Andai hidup itu semudah yang direncanakan.
Akan banyak orang yang menggunakan note book.____Meera.****
Meera sudah siap dengan setelan kerjanya. Memakai rok yang sedikit diatas lutut Meera memadukannya dengan kemeja biru tangan panjang serta blazer berwarna cream.
Rambut Meera yang sudah di potong pendek kini membuat penampilannya lebih segar.
"Ayo anak mommy, kamu temani mommy bekerja ya," ucap Meera lalu kembali melihat pantulan dirinya didepan cermin.Ada sebuah pesan dari Celine yang mengingatkannya untuk minum susu.
Meera segera membalas pesan tersebut lalu memesan taksi online.🌼🌼🌼🌼
Tepuk tangan yang ramai tidak membuat Meera berbesar hati karena dia tahu di saat penerimaannya ini juga banyak karyawati yang membicarakan perihal dirinya.
Dia masih muda namun sudah diangkat menjadi Head Manager Marketing.Derson Grub adalah perusahaan yang besar dan posisi yang dia dapatkan saat ini tentu tidak mudah.
Meera memiliki tekad, dan dia sudah mewujudkannya.Hidup yang Meera jalani tidak mudah, meski dia di adopsi namun dia pernah merasa sangat kesulitan. Terutama saat dia kecil dan berada di panti asuhan.
Semenjak kecil Meera sudah berandai-andai kelak dia akan menjadi orang kaya raya. Dia juga selalu berdoa pada Tuhan agar kelak menjadi wanita yang hebat.Namun sepertinya doa-nya mulai malam ini harus dia ubah.
Dia akan meminta pada Tuhan agar dijadikan seorang Ibu yang hebat.Lamunan Meera terhenti saat sekertaris-nya mengetuk pintu.
"Ya masuk," jawab Meera."Maaf bu, sudah jam pulang kantor. Apa ibu ada keperluan lagi ?" tanya wanita bernama Sintya itu.
"Tidak ada Sintya, terima kasih untuk hari ini." Sintya tersenyum dan Meera juga bergegas untuk keluar dari ruangannya.
Mobil antar jemput dari perusahaan mengantarkan Meera ke tempat salah satu sahabatnya membuka usaha.
Kedatangan Meera membuat Reya terkejut karena dia memang tidak memberikan kabar sebelumnya."Meera loe kok gak bilang-bilang ?" tanya Reya dan Meera mengangguk saja sambil melihat-lihat beberapa roti yang tersedia.
"Gue tau loe cuma suka satu jenis roti," kata Reya lagi dan Meera tersenyum setuju.
Tanpa Meera sadari seorang pria tepat di depannya sedang memperhatikan Meera tanpa berkedip.
"Eh Meer loe masih ingat ? Ini Bumi sepupu gue," suara Reya membuat pria itu terkejut sepertinya.Meera melambaikan tangannya dan sedikit memberi senyuman.
"Hai kak," sapa Meera dan Reya menggelengkan kepala melihat sikap Meera yang memang jutek.Meera memilih duduk di salah satu tempat duduk cafe Reya.
"Re ada waktu gak besok ?" tanya Meera."Hai Meera." Tiba-tiba pria bernama Bumi itu duduk di depannya membuat Meera merasa sedikit terganggu.
Tidak ada senyuman dari Meera, dia malah melihat Bumi dengan tatapan aneh.Reya sendiri sepertinya sibuk melayani beberapa pelanggan, kebetulan cafe Reya ramai sore itu.
"Kamu sudah kembali dari London ?" tanya Bumi dan Meera mengangguk."Sudah lama aku tidak melihat kamu, dan kamu semakin cantik saja." Meera sendiri bingung menjawab apa karena dia sendiri sebenarnya tidak dekat dengan pria bernama Bumi ini. Meera hanya tahu kalau Bumi adalah kakak sepupu dari Reya yang tinggal di Bandung.
"Kamu hanya sedang pulang atau sudah menetap ? Aku dengar dari Reya kalau kamu bekerja di London selama ini ?"
"Oh...itu iya. Ehm.. saya sudah pindah kesini kak. Kebetulan dipindahkan ke sini."
"Wah....bagus kalau begitu."
Meera seketika menaikkan satu alisnya dan Bumi sadar kalau tadi dia sangat bersemangat.
