elora dan rencana mereka dalam menghadapi musuh kerajaan yaitu Leandro dan lainnya."Bagaimana keadaan Damio?" Bardo membuka obrolan.Elora menjawab, "dia baik-baik saja, sekarang sedang tidur. Untung saja luka di betisnya tidak infeksi. Aku khawatir sejak semalam.""Apa saja yang kalian alami?""Sepertinya ada pembunuh bayaran yang mengejar kami, mungkin dari keluarga Tordes. Sebelumnya ...""Sebelumnya?"Elora masih tertegun menatap Bardo. Sebelumnya, Damio juga diserang saat masih di istana. Apa benar dugaan tunangannya waktu itu ... semua itu juga ada campur tangan raja? Artinya raja sebelumnya sudah berniat membunuh Damio?Apa iya?Tidak mungkin.Kare
Mengobrol dengan karakter utama memberikan Elora banyak informasi dan nasehat. Ternyata memang benar, yang mulia raja memiliki pola pikir yang berbeda dari kebanyakan orang. Pria itu selalu berpikir ke depan, memperhitungkan segalanya, dan yang paling penting ... dia selalu bijaksana.Elora hanya bisa tersenyum mendengarkan raja itu bercerita tentang masa lalu. Iya, masa di mana raja Bernardo pertama masih memerintah, kakek buyutnya, sekaligus karakter utama dari novel pertama.Dari situ, Elora jadi mengetahui banyak hal tanpa perlu membaca novel pertamanya. Sesuai dugaannya, di novel pertama pasti menjelaskan banyak tentang vampire Vesper, manusia serigala, dan perang melawan penyihir.Saat Elora fokus mendengarkan cerita tersebut, dia tidak sadar kalau sedang diperhatikan oleh Damio. Pria itu sudah bangun karena tidak merasakan kehadiran Elora.Dugaannya benar.Di saat dia tertidur, tunangannya malah mengobrol dengan kakaknya. Obrolan yang cukup akrab. Dia cemburu berat mengintip da
Antagonis masih hidup?Wanita itu masih hidup?Mantan tunangan Damio yang sudah dihabisi berbulan-bulan silam itu masih hidup? Dibangkitkan lagi? Hah?Untuk beberapa detik, Elora sama sekali tidak mengerti ... kenapa semua jadi begini? Orang yang sudah mati pun bisa dihidupkan lagi?Dia bertanya, "apa dia jadi mayat hidup? Seperti mayat-mayat bangkit di rumah kamu kemarin itu?"Damio menggeleng. "Tidak, ini beda. Kalau jadi mayat hidup, aku tidak akan sekhawatir ini, Elora. Waktu itu, aku yakin melihatnya benar-benar hidup ... dia juga bisa bicara. Kemungkinan itu sihir terlarang""Tapi, kamu sudah membunuhnya, kamu bilang juga menebas siapapun .. ... artinya mayatnya pun tidak berbentuk 'kan? Dan bagaimana mungkin mayatnya baik-baik saja?""Kemungkinan saat aku dan Fio meninggalkan rumah itu, ada yang langsung mengamankan mayatnya.""Tapi ... bukankah pihak istana yang mengurus semua itu," kata Elora menoleh ke sang raja yang mendengarkan saja. Tetapi, kemudian dia tersadar sudah men
Elora terlalu lelah memikirkan kemungkinan apa yang aman terjadi. Sial memang, padahal dia mengetahui siapa saja yang menjadi musuh, siapa saja yang jahat di dunia novel ini. Namun,btetap saja ... Seolah kematian akan terus mendatanginya.Sejak dia dan Damio masih hidup di dunia ini, seluruh alur cerita menjadi berbeda. Dia tidak mengerti lagi apa yang akan terjadi. Sebelumnya, di cerita mana ada adegan dimana vampire Vesper menyerang istana kerajaan saat ulang tahun raja.Malahan, di novel pada saat ulang tahun itu, banyak adegan romantis antara raja bersama Rosalie. Mereka seharusnya berdansa, menikmati waktu berdua, dan lain-lain.Tetapi, berkat ide brutal Damio, dia malah mengubah pesta ulang tahun itu menjadi awal mula peperangan ini.Niat hati ingin menjadikan Marko sebagai kaki tangan Leandro, lalu mereka akan dimusuhi oleh pihak kerajaan, kini malah semuanya berantakan. Leandro jauh lebih pintar sehingga mengambil langkah terlebih dahulu.Dia memanfaatkan bangsawan Tordes seba
Fionnan berlari mengejar hawa keberadaan dari Haervis. Di tengah-tengah rerimbunan hutan, dia terus mengikutinya. Aroma itu semakin dekat, dekat ...Suara tapak kuda juga semakin dekat. Ada yang sedang menunggangi kuda di depan.Kedua mata Fionnan berkilatan, dia sudah dalam mode serius. Insting serigalanya meningkat ke tahap maksimal hingga larinya semakin cepat.Kalau sudah begini, tentu saja dia lebih cepat daripada kuda manapun. Di depan, terlihat ada seekor kuda coklat yang tengah ditunggangi oleh seorang pria berjubah hitam misterius, dan Haervis diseret dengan tali."Haervis!" Fionnan berteriak memanggil. Dia iba dengan kondisi kepala pelayan itu yang cukup memprihatinkan.Dia segera menebas tali yang mengikat kaki pria itu dengan si kuda. Setelah itu, dia hendak mengejar pria misterius berkuda itu.Akan tetapi, Haervis mencengkram tangan Fionnan. Wajahnya banyak sayatan sehingga dengan darah yang sudah hampir kering. Dia berkata, "Fionnan, kamu cepat ... kembali saja ke Tuan .