"Eh...maaf maksudnya bagus kan bisa pindah ke Negara sendiri."Meera hanya mengangguk-anggukkan kepala dan memberi senyuman tipis.🌼🌼🌼
Meera tidak pernah tahu kalau pria bernama lengkap Janeva Bumi Bimantara itu sudah sejak lama memendam rasa untuknya.
Meera pun pasti tidak tahu kalau pria yang sejak dulu sering mengiriminya pesan tanpa nama adalah Bumi.Namun bagi Bumi dia tetap memiliki rasa itu dan tidak pernah berubah, dia suka mencari informasi tentang Meera dari Reya adik sepupunya, tapi sepertinya Reya yang tidak peka tidak mengetahui jika Bumi menyukai Meera sahabatnya.
Bagi Bumi mendengar Meera kembali ke Indonesia adalah satu hal yang sangat membahagiakan. Dia akan bisa mendekati Meera, dan kali ini dia tidak akan ragu lagi.
"Rey, gue balik deh. Loe masih rame ya ?"
Suara Meera membuyarkan lamunan Bumi, wanita yang sedari tadi mempusatkan perhatiannya pada Notebook itu sepertinya memutuskan untuk pulang."Eh iya Meer, sorry ya. Gimana kalau besok kita lunch bareng aja."
"Oke deh. Ntar kabarin di grub aja ya," kata Meera.
"Eh loe balik sama siapa ?" Reya tersadar jika tadi Meera hanya diantar oleh mobil kantornya.
"Gue naik taksi atau ojek aja, lagian banyak ojek juga di depan."
"Eh gak usah, biar diantar aja. Tuh kakak sepupu gue tercinta gak ada kerjaan." Apa yang di katakan Reya sepertinya membuka jalan bagi Bumi dan dengan cepat Bumi mengambil umpan itu.
"Iya Meera, ayo saya antar saja."
"Eh tapi__,"
"Gak apa-apa Meer, ini udah malem. Gue juga bawa mobil kok."
Meera sepertinya pasrah, dia menuruti saja permintaan Reya.
Bumi dengan cepat membukakan pintu cafe untuk Meera dan Reya hanya tertawa di tempatnya.Tbc.
Meera hari ini ada janji makan siang dengan para geng PSK. Arka dan motornya sudah berada di depan gedung perusahaan menunggu Meera. Mereka makan di salah satu mall yang dekat dengan kantor Meera.Saat Meera dan Arka datang, Reya Celine dan Candy sudah ada disana menunggu mereka. Mereka berlima sangat heboh membicarakan banyak hal sambil makan Bersama. Celine mengusulkan untuk membuat kemah bersama saat akhir pekan dan mereka semua setuju akan hal itu.Reya bertanya kepada Meera perihal konsultasi kandungan yang harus Meera lakukan setiap bulan dan Meera berencana akan mengunjungi salah satu rumah sakit besok.Saat mereka masih bercerita banyak hal, mata Meera menangkap satu sosok yang dia cari selama ini. Meera masih berpikir apa yang akan dia lakukan, hingga sosok itu pergi bersama beberapa orang lainnya. Meera langsung berdiri membuat sahabatnya terkejut."Gue deluan ya, Re nanti bayar pake kartu gue aja. P
Zyan Derson Ozvick, Pangeran Mahkota dari Fortania. Dia selalu membanggakan keluarganya dan dia sudah memiliki tunangan bernama Melisa. Wanita yang meski baru satu tahun berpacaran serius dengannya dan bagi Zyan Melisa satu-satunya wanita yang mengerti dirinya. Tapi sepertinya hubungannya akan berantakan karena kencan sialan malam itu. Seberapa kuat Zyan melupakan sosok itu ternyata hal yang sangat dihindari Zyan tetap terjadi. Wanita itu hadir dan akan merusak mimpinya. Zyan mengumpat setelah ibundanya menelpon dan meminta dia segera kembali ke Indonesia untuk membawa wanita bernama Zean itu ke Fortania."Sial !" umpat Zyan lalu melihat nomor tunangannya menelpon. Zyan tidak mengangkat telpon itu dan malah mematikan ponselnya. Dia langsung menghubungi sekertarisnya untuk segera mengatur pertemuan dengan pihak Mesir.****Meera masih di ruangannya saat sosok pria yang ingin dia temui hadir. Tiga hari berlalu dari saat dia mel
Meera dan Reya sangat terkejut saat melihat banyaknya pengawal yang menyambut mereka di Bandara. Zyan satu mobil dengan Zia sementara Via,Meera dan Reya di mobil yang satunya. Ada sekitar lima mobil yang mengiringi mereka tiba di Kerajaan.Pintu gerbang istana terbuka begitu plat mobil kerajaan dikenali, Reya dan Meera menahan kekaguman mereka. "Ayo turun, kita sudah sampai." Via tersenyum mengajak Meera dan Reya masuk kedalam istana megah itu.Mereka masuk ke sebuah gedung yang sangat megah dan banyak pengawal yang menjaga setiap sisi. "Selamat datang untuk kalian," sambut Ratu yang bernama Zira. Wanita anggun itu tak lain adalah ibu dari Zyan. Pria yang duduk di satu kursi megah memeluk Via dan Zia bergantian lalu tersenyum kepada Meera juga Reya."Sepertinya kalian sangat lelah, lebih baik kalian beristirahat. Kita akan kembali bertemu di acara makan malam." Zira menyetujui apa yang dikatakan suaminya itu. Dia mengajak Rey
Meera menghapus air mata yang jatuh saat dia menceritakan semuanya kepada Reya. Alvian dan Zira menemuinya dan meminta maaf atas perlakuan Zyan. Reya disana mendengarkan semua hal yang Zira dan Alvian katakan kepada Meera."Meera, kami meminta kamu untuk menikah dengan Zyan. Apakah kau mau menikah dengannya ?" tanya Alvian."Maaf Baginda saya tidak bisa. Zyan dan saya tidak bisa bersama dalam ikatan pernikahan yang sesungguhnya.""Tapi bagaimana dengan status anak yang kau kandung Meera ?" tanya Zira."Saya akan memikirkannya nanti yang mulia Ratu.""Meera, bagaimanapun anak yang kau kandung adalah darah daging kami. Dia cucuku, dia keturunan kerajaan ini. Apa yang akan rakyat ku katakan jika mereka tahu kalau aku membiarkan cucu ku diluar sana." Meera menunduk, dia hanya bisa diam saat ini. Tiba-tiba Zira berlutut dihadapan Meera membuat Meera terkejut."Meera aku mohon maafkan
Reya sedang melakukan video call dengan para geng PSK, dia sudah siap dan tinggal menunggu Meera selesai di dandani. Seluruh keluarga tadi satu persatu sudah berkenalan dengan Meera dan mereka juga meminta maaf atas perlakuan Zyan. Ternyata tidak semua keluarga kaya raya dan terpandang itu sombong, buktinya keluarga Derson dan Ozvick ini terlihat sangat sopan dan ramah.Akhirnya Meera sudah selesai menggunakan gaun berwarna putih gading dengan make-up yang tipis. Wajah cantik Meera terlihat sangat menawan dan Reya bangga dengan sahabatnya ini.Reya mengiringi Meera untuk keluar kamar karena ijab qabul akan dilakukan. Dion paman dari Zyan lah yang menjadi wali nikah Meera karena dia tidak memiliki siapapun. Semua mata menatap kehadiran Meera termasuk Melisa yang ada disana. Dia duduk tepat di belakang Zyan yang sedang berhadapan dengan penghulu."Meera Zean Anastashya apa kau menerima Zyan Derson Ozvick menjadi suami