Antagonis asli, Lady Eizabell, telah dibangkitkan lagi dari kematiannya. Selain itu, dia juga telah diubah menjadi Dhampir sehingga memiliki kekuatan yang melebihi manusia biasa. Namun, sebagaimana Dhampir, walaupun tak takut matahari, tetap saja akan menyakitkan jika terlalu lama.Karena itulah, Marquess Tordes selalu membantu dengan membuat langit dipenuhi oleh awan-awan tebal sehingga kegelapan selalu menyertai seluruh kota.Begitu dia sampai di wilayah tempat persembunyian Damio dan yang lain, dia berhenti sejenak. Dia menghirup aroma pepohonan sekitarnya ... Aroma orang-orang yang sangat dia cintai berada di satu tempat. Matanya berkilatan merah akibat bahagia."Oh, Bernardo- ku tercinta ada di sini ... dan tentu saja calon suamiku yang aku sayangi juga, Damiano ..." ucapnya diselingi tawa licik. Secara fisik, wanita ini tampak sangat hidup, tidak seperti mayat hidup pada umumnya . Dia sudah dibangkitkan lagi, dan sudah pasti adalah sumber marabahaya saat ini.Fionnan sendiri le
Elora bangun dari tidur panjangnya. Dia mengerjap-ngerjapkan mata, melihat langit-langit yang familiar.Ah, kamar tidurnya yang biasa saja.Dia bangun sambil memijat keningnya. "Bangun tidur bukannya tubuh membaik, tapi malah sakit kepala. Apa aku kebanyakan kerja? Untung saja sekarang Minggu ... Minggu 'kan?"Dia meraih ponselnya yang ada di meja nakas samping ranjang, dan memang benar sekarang adalah Minggu jam tujuh pagi.Dia tertegun sejenak, melihat kamarnya yang berantakan seperti biasa. Entah mengapa dia merasa sangat sedih.Dia menyentuh dadanya, air mata mendadak keluar dari kedua matanya. Ini membuatnya makin bingung.Dia mengusap air mata itu, lalu bergumam, "ada apa denganku? Aku menangis? Rasanya seperti sudah bermimpi lama sekali ... Apa ini alasan kenapa tubuhku kaku?"Tak mau membuang-buang waktu, dia turun dari ranjangnya, lalu melihat diri sendiri di depan cermin meja rias. Untuk sejenak, dia memperhatikan wajah sendiri."Aneh ... Aku seperti bermimpi sangat aneh, ta
'Jangan ... Damio ... Cepat pergi, tinggalkan aku di sini. Jangan mati bersamaku.'Itu adalah kata yang seharusnya diucapkan Elora, tapi tak bisa keluar. Dia hanyalah sisa jiwa yang masih bersemayam di tubuh Elora si vampire. Suara Damio pun semakin lirih, membuktikan bahwa sebentar lagi dia benar-benar akan menghilang.Tetapi, dia tidak mau Damio ikut pergi bersamanya. Ini sangat tidak masuk akal. Kenapa pria ini mau mati bersamanya, orang yang hanya bisa menjadi beban.Dia ingin menangis.Damio membelai pipi Elora, bibirnya tersenyum. Entah mengapa dia seperti bisa mengetahui perasaan Elora yang masih tertinggal.Dia berkata, "aku tahu kamu pasti memintaku untuk pergi dari sini, tapi tidak bisa. Kakiku terluka. Aku akan menemanimu sebentar lagi. Aku sudah tidak ingin berada di dunia ini, Sayang. Jika kehidupan lain itu memang ada ... Aku ingin hidup bersamamu."Usai mendengar itu, Elora benar-benar terharu. Dia tak lagi bisa mendengarkan apapun, yang bisa dia lakukan adalah pasrah s