Reya dan Meera sudah tiba di Jakarta, mereka berdua tahu setelah ini pasti akan ada rentetan pertanyaan yang muncul dari Arka, Celine, dan Candy. Meera meminta para geng PSK itu untuk datang ke apartement-nya.Meera berbaring di sofa bed karena tubuhnya sudah terasa sangat lelah. Celine sedang memasak mie instan dan Candy serta Arka menemaninya di ruang keluarga. "Loe yakin udah nikah Meer ?" tanya Arka membuat Meera menatap Arka balik bertanya."Ya ! setidaknya sampai anak ini lahir." Meera mengusap perutnya lalu Celine pun datang dengan nampan makanan yang dia bawa."Cincin nikah loe mana ? trus lakik loe kaya mana wujudnya ?" tanya Celine."Mendingan kalian gak usah tanya-tanya pria itu deh," jawab Reya yang sepertinya masih kesal dengan Zyan. "Ganteng sih, tapi gak ada akhlak-nya." Lagi-lagi Reya masih sangat kesal."Hidup memang penuh kejutan ya," ujar Candy yang terlihat memikirkan sesuat
Dua minggu yang tidak ingin Meera lewati pun tiba. Zira menemuinya Bersama Zyan di kantor lalu mereka bersama-sama ke rumah sakit tempat biasa Meera memeriksakan kandungannya. Usia kandungan Meera yang sudah masuk minggu ke dua belas membuat Zira terlihat sangat bahagia. Meera tidak banyak berbicara, dia hanya menjawab apa yang Zira tanyakan.Rasanya dia benar-benar ingin segera sampai di apartment- nya. Lalu Meera menatap wajah Zyan yang terlihat sangat serius melihat layar monitor dimana posisi letak bayi yang dia kandung dijelaskan oleh dokter. Pertama kali Meera melihat Zyan tersenyum karena penuturan dokter kandungan yang mengundang tawa. Meera kedapatan oleh Zyan sedang menatapnya lalu Meera segera mengalihkan pandangan ke sembarang arah.Lagi-lagi Meera merasa tidak nyaman saat Zira memintanya untuk ikut ke rumah Dion dan tinggal beberapa hari disana bersama mereka. Meera merasa Zira sedang mencoba mendekatkannya dengan Zyan, dan Meer
Meera bangun dari tidurnya lalu mencium aroma yang sangat menggiurkan. Dia langsung menginjak kaki ke lantai dan mengambil kacamata yang selalu dia pakai jika tidak memakai lensa mata.Dia melihat Zyan membaca salah satu buku koleksinya, Meera bingung siapa yang masak di dapurnya.Tanpa menyapa Zyan dia berjalan ke arah dapur dan melihat satu pria dengan seragam koki sedang menyiapkan hidangan yang sepertinya sangat lezat."Ck," gumam Meera lalu berjalan kembali ke tempat Zyan berada. "Siapa yang memberikanmu ijin membawa orang lain ke sini ?""Aku lapar dan tidak bisa memasak. Jadi aku meminta salah satu koki di rumah uncle Dion untuk kesini. Apa ada masalah ?" tanya Zyan menampilkan seringai menyebalkan.Meera tersenyum lebar namun jelas sangat terpaksa. "Oh... terima kasih Pangeran Mahkota," ujarnya sarkas lalu masuk kedalam kamar.Zyan menggelengkan kepala karena Meera benar-benar aneh bagin
Meera mungkin sudah gila, karena dengan beraninya dia memulai cumbuan panas mereka. Zyan tidak ingin melewati hal yang dia sukai tentunya, dan hanya Meera yang dia inginkan. Meera tidak bisa digantikan oleh wanita lain, desahan Meera membuat dia benar-benar gila. Begitu juga Meera, dia tahu ini berbahaya baginya namun tetap saja dia melakukannya. Meski mungkin ini adalah hadiah perpisahan untuk mereka berdua.Zyan memeluk erat dirinya saat puncak kenikmatan mereka gapai bersama, dan jelas Meera dengar Zyan mengatakan mencintainya lagi."Jika kau mencintaiku, maka hiduplah dengan Melisa." Mata Zyan yang terpejam tadi langsung terbuka saat mendengar itu."Apa-apaan kau Zean ?!" Zyan marah, dia merasa dipermainkan oleh Meera."Kau bertanya bagaimana aku bisa percaya bukan ? maka itulah jawabanku." Meera memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Dia memakainya lalu duduk kembali di hadapan Zyan.
Satu bulan kemudian....Seorang wanita yang terluka tidak lagi membutuhkan ucapan cinta, namun sebuah kejelasan,serta kepastian.*****Bel rumah membuat Meera harus berjalan perlahan untuk membuka pintu. Dia baru genap satu bulan usai melahirkan putri cantik yang dia dan Zyan beri nama Harlein Meera Derson Ozvick. Zyan memang memaksa agar putri kecilnya itu tetap memakai nama Meera.Tidak seperti tradisi kerajaan sebelumnya, Meera dan Putrinya tidak hadir ke acara di Fortania, pesta penyambutan Putri Mahkota itu tidak dia hadiri dan semua sudah dia bicarakan baik-baik dengan Zira serta Alvian. Zyan yang terpaksa kembali ke Fortania untuk melakukan tradisi itu namun kini dia kembali ke rumah Meera. Meera sangat terkejut dengan kehadiran Zyan, dia belum memakai lagi bra-nya karena baru saja menyusui Harlein."Kau kenapa kesini ?""Melihat anak ku, apa tidak boleh ?""Ck, boleh hanya saja harusnya kasih aku pesan atau telpon dulu. Bagaimana
"Saat kalut kau mengatakan cinta karena takut. Lalu mampukah aku untuk percaya ?" ******Zyan masuk ke ruang rawat Meera, banyak orang disana namun dia merasa dia hanya berdua dengan Meera. Wajah pucat Meera membuatnya semakin merasa tidak berguna.Tidak ada yang tahu seberapa menyesalnya Zyan saat ini. Terlebih anaknya harus dipasangkan selang-selang di dalam sebuah tabung agar mampu bertahan hidup. "Zean sorry," ucapnya pelan dan mengecup kening Meera. Dia menggenggam jemari Meera hingga membuat tidur panjang Meera terusik.Perlahan dia membuka mata dan menyesuaikan sinar yang masuk mengusik penglihatannya.Netra indah milik Meera menangkap sosok yang sedang menggenggam tangannya itu. Dia mencoba mengingat semuanya lalu Meera menarik napasnya dalam. "Zyan," ucapnya. Membuat Zyan yang tertunduk mengecup tangan Meera langsung menatap sosok yang sudah membuka kedua matanya itu.Reya dan Celine yang menyadari jika Meera sudah sadar langsung berh
Meera sedang berjalan-jalan seorang diri di sebuah mall. Membeli beberapa baju bayi dan perlengkapan lain untuk anaknya kelak.Saat antri di kasir dia melihat pasangan suami istri yang membeli perlengkapan anak juga. Aliran darahnya berdesir, dia iri. Melihat bagaimana hangatnya kedua orang itu.Mereka pasti menikah karena saling mencintai. Tidak seperti kisahnya yang menyedihkan. Lihat semua dia lakukan seorang diri, tanpa ada seseorang yang berada di sisinya.Meera segera menyelesaikan pembayaran lalu kembali ke rumahnya. Karena belanjaan cukup banyak Meera memutuskan menaiki taksi online agar lebih hemat.Saat didalam taksi telpon dari Reya masuk. Dia langsung saja mengangkatnya. Memang sudah tiga hari dari ia sampai dan Reya baru menelpon sekarang."Meer, sorry. Kemarin mau nelpon balik gue kelupaan terus.""Gak apa-apa kok," jawab Meera seadanya."Loe baik-baik
Meera tiba di Bandara, dia merasa perutnya benar-benar keram sehingga dia harus duduk sebentar di bangku tunggu. Mencoba menelpon Reya sahabatnya namun tidak juga diangkat, Meera tahu keadaan sudah berubah dan hubungan mereka semua sudah menjauh. Dia juga sudah lama meninggalkan semua sahabatnya tanpa tahu kabar mereka semua dengan pasti. Meera masih mencoba menghubungi Arka namun juga sama, tidak diangkat.Wajah Meera sudah pucat dan dia benar-benar tidak sanggup untuk berdiri."Meera," panggilan seseorang membuat dia melihat ke sumber suara."Ya ! anda siapa ?" tanya Meera sopan."Ck, Meer ini aku Dhimas." Meera mencoba mengingat membuat pria itu menunjukkan foto lama mereka. Meera terkejut dengan perubahan pria dihadapannya ini. Dulu Dhimas sangat culun tapi sekarang benar-benar berbeda."Ya ampun loe berubah banget ya !" Meera tersenyum tulus, dia juga dulu dekat dengan Dhimas. Lalu Dhimas