Pertarungan puncak sudah berlangsung berjam-jam, pasukan kerajaan yang dipimpin oleh sang raja Bernardo II dan jenderal perangnya telah mendominasi peperangan itu.Saat jenderal perang menghabisi seluruh pasukan yang bukan manusia biasa dan penyihir-penyihir kuat, Bardo dibantu oleh Hanter berhasil memojokkan Tordes.Pada dasarnya Tordes memiliki kemampuan sihir yang luar biasa, tapi fisiknya cukup lemah. Lama kelamaan, dia tidak bisa mengimbangi kecepatan dari hanter. Semua orang sudah tumbang, menyisakan dirinya dan beberapa penyihir saja.Sementara itu, para pendeta yang juga merupakan anggota dari bangsawan yang ikut berperang menetralisir efek dari ritual dengan berbagai barang suci. Beruntung, mereka tidak terlalu terlambat untuk menutup lagi gerbang menuju ke neraka.Kejadian ini mengingatkan Bardo akan deskripsi di buku semasa perang ratusan tahun silam yang menghilangkan banyak nyawa penyihir. Seperti inilah wujud dari peperangan itu.Hampir separuh pasukannya harus tiada, te
Api menjalar sangat cepat di bangunan tempat persembunyian. Elora mulai panik merasakan Hawa panas yang familiar. Kenapa setiap kali pergi selalu saja ada yang membakar tempat yang dia jadikan persembunyian?Ini memuakkan.Dia berlari di bersama si kembar untuk mengungsi ke area bangunan yang belum terbakar. Mereka menunggu kedatangan Fionnan dulu.Bagaimana pun, di luar juga cukup darurat, di mana para manusia serigala menyerang dari berbagai arah.Leandro pun masih dihadang oleh Haervis yang sudah ngos-ngosan. Sedangkan, Fionnan sibuk di belakang dengan para manusia serigala.Elora menjadi khawatir dengan mereka berdua. Dia juga khawatir terhadap Damio. Tak berselang lama dari itu, dia merasakan kehadiran yang familiar pula.Langkahnya pun terhenti.Ini membuat pelayan kembar menjadi panik dan menoleh. Mita bertanya, "nona kenapa berhenti? Ayo kita tetap berlari."Mina ikut mengatakan, "iya, Nona. Area ini sudah terbakar. Kita harus ke belakang. Di sana ada Sir Fionnan.""Damio ...
Leandro datang ke bangunan tempat persembunyian Elora. Dia sedikit beruntung karena ada serangan dari kelompok manusia serigala yang mendekat. Dengan begini, dia bisa mendekat ke jendela, tepat di mana ruangan Elora berada. Dia berniat untuk memecah jendela itu, lalu masuk.Akan tetapi, sebelum niatnya terpenuhi, Haervis sudah terlebih dahulu menghampirinya, lalu berniat menendangnya.Leandro berhasil menghindar sehingga tendangan Haervis hanya mengenai udara."Serigala sialan," umpatnya.Haervis bersiap untuk menyerang lagi. Mimik wajahnya terlihat serius, tapi sebenarnya dia juga sedikit lelah. Dia sudah bertarung terus menerus, wajar saja kehabisan tenaga.Dia tidak yakin bisa menahan vampire itu lebih lama, jadi berharap agar Fionnan segera membereskan para manusia serigala yang mengamuk.Leandro tersenyum. Dia sudah tahu kalau Haervis sudah mencapai batasnya. "Kamu pasti mati kalau melawanku begini.""Aku tidak peduli.""Kenapa kalian sangat protektif pada Elora? Aku cuma ingin m
Serangan Leandro terpaksa terhenti karena kekacauan yang terjadi tepat di tengah malam. Dia tidak bisa berkonsentrasi karena pepohonan banyak yang tersambar petir dan roboh.Dia juga tidak melihat Fionnan kembali. Pengawal itu jelas sudah kembali ke rumah untuk memperingatkan akan bahaya.Dia sendiri juga tidak mengira kalau terdengar lolongan serigala di kejauhan. Pandangannya menengadah ke langit, mendengarkan lolongan itu yang tiada henti.Semakin dekat .. dekat .. dan dekat saja."Sialan." Dia mengumpat karena tidak rela Elora diserang oleh para serigala. Tetapi, dia tidak ada waktu meladeni musuh yang tiada habisnya ini.Selain itu, manusia serigala saat bulan purnama begini sangatlah kuat, berkali-kali lipat kuatnya dari biasa. Akan butuh banyak waktu untuk meladeni mereka.Dia tidak peduli apapun, dan berlari menuju ke bangunan tempat Elora seharusnya berada.Begitu keluar hutan, dia langsung disambut oleh petir yang hampir saja menyambarnya. Berdiam diri di tengah halaman sep