"Zyan ada apa ?" tanya Meera sekali lagi saat tidak mendapati jawaban dari Zyan dan malah pria itu pergi begitu saja dari hadapannya membuat Meera harus mengikuti Zyan dari belakang.Hingga mereka sampai didalam kamar Zyan belum juga menjawab pertanyaan Meera. "Kau mau pergi ?" Zyan menarik napas lalu mengajak Meera duduk di tepian tempat tidur."Hei ada apa ?" kata Meera menyentuh rahang Zyan."Melisa," kata Zyan membuat jantung Meera pun tak karuan. "Melisa mencoba bunuh diri dan sekarang dia berada dirumah sakit." Meera ikut terdiam bersama Zyan, lalu Zyan berdiri sehingga Meera tersadar dari pikirannya sendiri."Maaf Zean aku harus pergi untuk beberapa hari, kau tidak apa ?" Meera hanya mengangguk, wanita mana yang mau suaminya menemui wanita lain terlebih itu adalah mantan kekasihnya. Mantan kekasih ? Meera bahkan tidak tahu jelas statusnya dan Zyan.Zyan mengecup keningnya lalu pergi dari
Meera sudah sangat cantik, hiasan simpel dan gaun sutra berwarna pink peach begitu indah dia kenakan.Hari ini adalah hari dimana dia dan Zyan akan menghadiri acara kerajaan.Beberapa pengawal dan pelayan mengikuti Meera dari belakang, dia juga sudah memiliki pelayan pribadi namanya Aira."Kau sangat cantik," kata Zyan mengecup tangan Meera sebelum mereka pergi menaiki mobil. Lalu setelah hampir setengah jam di dalam iring-iringan mobil mereka tiba di tempat acara diadakan. Itu adalah acara ulang tahun salah satu kota besar di Fortania, jadi Meera dan Zyan hadir disana. Awalnya Meera tidak ingin tampil di depan publik, namun karena permintaan Zira dia pun ikut dengan Zyan. Bahkan sebentar lagi dia juga sudah menyetujui untuk di nobatkan sebagai Putri Mahkota. Bagi Meera mimpi buruknya sudah berakhir dan dia akan bahagia selamanya. Bahkan Meera juga sudah mendengar kalau orang-orang dikantornya sudah tahu jika
Perjalanan yang sangat Panjang dan melelahkan meski Meera dan Zyan menaiki pesawat pribadi. Meera merasa perutnya sangat keram saat sudah tiba dikamar. Tepatnya kamar pangeran mahkota yang tak lain adalah Zyan. Meera kembali satu kamar dengan pria itu, namun dia sudah pasrah saja.Zyan masuk tiba-tiba lalu menarik tangan Meera untuk mengikutinya. "Zyan pelan-pelan perut ku sedang terasa keram." Zyan berhenti lalu tak lama langsung menggendong tubuh Meera."Hei Zyan, apa yang kau lakukan." Zyan tidak menjawab namun tak lama dia terkejut dengan indahnya sebuah ruangan megah yang sudah dihias banyak lampu-lampu kristal serta lilin dan bunga."Happy birthday," kata Zyan membuat Meera lagi terkejut dengan moment romantis yang tercipta. Zyan menurunkan Meera dari gendongannya lalu bisa Meera lihat sudah banyak orang yang ada diruangan itu ternyata.Meera melihat kearah Zyan yang tersenyum. Zira mem
Udara sejuk di London dengan kombinasi penghangat ruangan yang ada dikamar hotel adalah perpaduan yang sangat membuat Meera nyaman untuk tidur. Dia meregangkan tubuhnya dan perlahan duduk. Mengusap mata perlahan Meera memegang belakang lehernya dan menguap, namun seolah ada yang memperhatikan Meera menoleh ke kanannya dan benar saja Zyan sedang memeperhatikan dirinya."Good Morning my queen," sapa Zyan dengan senyuman khas pria itu. Meera memberengut namun gagal karena ucapan Zyan. "Memimpikan apa tentang ku semalam ?" Meera kembali menatap kearah Zyan, dia mengingat-ingat dan ya tentu saja dia ingat semalam dia bermimpi."Apa maksudmu ?!""Ck, jangan berbohong aku punya buktinya." Zyan jalan mendekati Meera yang masih duduk di tempat tidur. Mata Meera melebar melihat layar ponsel Zyan. Dia melihat dirinya sendiri yang sedang menutup mata dan menyebutkan nama Zyan beberapa kali. "Jadi kau bermimpi apa ?"