Damio dan Marko perjalanan menuju ke ibu kota. Keduanya sampai dalam waktu singkat. Sesampainya di sana, tidak ada yang melihat ada seseorang yang masih hidup.Darah berceceran di mana-mana, tubuh- tubuh tercabik ada di mana-mana. Tidak ada yang enak di pandang di sini.Marko melihat semua kekacauan ini. Dia melihat juga ke tembok-tembok bangunan yang sudah rusak parah."Tuan, sepertinya pertarungan di sini baru saja selesai, saya masih bisa mencium bau vampire itu," kata Marko masih melihat sekitar.Damio tertegun melihat segalanya. Dia tidak merasa ada yang berbahaya di sini. Segalanya terlihat sudah selesai.Dia berkata, "aku tidak merasakan kehadiran seseorang yang masih hidup di sini. Apa vampire sialan itu berhasil membunuh mereka semua?""Iya, Tuan, sepertinya dia baru saja pergi.""Aku penasaran ke mana dia pergi? Kamu bisa melacaknya? Apa dia ke istana? Atau mencari Lady Eizabell?""Saya tidak yakin merasakan kehadiran vampire lain di sini, Tuan, tidak ada manusia serigala at
Jarum jam tinggal beberapa menit lagi sudah menuju ke tengah malam. Tidak ada kabar juga dari Damio.Elora terdiam di tempat yang sama dan di posisi yang sama, dekat dengan jendela. Dia menjadi tidak tenang. Entah apa yang terjadi pada tunangannya itu. Apakah dia berhasil mengalahkan Leandro, Tordes dan semua musuh-musuhnya? Ataukah malah terjebak oleh permainan licik mereka?Yang membuatnya khawatir adalah Leandro. Pria vampire itu memang kuat. Dia tidak bisa tenang menghadapi ini. Tetapi, dia berusaha menguatkan diri karena percaya terhadap Marko. Marko lebih lama hidup daripada Leandro. Lagipula, dia yakin vampire itu juga jauh lebih kuat.Hanya saja, Leandro menang dalam hal pemikiran licik. Pria itu bisa membuatnya hampir terpengaruh dahulu. Untung saja, dia diselamatkan Damio, dan kesalahpahaman di antara mereka bisa teratasi."Bagaimana keadaan Damio sekarang ..." Elora tertegun sejenak, tak melanjutkan gumamnya kala melihat ada cahaya berkedip-kedip di depan sana.Iya, di luar
Peperangan sudah mencapai puncaknya. Bardo menyerang barisan penyihir bertudung hitam yang menjaga tempat ritual sihir berlangsung. Di sebelahnya selain ada Hanter juga ada panglima perang kerajaan Lux. Pria setengah baya itu jarang sekali kelihatan di publik, dan memang hanya muncul ketika diperlukan seperti ini.Pria tersebut maju sambil menebas semua penyihir yang menghalangi. Secara menakjubkan, tubuhnya kebal terhadap sihir, karena itulah dia bisa menerobos saja tanpa terkena efek apapun."MUSTAHIL!" salah satu penyihir yang tak percaya. Dia sudah melemparkan rapalan sihirnya terhadap pria itu tetapi tidak ada efek. Padahal, sihir-sihir mereka mampu membuat para prajurit biasa berjatuhan. Mereka semua terkena sihir yang melumpuhkan otot-otot sehingga terasa seperti mati, tapi hanya tak sadarkan diri."ARRRGH!" "aagrrh!" satu per satu suara para prajurit berjatuhan terdengar di seluruh area itu. Ruangan yang sangat luas, besar, berlangit-langit tinggi, benar-benar mampu menampu